Anda di halaman 1dari 26

KOGNISI SOSIAL

Berpikir Mengenai Dunia Sosial


Sebutkan benda yang dapat
dipakai untuk menulis, duduk
dan memotong sayur ?
Pasir Pasir Apsir
Batu bata Tahu Utap
Semen Gula pasir Pakec
Kayu Kayu Ukay
Palu Kecap Lapes
Genteng Genteng Engteng
Paku Salep Busan indam
Besi beton Besi beton Ibes
Cat tembok Sabun mandi Tac kemkob
Gergaji Gergaji Erggija
KOGNISI
Scheerer: proses sentral yang menjelaskan peristiwa
internal dan eksternal
Festinger: sesuatu yang diketahui orang tentang dirinya
sendiri, tingkahlakunya dan keadaan sekitarnya
Neisser: proses transformasi, reduksi, elaborasi,
penyimpangan, pengungkapan kembali dan pemakaian
setiap masukan yang diterima alat indra
The cerebral
cortex is the part
of the brain that is
involved in
thinking. A big part
of its job is social
cognition—
thinking about and
understanding
other people.
KOGNISI SOSIAL
• Kognisi yang berhubungan dengan
aktivitas sosial, yang membantu kita
untuk memahami dan
memprediksikan perilaku kita dan
orang lain.
• Kognisi sosial menerangkan cara-
cara kita menginterpretasi,
menganalisis, mengingat, dan
menggunakan informasi tentang
dunia sosial
• Bagaimana kita berpikir tentang
orang lain
 Terjadi secara
otomatis:
* tato – preman...
Proses jalan pintas
(heuristic): generalisasi
*semua orang bertato –
preman
Keterkaitan kognisi
(pikiran) dan afek
(perasaan)
*tato-preman = sadis,
kejam, seram, takut ...
SKEMA (Schema)
Kerangka mental yang berpusat pada tema-tema spesifik
yang dapat membantu kita mengorganisasi informasi sosial

TATO
PREMAN
JAHAT
Pengaruh Skema terhadap Kognisi Sosial
Skema menimbulkan efek yang kuat pada tiga proses dasar
kognisi: perhatian (attention), pengodean (encoding) dan
mengingat kembali (retrieval)
•Attention: informasi yang konsisten dengan skema lebih
diperhatikan dan lebih mungkin masuk ke kesadaran.
Informasi yang tidak cocok diabaikan kecuali sangat ekstrem.
•Encoding: informasi yang menjadi fokus perhatian lebih
mungkin disimpan dalam ingatan jangka panjang, dikodekan.
•Retrieval: orang lebih banyak mengingat dan menggunakan
informasi yang konsisten dengan skema. Namun bisa saja
orang mengingat dengan kuat informasi yang tidak konsisten
dengan skema.
Skema:
• Mendistorsi pada pemahaman kita tentang
dunia sosial  prasangka, stereotip
• Skema sering sulit diubah bahkan ketika
menghadapi informasi yang kontradiktif 
efek bertahan (perseverance effect)
• Skema memberi efek pemenuhan harapan diri
(self fulfilling prophecy) atau sifat pemastian
diri (self-confirming nature).
ARTIS - NARKOBA
“ Saya tidak heran lagi, artis itu memang identik dengan narkoba”
Heuristik dan Pemrosesan
Otomatis
Dilema Kognisi Sosial
Kapasitas kita untuk mengolah informasi
(termasuk informasi sosial) terbatas, namun
kehidupan sehari-hari kita dibanjiri oleh sejumlah
besar informasi dan kita dituntut untuk berurusan
dengan seluruh informasi tersebut secara efektif
dan efisien. Heuristik dan pemrosesan
otomatis merupakan mekanisme yang biasa
kita lakukan menghadapi banjir informasi
tersebut
Jalan Pintas Mental
(Heuristic)
•Dalam proses kognitif,
manusia seringkali
menggunakan jalan pintas
mental (heuristic) untuk
sampai pada suatu
kesimpulan atau atribusi.
Motivasinya adalah alasan
efisiensi untuk mempercepat
proses dan menghemat
enerji.
•Heuristic terkait dengan
kejenuhan informasi
(information overload)
• Heuristic
representativeness
(heuristik keterwakilan):
sebuah strategi untuk
membuat penilaian
berdasarkan pada sejauh
mana stimuli atau peristiwa
memiliki kemiripan dengan
stimuli atau kategori yang
lain.
Semakin mirip seseorang
dengan ciri-ciri khas orang-
orang dari suatu kelompok,
semakin mungkin ia
merupakan bagian dari
kelompok tersebut.
• Availability heuristics (heuristik
ketersediaan): strategi untuk membuat
keputusan berdasarkan seberapa mudah suatu
informasi spesifik dapat dimunculkan dalam
pikiran kita.
Semakin mudah suatu informasi masuk ke
pikiran, semakin besar pengaruhnya pada
penilaian/ keputusan yang dibuat. Heuristik ini
dapat mengarahkan kita melebih-lebihkan
kemungkinan munculnya peristiwa yang
dramatis namun jarang terjadi, karena
peristiwa tersebut mudah masuk ke pikiran kita.
• Lebih banyak orang takut
naik pesawat drpd mobil
(karena pemberitaan
kecelakaan pesawat yg
dramatis), pdhl
kemungkinan kecelakaan
mobil 100 x lebih tinggi
daripada pesawat.
• Pasca tragedi WTC New
York 11/9, keyakinan
tentang Islam identik
dengan teroris semakin
meningkat.
Pemrosesan Otomatis
Dapat terjadi setelah pengalaman berulang dng tugas
tertentu ataupun pemaparan berulang tentang jenis
informasi tertentu. Pada akhirnya orang mencapai suatu
tahap melakukan tugas ataupun memproses informasi
secara otomatis dan tidak disadari.
*Misal: dalam aktivitas sehari-hari kita mengendarai
motor, pergi ke kantor, mengetik dan lainnya.
Pemrosesan terkontrol  Pemrosesan otomatis,
menghemat banyak usaha.
*Ketika orang telah memiliki skema ttg kelompok sosial
tertentu (etnis, profesi, agama dsbnya), orang memiliki
cara singkat menilai orang anggota kelompok tersebut.
Kemudahan dan efisiensi berpikir diikuti oleh
kemungkinan hilangnya akurasi  berpikir stereotipik
SUMBER2 KESALAHAN
KOGNISI SOSIAL
• Bias Negatif:
kecenderungan untuk memberikan perhatian
lebih besar pada informasi negatif
Dalam perspektif evolusi: informasi negatif merefleksikan hal-
hal di lingkungan yang mungkin mengancam keselamatan/
kesejahteraan kita, sehingga sangatlah penting bagi kita untuk
sensitif terhadap stimulus berupa informasi negatif; kita lebih
cepat dan akurat mendeteksi ekspresi wajah negatif daripada
positif.
Penelitian neurologis: tanggapan otak terhadap stimulus negatif
lebih cepat daripada stimulus netral dan positif.

AHOK-AL MAIDAH
• Bias Optimistik:
Predisposisi kita untuk
mengharapkan agar segala sesuatu
berjalan dengan baik.
Penelitian2: kebanyakan orang percaya
bahwa mereka memiliki kemungkinan yang
lebih besar dari orang lain untuk mengalami
peristiwa positif dan kemungkinan lebih
kecil untuk mengalami peristiwa negatif.

Konsekuensi pada kesalahan perencanaan (planning fallacy)


kecenderungan untuk percaya bahwa kita dapat melakukan lebih
banyak daripada yang sebenarnya bisa kita lakukan. Kita terlalu
fokus (optimis) pada waktu yang akan datang dengan mengabaikan
faktor lain yang mungkin menghambat.
• Kerugian karena terlalu banyak berpikir
Pemikiran rasional dan sistematis merupakan salah satu
cara yang dilakukan untuk memikirkan suatu masalah
(disamping intuitif), karena tidak terlalu rentan thd bias.
Pernahkan Anda berpikir berat dan lama ttg suatu
masalah atau keputusan shg Anda menjadi semakin
bingung ? Jika ya, Anda akan menyadari bahwa berpikir
secara rasional terkadang menimbulkan terlalu banyak
buah pikiran yang kurang baik, kebingungan dan
frustrasi yang meningkat dan bukannya keputusan atau
kesimpulan yang lebih baik dan lebih akurat
• Pemikiran konterfaktual
Kecenderungan untuk membayangkan hasil yang lain
daripada yang sesungguhnya terjadi dalam suatu
situasi- berpikir tentang “apa yang akan terjadi
seandainya …..”
Misalnya: Anda mendapatkan nilai C dalam suatu ujian yang jauh
lebih rendah dari harapan. Karena menyesal dengan hasil yang jelek
tersebut mungkin Anda akan berpikir ttg apa yang seharusnya Anda
lakukan untuk mendapatkan nilai yang lebih baik.
“ Seandainya saya belajar lebih giat maka…..”
* Membayangkan kemungkinan lebih baik (upward counterfactual)
* Membayangkan kemungkinan lebih buruk (downward
counterfactual)
• Pemikiran Magis:
Berpikir dengan melibatkan asumsi yang tidak
berdasarkan alasan yang rasional.
- 13 angka sial
- Ketakutan pada kucing hitam dsbnya
Prinsip2 yang berlaku:
- Hukum penularan (law of contagion): ketika dua objek
bersentuhan masing2 memberikan miliknya dan
pengaruh sentuhan berlangsung lama walaupun
sentuhan itu sudah berakhir lama
- Hukum kesamaan (law of similarity): hal yang
menyerupai akan memiliki ciri dasar yang sama.
- Pemikiran sso akan mempengaruhi lingkungan fisik
• Menekan pikiran
Usaha untuk mencegah pikiran-pikiran
tertentu memasuki alam kesadaran
misalnya: istri korban KDRT seringkali
menutupi kekerasan yang dialami karena
dianggap aib dan tidak pantas secara
kultural. Sebagai perempuan harus nrimo.
referensi
• Baron, R.A dan Byrne, D. 2005.Psikologi
Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga.
• Sarwono, S.W.1999. Psikologi Sosial,
Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial.
Jakarta: Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai