(Dzawil Furudh / Shahibul Furudh) 2/3, 1/2, 1/3, 1/4, 1/6, 1/8 A. Yang mendapat ½ (Setengah) dari harta warisan)
1. Anak perempuan memperoleh ½ apabila Ia satu orang (tdk punya
saudara), An-Nisa ; 11.
2. Anak perempuan dari anak laki-laki mendapat ½ bagian, bila
Pewaris (Kakek / Nenek) tidak meninggalkan anak perempuan, Ijma’ para Ulama.
3. Saudara perempuan seibu sebapak atau sebapak saja mendapat 1/2
bagian, jika Ia sendirian, An-nisa ; 176. 4. Suami mendapat 1/2 bagian, jika Pewaris / Istri tidak meninggalkan anak, An-Nisa ; 12. B. Yang mendapat 2/3 (duapertiga) dari harta warisan) 1. Dua orang anak perempuan atau lebih mendapat 2/3 bagian HW dari Bapak / Ayahnya, apabila Pewaris tidak ada meninggalkan anak laki-laki atau meninggalkan cucu dari anak laki-lakinya, An-Nisa’ ; 12 dan Hadis.
2. Dua orang atau lebih cucu perempunan dari anak laki-laki
mendapat 2/3 bagian HW dari Kakek, apabila Kekek tidak meninggalkan anak perempuan, Qiasnya sama dengan anak perempuan.
3. Saudara perempuan seibu sebapak apabila terbilang, mendapat
2/3 bagian HW dari Pewaris / Saudaranya, An-Nisa’ ; 176. 4. Saudara perempuan sebapak (apabila seibu sebapak tdk ada) apabila terbilang, mendapat 2/3 bagian HW dari Pewaris / Saudaranya, An-Nisa’ ; 176. D. Yang mendapat 1/3 (sepertiga) dari harta warisan.
1. Ibu mendapat 1/3, apabila Pewaris (anaknya) tidak
meninggalkan anak atau cucu dari anak laki-laki, dan tidak pula meninggalkan dua orang saudara, baik laki-laki meupun perempuan, baik seibu sebapak maupun sebapak atau seibu saja., An- nisa’ ; 11. Bila Pewaris meninggalkan beberapa saudara, maka Ibunya mendapat 1/6 dari HW dari anaknya.
2. Dua orang saudara atau lebih dari saudara yang
seibu, baik laki-laki maupun perempuan mendapat 2/3 bagian HW Pewaris Saudarnya, 2/3 bagian itulah yang dibagi rata, An-nisa’ ; 176. B. Yang mendapat 1/4 (Seperempat) dari harta warisan)
1. Suami mendapat ¼ bagian HW, apabila Istrinya
meninggalkan anak atau meninggalkan cucu dari anak laki-lakinya, An-Nisa’ ; 12.
2. Istri (baik sendiri maupun terbilang) mendapat
¼ bagian HW (kalau terbilang ¼ itu dibagi rata), apabila suaminya tidak meninggalkan anak atau tidak meninggalkan cucu dari anak laki- lakinya, An-Nisa’ ; 12. E. Yang mendapat 1/6 (seperenam) dari harta warisan
1. Ibu simayit mendapat 1/6, apabila Pewaris (anaknya)
meninggalkan anak atau cucu dari anak laki-laki, atau meninggalkan dua saudara atau lebih, baik laki-laki meupun perempuan, baik seibu sebapak maupun sebapak atau seibu saja, An-nisa’ ; 11.
2. Bapak simayit mendapat 1/6, apabila Pewaris (anaknya)
meninggalkan anak atau cucu dari anak laki-laki, An- nisa’ ; 11.
3. Nenek simayit (Ibu dari Bapak atau Ibu dari Ibu),
mendapat 1/6, apabila Pewaris (cucunya, apabila Ibu dari yang Pewaris (cucu) tidak ada, Al-hadis “Sesungguhnya Nabi Muhammad Saw telah menetapkan bagian nenek seperenam harta”. 4. Cucu perempuan dari anak laki-laki, (anak perempuan dari anak laki-laki) mendapat 1/6, baik terbilang maupun sendiri, apabila bersama seorang perempuan. Tetapi anak perempuan terbilang, maka cucu perempuan tadi tidak mendapat warisan, Nabi Saw. Telah memberikan seperenam untuk seorang anak perempuan dari anak laki-laki yang beserta anak perempuan (Buhari Muslim).
5. Kakek (Bapak dari Bapak), apabila bersama anak
atau anak dari anak laki-laki, sedangkan Bapak tida ada, Ijma’ Para Ulama.
6. Untuk seorang saudara seibu, baik laki-laki maupun
perempuan, mendapat 1/6, An-Nisa 12. 7. Saudara Perempuan yang sebapak saja, baik terbilang maupun sendiri, apabila bersama seorang saudara perempuan yang seibu sebapak, maka saudara sebapak tidak mendapat warisan, (Ijma’ Para Ulama). F. Yang mendapat 1/8 (Seperdelapan) dari harta warisan)
1. Istri (baik sendiri maupun terbilang) mendapat
1/8 bagian HW (kalau terbilang / istri lebih dari 1 orang, maka 1/8 itu dibagi rata), apabila suaminya meninggalkan anak atau tidak meninggalkan cucu dari anak laki-lakinya, An- Nisa’ ; 12. AHLI WARIS LAKI2 YANG MENGHABISKAN SISA HARTA WARISAN SETELAH DIBAGI (Ashabah / Ashabah Nasabiyah)
1. Anak anak laki-laki, (kalau Ia bersama degan anak perempuan, maka
bersama-sama menghabiskan sisa warisan, dengan ketentuan laki-laki 2 bagian dari bagian perempuan). 2. Anak laki-laki dari anak laki-laki (cucu laki-laki). 3. Bapak / Ayah 4. Bapak dari Bapak (Kakek). 5. Saudara laki-laki seibu sebapak. 6. Saudara laki-laki sebapak. 7. Anak laki dari saudar laki-laki dari seibu sebapak. 8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak. 9. Saudara dari bapak (Paman) yang seibu sebapak. 10. Saudara dari bapak (Paman) yang sebapak. 11. Anak laki-laki dari saudara laki-laki bapak. 12. Orang yang memerdekakan mayat. PEREMPUAN YANG DAPAT MENGHABISKAN SISA HARTA WARISAN SETELAH DIBAGI (Ashabah / Ashabah Nasabiyah)
1. Anak anak perempuan yang datarik / dibawah oleh saudara
laki-lakinya, yaitu mendapat 1/2 dari bagian anak laki-laki.
2. Cucu perempuan apabila ditarik / dibawah oleh cucu laki-
lakinya untuk sama-sama menghabiskan sisa harta, dengan ketentuan 1/2 dari bagian laki-laki.
3 Saudara perempuan apabila ditarik / dibawah oleh saudara
laki-lakinya seibu sebapak untuk sama-sama menghabiskan sisa harta, dengan ketentuan 1/2 dari bagian laki-laki.
4. Saudara perempuan apabila ditarik / dibawah oleh saudara
laki-lakinya sebapak untuk sama-sama menghabiskan sisa harta, dengan ketentuan 1/2 dari bagian laki-laki. SUSUNAN AHLI WARIS MENURUT DERAJATNYA A. GELONGAN PERTAMA, bagiannya telah ditentukan (Ashabul Furudh). Adalah 12 orang, 4 dari pihak laki-laki dan 8 dari pihak perempuan, yaitu ; 1. Bapak, Kakek ke atas, suami dan saudara laki- laki se Ibu. 2. Istri, anak perempuan, saudari kandung, Saudari se Ayah, Saudari seibu, Putri anak laki- laki, Ibu dan nenek ke atas SUSUNAN AHLI WARIS MENURUT DERAJATNYA
B. MENURUT GOLONGAN KEDUA, Jumlah / bagiannya
belum ditentukan (Ashabul An-Nasabiyah). Kerabat yang mempunyai hubungan nasab dengan mayit yang berhak mengabil seluruh warisan dan atau berhak mendapat sisa harta warisan setelah dibagi kepada Ashabul Furuudh, terdiri dari 3 golongan ;
1. Ashabah Bin-Nafsi (laki-laki), yaitu ;
a. Pihak Anak ke bawah. b. Pihak Bapak ke atas. c. Pihak Saudara (saudara kandung, saudara sebapak). d. Pihak Paman (saudara seibu paman, Paman sebapak) 2. Ashabah Bil-Ghoiri (Perempuan), yaitu ; a. Anak Perempuan, bila mempunyai saudara laki-laki. b. Anak perempuan dari anak laki-laki, bila mempunyai saudara laki. c. Saudari kandung, bila mempunyai saudara laki-laki d. Saudari Sebapak, bila mempunyai saudara laki- laki.
3. Ashabah, yaitu ; Ahli waris yang menghabiskan seluruh
sisa harta warisan setelah dilakukan pembagian menuru (Ashabul Furudh) dan (Ashabul An-Nasabiyah). HIJAB (Sebab Tdk Mendapat Warisan)
Ahli waris dari pihak laki-laki sebanyak 15 golongan
dan ahli waris dari pihak perempuan sebanyak 10 golongan sebagaimana susunan ahli waris menurut hukum islam, semuanya akan memperoleh warisan / pusaka, kecuali kalau ada hali waris yang lebih dekat pertalian darahnya dengan Pewaris, karena menurut ketentuan hukumnya ahli waris yang lebih dekat pertalian darahnya dari Pewaris akan menjadi dinding / penghalang bagi ahli waris yang lebih jauh pertalian darahnya dari Pewaris / yang meninggal untuk mendapatkan pusaka/warisan. Ahli Waris Yg Terhijab 1. Nenek (Ibu dari Ibu/Ibu dari Bapak), tidak mendapat pusaka / warisan kalau Ibu masih ada, sebab kedudukan ibu lebih dekat dari Pewaris daripada nenek. 2. Kakek (Bapak dari Bapak/Bapak dari Ibu), tidak mendapat pusaka / warisan kalau Bapak masih ada, sebab kedudukan Bapak lebih dekat dari Pewaris daripada Kakek. 3. Saudara seibu, tidak mendapat pusaka karena ada salah satunya ; a. Anak, baik laki-laki maupun perempuan. b. Anak dari anak laki-laki (cucu), baik laki2 maupun perempuan. Ahli Waris Yg Terhijab 4. Saudara sebapak, tidak mendapat pusaka karena ada salah satunya ; a. Bapak. b. Anak laki-laki. c. Anak laki-laki dari anak laki-laki (cucu laki-laki). d. Saudara laki-laki yang seibu sebapak.
5. Saudara seibu sebapak, tidak mendapat pusaka karena
ada salah satunya ; a. Anak laki-laki. b. Anak laki-laki dari anak laki-laki (cucu laki-laki). d. Bapak. PENYIMPANGAN PEMBAGIAN WARISAN
Pasal 183 Kompilasi Hukum Islam ; Para ahli waris dapat
bersepakat melakukan perdamaian pembagian warisan, setelah masing-masing mengetahui / menyadari bagiannya yang telah ditentukan menurut Al-Qur’an, sehingga ketentuan pembagian warisan menurut Al- Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad SAW dapat dilakukan penyimpangan, yang penting adanya kesepakatan Para Ahli Waris yang berhak, yang bagiannya lebih besar bersedia / ikhlas untuk dibagikan kepada ahliwaris lainnya.