Anda di halaman 1dari 48

KOMUNIKASI

TERAPEUTIK PADA
LANSIA
Ns.Abri Madoni, M.Kep
PENGERTIAN
 Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
 Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama
yang ditandai dengan tukar menukar perilaku,
perasaan, pikiran, dan pengalaman dalam membina
hubungan intim terapeutik (stuart & sundeen).
 Komunikasi keperawatan gerontik ad/ komunikasi y/
diaplikasikan dlm praktik askep gerontik (Wahjudi)
 komunikasi keperawatan gerontik ad/ suatu proses
penyampaian pesan gagasan dari perawat a/
pemberi asuhan kpd lansia dan diperoleh tanggapan
dr lansia (Wahjudi) .
 komunikasi efektif pada lansia ad/ komasi
interpersonal y/ sangat penting dalam
membangun hubungan y/ baik antara perawat
dan lanisa disebuah panti jompo
 Efektifitas komunikasi interpersonal y/
dilakukanperawat terhadap lansia di panti jompo
tidak semuanya dapat dikatakan efektif wlpn
pelaksanaany sudah baik.
 Komunikasi Terapeutik ad/ berpuasat pada k/
lansia , menghargai k/ sebagai individu y/ unik
dan bebas, serta meningkatkan kemampuan k/
lanisa u/ berpartisipasi dg aktif dlm mengambil
keputusan mengenai pengobatan dan
perawatannya,
TAHAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA
Ada 4 tahap komunikasi pada lansia
1. Fase Pra interaksi dimulai dari sebelum
kontrak pertama pada klien
2. Fase orientasi atau perkenalan dimulai
ketika pekerja sosial dg k/ bertmu u/
pertama kalinya
3. Fase kerja pada kerja dalam komunikasi
terapeutik,kegiatan y/ dilakukan ad/
memberi kesempatan pada k/ u/ bertanya,
menanyakan keluhan utama,memulai
kegiatan dg cara baik sesuai rencana
4. Fase terminasi dibagi menjadi dua yaitu
terminasi sementara dan terminasi
FUNGSI KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DAN
KELOMPOK
 Pengembangan diri dari anggota dan
kelompok
 Penyelesaian masalah
 Pengambilan keputusan
 Pencapaian tujuan keluarga/kel
 Sarana belajar
KARAKTERISTIK KELUARGA DAN KELOMPOK
 Terdiri atas dua orang a/ lebih dlm interaksi sosial baik
 Masing2 anggota mempunyai pengaruh satu sama lain
supaya dpt diakui menjadi anggota suatu kelp
 Mempunyai struktur hub.y/ stabil dpt menjaga anggota
kelp scr bersama dan berfungsi sbg suatu unit
 Anggota kelp ad/ org y/ mempunyai tujuan a/ minat y
sama
 Individu y/ tergantung dlm kelp saling mengenal satu
sama lain serta dpt membedakan org2 y/ bukan anggota
kelpny.

jadi kel ad/ unit sosial terkecil y/ mempunyai perbedaan


nyata dg organisasi sosial y/ lain mempunyai arti y/ lebih
mendalam.
PENERAPAN STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK PD KEL DAN KEL
Upaya meningkatkan komunikasi dalam kel /kel
 Saling memahami antar anggota kelp
 Pemimpin kelp dpt mengatur dg baik setiap anggota kelp
agar proses komunikasi anatr anggota kelp dpt berkembang
dg baik
 Borkomunikasi y jelas,sopan dan santun sesuiai etika y/
berlaku agar tidak terjadi salah paham dan saling
menyinggung antar anggota kelp
 Saling menghargai anggota kelp lain
 Jangan menyela pembicaraan orang lain
 Selalu memperhatikan org mengajak bicara
 Berikan respon y/ baik, mendukung dan tidak menyinggung
ketika ada y/ mengajak bicara
Ukuran kelompok

Tujuan kelompok

Faktor2 y/ mempengaruhui Kohesivitas


Komunikasi Kelp anggota kelp

Jaringan
komunikasi

Kepemimpinan
Kelp
FAKTOR2 YANG MEMPENGARUHUI KOMUNIKASI
Faktor y/ mempengaruhui komunikasi ditinjau dari
proses komunikasi dan elemen komunikasi. Ada lima
faktor utama y/ dipengaruhi komunikasi dari elemen
komunikasi :
1. Faktor komunikator yaitu seseorang y/
mengerimkan pesan
2. Pesan /informasi yaitu pesan y/ sesuai dg
kebutuhan komunikan,jelas, sederhana dan mudah
dimengerti
3. Komunikan yaitu seseorang menerima pesan dari
komunikator
4. Umpan balik yaitu komunikasi efektif y/ memberi
umpan balik y/ sesuai dgn pesan disampaikan
5. Atmosfir u/ mencapai komunikasi y/ efektif
diperlukan ling.kondusif dan nyaman
TAHAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA
 Tahap I (Prainteraksi)

perawat atau pemberi asuhan memiliki beberapa


informasi ttg k/ lansia
ex.nama,alamat,umur,jenis kelamin,riwayat kes
dll. pertemuan pertama dg lansia membuat cemas
perawat y/ belum mempunyai banyak pengalaman.

 Tahap II (Pengenalan)
perawat dan klien lansia saling mengenal dan
mencoba menumbuhkan rasa percaya satu sama
lain. perawat a/ pemberi asuhan mengusuhakan u/
membuat k/ lanisa merasa nyaman dg beberapa
interaksi sosial ex.membicarakan tentang cuaca.
 Tahap III (Kerja)
Faktor usia tua, penurunan pendapat,tidak
mempunyai pekerjaan, peny.neurologis,adanya
katarak,penurunan tk aktifitas fisik dan ketidak
mampuaan fungsi mempengaruhui kemampuannya
tanpa bantuan dari perawat a/ pemberi
asuhannya.
 Tahap IV (Terminal) lansia merasa kehilangan
sesuatu, merasa bimbang tentang kemampuan
nya tanpa bantuan dari perawat a/ pemberi
asuhannya.
PANTI JOMPO DIPENGARUHUI 5 ASPEK DALAM KOMUNIKASI
 keterbukkaan
Saling menghargai dan saling mengembangkan
hub.interpersonal. komunikatdan komunikan saling
mengungkapkan ide a/ gagasan, bahkan permasalahan
secara bebab dan terbuka tanpa rasa takut a/ malu.
 Empati

Mampu mengetahui apa yang dialami org lain.perawat


dapat berempati dengan lansia dalam proses
komunikasi interpersonal tergantung dari bagaimana
karakter lansia.
 Perilaku Positif

sikap positif ditunjukkan dalam bentuk sikap dan


perilaku.perawat melayani lansia dipanti jompo
dengan baik.
 Sikap Mendukung
Hub.Interpersonal y/ efektif ad/ hub.dimana
terdapat sikap mendukung.

 Kesetaraan
Komunikasi interpersonal antara perawat dengan
lansia akan efektif bila suasananya setara karena
kedua belah
PROSES KOMUNIKASI PADA LANSIA
 perawat membuka wawancara dengan
memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dan
lama wawancara
 berikan kata-kata y/ cukup kepada pasien u/
menjawab,berkaitan dg pemunduran kemampuan
u/ merespons verbal
 gunakan kata-kata y/ tidak asing bagi k/ sesuai dg
latar belakang sosiokulturlnya
 gunakan pertanyaan y/ pendek dan jelas karena
pasien lansia kesulitan dlm berpikir abstrak
 perawat dpt memperlihatkan
KOMUNIKASI DENGAN
KELOMPOK KELUARGA DENGAN
LANSIA
 Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta
tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam kadaan saling
tergantung (Depkes)
 Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam
sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota
keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya, sekaligus
sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-
nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup.
 Komunikasi Keluarga adalah suatu pengorganisasian yang
menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi
suara, tindakan untuk menciptakan harapan image,
ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian.
TUJUAN KOMUNIKASI

 Komunikasi dibangun untuk pertukaran


informasi
 Membina hubungan dengan orang lain atau
dengan kata lain komunikasi merupakan
aspek dasar pada hubungan antar manusia
 Supaya yang kita sampaikan dapat
dimengerti
 Dapat memahami orang lain
 supaya gagasan dapat diterima orang lain
TEKNIK KOMUKASI PADA
LANSIA
1. Teknik Asertif
Asertif adalah sikap yang dapat
menerima, memahamipasangan bicara
dengan menunjukan sikap peduli, sabar
untuk mendengarkan dan memperhatikan
ketika pasangan bicara agar maksud
komunikasi dapat dimengerti.
sikap ini akan sangat membantu petugas
kesehatan untuk menjaga hubungan
terapeutik dengan lansia.
TEKNIK KOMUKASI PADA
LANSIA
2. Responsif
reaksi petugas kesehatan terhadap
fenomena yang terjadi pada klien
merupakan bentuk perhatian petugas
kepada klien. Sikap aktif dari petugas
kesehatan akan menciptakan perasaan
tenang bagi klien
Ex. Apa yang ibu fikirkan saat ini?apakah y/
bisa saya bantu u/ ibu?
TEKNIK KOMUKASI PADA
LANSIA
3. Fokus
merupakan upaya perawat untuk
tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang diinginkan. Ketika klien
menanyakan pertanyaan diluar materi
maka perawat hendak mengarahkan
pada maksud pembicaraan
TEKNIK KOMUKASI PADA
LANSIA
4. Supportif
perubahan yang terjadi pada lansia menyebabkan
emosi klien relatif menjadi labil, perubahan ini
perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi
klien, misalnya dengan mengiyakan, senyum, dan
menganggukan kepala ketika lansia berbicara
merupakan sikap hormat menghargai selama lansia
berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan
kepercayaan diri klien sehingga lansia tidak
menjadi beban keluarganya.
Ex saya yakin bapak dapat mampu melakukan tugas
bapak dg baik jika bapak memerlukan saya siap
membantu”
TEKNIK KOMUKASI PADA
LANSIA
5. Klarifikasi
Yaitu tehnik y/ digunakan perawat u/
memperjelas informasi y/ disampaikan k/.
Karena seringnya perubahan y/ terjadi pd
lansia dpt mengakibatkan proses komunikasi
lancar dan kurang bisa di pahami.
Ex. Coba ibu jelaskan kembali bagimana
perasaan ibu saat ini?
TEKNIK KOMUKASI PADA
LANSIA
6. Sabar dan ikhlas
umumnya lansia mengalami perubahan
yang merepotkan dan kekanak-kanakan,
perubahan ini bila tidak disikapi dengan
sabar dan ikhlas dapat menimbulkan
perasaan jengkel bagi perawat sehingga
komukasi yang dilkukan tidak terapeutik
HAMBATAN KOMUNIKASI
DENGAN LANSIA
AGRESIF NON ASERTIF

Ditandai dengan perilaku sebagai • menarik diri bila diajak berbicara

berikut : • merasa tidak sebaik orang lain

• berusaha mengontrol dan • merasa tidak berdaya

mendominasi orang lain • tidak berani mengungkapkan

• meremehkan orang lain keyakianan

• mempertahankan haknya dengan • membiarkan orang lain membuat

menyerang orang lain keputusan untuk dirinya

• Menonjolkan diri sendiri • tampil diam (pasif)

• Mempermalukan orang lain • mengikuti kehendak orang lain

didepan umum •Mengorbankan kepentingan pribadi untuk


menjaga hubungan baik dengan orang lain
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT
BERINTERAKSI DENGAN LANSIA
 Menunjukan rasa hormat
 Hindari istilah yg merendahkan pasien
 Pertahankan kontak mat
 Pertahankan langkah yg tidak tergesa-gesa dan
mendengarkan
 Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
 Berbicara dengan pelan, jelas, dan gunakan bahasa yg baik
 Gunakan bahasa yang mudah dimengerti
 Hindari kata-kata medis
 Mengenal kultur dan latarn belakang budaya pasien
 Mengurangi kebisingan saat berinteraksi
 Gunakan sentuhan
 Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KOMUNIKASI DENGAN LANSIA
 Komukasi pada lansia dapat menjadi lebih sulit
akibat dari gangguan sensori yang terkait usia
dan penurunan memori
 Pasien lansia umumnya lebih sedikit bertanya
dan menunggu untuk ditanya sesuai
kewenangan tenaga kesehatan
 Ageism lazim dijumpai pada perawatan
kesehatan yang secara tidak sengaja berperan
terhadap buruknya komunikasi dengan pasien
lansia
 Penyakit kronis
 Faktor k/ meliputi kecemasan dan
penurunan sensori
 Faktor perawat meliputi perilaku perawat
terhadap lansia dan ketidak pahaman
perawat
 Faktor lin y bising dapat menstimulasi
kebingungan lansia dan terganggunya
penerimaan pesan y/disampaikan
Menjaga agar tk kebisingan
minimum
Menjadi pendengar y/ setia
sediakan waktu u/ mengobrol
Menjamin alat bantu dengar y/
berfungsi dg baik
Yakinkan bahwa kacamata
bersih dan pas
Jangan berbicara dg keras

Cara mengatasi hambatan Berdiri didepan lansia jgn terlalu


berkomunikasi pd lansia jauh dari lansia
Pertahanakan penggunaan
kalimat y/pendek a/ sederhana
Beri kesempatan bagi lansia u/
berpikir
Mendorong keikut sertaan dlm
aktifitas sosial
Berbicara pd tk pemahaman
lansia
Selalu menayakan respon
KETERAMPILAN KOMUNIKASI
TERAPEUTIK PADA LANSIA
a.Perawat membuka wawancara dengan
memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
dan lama wawancara
b.Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk
menjawab, berkaitan dengan pemunduran
kemampuan untuk merespon verbal.
c.Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien
sesuai dengan latar belakang sosiokulturalnya.
d.Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas
karena pasien lansia kesulitan dalam berfikir
abstrak
e.Perawat dapat memperlihatkan dukungan
dan perhatian dengan memberikan respon
nonverbal seperti kontak mata secara
langsung, duduk dan menyentuh pasien.
f. Perawat harus cermat dalam
mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian
pasien dan distress yang ada
g.Perawat tidak boleh berasumsi bahwa
pasien memahami tujuan dari wawancara
pengkajian.
h.Tempat mewawancarai diharuskan tidak
pada tempat yang baru dan asing bagi
pasien.
i. Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus
dibuat senyaman mungkin.
j. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan
kondisi lansia yang sensitif terhadap, suara
berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan
penglihatan.
k.Perawat harus mengkonsultasikan hasil
wawancara kepada keluarga pasien atau orang
lain yang sangat mengenal pasien.
l.Memperhatikan kondisi fisik pasien pada  waktu
wawancara
M.Perawat harus memperhatikan respon pasien
dengan mendengarkan dengan cermat dan tetap
mengobservasi.
TEKNIK PERAWATAN LANSIA
PADA REAKSI PENOLAKAN
 Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang
untuk mengakui secara sadar terhadap pikiran,
keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadiaan-
kejadian nyata atau sesuatu yang merupakan ancaman.
 Penolakan merupakan reaksi ketidaksiapan lansia
menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan u/
menghadapi klien lansia dengan reaksi penolakan, yaitu :
a.  Kenali segera reaksi penolakan lansia
Membiarkan lansia bertingkah laku dalam tenggang
waktu tertentu. Hal ini merupakan mekanisme
penyesuaian diri sejauh tidak membahayakan klien,
orang lain serta lingkunganya.
b.Orientasikan klien lansia pada pelaksanan
perawatan diri sendiri Langkah tersebut
bertujuan untuk mempermudah proses
penerimaan klien terhadap perawatan yang
akan di lakukan serta upaya untuk
memandirikan klien.
c.Libatkan keluarga atau pihak keluarga
terdekat dengan tepat. Langkah ini bertujuan
untuk membantu perawat atau petugas
kesehatan memperoleh sumber informasi atau
data klien dan mengefektifkan rencana /
tindakan dapat terealisasi dengan baik dan
tepat.
d. Tidak Percaya dx,gejala, perkembangan serta
keterangan y/ diberikan petugas kes
e. Mengubah ket.y/ diberikan sedemikian rupa apa
y diterima keliru
f. Meolak ikut serat dlm perawatan diri secara
umum, khususnya tindakan y/ langsung mengikut
sertakan dirinya
g. Menolak nasehat2 ex istirahat baring,berganti
posisi tidur,terutama apabila nasihat tsb demi
kenyaman k/.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK TAHAP PENGKAJIAN
 Pengkajian ad/ tahap pertama dlm proses
kep.
 Keterampilan komunikasi perawat tahap
oengkajian akan sangat menentukan
kelengkapan data y/ diperolehnya dan akan
menentukan proses selanjutnya.
 Bentuk2 komunikasi y/ dpt digunakan
perawat pada tahap pengakjian dari proses
kep yaitu wawancara,pemeriksaan fisik dan
observasi .
 Pengumpulan data melalui catatan medik/
rekam medik dan dokumen
1. Wawancara
 Wawancara yaitu proses interaksi antara dua
org y/ mempunyai tujuan spesifik,serius dan
penuh arti.
 Dalam wawancara, pewancara (perawat) dpt
menggunkan kemampuan komunikasi verbal
atau non verbal u/ menggali data y/
diwawancara (Klien).
 Keuntungan wawancara scr langsung yaitu
 Meningkatkan kecakapan profesional perawat
 Data y diperoleh lebih spesifik dan nyata
 Lebih efektif dibandingkan dg wawancara scr
tdak lagsung.
CONTOH KOMUNIKASI
a. Fase Orientasi
Salam terapeutik : selamat pagi,bu.saya perawat
ayu y/ akan bertugas merawat ibu hari
ini.terimaksih ibu telah mempercayakan kami u/
membantu mengatasi masalah ibu
Evaluasi dan validasi : “bagaimana perasaan ibu
sekarang?”(tunggu jawaban k/) “saya lihat ibu
sangat tertekan dan menderita atas masalah ini”
Kontrak : saat ini saya akan mengumpulkan data
terkait dg sakit y/ ibu derita, saya membutuhkan
informasi tentang bagaiman asal mula maslah ibu
sehingga ibu tidak bisa makan selama beberapa
hari.waktu y/ saya butuhkan adalah 15-20 Menit dan
ibu tetap saja istirahat diatas t4 tidur ini
b. Fase Kerja : Apakah yang ibu rasakan sekarang?
“jelaskan bagaimana asal mula penyakit y/ ibu
rasakan sekarang?”(tunggu respon klien).apakah
pengobatan a/ tindakan y/ telah dilakukan selama
ibu dirumah?”( tunggu respon k/)
C Fase Terminasi
Evaluasi subjektif /objektif : “bagaimanakah
perasaan ibu sekranag? (tunggu respon
pasien).berdasarkan data hasil wawancara dpt kita
identifikasi bersama bahwa ibu mengalami nyri
pada lambung dan muntah2 jika makan”.kontrak
y/ akan datang:”baiklah,bu. saya akan
berkonsultasi dg dokter dan 10 menit lagi saya
akan kembali u/ melakukan tindakan keperawatan
sesuai dg kesepakatan dg dokter.
Evaluasi Subjektif/objektif : “bagaimanakah
perasaan ibu sekrang?” berdasarkan data hasil
wawancara dpt diidentifikasi bersama bahwa
ibu mengalami nyeri pada lambung dan mual
dan muntah jika makan”.kontrak y/ akan
datang:”bailah,bu.saya akan berkonsultasi dg
dokter dan 10 menit lagi saya akan kembali u/
melakukan tindaka kep sesuai hasil
kesepakatan dg dokter.”
d. Rencana tindak lanjut :”ibu harus terus
mencoba makan dan the manis dan makanan y/
menimbulkan rasa mual.cobalah biskuti ringan
u/ memulainy”.
2. Pemeriksaan fisik dan observasi
Komunikasi y/ digunkana perawat saat perawat
melakukan pengmpulan data melalui pemeriksaan
fisik ad/ meminta izin k/ memeriksa, memfokuskan
pemeriksaan y/ dilakukan sesuai dg keluhan dan
petunjk y/ diberikan k/.
Perwat mengobservasi ekspresi wajah (ex
menyeringis kesakitan,menangis,pucat,dll)
Contoh komunikasi fase kerja :
 Sambil melakukan palpasi perut k/
berkata .”apakah didaerah sini y terasa nyeri y/
menyebabkan ibu sering merasa mual dan
muntah ?”
 “saya lihat,ibu tampak sangat khawatir dan
tertekan dg kondisi ibu skr.”
KOMUNIKASI PADA TAHAP DIAGNOSIS KEP
 Komunikasi tahap diagnosis kep dilakukan u/
mengklarifikasi data dan menganalisisiny
sebelm menentukan maslah kep k/, kemudian
mendiskusikan dg k/.
 Dx kep y/ telah ditetapkan selanjutnya
dikomunikasikan/disampaikan kpd k/ agar
kooperatif dan berusaha bekerja sama dg
perawat u/ mengatasi masalahny.
KOMUNIKASI PADA TAHAP PERANCAAN
 Tugas perawat ad/ merumuskan tujuan keperawatan dan
menantapkan kriteria keberhasilan,merencanakan askep
dan tidak kolaboratif y/ akan dilakukan .
 Rencana askep ditulis a/ didokumentasikan dlm status k/
sbg bentuk tj profesional dan memudahkan komunikasi
antar tim kes u/ askep y/ berksinambungan.
 Ex komunikasi pda fase kerja :”berdasarkan maslah kep y/
telah kita tetapkan bersama,selanjutny saya kolaborasikan
dg dok terkait masalah tsb,sy sampaikan bahwa slh satu
tindkan y/akan dilakukan pd ibu ad/ pemasangna infus .
 Tujuan dari pemasangan infus ad/ u/ memenuhui keb
nutrisi ibu. / saat ini lambung ibu hrs diistirahtkan dlu u/
pemeriksaan sljtny.
 Pemasangan infus sifany sementara :jika ibu tidak mual a/
muntah lagi maka akan kami lepaskan.
KOMUNIKASI TAHAP IMPLEMENTASI
 Komunikasi pd tahp implementasi digunakan o/ perawat pd
saat menjelaskan tindakan tertentu, memberikan pendidikan
kes, memberikan konseling, menguatkan sis.pendukung,
membantu meningkatkan kemampuan koping dan sebagainya.
 Perawat menggunakan kemampuan komunikasi verbal
ataupun non verbal selama melakukan tindakan kep u/
mengetahui respon pasien scr langsung a/pun y/ tidak
diucapkan.
 Semua aktivitas kep / tindakan harus komunikasikan scr
tertulis.
 Ex. Pada fase kerja :”tadi sudah sya sampaikan bahwa salah
satu tindakan y/ akan saya lakukan ad/ memasang
infus.tujuan pemasangan infus ad/ u/ memenuhui kebutuhan
nutrsi ibu.saat pemasangan ibu akan merasa sakit sedikit
waktu jarum infus dimasukkan k pemda.apakah ibu sudah
siap?”
Komunikasi verbal y/ diucapkan dg kata2.,
perawat harus menunjukkan sikap terpeutik scr
fisik selama komunikasi ad/ :
1. Ekspresi wajah menyenangkan ,tampak
ikhlas
2. Mendekat dan membungkuk k arah k/
3. Memperatahankan kontak mata y/
menunjukkan kesungguhan u/ membantu
4. Sikap terbuka tidak melihat tangan a/ kaki
saat interaksi terjadi
5. Tetap rileks
KOMUNIKASI PADA TAHAP EVALUASI
 Komunikasi pda tahap evaluasi dilakukan
perawat pada saat menilai keberhasilan dari
asuhan dan tidakan kep y/ telah dilakukan .
 Semua hasil evaluasi dikomunikasikan scr
lisan yaitu saat mendiskusikan hasil dg k/,
meminta tanggapan k/ atas keberhasilan a/
ketidak berhasilan tindakan y/ dilakukan dan
bersama k/ merencanakan tindak lanjut
askep
 Hasil dikomunikasikan scr tulisan yaitu
dicatat dlm buku caper perawatan k/

Anda mungkin juga menyukai