Anda di halaman 1dari 56

MATA KULIAH PATOLOGI KLINIK

STIKES ISFI BANJARMASIN


PARAMETER LABORATORIUM
PADA KELAINAN FUNGSI HATI

dr. Arlan prabowo., M.Sc., SpPK


Kenalan yukk….
Nama : dr. Arlan Prabowo., M.Sc., SpPK
TTL : Semarang, 07-12-1975
Pendidikan : S1 Kedokteran UKI Jakarta (1994-2002)
S2 Kedokteran Klinik UGM (2008-2010)
PPDS 1 Patologi Klinik UGM (2008-2013)
Pekerjaan : Laboratorium Kesehatan Prov. Kalsel

Istri : dr. Femi Suryanti., SpOG


Anak : 1. Farhan (16 tahun)
2. Farah (15 tahun)
3. Farras (7 tahun)
PENDAHULUAN

Hati (hepar) merupakan organ terbesar dalam tubuh


manusia. Hati merupakan organ kompleks yang berfungsi
pada berbagai proses metabolisme tubuh.

Hati manusia terletak pada bagian atas cavum abdominalis,


dibawah diafragma, dikedua sisi kuadran atas, yang
sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya ±
1200-1600 gram.
Unit fungsional hati adalah lobulus hati, yang berbentuk
silindris dengan panjang beberapa milimeter dan berdiameter
0,8 sampai 2 milimeter.
Lobulus sendiri dibentuk dari banyak sel hati (Hepatosit).
Ruangan di antara sel hati disebut sinusoid.
Sinusoid dilapisi oleh sel endotel dan sel Kupffer yang
merupakan makrofag jaringan yang dapat memfagositosis
bakteri dan benda asing dalam darah.

Di antara sel endotel dan


sel hati terdapat ruang
yang sangat sempit yaitu
ruang Disse yang
menghubungkan
pembuluh limfe di dalam
septum interlobularis.
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh
tubuh, merupakan sumber energi tubuh sebanyak
20% serta menggunakan 20 – 25% oksigen darah.
FUNGSI HATI

1. FUNGSI METABOLISME

Hati berfungsi dalam metabolisme :


a. Karbohidrat
Mempertahankan kadar gula darah dalam batas
normal melalui proses glikogenesis, glukolisis dan
glukoneogenesis.
b. Protein
Semua protein plasma disintesis pada hati kecuali
gama globulin.
c. Lemak
Hati menghasilkan trigliserida endogen, fosfolipid
dan kolesterol (VLDL).
2. FUNGSI EKSKRESI

Hati mengekskresi pigmen empedu (bilirubin), asam


empedu, kolesterol, enzim, zat warna, dsb.

3. FUNGSI DETOKSIFIKASI

Yang berperan adalah sel Kupffer pada dinding sinusoid


hati.

4. FUNGSI HEMOSTASIS

Hati mensintesis fibrinogen, protrombin, dan faktor


pembekuan lainnya.
5. FUNGSI MENYIMPAN

Vitamin A, D dan B12 disimpan di hati dan dipakai bila


diperlukan. Besi disimpan dalam bentuk feritin di hati.
PEMERIKSAAN FUNGSI HATI

Adalah semua pemeriksaan laboratorium yang mendeteksi dan


mengukur gangguan fungsi hati; berdasarkan perubahan
kualitatif dan kuantitatif dari sampel darah dan atau urine, serta
dapat memberikan petunjuk adanya kerusakan hati.
Ada berpuluh macam tes faal hati yang telah dibuat, tapi hanya
beberapa yang bermanfaat secara klinis. Beberapa tes sangat
peka tapi kurang spesifik atau sebaliknya.
Hal tersebut diakibatkan oleh:
 Tidak adanya spesifisitas
 Hati mempunyai fungsi metabolisme yang beraneka ragam,
sehingga perlu kombinasi beberapa tes
 Hati mempunyai kapasitas fungsi cadangan yang sangat besar,
sehingga baru pada kerusakan fungsi hati yang berat
memberikan hasil pemeriksaan laboratorium yang bermakna
 Kerusakan hati yang kecil sulit terdeteksi.
Pada umumnya dalam melakukan tes faal hati tidak pernah
dilakukan dengan hanya satu tes, tetapi dilakukan beberapa
jenis tes.

Tujuan tes faal hati :


1. Sebagai tes penyaring (skrining)
2. Menentukan etiologi penyakit
3. Untuk membantu menegakkan diagnosis
4. Membuat diagnosis banding
5. Meramalkan perjalanan penyakit (prognosis)
6. Memantau hasil pengobatan.
Klasifikasi pemeriksaan fungsi hati

I. Berdasarkan fungsi detoksifikasi dan eksresi :


1. Bilirubin serum
2. Bilirubin urine
3. Urobilinogen urine
4. Urobilinogen tinja

II. Berdasarkan fungsi metabolisme :


1. Metabolisme karbohidrat : Galaktose tolerance test ( GTT)
2. Metabolisme lipid : Kolesterol total
3. Metabolisme protein : Albumin, Globulin & Faktor pembekuan
III. Berdasarkan perubahan aktivitas enzim :
1. SGOT / SGPT (Transaminase)
2. LDH (Laktat Dehidrogenase)
3. ALP (Alkali phosphatase)
4. Gamma GT (Gamma glutamyl transferase)
5. Cholinesterase

IV. Berdasarkan reaksi imunologi :


1. AFP (Alfa feto protein )
2. CEA (Carcino embriogenic antigen)
1 SGPT (Serum Glutamate Pyruvate Transaminase)

SGPT atau ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang


banyak ditemukan pada sel hati. Enzim ini dalam jumlah yang
kecil dapat dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka.

SGPT cukup efektif untuk menilai ada-tidaknya destruksi


(kerusakan) pada sel-sel hepar. Pada umumnya nilai tes SGPT
lebih tinggi daripada SGOT pada kerusakan parenkim hati akut,
sedangkan pada proses kronis didapatkan hasil sebaliknya.
SGPT serum umumnya diperiksa dengan metode fotometri atau
spektrofotometri (secara semi otomatis atau otomatis).
Nilai rujukan untuk SGPT/ALT adalah :
Laki-laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L

Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :


 Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut,
nekrosis hati (toksisitas obat atau kimia)
 Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis
kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye,
dan infark miokard (SGOT>SGPT)
 Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati,
sirosis hati, sirosis biliaris.
Faktor –faktor yang dapat mengganggu :
1. Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-
vena dapat menurunkan kadar SGPT
2. Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali
tusuk kena dapat meningkatkan kadar SGPT
3. Hemolisis sampel
4. Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar SGPT :
antibiotik (klindamisin, karbenisilin, eritromisin, tetrasiklin),
narkotika (morfin, kodein), antihipertensi (metildopa,
guanetidin), preparat digitalis, heparin, dsb.
5. Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar SGPT.
2 SGOT (Serum Glutamate Oxaloacetate Transaminase)

SGOT atau AST (Aspartat aminotransferase) merupakan enzim


yang dijumpai dalam otot jantung dan hati, sementara dalam
kadar sedang dijumpai pada otot rangka, ginjal dan pankreas.

Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi


cidera seluler maka enzim ini akan dilepaskan dalam jumlah
banyak ke dalam sirkulasi.

Pada penyakit hati, kadar SGOT akan meningkat 10 kali lipat dan
akan menetap dalam waktu yang lama.
SGOT serum umumnya diperiksa dengan metode fotometri atau
spektrofotometri.
Nilai rujukan untuk SGOT adalah :
Laki-laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L

Kondisi yang meningkatkan kadar SGOT :


 Peningkatan tinggi ( > 5 kali nilai normal) : kerusakan
hepatoseluler akut, infark miokard, kolaps sirkulasi,
pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa
 Peningkatan sedang ( 3-5 kali nilai normal ) : obstruksi saluran
empedu, aritmia jantung, gagal jantung kongestif, tumor hati
(metastasis atau primer), distrophia muscularis
 Peningkatan ringan ( sampai 3 kali normal ) : perikarditis,
sirosis, infark paru, cerebrovascular accident (CVA).
SGOT
Faktor –faktor yang dapat mengganggu :
1. Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-
vena dapat menurunkan kadar SGOT
2. Hemolisis sampel darah
3. Obat-obatan dapat meningkatkan kadar SGOT : antibiotik
(ampisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin,
vitamin A), narkotika (kodein, morfin), antihipertensi
(metildopa, guanetidin), metramisin, preparat digitalis,
kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indosin),
isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, dan teofilin.
3 ALKALI FOSFATASE
Alkali fosfatase (alkaline phosphatase, ALP) merupakan enzim
yang diproduksi terutama oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel
pembentuk tulang baru); enzim ini juga berasal dari usus,
tubulus proksimalis ginjal, plasenta dan kelenjar susu.

Enzim ini disekresi melalui saluran empedu. Kadarnya meningkat


apabila ada sumbatan pada saluran empedu (kolestasis). Tes ALP
terutama digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
penyakit hati dan saluran empedu (hepatobiliar) atau tulang.

Metode pengukuran ALP umumnya adalah kolorimetri dengan


menggunakan alat fotometer atau spektrofotometer manual
atau dengan analizer kimia otomatis. Bahan pemeriksaan yang
digunakan berupa serum atau plasma heparin.
Nilai Rujukan :
Dewasa : 42 – 136 U/L
Anak : Bayi dan anak (usia 0 – 20 th) : 40 – 115 U/L
Anak berusia lebih tua (13 – 18 th) : 50 – 230 U/L

Kondisi yang meningkatkan kadar ALP :


1. Penyakit hepatobilier: obstruksi empedu (ikterik), kanker
hati, sirosis sel hati, hepatitis
2. Hiperparatiroidisme
3. Kanker (tulang, payudara, prostat), leukemia
4. Penyakit tulang: paget, osteitis deforman, penyembuhan
fraktur, myeloma multiple, osteomalasia, arthritis
rheumatoid
5. Obat : albumin IV, antibiotik (eritromisin, linkomisin,
oksasilin, penisilin), kolkisin, metildopa, dsb.
Faktor-faktor yang dapat mengganggu:
 Sampel hemolisis
 Pengaruh obat-obatan tertentu
 Usia pasien (mis. usia muda dan tua dapat meningkatkan
kadar ALP)
 Kehamilan trimester akhir sampai 3 minggu setelah
melahirkan dapat meningkatkan kadar ALP.
4 GGT (Gamma glutamyl transferase)

Gamma-glutamyl transferase ( GGT) adalah enzim yang


ditemukan terutama di hati dan ginjal, sementara dalam jumlah
yang kecil ditemukan dalam limpa, kelenjar prostat dan otot
jantung.

GGT merupakan parameter yang sensitif untuk mendeteksi


beragam jenis penyakit parenkim hati. Kebanyakan penyakit
hepatoseluler dan hepatobiliar akan meningkatkan kadar GGT
dalam serum.
Tes GGT dipandang lebih sensitif daripada tes fosfatase alkali
(ALP). Metode pemeriksaan GGT adalah spektrofotometri atau
fotometri, baik secara semiotomatis atau otomatis (analyzer).
Bahan pemeriksaan yang digunakan berupa serum atau plasma
heparin.

Nilai Rujukan :
Dewasa : Pria : 15 - 90 U/L, Wanita : 10 - 80 U/L, Lansia : sedikit
lebih tinggi
Anak-anak : Bayi baru lahir : 5 x lebih tinggi daripada dewasa,
Prematur : 10 x lebih tinggi dari dewasa,
Anak : sama dengan dewasa.
Kondisi yang dapat meningkatkan kadar GGT :
1. Penyakit hati (sirosis hati, nekrosis hati akut dan subakut,
alkoholisme, hepatitis akut dan kronis)
2. Kanker (hati, pankreas, prostat, payudara, ginjal, paru-paru,
otak)
3. Penyakit saluran empedu (kolestasis akut)
4. Mononukleosis infeksiosa, hemokromatosis (deposit zat besi
dalam hati), infark miokard akut (hari keempat), pankreatitis
akut, epilepsi, sindrom nefrotik.
5. Obat-obatan : fenitoin, fenobarbital, aminoglikosida,
warfarin.
Faktor-faktor yang dapat mengganggu :
 Obat fenitoin dan barbiturat dapat menyebabkan tes GGT
positif palsu
 Asupan alkohol berlebih dan dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan peningkatan kadar GGT.
5 LDH (Laktat Dehidrogenase)

 Terdapat dalam jumlah yang besar pada : otot jantung, otot


skelet, hati dan ginjal.
 Lebih sering dipakai untuk mendeteksi adanya infark miokard.
 Terdapat 5 isoenzym : LDH 1 dan 2 pada otot jantung dan sel
darah merah, sedangkan LDH 5 terdapat pada hati dan otot
skelet.
 Kadarnya dapat pula menigkat pada : keganasan dan
leukemia.
6 Cholinesterase (CHE)

 Terdapat 2 macam jenis :


1. Acethyl cholin esterase : terdapat pada jaringan saraf dan
sel darah merah
2. Pseudo esterase : terdapat pada darah, hati, usus, dan
pankreas

 Merupakan indikator terjadinya penyembuhan dan untuk


menentukan prognosis hepatitis viral. Bila terjadi sirosis hati
dengan penurunan kadar CHE memberikan prognosis yang buruk.
 Dapat pula digunakan untuk mendeteksi keracunan organo
-phosphate pada pestisida.
 Nilai normal : 4300-10.500 U/L.
7 Bilirubin

Bilirubin adalah pigmen kuning yg berasal dari perombakan


heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh
sel retikuloendotelial (RES).

Dalam setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35


mg bilirubin. Perhari bilirubin dibentuk sekitar 250–350 mg
pada seorang dewasa → berasal dari pemecahan hemoglobin,
proses eritropoetik yang tidak efektif dan pemecahan
hemprotein lainnya.
METABOLISME BILIRUBIN

Eritrosit tua akan dihancurkan dalam sistem retikulo endotelial


(SRE) → gugus heme menjadi bilirubin.

Bilirubin berikatan dengan albumin dalam peredaran darah


menjadi bilirubin indirek.

Kemudian bilirubin akan diambil oleh hepatosit secara aktif.

Bilirubin indirek mengalami konjugasi dengan asam glukoronat


dengan bentuan enzim Uridyl difosfat glukoronil transferase
(UDPG) → membentuk bilirubin direk.
Bilirubin direk di-transport ke dalam saluran empedu dan usus
halus.

Didalam usus halus, bilirubin direk mengalami reduksi oleh


kuman-kuman dalam usus → menjadi urobilinogen.

Kira-kira 1% dari urobilinogen tersebut akan masuk ke sirkulasi


enterohepatik untuk sampai dalam sirkulasi sistemik dan keluar
melalui urin. Sebagian urobilinogen dikeluarkan bersama tinja
(sterkobilinogen).
Jenis bilirubin :

1. Bilirubin indirek ( tak terkonjugasi)

Bilirubin indirek (hematobilirubin) merupakan bilirubin


bebas yang terikat albumin.

Bilirubin jenis ini sukar larut dalam air sehingga untuk


memudahkan bereaksi dalam pemeriksaan harus lebih dulu
dicampur dengan alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum
dapat bereaksi, oleh karena itu dinamakan bilirubin indirek.
2. Bilirubin direk (terkonjugasi)

Bilirubin direk adalah bilirubin bebas yang bersifat larut


dalam air sehingga dalam pemeriksaan mudah bereaksi.

Bilirubin direk (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin )


masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke usus.

Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi


urobilinogen. Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan
asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk azobilirubin.
PEMERIKSAAN BILIRUBIN SERUM

Tujuan
Untuk mengetahui adanya gangguan fungsi ekskresi hati
dan membantu dalam membedakan jenis ikterus.

Prinsip pemeriksaan
Dengan metode Jendrassik & Grof → bilirubin dengan
reagen Diazo membentuk azobilirubin yang berwarna
merah. Intensitas warna yang terbentuk sesuai dengan
kadar bilirubin, yang diukur secara fotometrik.
Bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total dan bilirubin
direk. Sedangkan bilirubin indirek diperhitungkan dari
selisih antara bilirubin total dan bilirubin direk.

Nilai rujukan
DEWASA :
Bilirubin total : 0.1 – 1.2 mg/dl
Bilirubin direk : 0.1 – 0.3 mg/dl
Bilirubin indirek : 0.1 – 1.0 mg/dl
ANAK :
Bilirubin total : 0.2 – 0.8 mg/dl
Bilirubin indirek : sama dengan dewasa.
BAYI BARU LAHIR :
Bilirubin total : 1 – 12 mg/dl
Bilirubin indirek : sama dengan dewasa.
Interpretasi hasil
Peningkatan kadar bilirubin direk dijumpai pada :
a. Gangguan transport bilirubin : sindrom Dubin-
Johnson, sindrom Rotor
b. Kerusakan hepatoseluler : hepatitis, alkohol, sirosis
hati, kanker hati
c. Obstruksi empedu ekstrahepatik : batu kandung
empedu, pankreatitis, neoplasma
d. Obstruksi empedu intrahepatik : alkohol, kolestasis,
atresia bilier

Peningkatan kadar bilirubin indirek dijumpai pada :


a. Peninggian produksi bilirubin : hemolisis,
eritropoesis tidak efektif
b. Gangguan transport bilirubin : Sindrom Gilbert,
sindrom Crigler-Najjar
Faktor-faktor interferensi
 Makan makanan tinggi lemak sebelum pemeriksaan
dapat mempengaruhi kadar bilirubin
 Wortel dan ubi jalar dapat meningkatkan kadar
bilirubin
 Hemolisis pada sampel darah dapat meningkatkan
kadar bilirubin
 Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau
terang lampu dapat menurunkan kadar bilirubin
 Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau
menurunkan kadar bilirubin.
PEMERIKSAAN BILIRUBIN
URIN
Dalam keadaan normal, urin mengandung bilirubin direk
sebanyak 0,02 mg/dL → tidak terdeteksi dengan px urin
rutin sehingga hasil px negatif.

Peningkatan kadar bilirubin urin (bilirubinuria) merup.


petanda penyakit hepatoseluler atau obstruksi empedu
intra / ekstrahepatik.

Bilirubin merup. senyawa yang bersifat tidak stabil dan


akan menghilang bila urin terpapar sinar matahari →
px bilirubin urin sebaiknya segera dilakukan.
8 Total Protein

Protein adalah suatu makromolekul yang tersusun atas


molekul-molekul asam amino yang berhubungan satu
dengan yang lain melalui suatu ikatan yang dinamakan
ikatan peptida.

Sejumlah besar asam amino


dapat membentuk suatu
senyawa protein yang memiliki
banyak ikatan peptida, karena
itu dinamakan polipeptida.
Menurut distribusinya, protein tubuh terdiri dari :
protein plasma, protein jaringan dan hemoglobin.
Protein plasma utama terdiri dari : albumin, globulin
dan fibrinogen.

Hati adalah tempat sintesis lebih dari 90% protein.

Sel-sel hati (hepatosit) mensintesis fibrinogen, albumin,


dan 60 – 80 % globulin. Globulin-globulin yang tersisa
adalah imunoglobulin (antibodi) yang disintesis oleh
sistem limforetikuler.
Penetapan protein dalam darah dilakukan dengan
mengukur protein total, albumin dan globulin secara
kimiawi.

Total protein terdiri atas albumin (60%) dan globulin


(40%). Bahan pemeriksaan yang digunakan untuk
pemeriksaan total protein adalah serum.

Bila menggunakan bahan pemeriksaan plasma, kadar


total protein akan menjadi lebih tinggi 3 – 5 % karena
pengaruh fibrinogen dalam plasma.
Nilai rujukan total protein :
DEWASA : 6.0 - 8.0 g/dl
ANAK : 6.2 - 8.0 g/dl
BAYI : 6.0 - 6.7 g/dl
NEONATUS : 4.6 - 7.4 g/dl
Interpretasi pemeriksaan total protein:

PENURUNAN KADAR :
Malnutrisi berkepanjangan, kelaparan, diet rendah
protein, sindrom malabsorbsi, kanker gastrointestinal,
kolitis ulseratif, penyakit Hodgkin, penyakit hati yang
berat, gagal ginjal kronis, luka bakar yang parah,
intoksikasi air.

PENINGKATAN KADAR :
Dehidrasi (hemokonsentrasi), muntah, diare, mieloma
multipel, sindrom gawat pernapasan, sarkoidosis.
9 Albumin

Persiapan pasien
- Tidak perlu persiapan khusus
- Hindari obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar
albumin, seperti infus albumin dan progesteron.

Sampel
- Berupa serum atau plasma.
- Hindari hemolisis dan pemakaian tourniquet yang lama
karena akan menyebabkan hasil peningkatan palsu.
Nilai rujukan albumin :
DEWASA : 3.5 - 5.0 g/dl
ANAK : 4.0 - 5.8 g/dl
BAYI : 4.4 - 5.4 g/dl
NEONATUS : 2.9 - 5.4 g/dl
Interpretasi pemeriksaan albumin :

PENURUNAN KADAR :
Sirosis hati, gagal ginjal akut, luka bakar yang parah,
malnutrisi berat, preeklampsia, gangguan ginjal,
malignansi tertentu, kolitis ulseratif, enteropati
kehilangan protein, malabsorbsi.

PENINGKATAN KADAR :
Dehidrasi, muntah yang parah, diare berat.
Tes Faal Hati Pada Kelainan Fungsi Hati

Tes Faal Hati Hepatitis Sirosis Hati


GGT Meningkat pada hepatitis Meningkat pada sirosis
alkoholik atau stasis bilier alkoholik atau sirosis bilier

Normal pada hepatitis lainnya Normal pada sirosis lainnya

Total Bilirubin Normal atau meningkat Normal atau meningkat

Bilirubin Direk- D>I I>D


Indirek
Tes Faal Hati Hepatitis Sirosis Hati
Total Protein Normal ↓

Albumin Normal ↓

Globulin Normal ↑

A/G ratio >1 <1

Alkaline Phospatase Meningkat 1-2x normal Meningkat 1-2x normal

ALT (SGPT) Meningkat hingga ribuan ALT, AST meningkat max 300
IU
AST (SGOT) Meningkat hingga ribuan, Tidak pernah > 300 IU dan
namun biasanya ALT>AST AST>ALT
KUIS

1. Dibawah ini adalah fungsi organ hati, kecuali…


a. Hati mensintesis semua protein plasma kecuali γ-globulin
b. Hati menghasilkan trigliserida endogen, fosfolipid dan
kolesterol
c. Hati mengekskresi pigmen empedu (bilirubin), asam
empedu, kolesterol, enzim, zat warna, dsb
d. Hati mensintesis fibrinogen, protrombin, dan faktor
pembekuan lainnya.
e. Hati mensintesis hormon insulin yang berfungsi
menurunkan kadar glukosa darah
2. Dibawah ini adalah faktor –faktor yang dapat mengganggu
hasil pemeriksaan SGPT serum, kecuali…
a. Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intravena
b. Trauma pada proses pengambilan sampel
c. Sampel yang hemolisis
d. Sampel yang ikterik
e. Obat-obatan seperti antibiotik, (metildopa, guanetidin),
preparat digitalis, heparin, dsb.
3. Parameter tes faal hati yang berguna untuk menilai ada-
tidaknya sumbatan pada saluran hepatobilier adalah…
a. SGPT
b. SGOT
c. Alkali fosfatase
d. LDH
e. Cholinesterase
4. Bilirubin berasal dari, kecuali….
a. Pemecahan hemoglobin
b. Proses eritropoetik yang tidak efektif
c. Pemecahan hemprotein lain
d. Mioglobin
e. Urobilinogen
TERIMA KASIH DAN
SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai