Anda di halaman 1dari 10

MASA DISINTEGRASI

(1000-1250)

KELOMPOK 3

NURFADILAH

WIDYA HAERUDDIN

HUSNI
A.   DINASTI-DINASTI YANG MEMERDEKAKAN DIRI DARI
BAGHDAD

Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya sudah mulai terjadi di


akhir zaman Bani Umayyah. Akan tetapi, berbicara tentang politik Islam
dalam lintasan sejarah, akan terlihat perbedaan antara pemerintahan Bani
Umayyah dengan pemerintahan Bani Abbas. Wilayah kekuasaan Bani
Umayyah, mulai dari awal berdirinya sampai masa keruntuhannya, sejajar
dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam, hal ini tidak seluruhnya benar
untuk diterapkan pada pemerintahan Bani Abbas. Kekuasaan dinasti ini
tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara, kecuali Mesir
yang bersifat sebentar-sebentar dan kebanyakan bersifat nominal.
LANJUTAN ………

Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan


peradaban dan kebudayaan Islam dari persoalan politik itu, provinsi-
provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani
Abbas. Provinsi-provinsi itu pada mulanya tetap patuh membayar upeti
selama mereka menyaksikan Baghdad stabil dan khalifah mampu
mengatasi pergolakan-pergolakan yang muncul. Namun, pada saat
wibawa khalifah sudah memudar, mereka melepaskan diri dari kekuasaan
Baghdad. Mereka bukan saja menggerogoti sang khalifah, tetapi
beberapa di antaranya bahkan berusaha menguasai khalifah itu sendiri.
Factor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas
pada periode ini, sehingga banyak daerah memerdekakan diri
 
1. Luasnya wilayah kekuasaan daulat Abbasiyah
sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit
dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya
dikalangan para penguasa dan pelaksana pemerintah
sangat rendah.
2. Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata,
ketergantungan khalifah terhadap mereka sangat tinggi.
3.  Keuangan Negara sangat sulit karena biaya yang
dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat besar. Pada saat
kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup
memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
B. PEREBUTAN KEKUASAAN DI PUSAT PEMERINTAHAN

Faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas


menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan. Hal
ini sebenarnya juga terjadi pada pemerintahan-pemerintahan Islam
sebelumnya. Tetapi, apa yang terjadi pada pemerintahan
Abbasiyah berbeda dengan yang terjadi sebelumnya.
Nabi Muhammad SAW memang tidak menentukan
bagaimana cara pergantian pimpinan setelah ditinggalkannya.
Beliau nampaknya, menyerahkan masalah ini kepada kaum
muslimin sejalan dengan jiwa kerakyatan yang berkembang di
kalangan masyarakat Arab dan ajaran demokrasi dalam Islam.
Dalam perkembangan selanjutnya, proses suksesi kepemimpinan
politik dalam sejarah Islam berbeda-beda dari satu masa ke masa
yang lain. Ada yang berlangsung aman dan damai, tetapi sering
juga melalui konflik dan pertumpahan darah akibat ambisi tak
terkendali dari pihak-pihak tertentu. Setelah Nabi wafat, terjadi
pertentangan pendapat antara kaum Muhajirin dan Anshar di balai
kota Bani Sa'idah di Madinah
Lanjutan …….

Pertumpahan darah pertama dalam Islam karena perebutan kekuasaan


terjadi pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Pertama-tama Ali menghadapi
pemberontakan Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Alasan pemberontakan itu adalah
Ali tidak mau menghukum para pembunuh Usman, dan mereka menuntut bela
terhadap darah Usman yang ditumpahkan secara zalim. Namun di balik alasan
itu, menurut Ahmad Syalabi, Abdullah ibn Zubairlah yang menyebabkan
terjadinya pemberontakan yang banyak membawa korban tersebut. Dia
berambisi besar untuk menduduki kursi khilafah.
Pemberontakan-pemberontakan yang muncul pada masa Ali ini bertujuan
untuk menjatuhkannya dari kursi khilafah dan diganti oleh pemimpin
pemberontak itu. Hal yang sama juga terjadi pada masa pemerintahan Bani
Umayyah di Damaskus. Pemberontakan-pemberontakan sering terjadi,
diantaranya pemberontakan Husein ibn Ali, Syi'ah yang dipimpin oleh al-
Mukhtar, Abdullah ibn Zubair, dan terakhir pemberontakan Bani Abbas yang
untuk pertama kalinya menggunakan nama gerakan Bani Hasyim.
Pemberontakan terakhir ini berhasil dan kemudian mendirikan pemerintahan
baru yang diberi nama khilafah Abbasiyah atau bani Abbas.
c. PERANG SALIB

Perang Salib ini terjadi pada tahun 1905, saat Paus Urbanus II
berseru kepada Umat Kristen di Eropa untuk melakukan perang suci,
untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah di Baitul Maqdis yang
dikuasai oleh Penguasa Seljuk yang menetapkan beberapa peraturan
yang memberatkan bagi Umat kristen yang hendak berziarah ke sana.
Sebagaimana telah disebutkan, peristiwa penting dalam gerakan ekspansi
yang dilakukan oleh Alp Arselan adalah peristiwa Manzikart, tahun 464
H (1071 M). Tentara Alp Arselan yang hanya berkekuatan 15.000
prajurit, dalam peristiwa ini berhasi1 mengalahkan tentara Romawi yang
berjumlah 200.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj,
al-Hajr, Perancis dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih
permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam,
yang kemudian mencetuskan Perang Salib. Kebencian itu bertambah
setelah dinasti Seljuk dapat merebut Bait al-Maqdis pada tahun 471 H
dari kekuasaan dinasti Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir.  
Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Salib, yang terjadi dalam tiga
periode:

1.   Periode Pertama
Pada musim semi tahun 1095 M; 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa
Perancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina.
Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M
menguasai Raha (Edessa).
2.    Periode Kedua
Imaduddin Zanki, penguasa Moshul dan Irak, berhasil menaklukkan kembali
Aleppo, Hamimah, dan Edessa pada tahun 1144 M. Namun ia wafat tahun 1146 M.
Tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Numuddin Zanki. Numuddin berhasil merebut
kembali Antiochea pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M seluruh Edessa dapat
direbut kembali.
3.        Periode Ketiga
Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman, Frederick II. Kali ini
mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan
dapat bantuan dari orang-orang Kristen Qibthi. Pada tahun 1219 M, mereka berhasil
menduduki Dimyat. Raja Mesir dari dinasti Ayyubiyah waktu itu, al- Malik al-Kamil,
membuat penjanjian dengan Frederick
D. SEBAB-SEBAB KEMUNDURAN PEMERINTAHAN BANI ABBAS

Di samping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang


menyebabkan Khilafah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor
tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa di antaranya adalah
sebagai berikut:
1.   Persaingan Antarbangsa
2.   Kemerosotan Ekonomi
3. Konflik Keagamaan
4. Ancaman dari Luar
Sekian
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai