Anda di halaman 1dari 26

ABBATOIR

RUMAH POTONG HEWAN

DEPARTEMEN KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN - UNAIR
ABATOIR &
TEKPOT
Rumah Potong Hewan
Teknik Pemotongan
Penyiapan Karkas
Animal Welfare
Penanganan By Product
PENGERTIAN
RPH: kompleks dengan desain
dan konstruksi khusus yg me-
menuhi persyaratan teknis dan
higiene tertentu serta diguna-
kan sebagai tempat memotong
hewan potong selain unggas
bagi konsumsi masyarakat.
RUMAH PEMOTONGAN HEWAN

RPH adalah suatu bangunan dengan


desain tertentu yang dipergunakan
sebagai tempat memotong hewan
secara benar bagi konsumsi
masyarakat luas dan harus
memenuhi persyaratan khusus
ASPEK LEGALITAS

• SK MENTAN: 555/1986
• SNI 01 – 6159 – 1999.
FUNGSI RPH (1)
1. Melindungi konsumen dari
kehalalan ternak yang dipotong
2. Tempat pemotongan hewan
yang higienis untuk mendapat kan
daging yang ASUH
3. Tempat pemeriksaan ante-
mortem
FUNGSI RPH (2)

4. Tempat pemeriksaan Post-


mortem
5. Tempat pengamatan
penyakit hewan (menular)
6. Sumber pendapatan daerah
PERANAN RPH

1. Keamanan konsumen thd


kesehatan dan kehalalan
daging
2. Penciptaan lapangan kerja
3. Pengembangan industri
hasil ternak
Mengapa Ternak Harus
dipotong di RPH
SK Mentan: No. 413/1992, mensyaratkan
semua ternak besar dan kecil harus
dipotong di RPH, dengan maksud:
1.Menghindari terjadinya gangguan
dalam kehidupan masyarakat, terutama
dalam hal kesehatan dan kehalalan
2.Menghindari konsumen dari dampak
negatif daging, misalnya daging dari
hewan sembelihan yang berpenyakit.
Apa semua ternak
harus dipotong di RPH ?

Kecuali:
1. Darurat, mis.kecelakaan yang
membahayakan jiwa ternak
2. Hajat khusus, untuk keperluan
agama dan adat.
PEDOMAN TEKNIS
PENDIRIAN RPH

1. LOKASI
2. LAHAN
3. SARANA
4. JENIS BANGUNAN
5. SYARAT FISIK
LOKASI
1. Rencana Umum Tata Ruang
(RUTR).
2. Pola Dasar Pembangunan
Daerah (PDPD) Tingkat II.
3. Rencana Bagian Wilayah Kota
(RBWK)
4. Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR)
LAHAN
1. Status tanah harus jelas
untuk mencegah
keresahan masyarakat
2. Memilih lahan yang datar
dan cukup luas untuk
pengembangan RPH
Syarat-syarat RPH
a. Berlokasi di daerah yang tidak menimbulkan
gangguan dan pencemaran lingkungan
b. Mudah dicapai dengan kendaraan
c. Komplek RPH terdiri dari :
1. Bangunan utama RPH
2. Tempat istirahat
3. Lab. Sederhana untuk kelas C dan D dan lab
kelas A dan B dilengkapi unt pemeriksaan
cemaran mikroba dan residu
4. Tempat pembakaran dan penguburan
5. Tempat isolasi
6. Penanganan limbah
7. Ruang administrasi, kamar mandi, WC dll
8. Tempat parkir
Syarat-syarat RPH

d. Komplek RPH harus dipagar


e. Khusus RPH babi hrs ada air hangat
f. SDM
g. RPH babi harus terpisah
h. Perlengkapan yang lain :
- air bersih
- penerangan yang cukup
- alat pemelihara kebersihan
- peralatan yang lengkap
SARANA
• Jalan yang baik
• Sumber air cukup
• Air minum ternak
• Tenaga listrik cukup
JENIS BANGUNAN
1. Bangunan utama terdiri atas
daerah kotor dan bersih
2. Tempat istirahat karyawan,
kantin dan mushola
3. Ada locker dan tempat ganti
pakaian
4. Seyogyanya ada chilling room
SYARAT FISIK
1. Bangunan terbuat dari beton, semen
atau besi anti karat
2. Cukup ventilasi
3. Harus ada bak air panas untuk
mencuci peralatan dan cuci tangan
4. Dinding terbuat dari porselin, setinggi
2 meter.
Pedoman teknis sanitasi lingkungan

- Kontruksi Bangunan
a. Berdinding kedap air terbuat dari
porselin setinggi 2 meter
b. Berlantai kedap air, landai, dan tidak
licin
c. Sudut pertemuan antara dinding dan
dinding dengan lantai lengkung
d. Ventilasi yang mencukupi
Mengapa Karkas Harus di stempel?

• Pengamanan produk ternak


• Jaminan keselamatan
konsumen
• Layak dikonsumsi manusia
Mengapa ternak dipotong
malam hari ?
• Penyediaan daging segar yang akan
dimasak pada pagi harinya
• Persediaan pasar yang buka pagi hari
• Menghindari lalat yang pembawa
penyakit
• Menunggu selesai rigor mortis
PENYIAPAN DAGING EKSPOR

1. Pemotongan yang benar


2. Penanganan daging yang
higienis.
3. Pengemasan yang baik
4. Pengangkutan
5. Surat Keterangan kesehatan
dan asal daging.
PEMERIKSA DAGING
Petugas yang memiliki
pengetahuan dan
keterampilan dalam
pemeriksaan antemortem
dan postmortem dibawah
pengawasan petugas dari
pemerintah yang
berwenang.
Klasifikasi usaha pemotongan hewan
berdasar luasan peredaran daging
1. Kelas A yaitu untuk penyediaan daging
impor

2. Kelas B yaitu untuk penyediaan daging


antar Propinsi Daerah Tingkat I

3. Kelas C yaitu untuk penyediaan daging


antar Kabupaten dalam satu Propinsi

4. Kelas D yaitu untuk penyediaan daging


untuk Kabupaten/Kotamadya Daerah
Tingkat II yang bersangkutan
Usaha Pemotongan Hewan
menurut Jenis Kegiatannya ada 3 :

1. Kategori I yaitu usaha pemotongan hewan


yang berupa kegiatan melaksanakan
pemotongan hewan milik sendiri di RPH
milik sendiri
2. Kategori II yaitu kegiatan menjual jasa
pemotongan hewan atau melaksanakan
pemotongan hewan milik orang lain
3. Kategori III yaitu kegiatan melaksanakan
pemotongan hewan di RPH milik orang lain
atas perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai