Anda di halaman 1dari 33

SINTAKSIS BAHASA

INDONESIA
ETIMOLOGI
 Sintaksis secara etiomologi berasal dari
bahasa Yunani, yaitu ‘sun’ artinya dengan
dan ‘tattein’ artinya menempatkan. Jadi,
secara etimologis sintaksis berarti
menempatkan bersama-sama kata menjadi
kelompok kata atau kalimat. Sintaksis yang
berasal dari bahasa Belanda yaitu syntaxsis.
Sedangkan dalam bahasa Inggris adalah
syntax.
DEFINISI SINTAKSIS
 Sintaksis adalah cabang tata bahasa mengenai studi
penghimpunan kata-kata dalam kalimat-kalimat dan alat
dengan mana hubungan seperti itu terlihat. Misalnya tertib
kata atau infleksi
 Sintaksis berkenaan dengan penemuan jenis-jenis kalimat
dasar dengan pemberian penggantian yang muncul dari
setiap unsur dari jenis unsure itu.
 Sintaksis adalah studi dan aturan-aturan dari hubungan kata-
kata satu sama lainnya sebagai penyatuan gagasan dan
sebagai bagian-bagian dari struktur-struktur kalimat, studi
dan ilmu bangun kalimat.
 Ringkasnya sintaksis adalah studi penghimpunan dan tautan
timbale balik antara kata-kata, frase-frase, klausa-klausa
dalam kalimat.
JADI, KESIMPULANYA...
 Sintaksis adalah studi dan aturan-aturan dari
hubungan kata-kata satu sama lainnya
sebagai penyatuan gagasan dan sebagai
bagian-bagian dari struktur-struktur kalimat,
studi dan ilmu bangun kalimat.
UNSUR SINTAKSIS
 Unsur bahasa yang termasuk di dalam
sintaksis frase, kalusa,dan
adalah
kalimat. Tuturan dalam hal ini
menyangkut apa yang
dituturkan orang dalam
bentuk kalimat.
STRUKTUR SINTAKSIS
 Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari
susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan
keterangan. Menurut Verhar (1978) fungsi-
fungsi sintaksis itu yang terdiri dari unsur-
unsur S, P, O, dan K itu merupakan “kotak-
kotak kosong” atau “tempat0tempat kosong”
yang tidak mempunyai arti apa-apa karenan
kekosongannya. Tempat-tempat kosong itu
akan diisi oleh sesuatu yang berupa kategori
dan memiliki peranan tertentu
Contoh kalimat: Nenek melirik Kakek
tadi pagi.
 Tempat kosong yang bernama subjek disi oleh
kata nenek yang berkategori nomina, tempat
kosong yang bernama predikat diisi oleh
kata melirik  yang berkategori verba, tempat
kosong yang bernama objek diisi oleh
kata  kakek yang berkategori nomina, dan
tempat kosong yang bernama keterangan diisi
oleh frasa tadi pagi yang berkategori nomina.
KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
 Dalam tataran morfologi kata merupakan satuan terbesar (satuan terkecilnya
adalah morfem), tetapi dalam tataran sintaksis  kata merupakan satuan terkecil
yang secara hierarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang
lebih besar, yaitu frase. Kata sebagai satuan sintaksis, yaitu dalam hubungannya
dengan unsure-unsur pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frasa,
klausa, dan kalimat. Sebagai satuan terkecill dalam sintaksis, kata berperanan
sebagai pengisi fungsi sintaksis, sebagai penanda kategori sintaksis, dan
sebagai perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari
satuan sintaksis.
Dalam pembicaraan kata sebagai pengisi satuan sintaksis, pertama-pertama
harus kita bedakan dulu  adanya dua macam kata, yaitu yang disebut kata penuh
(fullword) dan kata tugas (functionword). Kata penuh adalah kata yang secara
leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses
morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat bersendiri sebagai sebuah
satuan tuturan.
Sedangkan yang disebut kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak
mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas
tertutup, dan di dalam pertuturan dia tidak dapat bersendiri.
FRASA
 Frasa atau frase adalah sebuah makna linguistik.
Lebih tepatnya, frasa merupakan satuan
linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih
kecil dari klausa dan kalimat. Frasa adalah
kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frasa tidak
memiliki predikat dalam strukturnya. Itu yang
membedakan frasa dari klausa dan kalimat.
 Contoh:
 Nenekku
 Di pohon
 CIRI-CIRI FRASA
Frasa memiliki beberapa ciri yang dapat
diketahui, yaitu :
 Terbentuk atas dua kata atau lebih dalam

pembentukannya.
 Menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat.
 Mengandung satu kesatuan makna
gramatikal.
 Bersifat non-predikatif.
 JENIS-JENIS FRASA
1. Frasa berdasarkan jenis/kelas kata
 Frasa Nomina
Frasa Nomina adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan
memperluas sebuah kata benda. Frasa nominal dapat dibedakan lagi
menjadi 3 jenis yaitu :

1.Frasa Nomina Modifikatif (mewatasi), misal : rumah mungil, hari


senin, buku dua buah, bulan pertama, dll.
2.Frasa Nomina Koordinatif (tidak saling menerangkan), misal : hak dan
kewajiban, sandang pangan, ', lahir bathin, dll.
3.Frasa Nomina Apositif
Contoh frasa nominal apositif :
a). Jakarta, Ibukota Negara Indonesia, sudah berumur 485 tahun.
b). Melati, jenis tanaman perdu, sudah menjadi simbol bangsa Indonesia
sejak lama.
 Frasa Verbal
Frasa Verbal adalah kelompok kata yang terbentuk dari kata kata kerja. Kelompok
kata ini terbagi menjadi 3 macam, yaitu :

1.Frasa Verbal Modifikatif (pewatas), terdiri atas pewatas belakang, misal : a).
Ia bekerja keras sepanjang hari. b). Kami membaca buku itu sekali lagi. Pewatas
depan, misal : a). Kami yakin mendapatkan pekerjaan itu. b). Mereka pasti
membuat karya yang lebih baik lagi pada tahun mendatang.

2.Frasa Verbal Koordinatif adalah 2 verba yang digabungkan menjadi satu dengan


adanya penambahan kata hubung 'dan' atau 'atau', Contoh kalimat : a). Orang
itu merusak dan menghancurkan tempat tinggalnya sendiri. b). Kita pergi  ke toko
buku atau ke perpustakaan.

3.Frasa Verbal Apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan.


Contoh kalimat : a). Pekerjaan Orang itu, berdagang kain, kini semakin maju. b).
jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan batubara.
 Frasa Adjektiva
Frasa ajektifa ialah kelompok kata yang dibentuk oleh kata sifat atau keadaan
sebagai inti (diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi
menerangkan, seperti : agak, dapat, harus, lebih, paling dan 'sangat. Kelompok kata
ini terdiri dari 3 jenis, yaitu :

1.Frasa Adjektifa Modifikatif (membatasi), misal : cantik sekali, indah nian, hebat


benar, dll.

2.Frasa Adjektifa Koordinatif (menggabungkan), misal : tegap kekar, aman


tentram, makmur dan sejahtera, dll

3. Frasa Adjektifa Apositif, misal :


a). Srikandi cantik, ayu menawan, diperistri oleh Arjuna.
b). Desa Jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan batubara.
Frasa Apositif bersifat memberikan keterangan tambahan. Frasa Srikandi
cantik dan Desa Jorong merupakan unsur utama kalimat, sedangkan frasa ayu
menawan, dan tempat tinggalku dulu, merupakan keterangan tambahan.
 Frasa Adverbial
Frasa Adverbial ialah kelompok kata yang dibentuk
dengan keterangan kata sifat. Frasa ini bersifat
modifikasi (mewatasi), misal : sangat
baik kata baik merupakan inti dan
kata sangat merupakan pewatas. Frasa yang bersifat
modifikasi ini contohnya ialah agak besar, kurang
pandai, hampir baik, begitu kuat, pandai sekali, lebih
kuat, dengan bangga, dengan gelisah. Frasa Adverbial
yang bersifat koordinatif (yang tidak menerangkan),
contoh frasanya ialah lebih kurang kata lebih tidak
menerangkan kurang dan kurang tidak
menerangkan lebih.
 Frasa Pronomina
Frasa Pronominal ialah frasa yang dibentuk dengan
kata ganti, frasa ini terdiri atas 3 jenis yaitu :

1. Modifikatif, misal kalian semua, anda semua, mereka


semua, mereka itu, mereka berdua.

2. Koordinatif, misal engkau dan aku, kami dan


mereka, saya dan dia.
3. Apositif, misal :
a). Kami, putra-putri Indonesia, menyatakan perang
melawan narkotika.
KLAUSA
 Definisi
Klausa adalah satuan sintaksis berupa
runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif.
Artinya, di dalam konstruksi itu ada kom­
ponen, berupa kata atau frase, yang
berfungsi sebagai predikat; dan yang lain
berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan
sebagai keterangan. Klausa merupakan
tataran dalam sintaksis yang berada di atas
tataran frase dan di bawah tataran kalimat
Sebuah konstruksi disebut kalimat kalau kepada konstruksi
itu diberikan intonasi final atau intonasi kalimat. Jadi,
konstruksi nenek mandi baru dapat disebut kalimat kalau
kepadanya diberi intonasi final kalau belum maka masih
berstatus klausa.Tempat klausa adalah di dalam kalimat.
Dapat juga dikatakan, klausa adalah sebuah konstruksi
yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang
mengandung unsur predikatif (Keraf, 1984:138). Klausa
berpotensi menjadi kalimat. (Manaf, 2009:13) menjelaskan
bahwa yang membedakan klausa dan kalimat adalah
intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri
dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri
intonasi final. Intonasi final itu dapat berupa intonasi berita,
tanya, perintah, dan kagum
 Widjono (membedakan klausa sebagai
berikut2007:143) 
Klausa kalimat majemuk setara
Dalam kalimat majemuk setara (koordinatif), setiap
klausa memiliki kedudukan yang sama. Kalimat
majemuk koordinatif dibangun dengan dua klausa
atau lebih yang tidak saling menerangkan.
Contohnya sebagai berikut:
Rima membaca kompas, dan adiknya bermain catur.
Klausa pertama Rima membaca kompas. Klausa kedua
adiknya bermain catur. Keduanya tidak saling
menerangkan.
2. Klausa kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat dibangun dengan
klausa yang berfungsi menerangkan klausa
lainnya. Contohnya sebagai berikut. Orang itu
pindah ke Jakarta setelah suaminya bekerja di
Bank Indonesia. Klausa orang itu pindah ke
Jakarta sebagai klausa utama (lazim disebut
induk kalimat) dan klausa kedua suaminya
bekerja di Bank Indonesiamerupakan klausa
sematan (lazim disebut anak kalimat)
 3. Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat
Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan
bertingkat, terdiri dari tiga klausa atau lebih. Contohnya
seperti berikut ini. Dia pindah ke Jakarta setelah
ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. Kalimat di
atas terdiri dari tiga klausa yaitu. 1) Dia pindah ke
Jakarta (klausa utama) 2) Setelah ayahnya meninggal
(klausa sematan) 3) Ibunya kawin lagi (klausa sematan)
Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal.
(Kalimat majemuk bertingkat) Ayahnya meninggal dan
ibunya kawin lagi. (Kalimat majemuk setara)
JENIS KLAUSA
Berdasarkan strukturnya dapat dibedakan adanya klausa bebas dan klausa
terikat. Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap,
sekurang-kurangnya mempunyai subyek dan predikat, dan karena itu mempunyai
potensi untuk menjadi kalimat mayor.

Klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap. Berdasarkan kategori unsur


segmental yang menjadi predikatnya dapat dibedakan adanya klausa verbal, klausa
nominal, klausa ajektival, klausa adverbial dan klausa preposisional. Dengan
adanya berbagai tipe verba, maka dikenal adanya klausa transitif, klausa intransitif,
klausa refleksif dan klausa resprokal.

Kluasa ajektival adalah klausa yang predikatnya berkategori ajektiva, baik berupa
kata maupun frase. Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berupa
adverbial. Klausa preposisional adalah klausa yang predikatnya berupa frase
berkategori.
Klausa numeral adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frasenumerila .
Klausa berupa sata dalah klausa yang subjeknya terikat di dalam predikatnya,
meskipun di tempat lain ada nomina atau frasenomina yang juga berlaku sebagai
subjek.
KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik
dengan cara lisan maupun tulisan.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran
(Widjono:146). Manaf (2009:11) lebih menjelaskan dengan membedakan kalimat
menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan
bahasa yang mempunyai ciri sebagai berikut:

1. Satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata
dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah
klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan prediket, baik unsur fungsi
itu eksplisit maupun implisit;

2. Satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak
diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa
intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum.
Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf kapital,
diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan
diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda
seru (!).
 Ciri Kalimat
Ciri-ciri kalimat Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut.
Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan.
Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik,
tanda tanya, atau tanda seru, Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan
prediket. Predikat transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai
pelengkap. Mengandung pikiran yang utuh. Mengandung urutan logis, setiap kata
atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek, prediket, objek, dan
keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya. Mengandung satuan makna,
ide, atau pesan yang jelas.
Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun
dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan. 3.2. Fungsi sintaksis dalam
kalimat Fungsi sintaksis pada hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat
diisi oleh bentuk bahasa tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud fungsi sintaksis adalah
subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (ket). Tidak
semua kalimat harus mengandung semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi
sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan prediket,
sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur
penunjang dalam kalimat. Fungsi sintaksis akan dijelaskan berikut ini.
 Subjek
Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat.
Pokok kalimat itu dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi
sintaksis lain, yaitu prediket. Ciri-ciri subjek adalah
sebagai berikut: jawaban apa atau siapa, dapat didahului
oleh kata bahwa, berupa kata atau frasa benda (nomina)
dapat diserta kata ini atau itu, dapat disertai pewatas yang,
tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi,
untuk, dan lain-lain, tidak dapat diingkarkan dengan kata
tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan.
Hubungan subjek dan prediket dapat dilihat pada contoh-
contoh di bawah ini.
Adik bermain (S) Ibu memasak. S
 Predikat
Predikat merupakan unsur yang
membicarakan atau menjelaskan pokok
kalimat atau subjek. Hubungan predikat dan
pokok kalimat dapat dilihat pada contoh-
contoh di bawah ini.
Adik bermain. (S) Adik adalah pokok kalimat
bermain adalah yang menjelaskan pokok
kalimat.
Ibu memasak. S P Ibu
 Objek
Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba transitif
pengisi predikat dalam kalimat aktif. Objek dapat dikenali dengan melihat verba transitif
pengisi predikat yang mendahuluinya seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini.
Dosen menerangkan materi. S P O
menerangkan adalah verba transitif.
Ibu menyuapi adik. S P O
Menyuapi adalah verba transitif. Objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berupa
nomina atau frasa nominal seperti contoh berikut,
Ayah membaca koran. S P O      Koran adalah nomina.
Adik memakai tas baru. S P O Tas baru adalah frasa nominal berada langsung di
belakang predikat (yang diisi oleh verba transitif) seperti contoh berikut,
Ibu memarahi kakak. S P O
Guru membacakan pengumuman. S P O
dapat diganti enklitik –nya, ku atau –mu, seperti contoh berikut,
Kepala sekolah mengundang wali murid. S P O
Kepala sekolah mengundangnya. S P O
objek dapat menggantikan kedudukan subjek ketika kalimat aktif transitif dipasifkan,
seperti contoh berikut,
Ani membaca buku. S P O Buku dibaca Ani. S P Pel.
 Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat.
Pelengkap (pel.) bentuknya mirip dengan objek karena sama-sama diisi oleh nomina atau frasa nominal dan keduanya
berpotensi untuk berada langsung di belakang predikat. Kemiripan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada contoh
berikut.
Bu Minah berdagang sayur di pasar pagi. S P pel. ket.
Bu Minah menjual sayur di pasar pagi. S P O ket. Pelengkap
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pelengkap kehadirannya dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati
oleh prefiks ber dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks di- atau ter-, seperti contoh berikut.
Bu Minah berjualan sayur di pasar pagi. S P Pel. Ket. Buku dibaca Ani. S P Pel.
pelengkap merupakan fungsi kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba dwitransitif pengisi predikat seperti contoh berikut.
Ayah membelikan adik mainan. S P O Pel.
membelikan adalah verba dwitransitif. pelengkap merupakan unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti predikat yang diisi
oleh verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi, seperti contoh berikut.
Budi menjadi siswa teladan. S P Pel.
Kemerdekaan adalah hak semua bangsa. S P Pel.
dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di belakang predikat, tetapi kalau predikat diikuti oleh objek,
pelengkap berada di belakang objek, seperti pada contoh berikut.
Pak Ali berdagang buku bekas. S P Pel.
Ibu membelikan Rani jilbab. S P O Pel.
pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina –nya, seperti contoh berikut.
Ibu memanggil adik. S P O
Ibu memanggilnya. S P O
Pak Samad berdagang rempah. S P Pel.
Pak Samad berdagangnya (?)
satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi subjek apabila kalimat aktif itu dijadikan
kalimat pasif seperti contoh berikut. Pancasila merupakan dasar negara. S P Pel. Dasar negara dirupakan pancasila (?)
 Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan keterangan kepada seluruh
kalimat. Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur tambahan dalam
kalimat. Keterangan sebagai unsur tambahan dalam kalimat dapat dilihat pada
contoh berikut.
Ibu membeli kue di pasar. S P O Ket. tempat
Ayah menonton TV tadi pagi. S P O Ket. waktu
Keterangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: umumnya merupakan keterangan
tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat, seperti contoh berikut.
Saya membeli buku. S P O
Saya membeli buku di Gramedia. S P O Ket. tempat
keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat,
seperti contoh berikut.
Dia membuka bungkusan itu dengan hati-hati. S P O Ket. cara
Dengan hati-hati dia membuka bungkusan itu. Ket. cara S P O keterangan diisi oleh
adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival, dan klausa terikat, seperti
contoh berikut.
Ali datang kemarin. S P Ket. waktu
Ibu berangkat kemarin sore. S P Ket. Waktu
JENIS-JENIS KALIMAT
 Kalimat Inti dan kalimat Non-Inti
Kalimat inti biasa juga disebut kalimat dasar adalah kalimat yang dibentuk
dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif, atau netral, dan
afirmatif. Kalimat inti dapat diubah menjadi kalimat non-inti dengan
berbagai proses transformasi.
 Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Perbedaan Kalimat tunggal dan kalimat majemuk berdasarkan banyaknya
klausa yang ada di dalam kalimat itu, kalau klausanya hanya satu maka
disebut kalimat tunggal, kalau klausa dalam sebuah kalimat lebih dari satu
maka disebut kalimat majemuk
 Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Pembedaan kalimat mayor dan kalimat minor dilakukan berdasarkan
lengkap dan tidaknya klausa yang menjadi konstituen dasar kalimat itu
kalau klausanya lengkap sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan
predikat maka kalimat itu disebut kalimat mayor. Kalau klausanya tidak
lengkap entah terdiri dari subjek, predikat, objek, atau keterangan saja
maka kalimat tersebut disebut kalimat minor
  Kalimat Verbal dan Kalimat Non-Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal
atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase yang
berkategori verbal sedangkan kalimat non verbal adalah
kalimat y6ang predikatnya bukan kata atau frase verbal, bisa
nominal, ajektifal, adverbial, atau juga numeralia.
 Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk
menjadi ujaran lengkap atau dapat memulai sebuah paragraph
atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks lain yang
menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat adalah kalimat
yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap atau
menjadi pembuka paragraph atau wacana tanpa bantuan
konteks.
SIMPULAN
 Kata sintaksis berasaldari kata Yunani (sun = ‘dengan’
+ tattein ‘menempatkan’. Jadi kata sintaksis secara
etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata
menjadi kelompok kata atau kalimat.[8] Sintaksis adalah tata
bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam
tuturan[9]. Sama halnya dengan morfologi, akan tetapi
morfologi menyangkut struktur gramatikal di dalam
kata. Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis adalah
frase, kalusa,dan kalimat. Tuturan dalam hal ini menyangkut
apa yang dituturkan orang dalam bentuk kalimat.
 Ramlan (1981:1) mengatakan: “Sintaksis ialah bagian atau
cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk
wacana, kalimat, klausa, dan frase .
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta:
Rineka Cipta.
http://www.diaryapipah.com/2012/05/penger
tian-sintaksis-frase-dan-klausa.html
arifsunarya.wordpress.com/2012/11/17/sint
aksis-dalam-tataran-linguistik/
https://arifsunarya.wordpress.com/2012/11/1
7/sintaksis-dalam-tataran-linguistik/
http://prince-mienu.blogspot.co.id/2010/01/t
ataran-linguistik-3-sintaksis.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat
TERIMA KASIH...

Anda mungkin juga menyukai