K3
Abegail A. P. Picaulima 12030117130088
Kira Ninda Sarasati H
12030117130152
Yudistira 12030117140152
Riyan Kurniawan 12030117140161
Magenta Rahma U S
12030117140206
Tri Widyastuti 12030117140218
BAB 9
Bisnis Beretika
PANDANGAN TENTANG BISNIS
—SOMEONE FAMOUS
Dalam agama Kristen, perdagangan tidak ditolak sebagai sesuatu yang kurang
etis, walaupun tetap dipandang dengan syak wasangka.
Dalam agama Islam, tidak mempunyai pandangan negative terhadap
perdagangan.
Dari sudut Budaya, pandangan berbagai suku perdagangan bervariasi. Orang
minang gemar berdagang dan terkenal sebagai perantau yang tangguh.
SKANDAL BISNIS
Revolusi industry dan inovasi-inovasi yang diciptakan oleh para ilmuwan membuat
semakin bervariasinya barang dan jasa yang diperlukan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Barang dan jasa yang memudahkan,
menyamankan, dan meningkatkan martabat kehidupan akan semakin banyak yang
diproduksi dan diperdagangkan karena munculnya permintaan.
ETIKA
DALAM
BISNIS
(Bertens, 2013:30) Etika dalam bisnis memandang etika sebagai praksis yang
berarti nilai – nilai, norma atau prinsip moral sejauh dipraktikkan atau justru tidak
dipraktikkan, walaupun seharusnya dipraktikkan dalam bisnis.
• Menurut Brooks & Dunn (2012:2-22) menjelaskan secara rinci tentang perkembangan
lingkungan bisnis dan jawaban terhadap tantangan – tantangan tersebut.
• Pelaksanaan bisnis beretika tidak hanya disebabkan oleh keharusan untuk menaati
peraturan. Perusahaan itu sendiri akan memperoleh manfaat jika perusahaan
menjalankan bisnisnya secara beretika.
• Laba perusahaan meningkat sehingga harga saham yang disebabkan oleh faktor
fundamental akan naik.
Faktor Penentu
Reputasi
KREDIBILI RELIABILIT
TAS AS
REPUTASI
PERUSAHAAN
KEPERCAY TANGGUN
G
AAN
JAWAB
BAGAIMANA
STRUKTUR
Pola pengembangan organisasi
yang didasarkan atas niat dan 01
BERETIKA 03
TATA KELOLA
Tata kelola perusahaan yang baik
mendorong dapat dijalankannya
perbuatan yang etis menjadi
bisnis beretika dengan baik.
tanggung jawab manajemen,
termasuk direksi. Jika bersifat
strategis ke dewan komisaris dan
pemegang saham.
PENGAMBILAN
KEBIJAKAN DAN KEPUTUSAN
PROSEDUR
02 04 Keputusan beretika akan
Diarahkan untuk memproteksi menentukan aktivitas yang
kepentingan para stakeholder. beretika. Hasil aktivitas
menentukan kinerja beretika.
ETIKA DALAM BISNIS
Sebuah lembaga nirlaba di Amerika Serikat berusaha mengembangkan perilaku etis untuk profesi
di berbagai bidang. Menurut Josephson Institute for the Advancement of Ethics (Hayes dkk., 2005:
75) menjelaskan bahwa perilaku etis ditandai dengan sifat :
1. Jujur (Honesty)
2. Berintegritas (Integrity)
3. Menepati Janji (Promise Keeping)
4. Kesetiaan (loyalty)
5. Bertindak adil (fairness)
6. Peduli dan hormat pada orang lain (caring and respect to others)
7. Warga negara yang bertanggung jawab (responsible citizenship)
BAB 10
Budaya, Visi, dan
Misi
BUDAYA PERUSAHAAN
Istilah budaya (culture) berasal dari bahasa latin "colere" yang dapat diartikan sebagai “segala daya
dan
aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam" (Prasetya dkk., 2013: 28) .
Koentjaraningrat
(dalam Prasetya dkk., 2013: 32) menguraikan wujud kebudayaan dalam tiga bentuk, yang disebut
kompleks. Berikut ini ketiga bentuk wujud kebudayaan tersebut:
1. Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya. Kompleks dan tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat.
2. Kompleks aktivitas dan Tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
3. Kompleks benda-benda hasil karya manusia.
Hartman & Desjardins (2011: 117–120) mendeskripsikan budaya perusahaan sebagai pola perilaku
anggota
Organisasi tersebut. Terlihat dari definisi ini bahwa budaya perusahaan mencaku dari keyakinan,
harapan,
dan arti (makna) yang memengaruhi dan mengarahkan pemikiran dau hal-hal seperti yang
dikemukakan oleh
Koentjaraningrat. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya perusahaan mencakup hal-
hal
sebagai berikut.
01
Mematuhi ketentuan hukum, undang-
02
Mematuhi kebijakan dan
undang, dan peraturan prosedur internal perusahaan.
03
Mempedulikan hak dan kepentingan
04
Menganggap perusahaan sebagai
pihak-pihak lain di dalam dan di luar bagian dari dirinya sendiri.
perusahaan.
Pandangan tentang pentingnya nilai dikemukakan oleh Robert Haas,
Chief Executive Officer (CEO) dari Levi Strauss. la mengatakan
(Scott dkk., 2010: 19) bahwa “Nilai perusahaan-apa yang dibela oleh
perusahaan dan apa yang dipercaya orang-orang di dalam
perusahaan-penting untuk kesuksesan kompetitif sebuah perusahaan.
Sebenarnya nilai mengendalikan bisnis". Nilai harus mendarah
daging dalam hati sanubari setiap individu dalam perusahaan. Jika
hal ini sudah tercapai, nilai-nilai itu akan terpancar sebagai nilai
perusahaan.
Scoot dkk. (2010 : 41-43) mengelompokkan nilai ke dalam 6 kategori utama :
Tiga nilai pokok menurut pandangan
buku ini perlu dikembangkan sebagai
budaya perusahaan :
VISI MISI
Gambaran kondisi (state) masa depan yang Untuk menjelaskan tujuan organisasi yang
diinginkan. Visi bukan sekedar harapan. Visi sejalan dengan nilai dan harapan para
adalah komitmen yang memberikan konteks stakeholder (Phanuel Darbi, 2012). Umumnya,
untuk menyusun desain dan mengelola pernyataan misi harus mencakup jawaban atas
perubahan guna mencapai tujuan. dua pertanyaan berikut:
1. Bisnis apa yang sedang kita lakukan.
2. Untuk apa bisnis ini ada.
Apakah pernyataan visi dan misi
bermanfaat?
PHANUEL MULL
DARBI ANE
(2012) (2002)
TEMA UMUM
MISI
Jadi bila dikelompokkan lebih
lanjut, pernyataan visi dan
misi organisasi mencakup
tema-tema:
1.1. Filosofi Organisasi
2.2. Komitmen kepada
Stakeholder
3.3. Identitas Organisasi
NILAI, VISI, DAN
MISI
Scott dkk., (2010:21) menyebutkan bahwa sebelum
ada visi, misi, dan strategi, perusahaan harus sudah
menyepakati terlebih dahulu tentang apa saja yang
akan dipertahankan, baik dalam kaitannya dengan
pelayanan kepada pelanggan maupun hubungan
dengan komunitas lain serta hubungannya di dalam
komunitas itu sendiri.
Hubungan Nilai, Visi, Misi, Strategi, dan Aktivitas
(Konsep Joachim)
TERIMA KASIH