Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN KEJANG DEMAM


OLEH :
 
TORA NANDA (1926010001)
AHMAD ALIYANA PUTRA (1926010007)
DEWA REYGUS PRAMUDIA (1926010021)
DEFINISI

• Kejang demam : bangkitan kejang


yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (Rectal di atas 38o C) yang
disebabkan oleh proses
ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:
229)
• Kejang demam : bangkitan kejang
yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu tubuh rectal di atas
38o C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium (Mansjoer,
A.dkk. 2000: 434)
Klasifikasi Etiologi
• Kejang Tonik • Demam itu sendiri
• Kejang Klonik • Efek produk toksik daripada
• Kejang Mioklonik mikroorganisme
• Respon alergik atau keadaan
umum yang abnormal oleh
infeksi.
• Perubahan keseimbangan
cairan dan elektrolit.
• Ensefalitis viral (radang otak
akibat virus) yang ringan, yang
tidak diketahui atau enselofati
toksik sepintas.
Patofisiologi Manifestasi Klinis
• Untuk mempertahankan kelangsungan • Kebanyakan kejang demam berlangsung
hidup sel/organ otak diperlukan energi singkat, bilateral, serangan berupa klonik
yang didapat dari metabolisme. Bahan atau tonik-klonik. Umumnya kejang
baku untuk metabolisme otak yaitu berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti
glukosa sifat proses ini adalah oksidasi anak tidak memberi reaksi apapun untuk
dengan perantaraan fungsi paru-paru dan sejenak, tetapi setelah beberapa detik
diteruskan ke otak melalui sestem atau menit anak terbangun dan sadar
kardiovaskuler. kembali tanpa adanya kelainan saraf.
Kejang demam dapat berlangsung lama
dan atau parsial. Pada kejang yang
unilateral kadang-kadang diikuti oleh
hemiplegi sementara (Todd’s hemiplegia)
yang berlangsung beberapa jam atau
bebarapa hari. Kejang unilateral yang
lama dapat diikuti oleh hemiplegi yang
menetap
Pemeriksaan Diagnostik Penatalaksaan Medis
• EEG • Segera diberikan diezepam intravena
• Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari • Membebaskan jalan nafas, oksigenasi
setelah bebas panas tidak secukupnya
menunjukan kelainan likuor. • Menurunkan panas bila demam atau
Gelombang EEG lambat didaerah hipereaksi, dengan kompres seluruh
belakang dan unilateral menunjukan tubuh
kejang demam kompleks. • Memberikan cairan yang cukup bila
• Lumbal Pungsi kejang berlangsung cukup lama
• Tes ini untuk memperoleh cairan
cerebrospinalis dan untuk
mengetahui keadaan lintas likuor. Tes
ini dapaat mendeteksi penyebab
kejang demam atau kejang karena
infeksi pada otak
Komplikasi Pencegahan
• Kerusakan otak • Pencegahan berulang
• Terjadi melalui mekanisme • Mengobati infeksi yang mendasari
eksitotoksik neuron saraf yang aktif kejang
sewaktu kejang melepaskan • Pendidikan kesehatan
glutamat yang mengikat resptor • Mencegah cedera saat kejang
MMDA ( M Metyl D Asparate ) yang berlangsung kegiatan ini meliputi :
mengakibatkan ion kalsium dapat • Baringkan pasien pada tempat yang
masuk ke sel otak yang merusak sel rata
neuoran secara irreversible. • Kepala dimiringkan unutk
• Retardasi mental
menghindari aspirasi cairan tubuh
• Dapat terjadi karena deficit neurolgis • Pertahankan lidah untuk tidak
pada demam neonatus. menutupi jalan napas
• Lepaskan pakaian yang ketat
• Jangan melawan gerakan pasien
guna menghindari cedera
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
• Pemeriksaan fisik
– Perhatikan manifestasi kejang yang terjadi,
• Riwayat Keperawatan misal : pada kejang multifokal yang berpindah-
pindah atau kejang tonik,.
– Adanya riwayat kejang demam – Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan
pada pasien dan keluarga berlanjut dengan hipoventilasi, henti nafas,
kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi pupil
– Adanya riwayat infeksi seperti terhadap cahaya negatif, dan terdapatnya
saluran pernafasan atas, OMA, kuadriparesis flasid mencurigakan terjadinya
perdarahan intraventikular.
pneumonia, gastroenteriks, – Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi
Faringitis, brontrope, umoria, atau mulase kepala berlebihan yang
disebabkan oleh trauma
morbilivarisela dan campak. – Terdapatnya stigma berupa jarak mata yang
– Adanya riwayat peningkatan lebar
suhu tubuh – Pemeriksaan fundus kopi
– Transluminasi kepala yang positif
– Adanya riwayat trauma kepala – Pemeriksaan umum penting dilakukan misalnya
mencari adanya sianosis dan bising jantung,
yang dapat membantu diagnosis iskemia otak.
• Riwayat Psikososial atau • Pengetahuan keluarga
Perkembangan – Tingkatkan pengetahuan
– Tingkat perkembangan keluarga yang kurang
anak terganggu – Keluarga kurang
– Adanya kekerasan mengetahui tanda dan
penggunaan obat – obatan gejala kejang demam
seperti obat penurun
– Ketidakmampuan
panas
keluarga dalam
– Pengalaman tentang
perawatan sesudah/
mengontrol suhu tubuh
sebelum mengenai – Keterbatasan menerima
anaknya pada waktu sakit. keadaan penyakitnya
Diagnosa
• Resiko tinggi cidera b/d kelemahan, perubahan kesadaran,
kehilangan koordinasi otot.
• Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas b/d
kerusakan neoromuskular
• Gangguan perfusi jaringan cerebral b/d reduksi aliran
darah ke otak.
• Ketidakefektifan Pola Napas b/d menurunnya suplai O2
dalam darah.
• Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya informasi
INTERVENSI
• Diagnosa 1 = Resiko tinggi cidera b/d kelemahan, perubahan kesadaran, kehilangan
koordinasi otot.
– Tujuan = Cidera / trauma tidak terjadi
– Kriteria hasil = Faktor penyebab diketahui, mempertahankan aturan pengobatan,
meningkatkan keamanan lingkungan
• Diagnosa 2= Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas b/d kerusakan
neuromuskular
– Tujuan = Inefektifnya bersihan jalan napas tidak terjadi
– Kriteria hasil = Jalan napas bersih dari sumbatan, suara napas vesikuler, sekresi
mukosa tidak ada, RR dalam batas normal
• Diagnosa 3 = Perfusi jaringan cerebral tidakefektif berhubungan dengan reduksi
aliran darah ke otak
– Tujuan = setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan suplai darah ke otak dapat kembali normal
• Diagnosa 4 = Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya
suplai oksigen dalam darah.
– Tujuan = Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal
Kriteria hasil = Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal,
pada pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, bunyi
nafas terdengar jelas.
• Diagnosa 5 = Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya informasi
– Tujuan = Pengetahuan keluarga meningkat
– Kriteria hasil = Keluarga mengerti dengan proses penyakit kejang demam,
keluarga klien tidak bertanya lagi tentang penyakit, perawatan dan kondisi klien.
EVALUASI
Dx Kriteria hasil Keterangan skala
1 a.Pengetahuan tentang resiko 1 = tidak adekuat
b.Monitor lingkungan yang dapat menjadi resiko 2 = sedikit adekuat
c.Monitor kemasan personal 3 = kadang-kadan adekuat
d.Kembangkan strategi efektif pengendalian resiko 4 = adekuat
e.Penggunaan sumber daya masyarakat untuk 5 = sangat adekuat
pengendalian resiko
2 a. Suhu tubuh dalam rentang normal 1. : ekstrem
b. Nadi dan RR dalam rentang normal 2 : berat
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak warna kulit 3 : sedang
dan tidak pusing 4 : ringan
5 : tidak ada gangguan
3 a. TD sistolik dbn 1 = Ekstrem
b. TD diastole dbn 2 = Berat
c. Kekuatan nadi dbn 3 = Sedang
d. Tekanan vena sentral dbn 4 = Ringan
e. Rata- rata TD dbn 5 = tidak terganggu
4 a. Keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit 1. Tidak pernah
kondisi prognosis dan program pengobatan dilakukan
b. Keluarga mampu melaksanakan prosedur yang 2. Jarang dilakukan
dijelaskan secara benar 3. Kadang dilakukan
c. Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang 4. Sering dilakukan
dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainya 5. Selalu dilakukan
KESIMPULAN DAN SARAN
• Kesimpulan
– Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu tubuh
rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam
sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak
usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia
yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus.
– Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan kejang demam
• Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang
• Hipertermi bd efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
• Perfusi jaringan cerebral tidak efektif bd reduksi aliran darah ke otak
• Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan dan kebutuhan
pengobatan bd kurangnya informasi
• Saran
– Mahasiswa keperawatan dan seseorang yang berprofesi sebagai perawat diharapkan
mampu memahami dan menguasai berbagai hal tentang penyakit kejang demam
terutama pada manifestasi, penatalaksanaan dan pencegahan terhadap penyakit ini.
Serta mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien anak yang
mengalami kejang demam.

Anda mungkin juga menyukai