Anda di halaman 1dari 25

PENGERTIAN

 Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan


penyakit berlangsung lama sampai bertahun-tahun,bertambah
berat,menetap,dan sering kambuh. (Purwaningsih dan
Karbina, 2009).
 Ketidakmampuan merupakan persepsi individu bahwa segala
hal yang dilakukan tidak akan mendapatkan hasil atau suatu
keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi
tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. (Purwaningsih
dan Karbina, 2009).
SEDANGKAN....
 Kondisi Terminal adalah: Suatu proses yang progresif menuju
kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan
fisik, psikososial dan spiritual bagi individu. (Carpenito ,1995 )
 Pasien Terminal adalah : Pasien–pasien yang dirawat, yang
sudah jelas bahwa mereka akan meninggal atau keadaan
mereka makin lama makin memburuk. (P.J.M. Stevens, dkk
,hal 282, 1999 )
 Infeksi Saluran Nafas Bawah, Pneumonia dan Bronkhitis
 HIV/AIDS
 Malaria
 Diare
 Tuberkulosis
 Campak
 Tetanus
 Infeksi Selaput Otak (Meningitis)
 Difteri
 Penyakit Kanker
 Akibat Kecelakaan Fatal
(SUMBER HEALTY KOMPAS)
PENYAKIT KRONIK KONDISI TERMINAL

• Progresif • Progresif
• Menetap • Prognosis jelek
• Kambuh • Penyakit sudah tidak dapat
disembuhkan
• Mengarah pada kematian
• Diagnosa medis sudah jelas
• Tidak ada obat untuk
menyembuhkan
Denial (penolakan)
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis. Biasanya klien
memperlihatkan sikap seolah-olah penyakit yang diderita tidak terlalu berat.

Cemas
Setelah muncul diagnose penyakit kronis. Klien merasa terkejut atas reaksi dan
perubahan yang terjadi pada dirinya bahkan membayangkan kematian yang akan
terjadi padanya

Depresi
Karena penyakit kronis klien merasa kesulitan untuk makan, perhatian, dan sulit
untuk menyingkirkan rasa sakit atau ketidaknyamanan.
Berduka
Denial (penyangkalan)
Respon dimana klien tidak percaya atau menolak terhadap apa yang dihadapi atau
yang sedang terjadi. Dan tidak siap terhadap kondisi yang dihadapi dan dampaknya.

Anger (Marah)
Fase marah terjadi pada saat fase denial tidak lagi bisa dipertahankan. Rasa
kemarahan ini sering sulit dipahami oleh keluarga atau orang terdekat.

Bargaining (menawar)
Klien mencoba untuk melakukan tawar menawar dengan tuhan agar terhindar dari
kehilangan yang akan terjadi, ini bisa dilakukan dalam diam atau dinyatakan secara
terbuka.

Depresi
Tahap keempat dalam model Kubler-Ross dilihat sebagai tahap di mana pasien
kehilangan kontrolnya.

Penerimaan (acceptance)
Pada tahap ini pasien sudah terlalu lemah untuk merasa marah dan memikirkan
kematian.
Adaptasi dengan terminal illness sesuai dengan umurnya dijelaskan Sarafino (2002)
sebagai berikut:
Anak
 Konsep kematian masih abstrak dan tidak dimengerti dengan baik oleh anak-anak.
Sampai umur 5 tahun, anak masih berpikir bahwa kematian adalah hidup di tempat
lain dan orang dapat datang kembali.
Remaja atau Dewasa muda
 Walaupun remaja dan dewasa muda berpikir bahwa kematian pada usia muda cukup
tinggi, mereka memimpikan kematian yang tiba-tiba dan kekerasan.
Dewasa madya dan dewasa tua
 Penelitian membuktikan bahwa dewasa muda menjadi semakin tidak takut dengan
kematian ketika mereka bertambah tua. Mereka menyadari bahwa mereka mungkin
akan mati karena penyakit kronis.
 Kebanyakan seorang psikolog percaya bahwa dengan berkata jujur merupakan strategi
yang terbaik dalam mendiskusikan kematian dengan anak.
 Respon anak terhadap pertanyaan mengenai kematian merupakan dasar tingkat
kematangan anak dalam mengartikan kematian.
 Pada anak pra sekolah, anak mengartikan kematian sebagai: kematian adalah sudah
tidak ada nafas, dada dan perut datar, tidak bergerak lagi,dan tidak bisa berjalan
seperti layaknya orang yang dapat berjalan seperti orang sebelum mati/ meninggal.
 Kebanyakan anak-anak (anak yang menderita penyakit terminal) membutuhkan
keberanaian, bahwa ia di cintai dan tidak akan merasa di tinggalkan.
 Tanpa memandang umur, sebagai orang tua seharusnya sensitife dan simpati,
mendukung apa yang anak rasakan.
 Komunikasi,Dalam hal ini anak sangat perlu di ajak unuk berkomunikasi
atau berbicara dengan yang lain terutama oleh kedua orang tua
 Memberitahu kepada anak bahwa ia tidak sendiri dalam menghadapi
penyakit tersebut
 Berdiskusi dengan siblings (saudara kandung) agar saudara kandung
mau ikut berpartisipasi dalam perawatan atau untuk merawat
 Social support meningkatkan koping
 PALLIATIFE CARE
 Menambah kualitas hidup (anak) pada kondisi terminal.
 Perawatan paliatif berfokus pada gejala rasa sakit (nyeri, dypsnea)
dan kondisi (kesendirian) dimana pada kasus ini mengurangi
kepuasan atau kesenangan hidup anak.
 Mengontrol rasa nyeri dan gejala yang lain,masalah psikologi,social
atau spiritualnya dari anak dalam kondisi terminal.
 PRINSIP DARI PERAWATAN PALLIATIVE CARE
 Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari pasient dan
keluarga pasien.
 Dukungan untuk caregiver
 Palliative care merupakan accses yang competent dan compassionet
 Mengembangkan professional dan social support untuk pediatric palliative
care
 Melanjutkan serta mengembangkan pediatrik palliative care melalui penelitian
dan pendidikan
 A PALLIATIVE CARE PLANE (RENCANA ASUHAN PERAWATAN
PALLIATIVE)
 Melibatkan seorang partnership antara anak, keluarga, orang tua, pegawai, guru,
staff sekolah dan petugas keseatan yang professional
 Suport phisik, emosinal, pycososial, dan spiritual khususnya
 Melibatkan anak pada self care
 Anak memerlukan atau membutuhkan gambaran dan kondisi (kondisi penyakit
terminalnya) secara bertahap, tepat dan sesuai
 Menyediakan diagnostic atau kebutuhan intervensi terapeutik guna
memperhatikan/memikirkan konteks tujuan dan pengaharapan dari anak dan
keluarga.
1. PENGKAJIAN

Pengkajian masalah ini adalah adanya faktor predisposisi yang mempengaruhi respons sesorang
terhadap perasaan kehilangan yang dihadapi, diantaranya:

1. Faktor genetik
2. Kesehatan fisik
3. Kesehatan mental
4. Pengalaman kehilangan sebelumnya
5. Struktur kepribadian
6. Adanya stressorperasaan kehilangan
2. DIAGNOSIS

1. Berduka berhubungan dengan kehilangan aktual atau kehilangan yang dirasakan


2. Berduka antisipatif berhubungan dengan perpisahan atau kehilangan
3. Berduka disfungsional
berhubungan dengan
kehilangan orang/benda
yang dicintai atau memiliki
arti besar
3. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

Secara umum, perencanaan dan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk menghadapi
kedukaan adalah:

1. Membina dan meningkatkan hubungan saling percaya


2. Mengenali faktor-faktor yang mungkin menghambat proses berduka
3. Mengurangi atau menghilangkan faktor penghambat
4. Memberi dukungan terhadap respons kehilangan pasien
5. Meningkatkan rasa kebersamaan antar anggota keluarga
6. Menentukan tahap keberadaan pasien
3. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

Secara Khusus, tahap/rentang respons individual terhadap kedukaan adalah :

Tahap1 Pengingkaran
1. Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya
2. Menunjukan sikap menerima dengan ikhlas dan mendorong pasien untuk berbagi rasa
3. Memberi jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan, dan
kematian
Tahap 2 Marah:
Mengijinkan dan mendorong pasien mengungkapkan rasa marah secara verbal tanpa melawan
kemarahan tersebut, dengan cara:
 Menjelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan pasien sebenarnya tidak ditujukan kepada
mereka
 Membiarkan pasien menangis
 Mendorong pasien untuk membicarakan kemarahanya
Tahap 3 Tawar-Menawar:
membantu pasien mengungkapkan rasa bersalah dan takut dengan cara:
 Mendengarkan ungkapan dengan penuh perasaan
 Mendorong pasien untuk membicarakan rasa takut atau rasa bersalah
 Bila pasien selalu mengungkapkan kata “kalau” atau “seandainya” beritahu pasien bahwa
perawat hanya dapat melakukan sesuatu yang nyata
 Membahas bersama pasien mengenai penyebab rasa bersalah atau rasa takutnya
Tahap 4 Depresi:
1. Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan takut
2. Membantu pasien mengurangi rasa bersalah
Tahap 5 Penerimaan:
 Membantu pasien menerima kehilangan yang tidak bisa dielakan dengan cara:
 Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teratur
 Membantu keluarga berbagi rasa, karena setiap anggota keluarga tidak berada pada tahap
yang sama pada saat yang bersamaan
 Membahas rencana setelah masa berkabung terlewati
 Memberi informasi akurat tentang kebutuhan pasien dan keluarga
4.EVALUASI

Evaluasi terhadap masalah kehilangan dan berduka secara umum dapat dinilai dari
kemampuan untuk menghadapi atau maknai arti kehilangan, reaksi terhadap kehilangan
dan perubahan perilaku yang menerima arti kehilangan.

Anda mungkin juga menyukai