Anda di halaman 1dari 27

PERLINDUNGAN HUKUM

BAGI PEREMPUAN DAN ANAK


OLEH
DEWI IKA AGUSTINA,S.H.
JAKSA PENUNTUT UMUM PADA KEJAKSAAN NEGERI BANGKALAN
Curriculum Vitae
Nama : Dewi Ika Agustina, SH.
Tempat, Tanggal Lahir : Bangkalan, 19 Agustus 1982
Pekerjaan : Jaksa Penuntut Umum
Riwayat Pendidikan : SD – SMA di Bangkalan
S1 di Fakultas Hukum Untag Surabaya
Email : m6361ka@gmail.com
No Handphone : 081230460799
SEJARAH PERLINDUNGAN PEREMPUAN
CEDAW (The Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against
Women) adalah sebuah Kesepakatan Internasional Untuk Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Perempuan. Konvensi ini mendefinisikan prinsip-prinsip tentang Hak
Asasi Perempuan sebagai Hak Asasi Manusia, norma-norma dan standar-standar kewajiban, serta
tanggung jawab negara dalam penghapusan diskriminasi terhadap perempuan. Indonesia
adalah salah satu negara yang ikut menandatangani Konvensi ini dan pada 24 Juli 1984 telah
meratifikasinya melalui UU RI No. 7 Tahun 1984. Konvensi ini salah satu dari 8 konvensi hak
asasi yang diratifikasi Indonesia. (SIARAN PERS KOMNAS PEREMPUAN TANGGAL 24 JULI
2017)
SALAH SATU KONSIDERAN UU RI NO 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA MENYEBUTKAN :
“bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga, yang kebanyakan adalah perempuan, harus
mendapat perlindungan dari negara dan/atau masyarakat agar terhindar dan terbebas dari
kekerasan atau ancaman kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan yang merendahkan derajat dan
martabat kemanusiaan”
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP
PEREMPUAN
Diatur dalam :
- KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DIATUR DI DALAM PASAL :
279 KUHP, 280 KUHP 284 KUHP, 285 KUHP, 286 KUHP, 289 KUHP, 290 KUHP, 291 KUHP
- UU RI NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH
TANGGA (RUANG LINGKUP DOMESTIK)
SEJARAH PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK
Majelis Umum PBB mengesahkan Konvensi Hak Anak pada 20 November 1989. Hari
pengesahan Konvensi Hak Anak itu kemudian dikenal sebagai Hari Anak Sedunia. Kemudian
bangsa Indonesia menyepakati Konvensi Hak Anak. Hingga kemudian pada 26 Januari 1990,
Indonesia menjadi salah satu negara yang ikut menandatangani Konvensi Hak Anak. Tidak
cukup sampai di situ, Presiden Suharto kemudian mengesahkan Konvensi Hak Anak sebagai
aturan hukum positif meratifikasinya pada 5 September 1990 melalui Keputusan Presiden
Nomor 36 Tahun 1990.

Selanjutnya, Indonesia meratifikasi dua protokol opsional Konvensi Hak Anak melalui undang-
undang, yaitu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pengesahan Protokol Opsional
Konvensi Hak Anak Mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak, dan Pornografi Anak; dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor 182
Mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk
untuk Anak.
SEJARAH PERLINDUNGAN ANAK
Konsideran UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014
TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG
PERLINDUNGAN ANAK

Bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
bahwa anak sebagai tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa memiliki
peran strategis, ciri, dan sifat khusus sehingga wajib dilindungi dari segala bentuk perlakuan tidak
manusiawi yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia;
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK
Diatur dalam :
- KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DIATUR DI DALAM PASAL : 287 KUHP,
288 KUHP, 290 KUHP, 292 KUHP, 293 KUHP, 294 KUHP, 295 KUHP, 296 KUHP

- UU RI NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH


TANGGA (RUANG LINGKUP DOMESTIK)

- UU RI No. 17 tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang


No. 1 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak Menjadi Undang-undang Jo Pasal 76 D UU RI No. 35 tahun 2014 tentang
Perubahan atas UU RI No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
BENTUK-BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK
1. RESTITUSI DAN KOMPENSASI
2. KONSELING
3. PELAYANAN / BANTUAN MEDIS
4. BANTUAN HUKUM
5. PEMBERIAN INFORMASI
CONTOH KASUS

Bejat, Ayah di Sleman Tega


Bejat Oknum Guru dan Setubuhi 2 Anak Kandungnya
Pacarnya Setubuhi Muridnya Selama 8 Tahun
ANAK SEBAGAI KORBAN
KEJAHATANNYA DAPAT BERUPA : PELAKUNYA :
- Persetubuhan / pemerkosaan - DEWASA :
- pencabulan 1. KELUARGA (AYAH
KANDUNG/KAKEK/AYAH TIRI/
- eksploitasi seksual PAMAN, OKNUM GURU)
- perdagangan anak 2. BUKAN KELUARGA (TEMAN AYAH,
- anak korban KDRT TETANGGA)
- ANAK DI BAWAH UMUR : (TEMAN
SEKOLAH, TEMAN MAIN, DLL)
Contoh kasus

Kronologi Guru Setubuhi


Babe Akui Telah Sodomi dan
Siswi Sampai 10 Kali,
Mutilasi 7 Anak
Ancam Sebar Video Korban
Contoh Kasus

4 Kasus Perdagangan Bayi di


Tragis, Seorang Ibu di Jakarta Berbagai Daerah, Dijual untuk
Tega Jual Anaknya di Tiktok Bayar Persalinan hingga
untuk jadi Budak Seks Ditawarkan di Facebook
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN
KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Pasal 5 UU RI NO 23 TAHUN 2004 TTG PKDRT :
Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup
rumah tangganya, dengan cara :

a. kekerasan fisik;
b. kekerasan psikis;
c. kekerasan seksual; atau
d. penelantaran rumah tangga.
KEKERASAN FISIK
Pasal 6 Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang
mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.
CONTOH KASUS :
Ayah tiri yang memukul dan melakukan penyiksaan kepada anak tiri yang masih kecil
Contoh kasus viral KDRT Fisik

Kejam! Ayah Tiri di Sidoarjo Suami di Lombok Tega Tebas


Diduga Aniaya Anak Balita Istri Dengan Parang Hingga
Hingga Tewas Luka 50 Jahitan
KEKERASAN PSIKIS
Pasal 7 Kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b adalah perbuatan yang
mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak,
rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
Untuk kekerasan psikis ini harus disertai surat keterangan medis dari dokter kejiwaan yang
menerangkan bahwa ada akibat ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan
untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat
CONTOH KASUS :
Suami yang mengancam istri agar mau berpisah hingga timbul hilang rasa percaya diri.
Contoh kasus KDRT Psikis

Jadi Korban KDRT lebih 10


Tahun, Warga Semarang
Alami Luka Fisik dan Psikis
KEKERASAN SEKSUAL
Pasal 8 Kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c meliputi :
a. pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup
rumah tangga tersebut;
b. pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan
orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.
Contoh kasus :
- kakak ipar memaksa untuk melakukan hubungan seksual kepada adik iparnya
- ayah tiri memaksa anak tirinya untuk bekerja prostitusi agar mendapatkan uang
PENELANTARAN RUMAH TANGGA
Pasal 9
(1) Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut
hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan
kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut.
(2) Penelantaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku bagi setiap orang yang
mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja
yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut.
CONTOH KASUS : - Suami tidak memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya
- Ibu Kandung yang statusnya masih dalam perkawinan yang sah,
meninggalkan anak kandungnya bersama ayahnya tanpa memberikan kasih sayang
Contoh kasus viral penelantaran anak

Pasutri Penelantar 5 Anak di


Cibubur Jadi Tersangka KDRT
PROSEDUR PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA UMUM
DI KEJAKSAAN NEGERI BANGKALAN
SURAT PENGADILAN
DAKWAAN Dilakukan pengawalan
PENYIDIK POLRI SPDP KEJAKSAAN dan pengamanan oleh
Petugas Kejaksaan &
Kepolisian
PELIMPAHAN PROSES
P-17
Permintaan hasil PERKARA PERSIDANGAN
penyidikan APB/APS
Maksimal 3 Hari • Mencatat hasil sidang
Berkas/BB sudah • Membuat laporan
JAKSA PENELITI hasil sidang
dilimpahkan ke PN
BERKAS (PENUNTUT PENETAPAN HAKIM
UMUM)
Hasil penelitian berkas
(maks 3 hari) DAKWAAN BERKAS
P-18, P-19 PERKARA BARANG
• Pemberitahuan Berkas PEMBACAAN
Belum Lengkap Belum Lengkap
BUKTI TUNTUTAN
• Pengembalian berkas

P-21 PUTUSAN
Pemberitahuan berkas sudah
lengkap Lengkap

PENYERAHAN KEDUA BELAH


TERSANGKA UPAYA PIHAK/ SALAH
SIKAP KEDUA KEDUA BELAH
BARANG BUKTI HUKUM BELAH PIHAK PIHAK MENERIMA
SATU MENOLAK

• Banding
P-21A • Kasasi
Apabila dalam waktu 30 hari • Kasasi demi kepentingan
sejak diterbitkan P-21 Penyidik hukum EKSEKUSI
belum menyerahkan tersangka • Grasi
dan barang bukti • Peninjauan Kembali
CARA-CARA YANG DILAKUKAN PELAKU
KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK

1. KEKERASAN DAPAT BERUPA MEMUKUL


2. ANCAMAN KEKERASAN DAPAT BERUPA MENGANCAM AKAN MEMUKUL ATAU
MENGGUNAKAN BENDA TAJAM SEPERTI PISAU
3. JIKA PELAKU ORANG TERDEKAT / KELUARGA AKAN MENGGUNAKAN ANCAMAN
VERBAL MISALNYA : PELAKU AYAH TIRI, “KALO KAMU TIDAK MAU TIDAK SAYA
SEKOLAHKAN” DLL
4. JIKA PELAKU DAN KORBAN SAMA-SAMA ANAK DAN BERPACARAN, PELAKU AKAN
MEMBUJUK DENGAN JANJI KAWIN... MISAL MENGATAKAN “KALO KENAPA-KENAPA
AKU BAKAL TANGGUNGJAWAB”
5. JIKA PELAKU DEWASA DAN KORBAN ANAK, PELAKU AKAN MEMBUJUK DENGAN
MEMBERIKAN ATAU MENJANJIKAN MEMBERIKAN UANG ATAU BARANG MISAL “
NANTI KAMU AKU KASIH UANG Rp.10.000” “NANTI KAMU AKAN AKU BELIKAN BAJU
BARU” DLL
6. JIKA PELAKU ANAK DAN ANAK KORBAN BERTEMAN MENGGUNAKAN TIPU
MUSLIHAT MISALNYA DIAJAK JALAN-JALAN KE SUATU TEMPAT, TAUNYA DI LOKASI
SUDAH BANYAK PELAKU LAIN YANG MENUNGGU UNTUK MENGGILIR KORBAN ATAU
KORBAN DIJEBAK DENGAN MINUMAN KERAS ATAU OBAT TIDUR
7. JIKA PELAKU DEWASA DAN KORBAN ANAK DAPAT BERUPA MENGAJAK BERMAIN
PENCEGAHAN
1. KELUARGA :
Kasus kejahatan seksual terhadap anak kebanyakan terjadi akibat kurang kasih sayang
keluarga yang mau mengerti dan memahami, sehingga apa yang tidak didapat di keluarga
anak akan mencari rasa nyaman tersebut di lingkungan bermainnya,dll.
2. AGAMA :
pendidikan Agama dan rasa takut atas larangan Tuhan YME, dapat membentengi agar
calon pelaku dapat mengurungkan niatnya.
3. SEX EDUKASI DINI:
memberikan pendidikan seksual secara dini dengan bahasa yang difahami anak-anak,
akan menambah wawasan anak-anak terhadap fungsi reproduksi dan batasan-batasan yang
boleh dan tidak boleh dilakukan dengan alat reproduksinya
4. PERAN SERTA KELUARGA :
pantau pergaulan anak namun tidak mengekang, lindungi anak dari pergaulan bebas serta
meminimalisir potensi-potensi misalnya mengingat anak untuk tidak berpakaian yang
mengundang pelaku kejahatan atau mengingatkan untuk tidak berpergian seorang diri. Orang tua /
wali anak memantau penggunaan Handphone dikawatirkan anak mengakses video atau gambar2 yang
berbau pornografi.
5. PERAN SERTA MASYARAKAT :
peduli dengan lingkungan pergaulan anak-anak di bawah umur misalnya ketika anak- anak
dibawah umur laki-laki dan perempuan bermesraan di tempat umum agar segera memberitahukan
kepada aparat penegak hukum atau aparat desa untuk menindaklanjuti
bagi pedagang miras, tidak menjual minuman keras kepada anak-anak di bawah umur.
bagi pemilik penginapan Tidak membuka layanan room service terhadap anak di bawah umur.
PENCEGAHAN
6. PERAN SERTA NEGARA :
Sosialisasi melalui alat negara misal APH, perangkat Desa, Dinas-dinas terkait
memantau dan memblokir situs-situs pornografi di internet
penegakan terhadap penjualan miras ilegal

Anda mungkin juga menyukai