Anda di halaman 1dari 16

Abstrak: Rethinking mechanisms, diagnosis and management of

endometriosis
Endometriosis merupakan penyakit inflamasi kronis dimana terdapat pertumbuhan jaringan endometrium di luar
uterus yang menyebabkan nyeri panggul dan infertilitas

 Diagnosis : anamnesis pasien, pemeriksaan fisik dan pencitraan (USG&MRI)


 Laparotomi eksplorasi tidak lagi digunakan untuk mendiagnosa endometriosis
 Sering menyebabkan pembedahan segera. Oleh karena itu, perlu dipikirkan kembali diagnosis dan
pengelolaan endometriosis.
 Medical treatment → 1st line therapy untuk pasien dengan nyeri panggul dan tidak ada keinginan untuk
segera hamil
Pendahuluan
Endometriosis adalah adanya jaringan mirip endometrium (yaitu jaringan yang melapisi rongga uterus) di luar uterus

 Estrogen-dependent  muncul pada usia reproduktif wanita


 Prevalensi 6%-10%
 Gejala: asimtomatik, nyeri panggul dan/atau infertilitas

Mempengaruhi kualitas hidup pasien → Harus dianggap sebagai masalah


aktivitas kehidupan sehari-hari, fungsi seksual kesehatan masyarakat daripada
dan hubungan pribadi → beban ekonomi penyakit individu.

 Adenomiosis adalah infiltrasi jaringan endometrium ke dalam miometrium  dapat coexist dengan
endometriosis.
 Jurnal ini membahas mekanisme, diagnosis dan manajemen endometriosis, menyarankan pendekatan baru untuk
manajemen endometriosis modern, yang harus disesuaikan dengan individu pasien.
 Dalam review ini, peneliti memperkenalkan konsep 'endometriosis life' pasien.
• 3 Fenotipe:

– Superficial Peritoneal
Lesions (SUP): lesi tumbuh
pada lapisan peritoneum
– Ovarian Endometriomas
(OMA): tumbuh di
ovarium, tampak seperti
massa kistik
– Deep Infiltrating
Endometriosis (DIE):
tumbuh >5mm di bawah
permukaan peritoneum,
atau pada m. propria organ-
organ di sekitar uterus –
multifocal distribution
Mekanisme
Hipotesis paling diterima : Menstruasi Retrograde
 Dalam proses ini, menstruasi membawa fragmen endometrium melalui tuba fallopi ke rongga peritoneum, di
mana fragmen tersebut dapat berimplantasi, berkembang, dan terkadang menyerang jaringan panggul
lainnya.
 Semua faktor yang meningkatkan jumlah menstruasi = meningkatkan resiko terjadinya endometriosis
 Usia dini saat menarche
 Volume mens yg banyak
 Lama menstruasi
 Siklus menstruasi yang singkat.
 Anatomi distribusi lesi endometriosis adalah bukti terkuat yang mendukung hipotesis menstruasi retrograde.
 Lesi endometriosis cenderung memiliki distribusi asimetris  efek gravitasi pada aliran menstruasi, anatomi
abdominopelvis, clockwise flow cairan peritoneal
 Faktor inflamasi, disregulasi imunitas, hormon, dan faktor genetik serta faktor lingkungan, mungkin
berperan dalam menyebabkan endometriosis
Diagnosis
 Sulit terdiagnosa  keluhan utama nyeri panggul (dismenorea, dyspareunia atau nyeri panggul kronis),
dapat overlap  tidak patognomonik (kista ovarium, mioma atau PID), dan dapat disebabkan organ lain
(salurna kemih/digestif)
 Dalam pemeriksaan fisik, dapat ditemukan:
 lesi kebiruan yang terlihat pada forniks vagina;
 teraba nodul atau area yang menebal yang melibatkan salah satu dari beberapa lokasi panggul (torus
uterinus, ligamen uterosakral, 1/3 atas dinding posterior vagina, kantong Douglas atau vaginal cul-
de-sac);
 massa adneksa;
 rahim retroversi menetap;
 dan/atau nyeri panggul saat digerakkan.

 Pencitraan: TVUS (1st line), dan MRI


Diagnosis
Diagnosis
Tatalaksana
Medikamentosa
• Non-hormonal, seperti pain killer dan NSAID,
• Hormonal, seperti kontrasepsi oral kombinasi (COC), progestin dan analog hormon pelepas
gonadotropin (GnRHa)
 Keduanya dapat mengurangi inflamasi

Terapi hormonal  menekan fluktuasi hormonal  hambat ovulasi dan menstruasi, mencegah inflamasi
Namun terapi hormonal tidak disarankan untuk pasien yang sedang merencanakan kehamilan, karena
semua terapi homon adalah kontraseptif.
Efektif untuk pengobatan simtomatik tapi tidak kuratif.

Pada pasien tanpa rencana hamil:


• COC dan Progestin  1st line treatment
• GnRHa  2nd line treatment
Tatalaksana
Pembedahan
Terdapat 2 modalitas pembedahan:
1. Konsevatif: Pengangkatan lesi tanpa pengangkatan uterus dan/atau ovarium.
• Komplit: tanpa residu lesi endometriosis
• Inkomplit: dengan lesi endometriosis persisten setelah pembedahan
2. Definitif: Pengangkatan seluruh lesi endometriosis dengan histerektomi (disertai/tanpa
ooforektomi)

Pembedahan yang dilakukan: laparoskopi  kecuali pada kasus DIE dengan lesi multifocal dan memiliki
beberapa riwayat pembedahan sebelumnya  laparotomi

Terapi hormonal postoperatif diperlukan untuk pencegahan rekurensi dan nyeri.


Tatalaksana
Assisted reproductive technologies/ART
 yaitu fertilisasi in vitro (IVF) dan injeksi sperma intracytoplasmic

• Dipilih untuk pasien dengan infertilitas terkait endometriosis


• Proses inflamasi yang terjadi pada endometriosis tidak mempengaruhi ART

• Hasil ART tidak berkorelasi dengan fenotipe endometriosis


• Riwayat operasi endometriosis secara statistik menurunkan hasil ART

• Untuk meningkatkan keberhasilan, pasien disarankan untuk mengkonsumsi GnRHa agonist selama 3-
6 bulan atau menggunakan kontrasepsi estrogen dan progestin sebelum menjalankan ART.

• Komplikasi (<1%): abses tubo-ovarian


Tatalaksana
Rethinking endometriosis diagnostic modalities

Pendekatan diagnosis endometriosis: anamnesis dan PF  identifikasi pasien suspek endometriosis 


pencitraan (TVUS dan/atau MRI)  untuk identifikasi fenotipe lesi endometriosis dan kemungkinan
adenomyosis.

Rethinking endometriosis management

• Pasien yang tidak sedang merencanakan hamil: medikamentosa  1st line treatment
• Diagnosis endometriosis  tidak lagi menjadi indikasi untuk operasi segera
• ART memberikan hasil fertilitas yang memuaskan, terlepas dari fenotipe endometriosis, bahkan
tanpa operasi pengangkatan nodul OMA.
• Waktu optimal untuk melakukan ART setelah operasi endometriosis adalah dalam waktu 2 tahun.
Kesimpulan
• Endometriosis  penyakit inflamasi kronis  perlu long-term management.
• Endometriosis: 3 fenotipe (SUP, OMA dan DIE), dapat disertai adenomiosis (difus dan/atau fokal).
• Diagnosis dapat ditegakkan tanpa tindakan invasif  anamnesis, PF, dan pencitraan
• Diagnosis endometriosis ≠ pembedahan segera

• Pilihan terapi: medikamentosa, pembedahan, dan ART

• Tindakan pembedahan tidak berpengaruh pada patologi penyakit  lesi dapat muncul kembali.
• Terapi medikamentosa dapat diberikan tanpa konfirmasi histologis sebelumnya
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai