Anda di halaman 1dari 62

Pelatihan

CURICULUM VITAE
PPI Dasar
• VCT HIV
• Respirasi dasar
• IPCN Dasar
• IPCN Lanjut
Syahrir Aprizal, S.Kep, •

TOT PPI
TPK
Ners • TPPK Kemenkes

Riwayat Pekerjaan
Tanggal Lahir : 02 April 1980
• Kepala ruangan Soka Atas
Pendidikan terakhir : S1 Ners
• Case Manager Soka Atas
Alamat : Jl Perjuangan Kp. Jarakosta Cikarang
• Koordinator Pelayanan Unit Pengelolaan dan
Barat
Penerimaan Pasien Rawat
NIRA: 31720177488 • IPCN
HP : 081399330589/ 085775496899
Pendidikan Formal
• Akper Darma Wacana Lampung
• S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta
• Ners Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta
MONITORING
PEMASANGAN WSD
DAN
MEDIASTINOSTOMY
PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN
RESPIRASI
MONITORING
WSD
POKOK 01
PENGERTIAN

BAHASAN
INDIKASI DAN TUJUAN WSD
02
Prosedur pemasangan WSD
03
Perawatan pada klien yang menggunakan
04 WSD

Diagnosa keperawatan pada klien yang


05 menggunakan WSD
PENGERTIAN

WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk


mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga
pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan
menggunakan pipa penghubung.
INDIKASI PEMASANGAN WSD
PNEUMOTHORAX . HEMOTHORAX
• Spontan > 20% oleh karena rupture bleb • Robekan pleura
• Luka tusuk tembus • Kelebihan antikoagulan
• Klem dada yang terlalu lama • Pasca bedah thoraks
• Kerusakan selang dada pada sistem .
drainase

THORAKOTOMY EFFUSI PLEUARA EMPIEMA


• Lobektomy
• Pneumoktomy
INDIKASI LAIN
– Diagnostik : Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau
kecil, sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak,
sebelum penderita jatuh dalam syok.
– Terapi : Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga
pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of
breathing" dapat kembali seperti yang seharusnya.
– Preventive : Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga
pleura sehingga "mechanis of breathing" tetap baik.
Tujuan

• Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak

• Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura

• Mengembangkan kembali paru yang kolaps

• Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada 


Tempat Pemasangan WSD

• Bagian apex paru (apical)


anterolateral interkosta ke 1-2
fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga
pleura b. Bagian basal
• postero lateral interkosta ke 8-9
fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus)
dari rongga pleura 
 
PROSEDUR PEMASANGAN WSD
Pengkajian
 Memeriksa kembali instruksi dokter
01
 Mencek inform consent

 Mengkaji status pasien; TTV, status pernafasan

Persiapan pasien
 Siapkan pasien

 Memberi penjelasan kepada pasien mencakup :

02
 Tujuan tindakan

 Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD. Posisi klien
dapat duduk atau berbaring

 Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti nafas dalam,


distraksi

 Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu sisi yang terkena
(Fisiotheraphy)
03 Persiapan alat

 Motor suction
 Slang penghubung steril
 Botol berwarna putih/bening dengan kapasitas 2 liter
 pisau jaringan/silet
 trokart
 cairan antiseptic
 benang catgut dan jarumnya
 duk bolong, sarung tangan
 spuit 10cc dan 50cc
 kassa, NACl 0,9%
 Konektor
 set balutan
 obat anestesi (lidokain, xylokain)
04 Pelaksanaan
.

Prosedur
Dokter : operator
Perawat ( prosedur dapat dilaksanakan dengan baik , dan perawat member dukungan moril
pada pasien)
Tekhnik Pemasangan
Tekhnik Pemasangan
1. Bila mungkin penderita dalam posisi duduk. Bila tidak mungkin setengah duduk, bila tidak
mungkin dapat juga penderita tiduran dengan sedikit miring ke sisi yang sehat.
2. Ditentukan tempat untuk pemasangan WSD. Bila kanan sela iga (s.i) VII atau VIII, kalau kiri di
s.i VIII atau IX linea aksilaris posterior atau kira-kira sama tinggi dengan sela iga dari angulus
inferius skapulae. Bila di dada bagian depan dipilih s.i II di garis midklavikuler kanan atau kiri.
3. Ditentukan kira-kira tebal dinding toraks. (foto thorax,ct scan, usg guide)
4. Secara steril diberi tanda pada slang WSD dari lobang terakhir slang WSD tebal dinding toraks
(misalnya dengan ikatan benang).
5. Cuci tempat yang akan dipasang WSD dan sekitarnya dengan cairan antiseptik.
6. Tutup dengan duk steril
7. Daerah tempat masuk slang WSD dan sekitarnya dianestesi setempat secara infiltrate dan
"block".
NEXT

8. Insisi kulit subkutis dan otot dada ditengah s.i.


9. Irisan diteruskan secara tajam (tusukan) menembus pleura.
10. Dengan klem arteri lurus lobang diperlebar secara tumpul.
11. Slang WSD diklem dengan arteri klem dan didorong masuk ke rongga pleura (sedikit
dengan tekanan).
12. Fiksasi slang WSD sesuai dengan tanda pada slang WSD.
13. Daerah luka dibersihkan dan diberi zalf steril agar kedap udara.
14. Slang WSD disambung dengan botol SD steril.
15. Bila mungkin dengan continous suction dengan tekanan -24 sampai -32 cmH20
Resiko Insersi Chest Tube
– Perdarahan pada sisi sayatan, walaupun biasanya bersifat minor dan
terkadang akan berhenti tanpa intervensi
– Resiko infeksi (misal empyema) dan resiko lainnya yang berkaitan
dengan peningkatan komplikasi yang membuat pemasangan chest tube
lebih lama
– Emfisema subkutan >>>Udara di bagian leher, dada dan wajah
( memerlukan perhatian lebih karena dapat menimbulkan nyeri
berlebih)
– Trauma paru dan perforasi diafragma selama pemasangan atau
pelepasan
– Bronchopleura fistula
– Malposisi chest tube
Ukuran Chest Tube
UKURAN TUBE USIA PASIEN
8 FR – 12 FR Infant, anak kecil
16 FR – 20 FR Anak-anak, remaja
24 FR – 32 FR Dewasa
Jenis WSD
Satu Tabung

 Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien


simple pneumothoraks
 Terdiri dari botol dengan penutup / segel
 Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi
 Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan: Inspirasi
akan meningkat, ekpirasi menurun
Dua Tabung

 Digunakan 2 botol; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2 botol
water seal
 Sistem dua botol menggunakan dua botol yang masing-masing berfungsi sebagai
water seal dan penampung
 Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari
rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk
ke WSD
 Bisasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi
pleura
Tiga Tabung

 Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang
digunakan
 Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan
 Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah
hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol WSD
 Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan
 Botol ke-3 mempunyai 3 selang : (1) Tube pendek di atas batas air dihubungkan
dengan tube pada botol ke dua, (2) Tube pendek lain dihubungkan dengan suction,
dan (3) Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke
atmosfer
Chest Draianage
 Mengumpulkan drainase (seperti udara, darah dan efusi) dan
menyambungkan ujungnya ke chest tube.

 Alat drainage menggunakan satu unit yang mempunyai tiga


chamber, berdasarkan pada sistem lama tiga botol.

 Tiga chamber masing-masing mempunyai fungsi terpisah, yaitu


mengumpulkan cairan, water seal, dan kontrol suction.
Tindakan setelah prosedur

Perhatikan undulasi pada
selang WSD


Bila undulasi tidak ada:

segera periksa kondisi sistem drainage, tanda-tanda kesulitan bernafas ?????

Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar -Cek batas cairan dari
botol WSD

pertahankan dan tentukan batas pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air

Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah cairan yg keluar

Observasi pernafasan

nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama

Perhatikan balutan pada insisi (perdarahan,


kebersihan,selang WSD)

Posisi yg nyaman dengan memperhatikan


jangan sampai slang terlipat

•Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan


merubah posisi
PENTING Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu


Ganti botol WSD (Catat jumlah cairan yang dibuang)

kesulitan bernafas

OBSERVASI


sianosis

emphysema subkutan

PENTING

Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan bimbing cara
batuk efektif

Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh

PENTING

Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD

Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan
latihan gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD
• Tipe dressing yang diaplikasikan setelah insersi chest tube biasanya
Dressing berbeda dengan masing-masing fasilitas. Maka kembali lagi pada
kebijakan fasilitas yang ada atau terkait. Langkah-langkahnya, yaitu
(Coughlin & Parchinsky, 2006) :
– >>>> teknik steril ketika mengaplikasikan chest tube dressing
– Ukuran pre-slit 4x4 mengelilingi chest tube
– Lalu untuk slit drainage pad, letakkan un-slit 4x4 di atasnya
– Dengan plester atau perekat 3-4 inch, amankan dressing dengan seal
yang kedap udara
– Ganti balutan secara berkala yang disesuaikan dengan kebijakan
instansi terkait.
(Catat jika ada kemerahan di sekitar sisi insersi, purulent drainage,
odor (bau), atau krepitus)
• Sedangkan menurut NHS foundation Trust (2017)

dressing haruslah balutan yang dapat memungkinakan inspeksi secara langsung, balutan yang besar dan
tebal tidak diperlukan. Omental tag yang bersifat adhesif sebaiknya digunakan untuk menunjang selang
dan melindungi selang agar tidak tertarik keluar. Ditambahkan lagi dari NHS, ada beberapa alasan
dalam penggantian balutan, yaitu :

– Digunakan ketika dapat memudahkan inspeksi dan memonitor dari tanda infeksi. Swab harus
diambil dari sisi chest drain jika ada tanda-tanda infeksi.
– Untuk memonitor emfisema surgical.
– Untuk memastikan chest drain pada posisi yang tepat dan tetap melekat.
– Rontgen dada harus dilakukan untuk mengkonfirmasi posisi tube dan
pengenbanganparu

Balutan Chest Tube, Gogakos, et al. (2015)


Perawatan pada klien dengan WSD
Kaji adanya distress pernafasan & nyeri dada, bunyi nafas di daerah paru
yg terkena & Observasi adanya distress pernafasan, TTV

Observasi :
Ganti Balut (GB)
 Tiap hari/ kondisi pasien
 Mencegah infeksi di bagian masuknya slang
 Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang
 Melakukan perawatan yang harus diperhatikan ( letak slang,kenyaman pasien)
 Mendorong berkembangnya paru-paru, dengan WSD/ Bullow drainage
latihan napas dalam; latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu
slang diklem; dan kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
 Obeservasi produksi cairan
 

a. Siapkan set yang baru


Botol berisi cairan aquadest
Mengganti b. Selang WSD di klem dulu
c. Ganti botol WSD dan lepas kembali klem
botol WSD d. Amati undulasi dalam slang WSD
e. Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatif dalam
rongga dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena
kesalahan dll.
Observasi selang untuk melihat adanya lekukan, lekukan yang menggantung,
bekuan darah
Sistem drainage dada
Gelembung udara di botol air/ undalasi
Tipe & jumlah drainase cairan
 Catat warna & jumlah drainase
TTV & warna kulit
Gelembung udara dalam ruang pengontrol penghisapan ketika penghisap
digunakan
Fisiotheraphy
Posisikan klien :
Semi fowler sampai fowler tinggi untuk mengeluarkan udara (pneumothorak)
Posisi fowler untuk mengeluarkan cairan (hemothorak)

Pertahankan konektor dengan selang drainase

Jika selang yang berlebih Rekatkan dengan plester


Perhatikan jika ada nya sumbatan/ bengkok

Pertahankan konektor dengan selang drainase

Catat : undulasi, pruduksi (warna, volume)

Cuci tangan
Pencabutan selang WSD
Indikasi pengangkatan WSD adalah bila :

Paru-paru sudah reekspansi yang ditandai


dengan :
Tidak ada undulasi
Cairan yang keluar tidak ada
Tidak ada gelembung udara yang keluar
Kesulitan bernafas tidak ada
Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara
Dari pemeriksaan tidak ada cairan atau udara

Slang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi


dengan spooling atau pengurutan pada slang
Diagnosa
Keperawatan 01 Nyeri akut B.d Nyeri akut insisi Tindakan
pemasangan WSD

Pola nafas tidak efektif B.d penurunan


02 ekspansi paru

Cemas B.d kurangnnya pengetahuan


03 tentang Tindakan WSD

Resiko Infeksi B.d Tindakan insisi


04 invasif pemasangan WSD
Mediastinotomy
Management of Subcutaneous
Emphysema via Mediastinotomy
Emfisema subkutan (SE) terjadi ketika udara
masuk ke jaringan di bawah kulit dan di
jaringan lunak.

Gejala Pembengkakan di sekitar


leher disertai nyeri di dada, nyeri
tenggorok, nyeri leher, kesulitan
menelan, sesak napas, mengi,
dan distensi
SE Aghajanzadeh, Manouchehr; et al, 2013, Classification and Management of Subcutaneous Emphysema: a 10-Year Experience

Classification
SE Patophysiology

Cedera pada Udara dari


pleura alveolus dan
parietalis  hilus paru

• Udara yang
Udara di berasal dari
mediastinum sumber eksternal
Aghajanzadeh, Manouchehr; et al, 2013, Classification and Management of Subcutaneous Emphysema: a 10-Year Experience
Beberapa Penyebab Emfisema Subkutis

Kondisi paru-paru
gangguan paru- yang kolaps atau Komplikasi
tindakan medis
paru : pneumothorax,
Cedera patah iga
pneumothorax
benda tumpul di
bagian dada, Komplikasi dari
seperti luka berbagai
penyakit tembak dan luka penyakit
pada saluran tusuk, dapat (seperti asma endoskopi,
pernapasan: menyebabkan serangan akut, bronkoskopi
bronkitis terjadinya infeksi gan- WSD,dan
kronis,  emfisema subkutis gren, ekstraksi
gigi atau intubasi
PPOK, dan
batuk rejan. komplikasi saat
pemasangan
thorax tube). 
MANAGEMENT OF SUBCUTANEOUS
EMPHYSEMA

Jika Pneumotoraks (+) Surgery Management


Penggunaan saluran interkostal Manajemen Drainase Lubang tiup Manajemen
Mediastinotomy Drainase subkutan Terapi Luka Konservatif
- Dalam kasus trauma
menggunakan saluran Tekanan Negatif (NPWT) Kaji kompromi
pembuangan yang lebih besar kelainan jalan
>28F mengevakuasi darah. napas jika ada
- Pneumotoraks hanya Suplementasi
menggunakan saluran yang lebih oksigen CT scan
kecil 14 identifikasi
sumbernya
Mediastinotomy
Mediastinotomy
Profilaksis Trombosis

Post Operative Care


Oxygen supplementation
Profilakis trombosis. Place Your Picture Here And
Send To Back

Monitoring Drain
Production
immediate
postoperative period -Dengan atau tanpa bantuan pijat
dekompresi manual
Hipoventilasia -saluran pembuangan

Hipoksemia
Hipotermia
hipotensi Postoperative pain
Analgesia is essential.
Apa risiko dan komplikasi dari mediastinostomy?

Adanya udara di ruang


pleura yang menyebabkan
Perdarahan.
paru-paru kolaps
(pneumotorak).

Terbentuknya lubang akibat tertusuk di


bagian kerongkongan, trakea, atau Infeksi pada sayatan
pembuluh darah besar jantung, yang
bisa menyebabkan perdarahan dan Emfisema subkutan
bisa mengancam jiwa.
. (SE)

Kelumpuhan sementara atau Infeksi di paru-paru


permanen akibat cedera pada saraf (pneumonia).
laring, yang bisa menimbulkan
suara serak.
Diagnosa
Keperawatan 01 Nyeri akut B.d Nyeri akut tindakan insisi

Pola nafas tidak efektif B.d penurunan


02 ekspansi paru

Cemas B.d kurangnnya pengetahuan


03 tentang Tindakan

Resiko Infeksi B.d Tindakan invasif


04 insisi
Punksi pleura
 Punksi pleura atau thoracentesis adalah metode yang digunakan
untuk mengeluarkan cairan pleura.
Cairan pleura normalnya memang ada pada rongga pleura (lapisan
luar paru). Jumlahnya sangat sedikit dan berfungsi untuk meredam
goncangan keras serta melumasi agar pergerakan paru lebih mudah.
Punksi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati
cairan yang mungkin serosa (serothoraks), darah (hemothoraks), pus (piothoraks) atau kilus
(kilothoraks), nanah (empiema).
Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (cairan putih jernih) atau eksudat (cairan
kekuningan)
Punksi pleura juga dilakukan untuk pengambilan spesimen dalam keperluan
analisa, mikrobiologi, serta sitologi cairan pleura pasien.
Indikasi Pungsi Pleura
·         Diagnosis dan terapi cairan pleura
·         Diagnosis dan terapi pneumotoraks dan efusi pleura
·         Adanya gejala subyektif seperti sakit atau nyeri, dipsneu, rasa berat dalam dada
·         Cairan melewati sela iga ke-2, terutama bila di hemithoraks kanan, karena dapat menekan vena cava
superior
·         Bila penyerapan cairan terlambat (lebih dari 6-8 minggu).
prosedur Kerja :
1.      Berikan penjelasan kondisi pasien dan tindakan yang akan dilakukan
2.      Informed consent
3.      Cuci tangan
4.      Pakai sarung tangan steril
5.      Beri pasien sedative agar tenang, kemudian posisikan anak setengah duduk, dengan kedua lengan diangkat keatas
6.      Bersihkan daerah pungsi dengan larutan antiseptik
7.      Lakukan anestesi lokal
8.      Tusukkan semprit dengan jarum no. 18-21 ( sesuai kebutuhan ) diantara tulang iga dengan posisi menghisap , sehingga
bila jarum mencapai cairan / udara, maka cairan / udara akan mengalir segera kedalam semprit
9.      Bila keluar cairan yang purulen / nanah maka semprit dan jarum dapat diganti dengan jarum yang lebih besar yang
dihubungkan dengan kran 3 arah dan selang penghubungnya untuk dapat mengeluarkan cairan sebanyak-banyaknya
10.  Cairan ditampung untuk pemeriksaan laboratorium yang diperlukan
11.  Bekas tusukan diberi salep dan ditutup dengan kassa steril plester rapatkan
12.  Cuci tangan
Masalah Keperawatan yang Muncul
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan punksi
pleura antara lain :
1.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan prosedur pemeriksaan dan masalah
kesehatan
2. Ansietas berhubungan dengan prosedur pemeriksaan dan kemungkinan hasil
abnormal
3.      Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan prosedur
4.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan teknik septik selama prosedur
..Barang siapa
memelihara
kehidupan seseorang
manusia, maka
seakan-akan dia
telah memelihara
kehidupan semua
manusia…

QS Al Maidah: 32
Motivasi
Orang-orang yang berhenti belajar akan
menjadi pemilik masa lalu.
Orang-orang yang masih terus
belajar, akan menjadi pemilik masa depan
THANK YOU
Kasus
1. Pasien dengan Pneumothorak
2. Pasien dengan hydropneumotorak
3. Pasien dengan empisema sub cutis terpasang WSD

Anda mungkin juga menyukai