Anda di halaman 1dari 25

Psikologi Konseling - D

Refleksi Pendekatan Analisis Transaksional

19101157510142
Ilma Suryani
Dosen : Isna Asyri Syahrina, S. Psi.,
MM
1. Pokok
penting
teori atau
konsep
1). Injungsi (Injuction) dan Pengambilan Keputusan
Awal (Early Decisioun)
Pesan yang disampaikan kepada anak oleh parents internal child out dari
kondisi kesakitan orang tua seperti kecemasan, kemarahan, frustasi dan
ketidakbahagaiaan. Pesan ini menyuruh atau meminta anak untuk
melakukan apa yang harus mereka lakukakan seacara verbal dan tingkah
laku, namun sering kali pesan ia terbentuk melalaui tingkah laku orang
tua.
Sebagai seorang anak yang membutuhkan pengakuan dan stroke dari
orangtua dalam mengambil keputusan awal, sehingga pesan-pesan orang
tua dalam mengambil keputusan awal, sehingga pesan-pesan orangtua tapi
juga melalui penemuan anak sendiri dan misinterpretasi terhadap pesan
yang diberikan oleh orang tua dan dibawa oleh anak sampai ia dewasa.
Injuction yang biasa terjadi dan beberapa
kemungkinan keputusan yang dibuat untuk
merespon injuction tersebut. (Goulding dan
goulding (1978,1979).

(1). Don’t atau don’t do anything (jangan berbuat apa-apa.

Injuction ini diberikan oleh orang tua yang ketakutan, mengatakan


kepada anak untuk tidak melakukan akivitas normal kaena takut
akan kecelakaan yang mungkin terjadi. Bentuk pesan injuction
adalah “jangan berbuat apa-apa sebab nanti berbahaya / lebih
aman kalau kamu tidak berbuat apa-apa. Sehingga anak yang
menerima injuction ini akan mempercayai bahwa tidak ada yang ia
lakukan benar atau aman dan mereka biasanya mencari
pertolongan orang lain untuk melindungi dan mengambil
keputusan untuk mereka.
( De Blot, 2002, p. 104;corey, 1986, p. 153)
(2). Don’t be (don’t exist)
Ini adalah pesan yang paling berbahaya (lethal),
diberikan scara non verbal melalui cara orangtua
berkeyakinan tentang anak mereka. Pesan ini berupa
, “jangan hidup”, ”jangan ada”, dan “jangan lahir”,
saya berharap kamu tidak pernah dilahirkan sehingga
saya tidak harus meninggalkan semua yang saya
punya.
Sehingga ketika anak menerima pesan ini akan
menyusun naskah hidup yng berkeinginan untuk bunuh
diri, minder, tidak berguna, tidak berharga, tidak
menarik, sikap brutal dan tidak peduli. (De Blot, 2002,
p. 95-96;Corey, 1986, p.153).
Catat
a
(3). Don’t be close ( jangan P a n g n untuk
g i l si
swa
guru:
secar
acak a

dekat) satu
menj
mere awab. Be
ka se
untuk

tiakn i
r
m y a
berb enit untu
agi w k
awas
Pesan ini dapat diberikan oleh orang tua yang tidak bisa dekat mere
an
ka.
secara fisik atau yang manjauhkan anaknya sehingga anak
kurang mendapatkan kemesraan fisik dari orang tua. Berkaitan
dengan injuction “don’t trust” dan “don’t love”. Pesan injuction
ini sering diteruskan ke generasi selanjutnya sehingga menjadi
membudaya.
Anak yang kurang mendapatkan kemesraan dari orangtua
akan menjauhkan diri dari orangtuanya dan orang lain.
Berakibat anak mengembangkan perasaaan dingin dan keras
terhadap orangtua. Selain itu juga mengembangkan sikap
tidak mempercayai orang lain. Ia akan selalu mencurigai orang
lain dan dengan mudah memandang bahwa ia ditolak oleh
orang lain. (De blot, 2002, p. 108-109).
(4). Don’t be important (jangan (5). Don’t be a child
menjadi orang penting) (jangan seperti anak
Pesan injuction ini merupakan pesan orang tua
kecil)
yang secara tidak sadar membuang anaknya.
Pesan ini biasa diterima oleh anak tertua
Anak mungkin merasa dihargai ketika mereka
karena ia harus bertanggung jawab dan
berbicara sehingga mereka memutuskan bahwa
merawat saudara-saudaranya. Ketika anak ini
mereka tidak penting , dan tidak perlu bertanya tumbuh, ia mungkin akan mendapatkan
apa yang mereka inginkan dan butuhkan. Orang kesulitan untuk menikmati kesenangan dan
yang membawa naskah hidup yang mengandung menjadi anak-anak. (Corey, 1986, p. 154) Pesan
pesan injuction ini menjadi panik bila diberi ini juga diterima oleh anak tunggal terutama
tanggung jawab sebagai pemimpin, tidak dapat bila keluarga atau orangtua mengalami
berbicara di hadapan orang banyak. masalah. Anak-anak memikirkan bahwa ia
Keputusan yang mungkin diambil “saya tidak adalah salah satunya yang dapat mengatasi
pernah merasa berharga, bila saya menjadi orang masalah , ia harus cepat besar sehingga dapat
yang penting, saya tidak akan membiarkan orang berbuat sesuatu. (De blot, 2002, p.100)
tahu tentang ini.
(6). Don’t grow (Jangan (7). Don’t be succed atau
jadi besar) don’t make it (jangan
Pesan ini biasa diterima oleh anak bungsu berupa
berhasil)
Pesan ini disampaikan oleh orang tua yang
serial pesan orangtua yang meliputi “jangan tumbuh
biasa mengkritik anak-anaknya. Pesan yang
lebih besar”, “jangan tumbuh dan meninggalkan saya”,
disampaikan dapat berbentuk “kamu tidak bisa
tetap jadi anak- anak, jangan puber. Pesan ini
melakukan ini”, “kamu tidak pernah melakukan
disampaikan oleh orang tua karena mereka ingin
segala sesuatu dengan baik”. Anak yang
mempertahankan anak mereka tetap kecil sehingga
menerima pesan ini mendapatkan stroke untuk
memerlukan orang tua, atau orang tua yang takut
bahwa mereka tidak dapat mengontrol anak-anak gagal.
mereka bila mereka tumbuh dewasa. Pesan ini juga representasi atau perasaan iri
Bentuk lain dari pesan ini adalah don’t be sexy orang tua pada anak mereka yang lebih berhasil.
(jangan seksi). Dapat diterima oleh anak perempuan
yang menginjak masa depan dan penampilannya
terlihat lebih menarik. Biasanya pesan ini diberikan oleh
ayah yang merasakan pada child-nya daya tarik yang
menakutkan bahwa ia akan tergoda anaknya.
(8). Don’t be you (jangan (9). Don’t be sane and don’t
begitu) be well
Pesan ini disampaikan oleh orang tua Pesan ini banyak disampaikan melalui
yang ingin memilki anak dengan jenis pesan non-verbal. Anak belajar pesan
kelamin yang berbeda dengan anak yang ini berdasarkan modelling dari
dilahirkannya atau yang memiliki harapan orangtuanya dan secara tidak sadar
yang terlalu tinggi untuk anak-anak anak menggunakan cara-cara untuk
mereka. Bentuk pesan injuction dapat memanipulasi orang lain dengan sakit
berupa bahwa “ Jenis kelaminmu salah, untuk mencapai tujuannya. Di samping
kamu harusnya perempuan (atau laki-laki) itu, anak belajar bahwa sakit akan
dan sya baru mencintai mu”. Hal ini dapat menyelesaikan masalahnya, sehingga
terlihat dari perkataan dan tingkah laku setiap mengalami masalah atau
orangtua yang mendandani anak seperti perubahan dalam hidup, ia akan jatuh
anak perempuan dengan pakaian laki-laki sakit. (De Blot, 2002, p.2002, p. 111)
atau sebaliknya.
(10). Don’t belong (jangan jadi
orang kita)
Pesan ini mengindikasikan bahwa keluarga merasa bukan bagian dari
komunitas atau kelompok tertentu. (Corey, 1986, p. 154) Orang tua
dapat menyampaikan pesan atribusi kepada anaknya dengan nada
bahwa anaknya itu;

“sama sekali berbeda dengan anak lain”


“anak aneh”
“anak yang suka menyendiri”

Orang tua juga dapat menujukkan sikap secara nonverbal memberi


pesan injuction pada anak bahwa ia menyimpang dari harapan
orangtua dan berbeda dengan anak lainnya. (De Blot, 2002, p . 106).
(11). Don’t think (jangan (12). Don’t feel (jangan
berpikir) merasa)
Orang tua yang selalu mengoreksi anaknya Orang yang tidak dapat mengekpresikn
yang berpikir akan memberi pesan injuction perasaan atau mencurahkanisi hatinya dapat
pada anaknya “jangan berpikir”, dapat berupa disebabkan karena ia adalah orang yang pemalu
kritik terhadap hasil kerja anak, disampaikan atau dalam kebudayaannya tidak dibiasakan
oleh orangtua untuk menghindari pertanyaan untuk mengekspresikan perasaannya kepada
anaknya, tidak boleh memikirkan sesuatu yang orang lain dan tidak boleh membicarakan
tabu dalam kebudayaan tertentu, orangtua persaannya sendiri. Dalam budaya indonesia,
tidak mau dikalahkan anaknya yang berbeda menunjukkan persaan yang berkonatasi negatif
pendapat. Bila anak bertanya tentang hal-hal seperti marah, kecewa, benci dianggap tidak
yang tidak diketahuinya, orangtua menjawab pantas. Pada umummnya injuction larangan
dengan perkataan “jangan berpikir yang aneh- “jangan merasa” dapat menjadi sumber kelainan
aneh”, hal ini akan menutup jalan berpikir anak jiwa pada masa dewasa, bila larangan tersebut
sehingga ia tidak akan bertanya apa-apa lagi. dijadikan larangan dalam naskah hidupnya.
(De Blot, 2002, p. 112-113).
2). Strokes.

Strokes adalah bentuk dari pengakuan. Individu


menggunakan strokes untuk berkomunikasi dengan
orang lain. Stroke dapat berupa sentuhan fisik atau
bentuk simbolik seperti pandangan mata, kata-kata,
bahasa tubuh dan verbalisasi.
Strokes baik positif maupun negatif memberikan
pengaruh pada individu. Akan tetapi stroke positif
merupakan bagian penting dalam perkembangan
kondisi psikologis yang sehat.
Stroke ini membentuk ekspresi kasih sayang
(affection) dan penghargaan (appreciation). Adapun
stroke negatif menghambat perkembangan individu.
Stroke negatif mengambil harga diri individu dengan
menghilangkan , mempermalukan dan
mempermainkan individu.
3). Naskah hidup (life script).

Naskah hidup adalah rencana hidup yang dipilih oleh


anak pada masa awal kehidupannya berdasarkan
pesan yang diterima oleh anak dari orang tua.
Pembentukan naskah hidup dipengaruhi oleh:

1.Injuction
2. stroke
3. hunger

Ketika naskah hidup telah terbentuk, setiap kenyataan


hidup individu di ubah untuk membenarkan naskah
hidup. Pada perkembangannya naskah hidup mendapat
bentuk yang oleh analisis transaksional dinamakan
naskah hidup pemenang (winner), (pecundang), dan
bukan pemenang (non-winner).
4). Konsep Ego State b. Ego state orang
dewasa (adult).
Pemroses data (the processor of data). Hal ini
a. Ego state orang tua (parent) ditandai dengan kesadaran bahwa data itu
penting dalam berkomunikasi.
Pada ego state orang tua, individu merasakan ciri-ciri: berpikir logis berdasarkan fakta-fakta
kembali pengalaman yang individu imajinasikan objektif dalam mengambil keptusan, nalar, tidak
bagaimana orang tua kita merasa pada siatusi emosional dan bersifat rasional. Kata-kata yang
tersebut, bagaimana orangtua bertindak ditampilkan netral, diplomatis, jelas dan tidak
Jenis ego state ini : tergesa-gesa. ekspresi wajah tenang dan nada
suara datar.
a) Orang tua yang membimbing(nurturing parent)
b) Orang tua yang mengkritik (critical parent)
c. Ego state anak-anak
(child)
Ego state anak-anak terdiri dari perasaan , impuls-impuls dan spontanitas.
Biasanya ditandai denganciri-ciri spontan, memilki kebutuhan, perasaaan, dan
keinginan untuk bereksplorasi atas perstiwa-peristiwa internal yang direspon
dengan melihat, mendengar, dan memahami sesuatu, manipulasi lingkungan
seperti menunjukkan sikap manja, menangis, dan merajuk.
Tiga jenis ego state:

a) anak yang alamiah


b) profesor kecil
c) anak yang menyesuaikan diri
• anak yang penurut
• anak yang pemberontak
b). I’m Ok, youre not ok
5). Posisi Hidup Sepintas dapat terlihat seperti sikap pemenang, namun
kemenangannya diperoleh dengan mengalahkan orang
a) I’m OK, youre ok lain dengan banyak konflik dan persaingan dan hanya
Posisi ini disebut juga sebagai dasar naskah merupakan kemenangan sepihak. Posisi ini dimilki oleh
hidup pemenanag (winning scrpt). Posisi ini individu yang merasa menjadi korban atau orang yang
memilki potensi untuk mengebambangkan diperlakukan tidak baik. Posisi ini pada umumnya dimilki
mental yang sehat.individu yang memilki oleh penjahat dan kriminal dan memilki tingkah laku
posisi ini akan dapat menyelesaiakan paranoid yang pada kasusnya yang ekstrim dapat
masalahnya dengan konstruktif. Mereka mengarah pada pemunuhan.
juga memilki harapan hidup yang realistik.
d) I’m not OK, youre not OK.
c) I’m Not Ok, youre Ok Posisi ini merupakan dasar paling kuat untuk menyusun
Posisi ini merupakan dasar naskah hidup banal naskah hidup pecundang (loser script). Dalam situasi not
(losing kife history). Individu yang memilih dirinya ok-not Ok ini kedua belah pihak kalah menurut Child-nya.
tidak baik dan menilai prangtua atau figur Seluruh dunia tidak baik dan hidup tidak berarti bagi diri
orangtua baik, akan menyusun naskah hidup yang sendiri maupun bagi orang lain. Individu merasa tidak
akan selalu menjadi korban. Posisi ini baisanya menarik, tidak pantas disayangi dan orangtua tidak
dimilki oleh individu yang merasa tidak punya memperhatikan karena mereka sama buurknya. Posisi ini
kekuatan dibanding orang lain. Posisi ini dapat biasanya dimilki oleh individu yang tidak punya keinginan
mengarah pada depresi dan yang lebih ekstrim hidup, bahkan dapat mengarah pada pembunuhan dan
bunuh diri. bunuh diri.
6). Membuat keputusan ulang
(Redecisions)
Menekankan bahwa ketika keputusan awal telah dibuat,
keputusan tersebut tidak dapat diubah. (The gouldings(1978.1979).
Menurut mereka indvidu terlibat dalam membuat keputusan awal
tentang arah hidup, sehingga individu dapat membuat keputusan
yang baru lebih sesuai dan memungkinkan individu untuk mengalami
kehidupan yang baru. Dalam membuat keputusan ulang, konseli
diajak untuk kembali ke masa kecil di saat mereka mmebuat
keputusan, kemudian membentuk ego state anak-anak dan
memfasilitasi konseli untuk membuat keputusan baru. Dengan
kegiatan ini konseli diajak untuk merasakan kembali situasi masa
kecil secara emosional dan membuat keputusan baru secara
emosional dan intelektual.
7). Games

Kebayakan manusia mengikuti naskah hidup mereka dan belajar


menggunakan transaksi terselubung. Dengan kata lain manusia
memaikan games. Game adalah seri berkelanjutan dari transaksi
ulterior yang saling melengkapi yang mengarah pada tujuan yang
dapat diprediksi individu. Saat bermaingames dalam transaksi
biasanya diakhiri dengan perasaan tidak enak untuk salah satu pemain.
Pada umumnya individu mendesain games untuk mencegah intimasi
dan bertujuan untuk mendukung keputusan asal dan bagian dari
naskah hidup indvidu (rencana hidup atau kesimpulan tentang
bagaimana harus bertindak untuk bertahan hidup).
2. Paparan
pengalaman yang
sejalan
a). Don’t be a child (jangan seperti anak Catat
a
P a n g n untuk
kecil) g i l si
swa
guru:
secar
Orangtua saya selalu mengajarkan untuk mandiri, bertanggung menj
acak
untuk
a

jawab dengan apa yang saya lakukan, dan jika saya memilki mere awab. Be
ka se r
satu tiakn i
y a
masalah, maka saya akan berfikir seorang diri dalam m
berb enit untu
agi w k
awas
menyelesaikan suatu masalah tersebut. Dan juga selalu mere
an
ka.
mengingatkan bahwasanya saya sebagai anak bungsu bukan
menjadi alasan untuk bisa bersikap manja.

b. Strokes positif dari orang tua,


keluarga lain dan teman
Ketika saya mendapatlan suatu pencapaian
baik bidang
akademik maupun non akademik, orangtua saya selalu
memberikan ucapan selamat kepada saya dan juga
memberikan ucapan selamat kepada saya dan juga
memberikan sentuhan fisik. Untuk keluarga lainnya, jika saya
hal-hal kecil yang bisa saya capai selalu dihargai dan
diapresiasi.
3. Refleksi
pengalaman
Ketika pesan don’t be a child yang
diberikan orang tua kepada saya saya,
saya merasa beruntung karena telah
diberikan pesan ini, karena pesan ini
membantu saya menjadi pribadi yang
mandiri, jikalau orang tua saya tidak
memberikan pesan ini kepada saya, saya
akan menjadi pribadi yang tidak mandiri.
Kemudian strokes, dengan saya
diberikan stokes positif dri orang tua,
keluarga lain, dan teman mendorong
perkembangan kondisi psikologis yang
sehat bagi diri saya.
4. Simpulan dan
Evaluasi
Pengalama
n
a. Simpulan b. Evaluasi Pengalaman

Teori analisis transaksional diintegrasikan Berdasarkan pengalaman injungsi


dengan konsep yaitu anak tumbuh dengan don’t be a child yang saya terima saya
injungsi (injuction) dan basis dari pesan- mendapatkan hal-hal positif yang
pesan orang tua dalam membuat mana hidup saya lebih terarah dan
pengambilan keputusan awal (early memilki pemikiran yang lebih terbuka,
decision). Keputusan awal ini bertujuan kemudian ketika saya mendapatkan
untuk menerima stroke dari suatu pencapaian sehingga mendapat
(parental strokes) yang orangtua strokes yang diberikan oleh orang tua,
penghargaan dan perhatian(recognition berupa
dan keluarga lain , teman membuat saya
attention) serta dalam memastikan merasa lebih dihargai dan senang,
pertahanan hidup yang mendasar (basic karena membuat diri saya lebih
survival). bersemangat melakukan sesuatu.
Than
k Yo !
Psikologi Konseling - D

Anda mungkin juga menyukai