(SEDIAAN STERIL)
KOMPOSISI KONSENTRASI
UKURAN
POPULASI AGENT
POPULASI
MICROBIAL
WAKTU LINGKUNGAN
TEMPERATUR
EXPOSURE SEKITAR
Defenisi Steril
A. Menurut Ansel hal : 339
Steril adalah bebas dari pencemaran mikroorganisme.
B. Menurut RPS 18th hal : 1470
Steril adalah tidak adanya mikroorganisme yang aktif.
C. Menurut Sterile Dosage Form hal : 37
Steril adalah suatu kondisi absolute dan harus tidak
pernah digunakan atau dianggap secara relatif sebagai bahan
atau hampir steril.
Defenisi Steril
D. Menurut RPS 20th : 753
Steril adalah suatu keadaan dimana tidak terdapat lagi
mikroorganisme.
E. Menurut Lahman hal : 619
Steril adalah kondisi yang memungkinkan terciptanya
kebebasan penuh dari mikroorganisme dengan
keterbatasan.
Defenisi (lanjutan...)
A. Definisi sterilitas
1) Menurut RPS 18th hal : 1470
Sterilitas adalah karakteristik yang disyaratkan untuk sediaan
farmasetik bebas dari mikroorganisme hidup karena metode, wadah
atau rute pemakaian.
2) Menurut Sterile Dosage Form hal : 15
Sterilitas adalah karakteristik yang disyaratkan untuk sediaan-
sediaan farmasetik karena metode, wadah atau rute pemakaian.
3) Menurut Pharmaceutical Dosage Form by Aulton Hal : 473
Sterilitas didefinisikan sebagai ketidakhadiran dari semua bentuk
organisme.
Definisi (lanjutan...)
• B. Definisi sterilisasi
1. Menurut Scoville’s : 403
Sterilisasi adalah suatu proses membunuh atau menghilangkan
bakteri dan mikroorganisme lain.
2. Menurut Ansel : 410
Sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan terhadap sediaan
farmasetik berarti penghancuran sempurna seluruh
mikroorganisme dan sporanya atau penghilangan mikroorganisme
dari sediaan.
Definisi (lanj....)
3. Menurut Mikrobiologi Farmasi Dasar: 230
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh atau
memusnahkan semua mikroorganisme atau jasad renik yang ada,
sehingga jika ditumbuhkan didalam suatu medium tidak ada lagi
mikroorganisme atau jasad renik yang dapat berkembang biak.
Definisi Sediaan Steril (lanj...)
Sediaan steril secara umum adalah :
Sediaan farmasi yang mempunyai kekhususan sterilitas dan bebas dari
Mikroorganisme.
Tujuan
Sterilisasi
CARA ASEPTIS
CARA STERILISASI (Menurut FI IV)
STERILISASI GAS
PEMANASAN SECARA BASAH
TEKNIK ASEPTIS
PENAMBAHAN ZAT-ZAT
TERTENTU
PENYINARAN
METODE STERILISASI
ANTIBIOTIK, FENOL,
1 KIMIA
FORMALDEHIT, ALKOHOL
4 MEKANIK FILTRASI
1 STABILITAS
2 EFEKTIFITAS
3 WAKTU
BIAYA
STERILISASI ALAT
STERILISASI BASAH
STERILISASI KERING
Sterilisasi Basah
Sterilisasi mortir dan alu dilakukan dengan cara disiram dengan sedikit
etanol 95% sehingga merata pada permukaan, kemudiaan dibakar
STERILISASI PANAS KERING
Hubungan suhu dan waktu sterilisasi
Cara sterilisasi Suhu & Waktu Alat yang disterilkan
Pemanas basah dengan 115° - 118° 30’ Gelas ukur, pipet ukur/tetes,
autoklaf 121° - 124° 15’ corong gelas, kertas saring sudip,
126° - 127° 10’ alat karet, alat plastik.
134° - 138° 5’
1. Benzalkonium klorida
• Efektif dalam dosis kecil, reaksi cepat, stabilitas yang tinggi.
• Merupakan garam dari basa lemah, bersifat surfaktif kationik.
• Penggunaan dalam tetes mata antara 0,004-0,02%
2. Garam raksa
Antara lain:
• fenilraksa (II) nitrat (PMN): 0,002-0,004%
• fenilraksa (II) asetat (PMA): 0,005-0,02%
• tiomersal: 0,01%
• Efektivitas tinggi pada pembawa dengan pH sedikit asam.
3. Klorbutanol
• Stabil pada suhu kamar pada pH 5 atau kurang.
• Klorbutanol dapat berpenetrasi pada wadah plastik.
• konsentrasi 0,5%, larut sangat perlahan.
4. Metil dan propil paraben
• Mencegah pertumbuhan jamur.
• Kelemahan kelarutan yang rendah dan dapat menimbulkan
rasa pedih di mata.
• Metilparaben antara 0,03-0,1% dan propilparaben 0,01-0,02%
5. Feniletilalkohol
• Aktivitasnya lemah, mudah menguap, dapat berpenetrasi
dalam wadah plastik, kelarutan kecil, dan memberi rasa pedih
di mata.
• Konsentrasi 0,5%
Faktor yang mempengaruhi penetrasi obat dari
sediaan obat mata (24/9)
• Faktor fisiologis
kondisi kornea dan konjungtiva
• Faktor fisiko kimia
– Tonisitas: tidak sakit dan mengiritasi bila konsentrasinya
0,7-1,4%
– Peranan pH
– Peranan konsentrasi bahan aktif
– Kekentalan
– Surfaktan
Pengaruh Tonisitas
• Sterilitas
Memenuhi persyaratan uji sterilitas seperti yang tertera pada
FI IV
• Kejernihan
Dengan alat khusus, tidak terlihat adanya partikel asing
(prosedur ada di FI IV)
• Volume
Volume isi netto setiap wadah harus sedikit berlebih dari volume
yang ditetapkan. Kelebihan volume bisa dilihat di tabel.
• Stabilitas bahan aktif
Harus dapat dipastikan bahwa bahan aktif stabil pada
proses pembuatan khususnya pada proses sterilisasi dan stabil
pada waktu penyimpanan sampai waktu tertentu. Artinya sampai
batas waktu tersebut kondisi obat masih dapat memenuhi
persyaratan.
• Kemampuan difusi bahan aktif dari sediaan
Sesuai dengan bahasan tentang pengaruh pH terhadap
penetrasi bahan aktif dari sediaan OTM, maka koefisien partisi
bahan aktif dalam sediaan merupakan hal yang sangat penting
• Evaluasi terhadap kemampuan difusi bahan aktif dari sediaan
OTM berlangsung beberapa tahap:
Catatan (Repetitorium):
1. Dalam pembawa minyak yang dulu digunakan untuk aksi depo
sekarang tidak lagi digunakan karena dapat menimbulkan
Pneumonia Upoid jika masuk mencapai paru-paru.
2. Sediaan OTH tidak boleh mengganggu aksi pembersih cillia epithelia
pada mukosa hidung. Hidung berfungsi sebagai filter yang harus
senantiasa bersih. Kebersihan ini dicapai dengan aktivitas cilia yang
secara aktif menggerakkan lapisan tipis mucus hidung pada bagian
tenggorokan.
3. Agar aktivitas cillla epithelial tidak terganggu maka :
• pH sekresi hidung orang dewasa antara 5,5 - 6,5 dan pH sekresi anak-
anak antara 5,0 - 6,7. Jadi dibuat pH larutan OTH antara pH 5 sampai 6,7.
• Kapasitas dapar OTH sedang dan isotonis atau hampir isotonis karena
kapasitas dapar cairan mucus hidung rendah, maka larutan alkali dari
sulfonamida tanpa dapar dapat menyebabkan kerusakan serius pada
cillia. Untuk mengatasi kekuatan basa Sulfonamida yang dapat
mengiritasi ini dianjurkan penggunaan propilenglikol.
• Disarankan menggunakan dapar fostat pH 6.5 atau dapar lain yang cocok
pH 6.5 dan dibuat isotonis dengan NaCI.
c. Pensuspensi
Dapat digunakan sorbitan (span), polisorbat (tween) atau surfaktan
lain yang cocok, kadar tidak boleh melebihi dari 0,01 %b/v.
d. Pengental
Untuk menghasilkan viskositas larutan yang seimbang dengan viskositas
mucus hidung (agar aksi cillia tidak terganggu). Sering digunakan :
- Metil selulosa (Tylosa) = o,1 -0.5 % ;
- CMC-Na = 0.5-2 %
Larutan yang sangat encer/sangat kental menyebabkan iritasi mukosa
hidung.
Bahan (lanj...)
e. Pengawet
Umumnya digunakan :
- Benzalkonium Klorida = O.01 – 0,1 %b/v
- Klorbutanol = 0.5-0.7 % b/v
Pengawet antimikroba digunakan sama dengan yang digunakan
dalam pengawetan larutan obat mata.
Bahan (lanj...)
f. Tonisitas
Kalau dapat larutan dibuat isotonis (0.9 % NaCI) atau sedikit
hipertonis dengan memakai NaCl atau dekstrosa.
g. Sterilitas
Sediaan hidung steril disiapkan menggunakan metoda dan
material yang dirancang untuk memastikan sterilitas dan untuk
menghindari paparan dari kontaminan dan pertumbuhan dari
jasad renik
Cara sterilisasi :
• Cara sterilisasi :
1. Filtrasi dengan menggunakan filter membran dengan ukuran
pori 0,45µm atau 0,2 µm.
2. Panas kering.
3. Autoclaving.
4. Sterilisasi gas dengan etilen oksida
• WADAH DAN PENYIMPANAN
Penyimpanan dilakukan didalam suatu kontainer yang yang tertutup
baik, jika sediaan steril, simpanlah di dalam wadah steril, yang kedap
udara.
3. Untuk pasien yang tidak sadar, atau tidak bisa minum obat
(non-cooperative).
P = PKR + PONK
KET.
P = TEKANAN OSMOSA
PKR = TEKANAN OSMOSIS DARI ZAT KRISTAL TERLARUT
PONK = TEKANAN OSMOSA DARI ZAT KOLLOID TERLARUT
( TEKANAN ONKOTIS )
TEK. OSMOSA ADALAH : PROSES PELEWATAN MOLEKUL- MOLEKUL
PELARUT MELALUI MEMBRAN SEMIPERMIABEL.
• PROSES OSMOSIS.......
• PROSES DIFFUSI .......
• PROSES DIALISIS ???
DENGAN DEMIKIAN LARUTAN-LARUTAN DENGAN KONSENTRASI PARTIKEL YANG SAMA AKAN
MEMPUNYAI TEKANAN OSMOSA YANG SAMA PULA, DAN LARUTAN INI DINAMAKAN :
“ ISOTONIS “
P =i .c . R . T
Ket. :
P = TEKANAN OSMOSIS
i = KOEFISIENT VAN’ T HOFF
c = KONSENTRASI MOLAR DARI ZAT TERLARUT
R = KONSTANTA GAS
T = TEMPERATUR ABSOLUT
BATAS TONISITAS YANG MASIH DAPAT DITOLERIR ADALAH :
1. SUBCUTAN (S.C), JIKA TIDAK AKAN TERASA SAKIT, SEL- SEL SEKITAR PENYUNTIKAN AKAN
RUSAK ( NEKROSIS ) DAN RESORPSI OBAT TERGANGGU.
• Bahan pengawet
• Larutan dapar
• Antioksidan
• Zat pengisotonis
• Bahan tambahan lain (jika perlu)
• Zat pengisotonis adalah : Bahan yang
digunakan untuk membuat larutan
mempunyai sifat osmotis yang sama dengan
cairan fisiologis tubuh.
MENGGUNAKAN:
• Keseragaman volume :
Pengujian dilakukan dengan alat ukur volume. Larutan
tiap wadah harus sedikit lebih dari volume yang
tertera pada etiket.
Keseragaman bobot :
• Hilangkan/bersihkan etiket 10 wadah;
• cuci bagian luar wadah dengan air;
• keringkan pada suhu 1050C;
• timbang satu persatu dalam keadaan terbuka;
• keluarkan isi wadah; cuci wadah dengan air, kemudian dengan eatnol
95%;
• keringkan lagi pada suhu 1050C sampai bobot tetap; dinginkan dan
kemudian timbang satu per satu.
• Bobot isi wadah tidak boleh menyimpang lebih dari batas tertentu
dalam tabel (lihat tabel 9.2), kecuali satu wadah yang boleh
menyimpang tidak lebih dari 2 kali batas yang tertentu.
pH (derajat keasaman) :
Pengujian dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus atau
kertas universal (secara konvensional) atau dengan alat pH
meter.
• Homogenitas :
Pengujian homogenitas diberlakukan bagi suspensi
yang harus menunjukkan tampak luar homogenya
setelah pengocokan dalam waktu tertentu
menggunakan alat Viskometer Brookfield, sedangkan
pengujian homogenitas emulsi dilakukan secara
visual.
•Toksisitas (Khusus untuk produk baru)
Dilakukan pemeriksaan dengan anak
udang/larva LD50.
TERIMA KASIH...!!!