Anda di halaman 1dari 17

EPIDEMIOLOGI

PENYAKIT
MENULAR
NAMA : ZETA ZAHWA
NPM : (2013201010)
TUGAS 1
FILARIASIS
FILARIASIS
Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan
sumbatan cacing filaria di kelenjar /saluran getah
bening, yang menimbulkan gejala berupa demam
berulang, radang kelenjar, edema dan gejala kronik
berupa elefantiasis. Gejala yang umum terlihat adalah
terjadinya elefantiasis, berupa membesarnya tungkai
bawah (kaki) dan kantung zakar (skrotum), sehingga
penyakit ini secara awam dikenal sebagai penyakit kaki
gajah.

3
PENYEBAB

Di Indonesia ditemukan 3 spesies cacing


filaria, yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia
malayi dan Brugia timori yang masing-masing
sebagai penyebab filariasis bancrofti, filariasis
malayi dan filariasis timori. Beragam spesies
nyamuk dapat berperan sebagai penular
(vektor) penyakit tersebut.

4
CARA PENULARAN

Seseorang tertular filariasis bila


digigit nyamuk yang mengandung larva
infektif cacing filaria. Nyamuk yang
menularkan filariasis adalah Anopheles,
Culex, Mansonia, dan Aedes. Nyamuk
tersebut tersebar luas di seluruh
Indonesia sesuai dengan keadaan
lingkungan habitatnya (got/saluran air,
sawah, rawa, hutan).

5
GEJALA FILARIASIS

Gejalanya meliputi :
1.Gejala awal (akut) : ditandai dengan demam
berulang 1-2 kali, timbul benjolan yang terasa
panas dan nyeri pada lipat paha atau ketiak tanpa
adanya luka di badan, dan sakit mulai dari
pangkal paha atau ketiak dan berjalan kearah
ujung kaki atau tangan.
2.Gejala lanjut (kronis) : ditandai dengan pembesaran
pada kaki, tangan, kantong buah zakar, payudara
dan alat kelamin wanita sehingga menimbulkan
cacat yang menetap
6
 Radang saluran kelenjar getah bening yg terasa panas & sakit menjalar
dari pangkal kaki atau pangkal lengan ke arah ujung (retrograde
lymphangitis)

 Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah


bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
 Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yg terlihat agak
kemerahan dan terasa panas (early lympodema)

7
DIAGNOSIS

1. Diagnosis Klinik : Ditegakkan melalui


anamnesis dan pemeriksaan klinik
2. Diagnosis Parasitologik : Ditemukan
mikrofilaria pada pemeriksaan darah jari
pada malam hari
3. Diagnosis Epidemiologik : Pendekatan
praktis untuk menentukan daerah endemis
filariasis dapat melalui penemuan penderita
elefantiasis
8
Seseorang yg dinyatakan sebagai penderita filariasis
apabila dalam sediaan darah tebal ditemukan
mikrofilaria !!!
PENGOBATAN

Selama lebih dari 40 tahun untuk


pengobatan filariasis, baik secara perorangan
maupun untuk pengobatan masal dalam jangka
panjang, digunakan DEC (Diethil Carbamazine
Citrate). DEC bersifat membunuh mikrofilaria
juga makrofilaria atau cacing dewasa.
.

10
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Pemeriksaan laboratorium penderita filariasis mencari


identitas spesies microfilarianya. Sampel berupa darah
dari penderita untuk menemukan mikrofilarianya
Pemeriksaan sampel darah dari cuping telinga .
• Cacing filaria dapat ditemukan dengan pengambilan
darah tebal atau tipis pada waktu malam hari antara
jam 10 malam sampai 2 pagi yang dipulas dengan
pewarnaan Giems atau Wright

11
Distribusi Kejadian Filariasis Berdasarkan
Komponen Host

• Komponen host yang diteliti adalah umur, jenis


kelamin, pekerjaan, keluar rumah malam hari,
penggunaan kelambu, penggunaan obat anti
nyamuk, dan pemakaian baju dan celana
panjang. Berikut ini distribusi komponen host
yang didapatkan setiap variabel:
1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, berikut
ini grafik umur penderita filariasis di Kabupaten
Tangerang:

12
Distribusi Kejadian Filariasis Berdasarkan
Komponen Host

terdapat pada usia 36-45 tahun yaitu sebanyak 13


orang (43,3%).
Pekerjaan pada kelompok umur 36-45 tahun adalah
sebagai petani, buruh
sawah, dan orang yang bekerja di sawah saat panen
padi.
13
Distribusi Frekuensi Kejadian Filariasis Berdasarkan
KomponenLingkungan

Kondisi lingkungan yang mempengaruhi kejadian filariasis adalah


kondisi Saluran Penampungan Air Limbah (SPAL), penggunaan kawat
kasa, tinggal dekat persawahan, kondisi plafon rumah, dan keberadaan
barang bergantung dalam rumah. Berikut ini distribusi komponen
lingkungan yang didapatkan setiap variabel:
1. Kondisi Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Sesuai kepemilikan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) penderita
sebelum didiagnosis filariasis miliki kategori baik dan buruk. Berikut ini
grafik mengenai kondisi (SPAL) penderita berdasarkan kondisi
SPAL:

14
Distribusi Frekuensi Kejadian Filariasis Berdasarkan
KomponenLingkungan

Kondisi SPAL yang sebagian besar buruk sesuai dengan pernyataan


dari salah satu penderita. Berikut ini hasil kutipan wawancara dengan
penderita:

“jaman dulu rumah masih jarang, yang perumahan-


perumahandisono tuh masih sawah, masih hutan lah. Belom ada got.
Ketanah aja gitu. Saya paling air bekas mandi doang, sama nyuci
juga jarang. (OM, KR)”

Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa pembuangan air limbah


penderita langsung ke tanah.

15
Distribusi Frekuensi Kejadian Filariasis Berdasarkan
KomponenLingkungan

sebagian besar penderita memiliki kondisi SPAL yang


buruk. Penderita
yang memiliki SPAL buruk sebanyak 24 orang (80%).

16
Thanks!
Any questions?

17

Anda mungkin juga menyukai