Anda di halaman 1dari 34

Sosiologi Pendidikan

Ira Nurmala., S.KM., M.PH., PhD


Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Sosiologi Pendidikan - Introduction
 Kajian sosiologi pendidikan menekankan implikasi dan akibat sosial dari
pendidikan dan memandang masalah-masalah pendidikan dari sudut
totalitas lingkup sosial kebudayaan, politik dan ekonomisnya bagi
masyarakat.

 Sosiologi pendidikan memandang gejala pendidikan sebagai bagian dari


struktur sosial masyarakat.

 Sosiologi pendidikan adalah bagian dari ilmu sosial terutama sosiologi dan
ilmu pendidikan.
 Objek penelitian sosiologi pendidikan adalah tingkah laku sosial, yaitu
tingkah laku manusia dan institusi sosial yang terkait dengan pendidikan.

 Tingkah laku itu hanya dapat dimengerti dari tujuan, cita-cita atau nilai-
nilai yang dikejar.

 Sosiologi pendidikan berbicara tentang pandangan tentang kelas, sekolah,


keluarga, masyarakat desa, kelompok-kelompok masyarakat dan
sebagainya, masing-masing terangkum dalam wilayah suatu system sosial.

 Tiap-tiap system sosial merupakan kesatuan integral yang mendapat


pengaruh dari (1)system sosial yang lain, (2)lingkungan alam, (3)sifat-sifat
fisik manusia dan (4) karakter mental penghuninya.
 Menurut Dodson, sosiologi pendidikan mempersoalkan pertemuan dan
percampuran dari lingkungan sekitar kebudayaan secara totalitas
sedemikian rupa sehingga terbentuknya tingkah laku tertentu dan sekolah
atau lingkungan pendidikan dianggap sebagai bagian dari total cultural
miliu.

 E. Goerge Payne, yang merupakan bapak sosiologi pendidikan, memberikan


penekanan bahwa dalam lembaga-lembaga, kelompok-kelompok sosial dan
proses sosial terdapat hubungan yang saling terjalin, di mana di dalam
interaksi sosial itu individu memperoleh dan mengorganisasikan
pengalamannya.
Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat

a. Hubungan pendidikan dengan system sosial atau struktur sosial,


b. Hubungan antara system pendidikan dengan proses control sosial dan system kekuasaan,
c. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan,
d. Fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan kultural atau usaha
mempertahankan status quo, dan
e. Fungsi system pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, kultural dan
sebagainya.
2. Hubungan antar manusia di dalam sekolah
 Lingkup ini lebih condong menganalisis struktur sosial di dalam sekolah yang memiliki
karakter berbeda dengan relasi social di dalam masyarakat luar sekolah, antara lain yaitu:
a. Hakikat kebudayaan sekolah sejauh ada perbedaannya dengan kebudayaan di luar sekolah
b. Pola interaksi sosial dan struktur masyarakat sekolah, yang antara lain meliputi berbagai
hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola kepemimpinan informal sebagai terdapat dalam
clique serta kelompok-kelompok murid lainnya.

3. Pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak di sekolah/lembaga


pendidikan
a. Peranan social guru-guru/tenaga pendidikan,
b. Hakikat kepribadian guru/tenaga pendidikan,
c. Pengaruh kepribadian guru/tenaga kependidikan terhadap kelakuan anak / peserta didik, dan
d. Fungsi sekolah/lembaga pendidikan dalam sosialisasi murid/peserta didik.
4. Lembaga Pendidikan dalam masyarakat

 Di sini dianalisis pola-pola interaksi antara sekolah / lembaga pendidikan dengan


kelompok-kelompok sosial lainnya dalam masyarakat di sekitar sekolah/lembaga
pendidikan.
a. Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah/lembaga pendidikan,
b. Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam system system social dalam masyarakat
luar sekolah,
c. Hubungan antarsekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan, dan
d. Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat berkaitan dengan organisasi
sekolah, yang perlu untuk memahami system pendidikan dalam masyarakat serta
integrasinya di dalam keseluruhan kehidupan masyarakat
Pendidikan-Kurikulum-Masyarakat

 pendidikan, kurikulum dan masyarakat sebenarnya saling


bergantungan antara satu sama lain.

 dengan pendidikan dan perancangan kurikulum yang mantap, maka


akan lahir masyarakat yang mampu mengaplikasikan ilmu
pengetahuan dengan tepat.
Pendidikan
 Secara kodrati, manusia sejak lahir telah mempunyai potensi dasar (fitrah) yang harus
ditumbuhkembangkan agar fungsional bagi kehidupannya di kemudian hari.

 Untuk itu, aktualisasi terhadap potensi tersebut dapat dilakukan usaha-usaha yang
disengaja dan secara sadar agar mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal.

 Pendidikan, sebagai usaha dan kegiatan manusia dewasa terhadap manusia yang belum
dewasa, bertujuan untuk menggali potensi-potensi tersebut agar menjadi aktual dan
dapat dikembangkan.

 Dengan begitu, pendidikan adalah alat untuk memberikan rangsangan agar potensi
manusia tersebut berkembang sesuai dengan apa yang diharapkan.
Tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat
(Elsbree)
a. Untuk meningkatkan kualitas belajar dan pertumbuhan anak.
b. Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya pendidikan dan
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
c. Untuk mengembangkan antusiasme/semangat saling bantu antara sekolah dengan
masyarakat demi kemajuan kedua belah pihak.
 Ketiga tujuan tersebut menggambarkan adanya “two way trafic” atau dua arus komunikasi
yang saling timbal balik antara sekolah dengan masyarakat.
 Hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan baik apabila terjadi
kesepakatan antara sekolah dengan masyarakat tentang “policy” (kebijakan), perencanaan
program dan strategi pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Fungsi Sekolah dalam Masyarakat

1) Sekolah sebagai lembaga pembaharu (agent of change) yang mengintroduksi


perubahan pengetahuan, cara berpikir, pola hidup, kebiasaan dan tata cara
pergaulan, dan sebagainya.

2) Sekolah sebagai lembaga seleksi (selecting agency), yang


memilih/membeda bedakan anggota masyarakat menurut kemampuan dan
potensinya dalam memberikan pembinaan sesuai dengan kemampuan itu, agar
setiap individu/anggota masyarakat dapat dikembangkan dan dimanfaatkan
potensinya semaksimal mungkin.
3) Sekolah sebagai lembaga peningkat (class leveling agency), yang membantu
meningkatkan taraf sosial warga negara dan dengan demikian
mengurangi/menghilangkan perbedaan “kelas” dalam masyarakat.

4) Sekolah sebagai lembaga asimilasi (assimilating agency), yang berusaha


mengurangi/menghilangkan perbedaan-perbedaan atas tradisi, adat dan
kebudayaan, sehingga terdapat usaha penyesuaian diri yang lebih besar dalam
persatuan dan kesatuan bangsa.

5) Sekolah sebagai lembaga pemeliharaan kelestarian (agent of preservation),


yang memelihara dan meneruskan sifat-sifat budaya yang patut dipelihara dan
diteruskan.
Fungsi Masyarakat dalam Pendidikan di Sekolah

1) Sumber (suplier) yang menyediakan peserta didik, guru, sarana dan


prasarana penyelenggaraan sekolah.

2) Konsumen hasil pendidikan sekolah, yang menerima kembali dan


menyediakan lapangan pekerjaan bagi lulusan sekolah itu.

3) Peserta dalam proses pendidikan di sekolah, yang terus menerus mengikuti


dan turut mempengaruhi proses pendidikan di sekolah
Kurikulum
 Kata kurikulum, berasal dari bahasa Latin (Yunani), yakni cucere
yang berubah menjadi kata benda curriculum.

 Kurikulum, jamaknya curicula, pertama kali dipakai dalam dunia


atletik. Dalam dunia atletik, kurikulum diartikan a race course,
a place for running a chariot.
Dalam dunia pendidikan, kurikulum
mempunyai arti sebagai berikut:
a. Kurikulum dalam arti sempit atau tradisional

 a course, as a specific fixed course of study, as in school or college, as one


leading to a degree.

 a systematic group of course or subject required for graduation in major


field of study (Carter V. Good).

 curriculum is a resources of subject matters to be mastered (Robert Zaiz).


Dalam dunia pendidikan, kurikulum
mempunyai arti sebagai berikut:
b. Kurikulum dalam arti luas atau modern

 all the experiences which are offered to learners under the auspices or
direction of the school (Ronald Doll).

 all the experiences of children for which the school accepts responsibility
(William B. Ragan).

 all of the activities that are provided for student by the school constitute, its
curriculum (Harold B. Alberty dan Elsie J. Alberty).
 Kurikulum adalah “Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu”. (Bab I Pasal 1 ayat 19 Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 Menurut UU no. 20 tahun 2003).

 pada hakikatnya, kurikulum itu adalah alat/sarana untuk mencapai


tujuan pendidikan.

 Hal ini, seperti dikemukakan John S. Brubacher whatever its name, it


discribes the ground which pupil and teacher cover to reach the goal
of education.
Model Kurikulum
1) Model dualistis menggambarkan kurikulum dan pengajaran terpisah.

2) Model berkaitan menggambarkan bagian-bagian esensial yang terpadu.

3) Model konsentris menggambarkan kurikulum berhubungan dengan pengajaran,


dengan kemungkinan kurikulum dalam pengajaran atau pengajaran di dalam
kurikulum, yang satu menjadi subsistem yang lain, atau yang satu bergantung pada
lainnya

4) Model siklus melukiskan hubungan timbal balik antara kurikulum dan pengajaran,
keduanya saling mempengaruhi. Keputusan kurikulum mendahului keputusan
pengajaran. Sebaliknya, keputusan pengajaran akan mempengaruhi peningkatan
kurikulum (sesudah evaluasi).
1) Model dualistis
2) Model berkaitan menggambarkan
bagian-bagian esensial yang terpadu.
3) Model konsentris
4) Model siklus
KONSEP DAN TEORI KURIKULUM DALAM
DUNIA PENDIDIKAN
Ada tiga konsep tentang kurikulum:

 kurikulum sebagai substansi

 kurikulum sebagai system

 kurikulum sebagai bidang studi


Kurikulum sebagai suatu substansi.
 Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di
sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai.

 Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi
rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan
evaluasi.

 Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil
persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang
kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat.

 Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu
kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.
Kurikulum sebagai suatu sistem

 Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan,


sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat.

 Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur


kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan,
mengevaluasi, dan menyempurnakannya.

 Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu


kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana
memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
Kurikulum sebagai suatu bidang studi
 Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan
pengajaran.

 Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang


kurikulum dan sistem kurikulum.

 Mereka yang mendalami bidang kurikulum, mempelajari konsep-konsep dasar


tentang kurikulum.

 Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan,


mereka menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat
bidang studi kurikulum.
Konsep Kurikulum (John D. Neil )

 Kurikulum akademis

 Kurikulum humanistis

 Kurikulum rekonstruksi sosial

 Kurikulum teknologi
Kurikulum akademis
 Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan.

 Belajar adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang


berhasil dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian
besar isi pendidikan yang diberikan atau disiapkan oleh guru

 Karena Kurikulum akademis sangat mengutamakan pegetahuan, maka


pendidikannya lebih bersifat intelektual.

 Kurikulumnya tidak hanya menekankan pada materi yang disampaikan,


dalam perkembangannya secara berangsur-angsur memperhatikan proses
belajar yang dilakukan siswa.
Kurikulum humanistis
 Kurikulum dapat dilihat sebagai suatu proses yang mampu memenuhi kebutuhan
individu untuk mencapai integrasi perkembangan dalam menuju aktualisasi
(perwujudan) diri.

 Pendidikan diarahkan pada pembinaan yang utuh, bukan pada aspek fisik atau
intelektual belaka, melainkan juga pada segi afektif (emosi, perasaan, nilai, dan
sejenisnya).

 menekankan pada pendidikan yang integratif (menyeluruh) antara aspek afektif (emosi,
sikap, dan nilai) dengan aspek kognitif (pengetahuan dan kecakapan intelektual).

 Atau dengan kata lain, kurikulum ini menambahkan aspek emosional ke dalam
kurikulum yang berorientasi pada subject matter (mata pelajaran).
Kurikulum rekonstruksi sosial
 lebih menekankan pada problem-problem yang dihadapi murid dalam
kehidupan masyarakat.

 Konsepsi kurikulum ini mengemukakan bahwa pendidikan bukanlah


merupakan upaya sendiri, melainkan merupakan kegiatan bersama,
interaksi, dan kerja sama.

 Pendidikan, menurut konsepsi kurikulum rekonstruksi sosial ini memiliki


pengaruh, mengubah, dan memberi corak baru kepada masyarakat dan
kebudayaan
Kurikulum teknologi
 kurikulum merupakan proses teknologi untuk menghasilkan tuntutan kebutuhan-kebutuhan
tenaga yang mampu membuat keputusan.

 Penerapan teknologi dalam pendidikan, khususnya kurikulum meliputi dua bentuk, yakni; bentuk
perangkat lunak (software) dan perangkat keras (handware).

 Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tulls
technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem
(system technology)

 Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan penggunaan alatalat teknologi
untuk menunjang efisiensi dan efektivitas pendidikan.

 Dalam arti teknologi sebagai sistem, teknologi pendidikan menekankan penyusunan program atau
rencana pelajaran dengan menggunakan sistem.

Anda mungkin juga menyukai