KONSOLIDASI

PENDAHULUAN
 BILA SUATU LAPISAN TANAH JENUH MEMPUNYAI PERMEABILITAS
RENDAH DIBEBANI, MAKA TEKANAN AIR PORI DALAM TANAH AKAN
BERTAMBAH.

 PERBEDAAN TEKANAN AIRPORI PADA LAPISAN TANAH

MENGAKIBATKAN AIR MENGALIR KE LAPISAN TANAH DENGAN
TEKANAN AIR PORI YANG LEBIH RENDAH DIIKUTI PENURUNAN
TANAHNYA.

 KONSOLIDASI ADALAH PROSES BERKURANGNYA VOLUME ATAU

BERKURANGNYA RONGGA PORI DARI TANAH JENUH YANG
BERPERMEABILITAS RENDAH AKIBAT PEMBEBANAN, DIMANA
PROSESNYA DIPENGARUHI OLEH KECEPATAN TERPERASNYA AIR PORI
KELUAR DARI RONGGA TANAHNYA. ATAU KONSOLIDASI ADALAH
PERISTIWA KELUARNYA AIR DARI PORI – PORI TANAH

 PROSES KONSOLIDASI DAPAT DIAMATI DENGAN PIEZOMETER, UNTUK

MENCATAT PERUBAHAN TEKANAN AIR PORI DENGAN WAKTUNYA.
 ANALOGI KONSOLIDASI SATU DIMENSI

MEKANISME PROSES KONSOLIDASI SATU DIMENSI DAPAT

DIGAMBARKAN SEPERTI BERIKUT :

KATUP (PORI) p p
p

UO UO+  p UO+U1 SC UO

AIR (AIR PORI)

PEGAS (TANAH)

(b) (c) (d)

(a)

GAMBAR ANALOGI PISTON DAN PEGAS

 GAMBAR (a) MENUNJUKKAN KONDISI DIMANA SISTEM DALAM
KESEIMBANGAN . KONDISI INI IDENTIK DENGNA LAPISAN TANAH YANG
DALAM KESEIMBANGAN DENGAN TEKANAN OVERBURDEN.

 GAMBAR (b) MENUNJUKKAN BILA TEKANAN SEBESAR p DIKERJAKAN

DIATAS PISTON DENGAN POSISI KATUP V TERTUTUP, MAKA AKIBAT
TEKANAN INI PISTON TETAP TIDAK AKAN BERGERAK. HAL INI DISEBABKAN
KARENA AIR TIDAK MUDAH MAMPAT. TEKANAN PADA PISTON TIDAK
DIPINDAHKAN KE PEGAS TETAPI SEPENUHNYA DIDUKUNG OLEH AIR.
KONDISI INI BIASA DISEBUT KONDISI UNDRAINED DI DALAM TANAH.

 GAMBAR (c) MELUKISKAN JIKA KATUP V DIBUKA, AIR AKAN KELUAR LEWAT
LUBANG DENGAN KECEPATAN YANG DIPENGARUHI OLEH LUAS LUBANGNYA.
HAL INI MENYEBABKAN PISTON BERGERAK KE BAWAH, SEHINGGA PEGAS
BERANGSUR-ANGSUR MENDUKUNG BEBAN AKIBAT p. PADA SETIAP
KENAIKAN TEKANAN YANG DIDUKUNG PEGAS, KELEBIHAN u DI DALAM
SILINDER BERKURANG.
 GAMBAR (d) MELUKISKAN TEKANAN AIR PORI NOL DAN SELURUH
TEKANAN DIDUKUNG OLEH PEGASNYA DAN KEMUDIAN PISTON
DIAM. KEDUDUKAN INI MELUKISKAN KONDISI DENGAN DRAINASE
(DRAINED).

 TEKANAN YANG TERJADI PADA PEGAS IDENTIK DENGAN KONDISI

TEGANGAN EFEKTIF DI DALAM TANAH. SEDANGKAN TEGANGAN
AIR DI DALAM SILINDER IDENTIK DENGAN TEKANAN AIR PORI.

 KENAIKAN TEKANAN p AKIBAT BEBAN YANG DITERAPKAN

IDENTIK DENGAN TAMBAHAN TEGANGAN NORMAL YANG BEKERJA.
GERAKAN PISTON MENGGAMBARKAN PERUBAHAN VOLUME
TANAH, DIMANA GERAKAN INI DIPENGARUHI OLEH
KOMPRESIBILITAS PEGASNYA, YAITU EKIVALEN DENGAN
KOMPRESIBILITAS TANAHNYA. ANALOGI PISTON DAN PEGAS
MENGGAMBARKAN APA YANG TERJADI BILA TANAH KOHESIF
JENUH DIBEBANI DI LABORATORIUM MAUPUN DI LAPANGAN.
 LEMPUNG NORMALLY CONSOLIDATED
DAN OVERCONSOLIDATED
 LEMPUNG PADA KONDISI NORMALLY CONSOLIDATED BILA TEKANAN
PRAKONSOLIDASI (pc’) SAMA DENGAN TEKANAN OVERBURDEN
EFEKTIF (po’), ATAU DENGAN KATA LAIN TEKANAN OVERBURDEN
EFEKTIF PADA SAAT INI ADALAH MERUPAKAN TEKANAN MAKSIMUM
YANG PERNAH DIALAMI OLEH TANAH ITU.

 SEDANG LEMPUNG PADA KONDISI OVERCONSOLIDATED, JIKA

TEKANAN PRAKONSOLIDASI LEBIH BESAR DARI TEKANAN
OVERBURDEN EFEKTIF YANG ADA PADA WAKTU SEKARANG (pc’ >
po’)

 NILAI BANDING OVERCONSOLIDATION (OCR) DIDEFINISIKAN

DENGAN PERSAMAAN :
pc '
OCR 
po '
 TANAH NORMALLY CONSOLIDATED MEMPUNYAI NILAI OCR = pc’/po = 1. YANG
DIMAKSUD DENGAN TANAH NORMALLY CONSOLIDATED ADALAH TANAH YANG
MENGALAMI KONSOLIDASI NORMAL

 TANAH OVERCONSOLIDATED MEMPUNYAI NILAI OCR = pc’/po > 1. YANG DIMAKSUD

DENGAN TANAH OVERCONSOLIDATED ADALAH TANAH YANG MENGALAMI
KONSOLIDASI BERLEBIHAN

 TANAH UNDERCONSOLIDATED MEMPUNYAI NILAI OCR = pc’/po < 1, DALAM HAL INI
YANG DIMAKSUD DENGAN TANAH UNCERCONSOLIDATED ADALAH TANAH YANG
SEDANG DALAM KEADAAN KONSOLIDASI

 KONDISI UNDERCONSOLIDATED DAPAT TERJADI PADA TANAH-TANAH YANG

BARU SAJA DIENDAPKAN BAIK SECARA GEOLOGIS MAUPUN MANUSIA.

 AKIBAT PERUBAHAN TEGANGAN EFEKTIF, TANAH DAPAT MENJADI

OVERCONSOLIDATED. PERUBAHAN TEGANGAN EFEKTIF INI MISALNYA AKIBAT
ADANYA PERUBAHAN TEGANGAN TOTAL, ATAU PERUBAHAN TEKANAN AIR PORI.
 PENGUJIAN KONSOLIDASI
PENGUJIAN KONSOLIDASI SATU DIMENSI
BIASANYA DILAKUKAN DI
LABORATORIUM DENGAN ALAT
OEDOMETER ATAU KONSOLIDOMETER.
 SKALA UKUR

BEBAN

CINCIN
BATU CONTOH TANAH TEMPAT
BERPORI CONTOH
TANAH

SKEMA KONSOLIDOMETER
ALAT PENGUJIAN KONSOLIDAI
ALAT PENGUJIAN KONSOLIDASI
BEBAN P DITERAPKAN PADA BENDA UJI TSB, DAN PENURUNAN DIUKUR
DENGAN ARLOJI PEMBACAAN (SKALA UKUR).

BEBAN DITERAPKAN DALAM PERIODE 24 JAM, DENGAN BENDA UJI TETAP

TERENDAM AIR.

PENAMBAHAN BEBAN SECARA PERIODIK DITERAPKAN PADA CONTOH

TANAHNYA. PENELITIAN OLEH LEONARD (1962) MENUNJUKKAN HASIL
TERBAIK DIPEROLEH JIKA PENAMBAHAN BEBAN ADALAH DUA KALI
BEBAN SEBELUMNYA, DENGAN URUTAN BESAR BEBAN 0,25; 0,50; 1; 2; 4;
8; 16 KG/CM2.

UNTUK TIAP PENAMBAHAN BEBAN, DEFORMASI DAN WAKTUNYA

DICATAT, KEMUDIAN DIPLOT PADA GRAFIK SEMI LOGARITMIS.
PADA UMUMNYA, BENTUK GRAFIK YANG MENUNJUKKAN
HUBUNGAN ANTARA PEMAMPATAN DAN WAKTU
DITUNJUKKAN SBB :

TAHAP I : PEMAMPATAN AWAL

PEMAMPATAN

TAHAP II : KONSOLIDASI PRIMER

TAHAP III : KONSOLIDASI SEKUNDER

WAKTU (SKALA LOG)

GRAFIK WAKTU-PEMAMPATAN SELAMA KONSOLIDASI UNTUK

SUATU PENAMBAHAN BEBAN YANG DIBERIKAN
 TAHAP I :
PEMAMPATAN AWAL (INITIAL COMPRESSION), YANG PADA
UMUMNYA ADALAH DISEBABKAN OLEH PEMBEBANAN AWAL
(PRELOADING).

 TAHAP II :
KONSOLIDASI PRIMER (PRIMARY CONSOLIDATION), YAITU
PERIODE SELAMA TEKANAN AIR PORI SECARA LAMBAT LAUN
DIPINDAHKAN KE DALAM TEGANGAN EFEKTIF, SEBAGAI AKIBAT
DARI KELUARNYA AIR DARI PORI-PORI TANAH.

 TAHAP III :
KONSOLIDASI SEKUNDER (SECONDARY CONSOLIDATION),
YANG TERJADI SETELAH TEKANAN AIR PORI HILANG
SELURUHNYA. PEMAMPATAN YANG TERJADI DISINI ADALAH
DISEBABKAN OLEH PENYESUAIAN YANG BERSIFAT PLASTIS
DARI BUTIR-BUTIR TANAH.
UNTUK TIAP PENAMBAHAN BEBAN SELAMA PENGUJIAN, TEGANGAN
YANG TERJADI ADALAH TEGANGAN EFEKTIF. BILA BERAT JENIS TANAH
(Gs), DIMENSI AWAL DAN PENURUNAN PADA TIAP PEMBEBANAN DICATAT,
MAKA NILAI ANGKA PORI e DAPAT DIPEROLEH.

e1

e2

p’ (SKALA LOG)

p1’ p2’

GRAFIK e-LOG P YANG MENUNJUKKAN KEADAAN AKIBAT PEMBEBANAN

(LOADING), PENGANGKATAN BEBAN (UNLOADING), DAN PEMBEBANAN
KEMBALI (RELOADING)
 INTERPRETASI HASIL
PENGUJIAN KONSOLIDASI
PADA KONSOLIDASI SATU DIMENSI, PERUBAHAN
TINGGI (H) PER SATUAN DARI TINGGI AWAL (H)
ADALAH SAMA DENGAN PERUBAHAN VOLUME (V)
PER SATUAN VOLUME AWAL (V), ATAU :

H V

H V
BILA VOLUME PADAT Vs = 1 DAN VOLUME PORI AWAL ADALAH
eo, MAKA KEDUDUKAN AKHIR DARI PROSES KONSOLIDASI
DAPAT DILIHAT PADA GAMBAR DI BAWAH INI :

e H
eo RONGGA PORI
RONGGA PORI

H
BUTIRAN PADAT BUTIRAN PADAT
Vs=1

(A) (B)

FASE KONSOLIDASI :
(A) SEBELUM KONSOLIDASI DAN (B) SESUDAH KONSOLIDASI
DARI GAMBAR FASE KONSOLIDASI DIKETAHUI
BAHWA VOLUME PADAT BESARNYA TETAP,
ANGKA PORI BERKURANG KARENA ADANYA e.
SEHINGGA DAPAT DIPEROLEH PERSAMAAN

e
H  H
1  eo
 INDEKS PEMAMPATAN (Cc)
(COMPRESSION INDEX)
INDEKS PEMAMPATAN ADALAH
KEMIRINGAN DARI BAGIAN LURUS GRAFIK e-LOG p’.

NILAI CC DAPAT DINYATAKAN DALAM PERSAMAAN :

e1  e 2 e
CC  
log p 2 ' log p1 ' log(p 2 ' / p1 ' )
UNTUK TANAH NORMALLY CONSOLIDATED,
TERZAGHI AND PECK (1967) MEMBERIKAN
HUBUNGAN ANGKA KOMPRESI CC SBB :

CC  0,009(LL  10)
PERSAMAAN INI JUGA DAPAT DIGUNAKAN UNTUK
TANAH LEMPUNG TAK ORGANIK YANG MEMPUNYAI
SENSITIVITAS RENDAH SAMPAI SEDANG.

TERZAGHI AND CC  0PECK

,007(LL JUGA
10) MEMBERIKAN
HUBUNGAN UNTUK TANAH DIBENTUK KEMBALI
(REMOLDED) :
e

e
e1 CC 
log p 2 ' log p1 '

e2

P 1’ P2’ P’ (SKALA LOG)

INDEKS PEMAMPATAN CC
BEBERAPA NILAI CC YANG DIDASARKAN PADA SIFAT-
SIFAT TANAH YANG DIBERIKAN OLEH AZZOUZ DKK.
(1976) SBB :

LEMPUNG CHICAGO : CC  0,01WN

LEMPUNG BRASILIA : CC  0,0046 (LL  9)
LEMPUNG CHICAGO : CC  0,208eo  0,0083
LEMPUNG ORHANIK, GAMBUT : CC  0,0115 WN
 TEKANAN PRAKONSOLIDASI
(pc’)
CASAGRANDE (1936) MENYARANKAN SUATU CARA UNTUK MENENTUKAN
BESARNYA TEKANAN PRAKONSOLIDASI, DARI GRAFIK e-log p PROSEDURNYA
ADALAH SBB :

1. PILIHLAH BERDASAR PANDANGAN MATA SATU TITIK YANG BERJARI-JARI

MINIMUM (ATAU KURVA MAKSIMUM) PADA KURVA KONSOLIDASI (TITIK A
DALAM GAMBAR TEKANAN PRAKONSOLIDASI).

2. GAMBARKAN GARIS HORISONTAL MELALUI TITIK A (SEJAJAR ABSIS).

3. GAMBARKAN SEBUAH GARIS SINGGUNG PADA KURVA LEWAT TITIK A.

4. BAGI DUA SUDUT YANG DIBUAT OLEH BUTIR (2) DAN (3).

5. PERPANJANG BAGIAN LURUS DARI KURVA PEMAMPATAN ASLINYA SAMPAI

MEMOTONG GARIS BAGI SUDUT BUTIR (4). TITIK POTONG DARI DUA GARIS INI
ADALAH TEKANAN PRAKONSOLIDASI (pc’) YANG DICARI, YAITU TITIK B DARI
GAMBAR TEKANAN PRAKONSOLIDASI.
ANGKA PORI e

A B
/2
/2 

P’ (SKALA LOG)
pc’

MENENTUKAN pc’ CARA CASAGRANDE (1936)

 KOREKSI INDEKS PEMAMPATAN (CC)
PADA GRAFIK e-log p
AKIBAT PENGARUH PERSIAPAN PENGUJIAN, TANAH BENDA
UJI DALAM PENGUJIAN OEDOMETER AKAN SEDIKIT
TERGANGGU. KERUSAKAN BENDA UJI AKAN MENGHASILKAN
PENGURANGAN KEMIRINGAN DARI GARIS PEMAMPATAN (CC)
ASLINYA.

KARENA ITU DIHARAPKAN KEMIRINGAN GARIS YANG

MENUNJUKKAN KOMPRESI ASLI DI LAPANGAN AKAN SEDIKIT
LEBIH BESAR DARI GARIS CC DALAM PENGUJIAN
LABORATORIUM.
 PADA LEMPUNG NORMALLY CONSOLIDATED, DIMANA po’ = pc’,
KEMIRINGAN KURVA PEMAMPATAN ASLI DI LAPANGAN DAPAT
DIBUAT MENURUT GARIS AB. TITIK A MEMPUNYAI KOORDINAT po’
DAN eo DAN TITIK B ADALAH TITIK PADA GARIS CC HASIL
PENGUJIAN LABORATORIUM, YAITU PADA TITIK DIMANA NILAI e-NYA
= 0,42 X eo.

 PADA LEMPUNG OVERCONSOLIDATED, KEADAAN ASLI DI

LAPANGAN DICARI LEBIH DULU MENENTUKAN TITIK A PADA
KOORDINAT-KOORDINAT po’ DAN eo. KURVA PEMBEBANAN DI
LAPANGAN DAPAT DIDEKATI DENGAN MENARIK GARIS AC SEJAJAR
DENGAN KEMIRINGAN UTAMA DARI KURVA PEMBEBANAN Cr HASIL
LABORATORIUM, SEDANGKAN KEMIRINGAN KURVA PEMAMPATAN
CC DAPAT DIBUAT DENGAN MENARIK GARIS BC, DIMANA TITIK B
ADALAH TITIK PADA KURVA LABORATORIUM PADA ANGKA PORI 0,42
X eo DAN C ADALAH PERPOTONGAN KURVA PEMBEBANAN DI
LAPANGAN DENGAN GARIS VERTIKAL DITARIK LEWAT pc’
CONTOH SOAL