Anda di halaman 1dari 61

Teori Sosial Moderen

Fungsionalisme-Struktural
Neo-Fungsionalisme
Teori Konflik
Teori Kritis
Fungsional Strukturalisme
Talcott Parsons
• Parsons memusatkan analisisnya
pada “sistem” dalam masyarakat
kapitalis modern dan
menjelaskan ciri universal segala
sistem sebagai AGIL:
• 1. Adaptation: sistem
menyesuaikan diri dengan
lingkungannya
• 2. Goal attainment: sistem
mendefinisikan dan mencapai
tujuannya
• 3. Integration: sistem menata relasi-
relasi bagian-bagiannya
• 4. Latency/pattern maintenance: sistem
memelihara dan memperbarui motivasi
komponen-komponennya.
• Seperti struktur tubuh manusia yang
memiliki berbagai bagian yang saling
berhubungan satu sama lain, yang
dalam Parsons disebut sistem.
• Seperti dalam tubuh manusia masing-
masing elemen memiliki fungsi yang
jelas.
• Yang dalam istilah Parson disebut AGIL
(Adaptation, to the government, goal
attainment, integration, dan latency).
Jadi manusia selalu dianggap dalam
situasi harmoni, stabil, seimbang dan
mapan.
• Parson selalu mencoba menversuskan
antara masyrakat tradisional dan
modern: affective dan affective neutral:
particularistic dan uviversalistic:
bawaan (ascription) dan prestasi
(achievement): Fungsi-fungsi
kelembagaan yang kurang jelas
(functionally diffused) tidak effisien dan
jelas tugas masing-masing lembaga
(functionally specific).
Persyaratan Fungsional dari Sistem
Sosial
• Pertama, sistem sosial harus terstruktur (ditata)
sedemikian rupa sehingga bisa beroperasi
dalam hubungan yang harmonis dengan sistem
lainnya.
• Kedua, untuk menjaga kelangsungan hidupnya,
sistem sosial harus mendapatkan dukungan
yang diperlukan dari sistem yang lain.
• Ketiga, sistem sosial harus mampu memenuhi
kebutuhan para aktornya dalam proporsi yang
signifikan.
• Keempat, sistem harus mampu melahirkan
partisipasi yang memadai dari para anggotanya.
• Kelima, sistem sosial harus mampu
megendalikan perilaku yang berpotensi
menganggu.
• Keenam, bila konflik akan menimbulkan
kekacauan, itu harus dikendalikan.
• Ketujuh, untuk kelangsungan hidupnya, sistem
sosial memerlukan bahasa.
Kritik terhadap
Teori Fungsionalisme
– Teori ini dianggap tidak berkaitan dengan
sejarah (a historis).
– Dianggap tidak mampu menjelaskan proses
perubahan sosial yang efektif.
– Teori ini juga dianggap tidak memiliki
penjelasan tentang konflik yang inheren
dalam masyarakat.
– Terlalu menekankan keharmonisan
antarhubungan.
Teori Neofungsionalisme
– Neofungsionalisme bekerja dengan model
masyarakat deskriptif.
– Neofungsionalisme memusatkan perhatian
yang sama besarnya terhadap tindakan
dan keteraturan.
– Neofungsionalisme tetap memperhatikan
masalah integrasi, tetapi bukan dilihat
sebagai fakta sempurna melainkan
sebagai kemungkinan social.
– Neofungsionalisme tetap mempertahankan
penekanan Parsonian tradisi atas pribadi,
kultur, dan sistem social
– Neofungsionalisme memusatkan pada
perubahan social dalam proses deferensiasi
di dalam sistem social, cultural dan
kepribadian. Perubahan tidak selalu
menghasilkan consensus dan keselarasan,
tetapi juga ketegangan, baik individual atau
masyarakat.
– Neofungsional secara tidak langsung
menyatakan komitmentnya terhadap
kebebasan.
TEORI KONFLIK
• Dahrendorf: teori konflik dan teori
fungsional disejajarkan.
• Menurut para fungsionalis, masyarakat
adalah statis atau masyarakat berada
dalam keadaan berubah secara
seimbang. Tetapi menurut Dahrendorf,
setiap masyarakat tunduk pada
perubahan yang ada.
• Fungsionalisme menekankan keteraturan
masyarakat, sedangkan teori konflik melihat
pertikain dan konflik dalam sistem sosial.
• Fungsionalisme menyatakan bahwa setiap
elemen masyarakat berperan dalam menjaga
stabilitas. Sebaliknya bagi teori konflik
melihat berbagai elemen kemasyarakatan
menyumbang terhadap disintegrasi dan
perubahan.
• Fungsionalis cenderung melihat
masyarakat secara informal diikat oleh
norma, nilai dan moral. Teori konflik
melihat apapun keteraturan yang
terdapat dalam masyarakat berasal dari
pemaksaan terhadap anggotanya yang
berada di atas.
• Teori fungsionalis memusatkan perhatian
pada kohesi yang diciptakan oleh nilai
bersama masyarakat. Teori konflik
menekankan pada peran kekuasaan
dalam mempertahankan ketertiban dalam
masyarakat.
• Dahrendorf : masyarakat tak akan ada
tanpa consensus dan konflik yang menjadi
persyaratan satu sama lain.
• Menurut teori fungsionalis, sistem sosial
dipersatukan oleh kerja sama sukarela
atau consensus bersama atau oleh
keduanya. Tetapi menurut teori konflik
masyarakat disatukan oleh
“ketidakbebasan yang dipaksakan”.
• Tesis sentralnya bahwa perbedaan
distribusi otoritas “ selalu menjadi faktor
yang menentukan konflik sosial sistematis.
• Inti tesisnya adalah gagasan bahwa berbagai
posisi di dalam masyarakat mempunyai kualitas
otoritas yang berbeda.Otoritas tidak terletak
dalam individu tetapi pada posisi. Menurutnya
sumber struktur konflik harus dicari di dalam
tatanan peran sosial yang berpotensi untuk
mendominasi dan menundukkan. Tugas
pertama dalam analisa konflik adalah
mengidentifikasi berbagai peran otoritas di
dalam masyarakat.
• Otoritas secara tersirat menyatakan
superdinasi dan suborninasi… Otoritas
bukanlah fenomena sosial yang umum;
mereka yang tunduk pada kontrol dan
mereka yang dibebaskan dari kontrol,
ditentukan oleh masyarakat. Kelompok
yang memegang posisi otoritas dan
kelompok subordinat yang mempunyai
kepentingan tertentu yang arah dan
subtansinya saling bertentangan”.
Teori Kritis
(Ben Agger, 2003)
• Teori kritis berlawanan dengan
positivisme. Teori ini beranggapan bahwa
pengetahuan bukan semata-mata refleksi
atas dunia statis “di luar sana”. Ilmu
pengetahuan tidak bebas nilai. Teori ini
juga berlawanan dengan positivis yang
mengatakan bahwa sains harus
menjelaskan hukum alam masyarakat.
Sebaliknya teori kritis percaya bahwa
masyarakat ditandai oleh historisitas
(terus mengalami perubahan).
• Teori sosial kritis membedakan masa
lalu dan masa kini, yang secara umum
ditandai oleh dominasi, eksploitasi dan
penindasan. Masyarakat masa depan
ini dapat diciptakan dengan aksi sosial
dan politis yang dilakukan secara
intensif. Peran teori sosial kritis
bersifat politis karena teori ini
berpartisipasi dalam mendorong
perubahan.
 Teori sosial kritis berpandangan bahwa
dominasi itu bersifat struktural. Yakni,
kehidupan masyarakat sehari-hari
dipengaruhi oleh institusi sosial yang lebih
besar seperti: politik, ekonomi, budaya,
diskursus, jender, dan ras. Teori sosial
kritis mengungkap struktur ini untuk
membantu masyarakat dalam memahami
akar global dan rasional penindasan yang
mereka alami.
• Dalam level ini, teori sosial kritis
berkeyakinan bahwa struktur dominasi
direproduksi melalui kesadaran palsu
manusia, dilanggengkan oleh ideologi
(Marx), reifikasi (Georg Lukacs),
hegemoni ( Gramsci), pemikiran satu
dimensi (Marcuse), dan metafisika
keberadaan (Derrida).
• Kini kesadaran palsu dipelihara oleh ilmu
sosial positivis seperti ekonomi dan
sosiologi yang menggambarkan masyarakat
sebagai entitas yang dikendalikan oleh
hukum yang kaku. Akibatnya orang diajak
berfikir bahwa satu-satunya perilaku yang
beralasan berkaitan dengan penyelesaian
pada pola-pola keajegan ini. Teori sosial
kritis mematahkan kesadaran palsu dengan
meyakini adanya kuasa manusia, baik secara
pribadi maupun secara kolektif untuk
mengubah masyarakat.
• Teori sosial kritis berkeyakinan bahwa
perubahan sosial dimulai dari rumah,
pada kehidupan sehari-hari manusia,
misalnya, seksualitas, peran keluarga,
dan tempat kerja. Dalam hal ini teori
sosial kritis mengindari determinasme
dan mendukung voluntarisme.
• Mengikuti pemikiran Marx, teori sosial kritis
menggambarkan hubungan antara struktur
dan manusia secara dialektis. Meskipun
struktur mengkondisikan pengalaman sehari-
hari, pengetahuan tentang struktur dapat
membantu masyarakat mengubah
kondisisosialnya. Teori sosial kritis
membangun jembatan dialektis ini dengan
menolak determinasme ekonomi.
• Dengan mengkaitkn kehidupan sehari-
hari masyarakat dengan struktur sosial
skala besar, teori sosial kritis
berlawanan dengan pernyataan bahwa
kemajuan akhir terletak pada ujung
jalan panjang yang hanya dapat
dilewati dengan mengorbankan .
Teori Kritis
Mazhab Frankfurt
• Hegemoni, menurut Gramsci, adalah
dominasi ide konformis yang tidak dipertanyakan
lagi yang memproduksi masyarakat tertentu…
mirip dengan Marcuse tentang desublimasi
relatif.
• Horkheimer dan Adorno mengkritik semua teori
modernitas, termasuk teori Marx, atas
ketidakpeduliannya pada isu yang mereka sebut
dengan “dominasi”. Mereka mengaku
merupakan teori kritik peradaban secara
menyeluruh, sedangkan Marx dianggap hanya
kritik terhadap kapitalisme
• Industri budaya telah menjadi faktor ekonomis
dan politis krusial pada masa kapitalisme akhir.
Industri ini telah membantu memanipulasi
kesadaran sehingga memperpanjang
kapitalisme yang dulu kemundurannya
diramalkan Marx.
• Kebudayaan menjadi “teks” bagi pengkaji
budaya posmo yang menyarankan serangkaian
pendekatan analitik dan teoritis terpada yang
disebut dengan cultural studies.
TEORI FEMINIS
• Argumen mereka adalah bahwa patriakhi,
atau supermasi laki-laki, muncul dalam
pembagian kerja berdasarkan seks, yang
ada di wilayah privat maupun publik. Teori
feminis hanya mempolitisasi seksualitas
dan domestikasi, namun juga mengkaitkan
politik jender di kehidupan domistik
dengan politik jender di dunia kerja
upahan dan kehidupan publik.
• Seperti Mazhab Frankfurt, feminis memahami
bahwa perubahan personal dan interpersonal
harus mendasari perubahan sosial.
• Kontribusi utama teori feminis bagi penjenderan
teori social laki-laki adalah pandangan tentang
pembagian kerja secara seksual, yang
membantu penjelasan bagaimana subordinasi
perempuan di pasar kerja, politik, dn budaya
mencerminkan dan memperkuat subordinasi
mereka di dalam rumah tangga.
• Feminis Liberal berpandangan bahwa
perempuan dapat menaikkan posisi mereka
dalam keluarga dan masyarakat melalui
kombinasi inisiatif dan prestasi individu, diskusi
rasional dengan laki-laki, cara pengambilan
keputusan, karir dsb.
• Feminimis Liberal menerima ide adalah
normal, bahkan alami, bagi manusia untuk
keluarga yang terdiri dari pasangan
heterseksual dengan memiliki anak baik secara
biologis ataupun adopsi.
• Feminis Radikal berpandangan
bahwa penindasan atas perempuan
terutama terjadi karena patriarkhi, yang
beroperasi baik pada level keluarga atau
masyarakat. Menurutnya perlu
diruntuhkan secara radikal dalam
memperbaiki keluarga dan menciptakan
budaya non-misoginis di mana perempuan
tidak menjadi obyek.
CULTURAL STUDIES
• Teori Budaya Marxis memperlakukan
budaya seperti TV, jurnalis, film iklan
sebagai wilayah ekonomis ideologis, yang
melibatkan kesadaran, wacana, dan
konsumsi. Mereka setuju dengan Marx
bahwa kapitalisme memerlukan ideology
dalam menciptakan kesadaran palsu
sehingga orang tidak dapat mengenali
ketidakadilan sejati kapitalisme.
• Mazhab Birmingham menolak gaya resmi
mazhab Frankfurt maupun ekonomisme
Marxisme ortodok, karena tidak satupun dari
keduanya yang memikirkan secara serius isu
hegemoni budaya dan kontra-hegemoni.
• Cultural studies telah memberikan dua kontribusi
kepada humaniora. Pertama, dia telah
menantang pemikiran sastra standar dalam
mengekspresikan nilai-nilai barat. Kedua, Perlu
dimasukkan karaya perempuan, minoritas dan
non-data.
KRITIK terhadap TEORI KRITIS
1.Teori kritis dianggap non-kuantitatif,
sehingga gagal memperoleh standar
metodologi sains.
2.Teori kritis dinyatakan bersifat politis,
menolak mengadopsi standar bebas nilai
positivis. Ini adalah sosiologi kursi malas.
3.Teori kritis dianggap tidak memiliki data,
mempertahankan spekulasi murni.
Supplement (Mansour,2001)
• Dalam praktik lapangan, dewasa ini terdapat
dua paham teori sosial yang kontradiktif
yang melibatkan setiap pekerja sosial, yakni
antara teori-teori sosial yang digolongkan
pada “teori sosial regulasi” berhadapan
dengan teori-teori sosial emansipatoris atau
yang dikenal dengan teori kritis. Teori
regulasi yang bersemboyan bahwa ilmu
sosial harus mengabdi pada stabilitas,
pertumbuhan, dan pembangunan, bersifat
obyektif serta politik netral dan bebas nilai.
• Dalam pandangan ini teori sosial ini berhasil
memunculkan kaidah “rekayasa sosial” yang
menempatkan masyarakat sebagai obyek para
ahli, direncanakan, diarahkan, dan dibina untuk
partisipasi menurut selera yang mengontrol.
Teori sosial telah menciptakan birokrasinya:
dimana teorisi memiliki otoritas kebenaran
untuk mengarahkan praktisi dan masyarakat.
Dalam hubungan ini aktivitas sosial lapangan
dan masyarakat hanya diletakkan sebagai
pekerja sosial tanpa kesadaran ideologis dan
teoritis secara kritis.
• Sementara itu, bagi aliran kritis tugas ilmu
sosial justru melakukan penyadaran kritis
masyarakat terhadap sistem dan struktur
sosial “dehumanisasi” yang membunuh
kemanusiaan. Gramsci menyebut proses ini
sebagia upaya counter hegemony… Dengan
begitu kegiatan sosial bukanlah arena netral
dan apolitik. Kegiatan sosial tidaklah berada
dalam ruang dan masa yang steril, tetapi
merupakan kegiatan politik menghadapi
sistem dan struktur yang bersifat hegemonik.
• Bagi paham kritis, dalam dunia yang secara
struktural tidak adil, ilmu sosial yang
bertindak tidak memihak, netral, obyektif,
serta berjarak atau detachment adalah suatu
bentuk sikap ketidakadilan sendiri, atau
paling tidak ikut melanggengkan
ketidakadilan. Paham ini menolak
obyektivitas dan netralitas ilmu sosial
dengan menegaskan bahwa ilmu pengtahuan
tidak boleh dan tidak mungkin pernah netral.
• Dalam perspektif teori sosial kritis, ilmu
sosial tidaklah sekedar diabdikan demi
kepentingan golongan lemah dan tertindas,
tetapi lebih mendasar daripada itu, teori
sosial haruslah berperan dalam proses
pembangkitan kesadaran kritis, baik yang
tertindas maupun yang menindas, terhadap
struktur sosial yang tidak adil. Teori sosial
harus mengabdi pada proses transformasi
sosial yakni terciptanya hubungan (struktur)
yang baru dan lebih baik.
• Bagi paham kritis, dalam dunia yang secara
struktural tidak adil, ilmu sosial yang
bertindak tidak memihak, netral, obyektif,
serta berjarak atau detachment adalah suatu
bentuk sikap ketidakadilan sendiri, atau
paling tidak ikut melanggengkan
ketidakadilan. Paham ini menolak
obyektivitas dan netralitas ilmu sosial
dengan menegaskan bahwa ilmu pengtahuan
tidak boleh dan tidak mungkin pernah netral.
• Dalam perspektif teori sosial kritis, ilmu
sosial tidaklah sekedar diabdikan demi
kepentingan golongan lemah dan tertindas,
tetapi lebih mendasar daripada itu, teori
sosial haruslah berperan dalam proses
pembangkitan kesadaran kritis, baik yang
tertindas maupun yang menindas, terhadap
struktur sosial yang tidak adil. Teori sosial
harus mengabdi pada proses transformasi
sosial yakni terciptanya hubungan (struktur)
yang baru dan lebih baik.
• Tugas utama teori sosial pada dasarnya tidak
sekedar memberi makna terhadap suatu realitas
sosial sehingga memungkinkan lahirnya
kesadaran dan pemahaman terhadap suatu
realitas sosial. Teori sosial juga bertugas untuk
mengubah realitas sosial yang dianggap
bermasalah dan tidak adil.
• Rekayasa sosial yang oleh pendekatan
positivistik dianggap sebagai keharusan
pendekatan, maka bagi teori kritis dianggap
sebagai suatu bentuk dominasi dan penindasan
ilmuan terhadap masyarakat
• Dewasa ini ada dua pemahaman dalam teori sosial
yang kontradiktif. Pertama, teori-teori sosial yang
digolongkan pada “teori sosial regulasi” dan kedua
teori sosial emansipatoris atau yang dikenal dengan
teori kritis.
• Teori sosial regulasi bersemboyan bahwa ilmu sosial
harus mengabdi pada stabilitas, pertumbuhan, dan
pembangunan, bersifat obyektif serta secara politik
netral dan bebas nilai. Pandangan teori ini berhasil
mengumandangkan kaidah “rekayasa sosial” yang
menempatkan masyarakat sebagai obyek para ahli,
direncanakan, diarahkan, dan dibina untuk
berpartisipasi menurut selera yang mengontrol.
Paradigma Ilmu pengetahuan
menurut Habermas
• Pertama paradigma instrumental knowledge.
Dalam paradigma ini pengetahuan lebih
dimaksudkan untuk menaklukkan dan
mendominasi obyeknya. Yang digolongkan
dalam paradigma ini adalah positivisme.
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang
berakar pada tradisi ilmu sosial yang
dikembangkan dengan menggambil cara
tradisi ilmu pengetahuan ilmu alam, dengan
kepercayaan adanya generalisasi dan
universalisme.
• Kedua paradigma interpretatif. Dasar
filsafat aliran in adalah phenomenology
dan hermeneutics, yaitu tradisi filsafat
yang lebih menekankan minat yang
besar untuk memahami. Semboyan
yang terkenal dari tradisi ini adalah
“biarkan fakta berbicara atas nama
dirinya sendiri”.
• Ketiga, adalah paradigma kritis atau
critical/emancipatory knowledge. Bagi
paradigma ini ilmu sosial lebih dipahami
sebagai proses katalisasi untuk
membebaskan manusia dari segenap
ketidakadilan. Paradigma ini
memperjuangkan pendekatan yang bersifat
holistik, serta menghindari cara berfikir
determinisktik dan reduksionistik. Paradigma
inilah yang menjadi penyumbang utama
action research atau yang juga terkenal
dengan PAR itu.
• Beberapa tokoh yang biasanya
dikaitkan dengan paradigma ini antara
lain Paulo Freire (1970) dalam bukunya
yang sangat terkenal Pedagogy of the
Oppressed’ dan Gramsci yang sering
disebut pewaris dalam tradisi Marxis
yang radikal dan revolusioner
sekaligus pengkritiknya yang tajam.
• Pertama, jauh sebelum perdebatan dan kritik
mengenai perlunya pendekatan yang
pluralistik, Gramsci telah merenungkan dan
mewaspadai tendensi reduksionisme di
kalangan penganut Marxisme maupun non-
Marxisme. Misalnya di kalangan penganut
teori Marxisme sudah sejak lama terjadi
perselisihan tafsir konsep basic (ekonomi)
dan superstructure (ideologi, politik,
pendidikan, budaya dan sebagainya dimana
tafsir ortodox Marxime percaya bagi ekonomi
menentukan superstuktur.
• Tugas teori sosial kritis adalah membawa praktik
pembebasan. Tugas seperti ini bisa ditempuh
dengan berbagai jalan:pertama, teori sosial
harus mampu menjalankan tentang bagaimana
keadaan dan sistem sosial yang ada, telah
menciptakan bentuk pemahaman dan
“kesadaran palsu” tentang realitas sosial yang
harus diterima masyarakat demi melanggengkan
sistem tersebut. Ini berarti bahwa ilmu sosial
kritis berkepentingan terhadap bangkitnya
kesadaran kritis masyarakat terhadap realitas
sosial yang mereka hadapi.
• Kedua, teori sosial juga harus
memfasilitasi timbulnya visi alternatif
tentang relasi sosial yang bebas dari
bentuk penindasan, eksploitasi, dan
ketidakadilan.
Paulo Freire
• Freire dalam bukunya Pedagogy of the
Oppressed, sering disebut sebagai tokoh
pendidikan beraliran teori kritis ini.
Menurutnya tugas teori sosial melakukan apa
yang ia sebut sebagai conscientizacao atau
proses penyadaran terhadap sistem dan
struktur yang menindas, yakni sutu sistem
dan struktur “dehumanisasi” yang
membunuh kemanusiaan.Gramscy menyebut
tugas ini sebagai counter hegemony.
• Freire (1970) membagi ideologi teori sosial
dalam tiga kerangka besar yang didasarkan
pada pandangannya terhadap tingkat
kesadaran masyarakat. Ia membagi
kesadaran manusia itu dalam tiga: pertama,
kesadara magis (magical consciousness):
kedua kesadaran naif (naival consciousness)
dan ketiga, kesadaran kritis (critical
consciousness).
• Kesadaran magis, adalah suatu keadaan
kesadaran yang tidak mampu mengetahui
hubungan atau kaitan antara satu faktor
dengan faktor yang lain. Dalam kaitannya
orang miskin mereka tidak mengkaitkan
kemiskinan mereka dengn sistem politik dan
kebudayaan, misalnya. Sehingga teori sosial
dapat dikategorikan dalam model ini jika
teori itu tidak memberikan kemampuan
analisis, terhadap struktur yang
membelenggunya.
• Akibatnya, sosialisme oleh golongan
ortodok ini direduksi menjadi
ekonomisme dan bahkan perjuangan
kelas, juga hanya direduksi menjadi
hanya kelas ekonomi, sehingga
gerakan itu berarti hanya gerakan
buruh, dan mengabaikan gerakan lain,
seperti: civil rights movement. Woment
movement dan sejenisnya.
• Pemikiran Gramsci juga merupakan
kritik terhadap kecenderungan
positivistik dan mekanistik para
pengikut Marxisme ortodok, terutama
teori mereka mengenai perubahan
sosial dan revolusi. Tendensi
positivisme dalam pemikiran kalangan
Marxis adalah pandangan tentang
perubahan formasi sosial.
• Pengaruh dan sumbangan terbesar dari
Gramsci justru kritiknya terhadap
pendidikan politik indoktrinasi dan
pendidikan sebagai penindasan.
Pemikiran Gramsci berpengaruh besar
terhadap filsafat dan metodologi
pendidikan dialogis dan pendidikan
untuk penyadaran kritis dan
participatory research
• Kedua, yang disebut kesadaran naif adalah
sebuah keadaan kesadaran yang melihat
keterbelakangan itu oleh fakto individunya
daripada yang lain. Dalam kesadaran ini
masalah, etika, kreatifitas, need for
achievment dianggap sebagai penentu
perubahan sosial. Yang menyebabkan
kemiskinan adalah kesalahan masyarakat
sendiri, akibat kemalasan, tidak memiliki jiwa
kewirausahaan dan sejenisnya.
• Ketiga, kesadaran kritis. Dalam kesadaran ini
sebab masalah lebih dilihat alam sistem atau
strukutur sebagai sumber masalah.
Pendekatan struktural menghindari blaming
the victims. Dalam kesadaran ini tugas
paradigma kritis adalah memberi ruang bagi
masyarakat agar mampu mengidentifikasi
“ketidakadilan” dalam struktur ayng ada,
kemudiaan mampu melakukan analisis
bagaimana sistem dan struktur itu bekerja
• Bagi Gramsci, proses hegemoni terjadi
apabila cara hidup, cara berfikir dan
pandangan pemikiran masyarakat
bawah terutama kaum proletar telah
meniru dan menerima cara berfikir dan
gaya hidup dari kelompok elite yang
mendominasi dan mengeksploitasi
mereka.
• Ulasan Gramsci mengenai civil society tidak
bisa dipisahkan dari keseluruhan kritiknya
terhadap pemikiran Marxisme tradisional
yang mereduksi analisis pada hubungan
kelas menjadi hubungan buruh dan majikan.
Lebih dari itu, civil society juga merupakan
gerakan kontra diskursus warga negara
terhadap diskurusus dominan seperti
globalisasi, developmentalisme yang tidak
demokratis dan tidak berkeadilan.

Anda mungkin juga menyukai