Anda di halaman 1dari 34

PEMBIDAIAN

By : kelompok 4
VIDEO HOT JELETOT
PENGERTIAN
Upaya untuk menstabilkan
dan mengistirahatkan
(imobilisasi) bagian yang
cedera.
JENIS PEMBIDAIAN
Pembidaian sebagai tindakan pertolongan
sementara
1.Dilakukan di tempat cedera sebelum penderita
dibawa ke rumah sakit
2.Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa
adanya
3.Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan
menghindarkan kerusakan yang lebih berat
4.Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah
mengetahui prinsip dan teknik dasar pembidaian
Pembidaian sebagai tindakan pertolongan
definitif
1. Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan
(klinik atau rumah sakit)
2. Pembidaian dilakukan untuk proses
penyembuhan fraktur/dislokasi
3. Menggunakan alat dan bahan khusus sesuai
standar pelayanan (gips, dll)
4. Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang sudah terlatih
TIPE-TIPE BIDAI
Bidai keras
Umumnya
terbuat dari kayu,
alumunium,
karton, plastik
atau bahan lain
yang kuat dan
ringan
Bidai Traksi
 Bidai bentuk jadi
dan bervariasi
tergantung dari
pembuatannya,
hanya dipergunakan
oleh tenaga yang
terlatih khusus,
umumnya dipakai
pada patah tulang
paha.
Bidai improvisasi
 Bidai yang dibuat
dengan bahan yang
cukup kuat dan
ringan untuk
penopang.
Pembuatannya sangat
tergantung dari
bahan yang tersedia
dan kemampuan
improvisasi si
penolong
Gendongan/Belat dan
bebat.
Pembidaian dengan
menggunakan
pembalut, umumnya
dipakai mitela (kain
segitiga) dan
memanfaatkan tubuh
penderita sebagai
sarana untuk
menghentikan
pergerakan daerah
cedera.
TUJUAN PEMBIDAIAN
Mencegah gerakan bagian yang sakit
sehingga mengurangi nyeri dan
mencegah kerusakan lebih lanjut
 Mempertahankan posisi yang nyaman
Mempermudah transportasi korban
 Mengistirahatkan bagian tubuh yang
cedera
 Mempercepat penyembuhan
Indikasi pembidaian
Adanya fraktur, baik terbuka maupun
tertutup
Adanya kecurigaan terjadinya fraktur
Dislokasi persendian

Jika mengalami keraguan apakah terjadi


fraktur atau tidak, maka perlakukanlah
pasien seperti orang yang mengalami
fraktur
Kontra Indikasi Pembidaian
Pembidaian baru boleh dilaksanakan
jika kondisi saluran napas, pernapasan
dan sirkulasi penderita sudah
distabilisasi
Komplikasi Pembidaian
Cedera pembuluh darah, saraf atau
jaringan lain di sekitar fraktur
Gangguan sirkulasi atau saraf akibat
pembidaian yang terlalu ketat
Keterlambatan transport penderita
ke rumah sakit, jika penderita
menunggu terlalu lama selama proses
pembidaian.
Prosedur dasar pembidaian
Persiapan penderita
1. Penanganan kegawatan
2. Menenangkan penderita
3. Mencari tanda – tanda fraktur
4. Menjelaskan secara singkat kepada penderita
5. Meminimalkan gerakan daerah luka
6. Gunting bagian pakaian disekitar area fraktur
7. Jika ada luka terbuka maka tangani dulu luka dan
perdarahan
8. Pasang Collar Brace maupun sejenisnya yang
dapat digunakan untuk menopang leher jika
dicurigai terjadi trauma servikal
9. Periksalah sirkulasi distal dari lokasi fraktur
10. Jika ditemukan gangguan sirkulasi, maka
penderita harus langsung dibawa ke rumah
sakit secepatnya
Persiapan alat
Bidai dapat menggunakan alat bidai standar
telah dipersiapkan, namun juga bisa dibuat
sendiri dari berbagai bahan sederhana
Bidai yang terbuat dari benda keras (kayu,dll)
sebaiknya dibungkus/dibalut terlebih dahulu
dengan bahan yang lebih lembut (kain, kassa, dll)
Bahan yang digunakan sebagai pembalut
pengikat untuk pembidaian bisa berasal dari
pakaian atau bahan lainnya
Pelaksanaan pembidaian
Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan
distal daerah fraktur). Sendi yang masuk dalam
pembidaian adalah sendi di bawah dan di atas patah
tulang.
Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang
mengalami fraktur maupun dislokasi secara perlahan
dan berhati-hati dan jangan sampai memaksakan
gerakan
Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan,
dapat terbantu dengan traksi atau tarikan ringan
ketika pembidaian
Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota
gerak yang dibidai terutama pada daerah tubuh
yang keras/peka(lutut,siku,ketiak,dll), yang
sekaligus untuk mengisi sela antara ekstremitas
dengan bidai
Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur
Pastikan bahwa pemasangan bidai telah mampu
mencegah pergerakan atau peregangan pada
bagian yang cedera.
Teknik Pembidaian pada
berbagai lokasi cedera
Fraktur cranium dan tulang wajah
1. Pada fraktur cranium dan tulang wajah,
hindarilah melakukan penekanan pada tempat
yang dicurigai mengalami fraktur
2. Pada fraktur ini harus dicurigai adanya
fraktur tulang belakang, sehingga seharusnya
dilakukan imobilisasi tulang belakang
Pembidaian leher
Dalam kondisi darurat, bisa dilakukan
pembidaian dengan pembalutan. Pembalutan
dilakukan dengan hati-hati tanpa
menggerakkan bagian leher dan kepala
Jika tersedia, fixasi leher paling baik
dilakukan menggunakan cervical Collar
Tulang klavikula
Tanda-tanda patah tulang selangka :
1. Korban tidak dapat mengangkat tangan sampai
atas bahu
2. Daerah yang patah nyeri tekan
Pertolongan :
Dipasang ransel perban
Bagian yang patah diberi alas terlebih dahulu
Pembalut dipasang dari pundak kiri disilangkan
melalui punggung ke axilla kanan Dari axilla
kanan ke depan atas pundak kanan, dari pundak
kanan disilangkan ke axilla kiri, lalu ke pundak
kanan dan akhirnya diikat
Tulang iga
Upaya terbaik yang bisa
dilakukan sebagai
pertolongan pertama di
lapangan sebelum pasien
dibawa dalam perjalanan ke
rumah sakit adalah memasang
bantalan dan balutan lembut
pada dinding dada, memasang
sling untuk merekatkan
lengan pada sisi dada yang
mengalami cedera sedemikian
sehingga menempel secara
nyaman pada dada
Lengan atas
1. Pasanglah sling untuk gendongan lengan bawah,
sedemikian sehingga sendi siku membentuk
sudut 90%,
2. Posisikan lengan atas yang mengalami fraktur
agar menempel rapat pada bagian sisi lateral
dinding thoraks
3. Pasanglah bidai yang telah di balut kain/kassa
pada sisi lateral lengan atas yang mengalami
fraktur.
4. Bebatlah lengan atas diantara papan bidai (di
sisi lateral) dan dinding thorax (pada sisi
medial
5. Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa
dilakukan dengan pembebatan menggunakan
kain yang lebar
Lengan bawah
1. Imobilisasi lengan yang mengalami cedera
2. Flexi-kan lengan yang cedera, sehingga lengan bawah
dalam posisi membuat sudut 90° terhadap lengan atas
3. Pasanglah bidai pada lengan bawah sedemikian
sehingga bidai menempel antara siku sampai ujung
jari
4. Ikatlah bidai pada lokasi diatas dan dibawah posisi
fraktur
5. Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan
lengan yang dibidai
6. Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan
lengan yang dibidai
7 Pasanglah sling untuk menahan bagian lengan yang
dibidai
Tulang jari
Fraktur jari bisa dibidai dengan potongan kayu
kecil atau difiksasi dengan merekatkan pada jari
di sebelahnya yang tidak terkena injury (buddy
splinting)
Tungkai atas
Pada fraktur femur, bidai harus memanjang
antara punggung bawah sampai dengan di bawah
lutut pada tungkai yang cedera. Traksi pada
cedera tungkai lebih sulit, dan resiko untuk
terjadinya cedera tambahan akibat kegagalan
traksi seringkali lebih besar. Sebaiknya jangan
mencoba untuk melakukan traksi pada cedera
tungkai kecuali jika orang yang membantu
pembidaian telah siap untuk memasang bidai
Tungkai bawah
1. Imobilisasikan tungkai yang mengalami cedera
untuk mengurangi nyeri dan mencegah timbulnya
kerusakan yang lebih berat
2. Carilah bahan kaku yang cukup panjang sehingga
mencapai jarak antara telapak kaki sampai
dengan diatas lutut.
3. Carilah bahan yang bisa digunakan sebagai tali
untuk mengikat bidai
4. Pastikan bahwa tungkai berada dalam posisi lurus
5. Letakkan bidai di sepanjang sisi bawah tungkai,
sehingga bidai dalam posisi memanjang antara
sisi bawah lutut sampai dengan dibawah telapak
kaki
6. Pasanglah bidai pasangan di sisi atas tungkai
bawah sejajar dengan bidai yang dipasang di sisi
bawah tungkai
7. Ikatlah bidai pada posisi diatas dan di bawah
lokasi fraktur. Pastikan bahwa lutut dan
pergelangan kaki sudah terimobilisasi dengan
baik
8. Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara
bidai dan lengan yang dibidai
9. Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada
region distal dari lokasi pembidaian, untuk
memastikan bahwa pemasangan bidai tidak
terlalu ketat
Evaluasi pasca pembidaian

 Periksa sirkulasi daerah ujung pembidaian


 Pemeriksaan denyut nadi dan rasa raba
seharusnya diperiksa di bagian bawah bidai paling
tidak satu jam sekali. Jika pasien mengeluh terlalu
ketat, atau kesemutan, maka pembalut harus
dilepas seluruhnya. Dan kemudian bidai di pasang
kembali dengan lebih longgar.
MUHUN ATUH
HATUR NUHUN
NYA!!!!!!!!!!!!!

Anda mungkin juga menyukai