Anda di halaman 1dari 23

SESI VI

Hak Atas Tanah Yang Ditentukan Kemudian.


1. Hak Pengelolaan:
Tidak disebut dalam Pasal 16 UUPA, namun tersirat dalam
Penjelasan Umum.

Pasal 2 ayat(4) UUPA mengatur tentang wewenang


pemerintah pusat dapat didelegasikan kepada daerah
otonom, masyarakat hukum adat.
Selain itu kewenangan negara tersebut dapat juga
dilimpahkan kepada Badan-badan otorita, perusahaan
negara dan perusahaan daerah dengaan penguasaan-
penguasaan tanah tertentu yang disebut Hak pengelolaan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri (PMDN)nomor 1 tahun 1977:
• Hak pengelolaan memberi wewenang untuk:
1. Merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah yang
bersangkutan
2. Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan usahanya;
3. Menyerahkan bagian-bagian daripada tanah itu kepada
pihak ketiga menurut persyaratan yang ditentukan oleh
perusahaan pemegang hak tersebut, yang meliputi segi-segi
peruntukan, penggunaan, jangka waktu dan keuangannya,
dengan ketentuan bahwa pemberian hak atas tanah kepada
pihak ketiga yang bersangkutan dilakukan oleh pejabat-
pejabat yang berwenang menurut PMDN nomor 6 tahun
1972 tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Hak atas
Tanah.
• Hak pengelolaan dapat diberikan dengan hak
milik , HGB atau Hak Pakai kepada pihak ketiga
dengan suatu perjanjian antara pemegang hak
penglolaan dengan yang bersangkutan.

• Dengan ketentuan pelimpahan wewenang sampai


dengan 2000 meter persegi wewenang Kepala
Kanwil BPN dan diatas 2000 meter persegi
merupakan wewenang kepala BPN.

• Hak Pengelolaan maupun hak yang timbul dari


padanya harus didaftarkan.
Ps.1 PP No.40 Tahun 1996 Hak Pegelolaan adalah ‘hak
menguasai dari negara yg kewenangan dan
pelaksanaannya sebagian dilimpahkan pada pemegang
haknya’.

Subjek: orang atau badan penguasa (departemen,


jawatan atau Daerah swatantra) untuk dipergunakan
bagi pelaksanaan tugasnya masing-masing.
Objek: tanah negara

Cara terjadinya:
Dengan permohonan. Peraturan kaBPN No 9 tahun19
99 tentang Cara pemberian dan pembatalan HAT
negara dan Hak Pengelolaan.
2. HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH
Dengan lahirnya Undang-undang nomor 4 tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan dengan
Tanah, berarti kita telah mempunyai undang-undang nasional atau
unifikasi tentang Hak Tanggungan atau Jaminan atas tanah.
• Lahirnya Undang-undang tersebut dengan pertimbangan sbb:
1. Dengan meningkatnya pembangunan nasional yang bertitik berat
pada bidang ekonomi dibutuhkan penyediaan dana yang cukup
besar sehingga memerlukan lembaga hak jaminan yang kuat dan
mampu meberikan kepastian hukum bagi pihak-pihak yang
berkepentingan yang dapat mendorong parsitipasi masyarakat
dalam pebangunan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2. Sejak berlakunya UUPA sampai dengan saat ini
ketentuan yang lengkap mengenai hak
tanggungan sebagai lembaga hak jaminan yang
dapat dibebankan atas tanah berikut atau tidak
berikut benda-benda yang berkaitan dengan
tanah belum terbentuk.

3. Ketentuan mengenai hipotik sebagaimana


diatur dalam Buku II KUH Perdata sepanjang
mengenai tanah dianggap sudah tidak sesuai
lagi.
Definisi Hak Tanggungan
• Hak Tanggungan adalah hak tanggungan atas
tanah beserta benda-benda yang berkaitan
dengan tanah adalah hak jaminan yang
dibebankan pada hak atas tanah, berikut atau
tidak berikut benda-benda lain yang
merupakan satu kesatuan dengan tanah itu
untuk pelunasan utang tertentu terhadap
kreditur-kreditur lain.
• Objek Hak Tanggungan:
1. Hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan
adalah Hak Milik, HGU dan HGB.
2. Hak Pakai atas tanah negara yang menurut ketentuan
yang berlaku wajib didaftar dan menurut sifatnya
dapat dipindahtangankan.
3. Pembebanan hak tanggungan pada hak pakai atas
tanah hak milik akan diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
4. Hak tanggungan dapat juga dibebankan pada hak atas
tanah bangunan, tanaman dan hasil karya yang telah
ada atau akan ada yang merupakan satu kesatuan
dengan tanah tersebut.
• Subjek Hak tanggungan:
1. Pemberi hak tanggungan adalah orang
perseorangan atau badan hukum yang mempunyai
kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum
terhadap objek hak tanggungan yang bersangkutan.
2. Kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum
terhadap objek hak tanggungan harus ada pada
pemberi hak tanggungan pada saat pendaftaran
hak tanggungan dilakukan.
3.Pemegang hak tanggungan adalah orang
perseorangan atau badan hukum yang
berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang.
• Sifat-sifat Hak Tanggungan;
1. Zaaksgevolg atau droit de suite
• Artinya terus mengikuti benda yaang dibebaninya
di tangan siapapun benda itu berada, selama
piutangnya belum dilunasi.
2. Accessoir atau tambahan
• Artinya hak tersebut akan hapus apabila
perjanjian pokoknya hapus.
3.Harus didaftar untuk memenuhi azas
openbaarheid.
• Pemberian Hak tanggungan;
1.Didahului dengan janji untuk memberikan hak
tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang
tertentu yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
perjanjian utang piutang yang bersangkutan.
2.Pemberian hak tanggungan dilakukan dengan akta
yang dibuat dihadapan PPAT, selanjutnya didaftarkan
di BPN.
3.Hak tanggungan hapus apabila perjanjian utang
piutangnya telah dilunasi.
4. Setelah hak tanggungan hapus, kantor pendaftaran
akan mencoret catatan hak tanggungan (roya) pada
buku tanah dan sertifikatnya,
• Perbedaan antara Gadai Tanah dengan Hak Tanggungan
Atas Tanah.
• Dikenal dalam hukum adat, selanjutnya dalam pasal 53
UUPA digolongkan kedalan hak sementara, artinya hak
tersebut segera akan dihapuskan karena mengandung
unsur-unsur pemerasan yang bertentangan dengan jiwa
UUPA

• Menurut Ter Haar gadai tanah adalah:


• “Penyerahan tanah dengan pembayaran sejumlah uang
secara kontan demikian rupa, sehungga yang
menyerahkan tanah itu masih mempuyai hak untuk
mengembalikan tanah kepadanya dengan pembayaran
kembali sejumlah uang tersebut”.
• Perbedaan Gadai Tanah dengan Hak Tanggungan
Gadai Tanah Hak Tanggungan
1. Perjanjian berdiri sendiri 1. Perjanjian tambahan, disamping utang
piutang

2.Mengakibatkan penyerahan tanah kepada 2. Tanah sebagai jaminan tetap dikuasai


si pemegang gadai debitur.

3. Dilakukan untuk jangka waktu tertentu 3. Dilakukan dalam tempo tertentu


atau tidak tertentu

4. Apabila tanpa waktu, maka hanya dapat 4. Tanpa watu tidak pernah ada.
diakhiri atas kehendak si pemberi gadai.

5. Memberi hak kepada si pemegang gadai 5.Tidak memberikan hak kepada si pemberi
untuk mengalihkan gadai utang untuk memberikan barang jaminan
itu sebagai jaminan pula.
6.Apabila barang yang digadaikan musnah, 6. Jaminan berahir apabila barang yang
maka berahirlah perjanjian jual gadai itu dan diberikan sebagai jaminan itu musnah, akan
si penegang gadai tidak berhak meminta tetapi si penerima jaminan tetap berhak
uang gadai dari si pemberi gadai meminta pembayaran utang.
7. Apabila hanya sebagian barang gadai 7. Apabila barang jaminan itu musnah
musnah, maka perjanjian jual gadai tetap sebagian, maka jaminan itu berkurang
seperti semula seimbang dengan pemusnahan tersebut,
akan tetapi hal ini tidak mengurangi hak
si penerima jaminan untuk meminta
pembayaran utang penuh

8. Apabila para pihak meninggal, maka 8. Apabila debitur meninggal maka hutang
perjanjian jual gadai berpindah kepada dapat ditagih.
ahli warisnya.

9. Tidak dapat diperhitungkan dengan 9. Bisa diperhitungkan dengan hutang


hutang yang mungkin ada dari si yang mungkin ada dari si pemberi hutang
pemegang gadai kepada si pemberi gadai kepada si penerima hutang .
(konpensasi)
• HAK –HAK PENGUASAAN ATAS TANAH

A. Hak Bangsa Indonesia atas Tanah


1.Sebagai hak penguasaan atas tanah yang tertinggi.
• Pasal 1 (1) :
• “Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh
rakyat Indonesia yang telah bersatu sebagai Bangsa Indonesia.”
2. Hak bangsa meliputi semua tanah.
• Kata ”seluruh” dalam pasal di atas menunjukkan tidak ada
sejengkal tanahpun di wilayah Indonesia yang tidak bertuan
(resnullius)
3.Hak bangsa bersifat abadi
• Selama rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia
masih ada dan selama bumi, air dan kekayaan alam serta ruang
angkasa masih ada pula, dalam keadaan bagaimanapun tidak ada
sesuatu kekuasaan yang akan dapat memutuskan atau
meniadakan hubungan tersebut.
4. Unsur keperdataan hak bangsa
• Bahwa tanah bersama dalam Pasal 1 ayat 2 UUPA dinyatakan sebagai
kekayaan nasional menunjukkan adanya unsur keperdataan yaitu hubungan
kepunyaan antara Bangsa Indonesia dengan tanah bersama tersebut.
Hubungan kepunyaan sama dengan memberikan wewenang untuk menguasai
sesuatu.
• Dalam rangka hak bangsa orang dapat mengusasi tanah dengan hak milik
berdasarkan Pasal 20 UUPA.
• Hal mana tidak mungkin jika hubungan antara Bangsa Indonesia dengan tanah
bersama merupakan hubungan pemilikan.

5. Unsur hukum publik hak bangsa


• Sumber alam merupakan karunia Tuhan YME. Pemberian karunia harus
diartikan sebagai mengandung amanat, berupa tugas untuk mengelolanya
dengan baik tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi
yang akan datang.
• Tugas megelola berupa mengatur dan memimpin penguasan dan penggunaan
tanah bersama tersebut menurut sifatnya termasuk hukum publik. 
 B. Hak Menguasai dari Negara.
• Landasan hukumnya :
1. Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 dimana Negara sebagai kuasa
dan petugas Bangsa.
2. Pasal 2 ayat 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
• Mengatur kewenangan-kewenangan Negara atas tanah
sebagai organisasi kekuasaan dari seluruh rakyat,sebagai
hubungan publik semata.
• Hak meguasai dari Negara meliputi tanah-tanah di seluruh
wilayah Indonesia yang belum maupun sudah dihaki oleh
perorangan.
• Tanah yang belum dihaki dengan hak perorangan disebut
tanah yang dikuasai lansung oleh Negara sedangkan tanah
yang sudah dihaki oleh perorangan disebut tanah hak.
• Penguasaan tanah negsra dilakukan oleh Badan Pertanahan
Nasional.
• Hak mengusai dari Negara terjadi karena pelimpahan tugas dari
kewenangan Bangsa Indonesia yang dilakukan oleh wakil-wakil
Bangsa Indonesia pada waktu menyusun UUD 1945 yang
dituangkan dalam pasal 33 ayat 3.

• Hak menguasai dari Negara tidak dapat dipindahkan namun pada


pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah
dan masyarakat hukum adat sepanjang diperlukan dan hal
tersebut tidak bertentangan demgan kepentingan nasional.

• Hak menguasai dari negara sebagai pelimpahan hak bangsa


tidak akan hapus selama NKRI masih ada sebagai Negara
merdeka dan beraulat.
•  
C. Hak Ulayat
• Landasan hukumnya : Pasal 3 UUPA.
• Hak ulayat merupakan serangkaian wewenang dan kewajiban suatu
masyarakat hukum adat yang berhubungan dengan tanah yang terletak di
wilayahnya.

• Hak ulayat mengandung dua unsur yaitu :


1. Unsur kepunyaan yang termasuk bidang hukum perdata
2. Unsur tugas kewenangan untuk mengatur penguasaan dan memimpin
penggunaan tanah bersama yang termasuk bidang hukum publik.

• Pemegang (subyek) hak ulayat adalah masyarakat hukum adat.


• Sedangkan objek hak ulayat adalah semua wilayah dalam masyarakat hukum
adat.

• Hak ulayat terjadi karena diciptakan oleh nenek moyang atau sesuatu
kekuatan gaib pada waktu meninggalkan atau menganugrahkan tanah yang
bersangkutan kepada orang-orang yang merupakan kelompok tertentu.
• Pengakuan terhadap hak ulayat dapat dilihat:
• Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
• Pasal 67 :
• Masyarakat hukum adat sepanjang menurut kenyataannya masih ada
dan diakui keberadaannya berhak :
a.Melakukan pemungutan hasil hutan untuk pemenuhan kebutuhan
sehari-hari masyarakat yang bersangkutan
b.Melakukan kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan hukum adat yang
berlaku dan sesuai dengan undang-undang
c.Mendapatkan pemberdayaan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan.
 
• Pasal 68:
• Masyarakat hukum adat berhak mendapat konpensasi karena
hilangnya akses dengan hutan sekitarnya sebagai lapangan kerja.
 
 
• Masih ada tidaknya hak ulayat pada masyarakat
hukum adat berdasarkan Pasal 3 UUPA pada
dewasa ini dapat dilihat dari tiga kriteria berikut
ini:
• a. Masih ada suatu kelompok orang yang
merupakan warga suatu masyarakat tertentu.
• b. Masih ada tanah yang merupakan wilayah
persekutuan
• c. Masih ada kepala adat yang bertugas
D. Hak Perorangan atas Tanah
1. Hak Perorangan yang individual
• Dimungkinkan dengan Pasal 4 ayat 1 UUPA.
• Persayaratan bagi pemegang hak atas tanah yang
menunjuk kepada perorangan adalah:
• Pasal 21, Pasal 29, Pasal 36. Pasal 42, dan Pasal 45
UUPA.
2.Hak-hak atas tanah yang bersifat pribadi
• Pasal 9 ayat 2 UUPA , memuat kata-kata “ untuk
mendapat manfaat dan hasilnya baik bagi diri sendiri
maupun keluarganya “ menunjukkan sifat pribadi dari
hak atas tanah.
3. Hak atas tanah mengandung unsur
kebersamaan.
4.Unsur kebersaman ada pada setiap hak atas
tanah .
Sifat pribadi hak atas tanah yang sekaligus
mengandung unsur kebersamaan ditunjukkan
dengan Pasasl 6 UUPA yang menyebutkan
bahwa semua hak atas tanah mempunyai
fungsi sosial..

Anda mungkin juga menyukai