Anda di halaman 1dari 32

HIDRONEFROSIS DAN

HIDROURETER
Oleh : Refi Amalia Utami
1940312126

Preseptor :
dr. Fitrisia Amelin, Sp.A(K), M.Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUP DR M DJAMIL
PADANG
2021
IDENTITAS PASIEN

 Nama : A.K
 Umur / Tanggal Lahir : 5 tahun 7 bulan/ 11 Juli 2015
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Jalan Sudirman No. 116A Jawi-Jawi Pariaman
Tengah, Kabupaten Pariaman
 Tanggal Pemeriksaan : 31 Maret 2021
SUBJEKTIF

KELUHAN UTAMA

Keluhan Nyeri perut yang semakin


memberat sejak 1 bulan yang lalu.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
April 2016 Juli 2020 Februari 2021 9 Maret 2021 31 Maret 2021
Diagnosis TB  Keluhan sulit BAB.  Nyeri perut semakin  Nyeri perut  Keluhan nyeri perut
paru, dinyatakan Frekuensi BAB 2-3 hari sering berulang (>2x masih sering berulang. >2x seminggu.
sembuh 9 bulan sekali. Konsistensi sering dalam 1 minggu) , berulang, Berkurang dengan posisi
setelah minum keras. Anak mengedan berkurang saat anak   menungging. Nyeri dirasakan
obat OAT sebelum BAB. Keluhan posisi menungging.  Pasien sudah ±5-10 menit, mengganggu
BAB berdarah tidak ada   dilakukan aktivitas.
   Keluhan sulit BAB pemeriksaan  
masih ada urinalisa, feses,  Keluhan sulit BAB masih ada
 Keluhan Nyeri perut   antibody  Pasien dalam pengobatan
berulang. Anak kontrol  Anak sering H.Pylori, dan untuk infeksi H.pylori
ke Poliklinik Anak bagian menahan BAK. USG Abdomen.  
Gastro dan diduga Keluhan nyeri saat    Pasien konsul ke bagian
gangguan dari saluran BAK tidak ada.  Hasil Nefrologi Anak untuk
cerna. Warna BAK jernih. pemeriksaan evaluasi hidronefrosis dan
    didapatkan [ada hidroureter
 Anak jarang makan  Terdapat demam anak ada infeksi
sayur dan buah. pada anak selama 3 H.pylori serta
Frekuensi minum cukup. hari Hidronefrosis &
hydroureter kiri
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

• Ibu tidak ada keluhan saat kehamilan dan persalinan


• Ibu dan nenek pasien memiliki riwayat gastritis
• Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan penyakit
ginjal
OBJEKTIF Pemeriksaan Fisik

KEADAAN UMUM NAFAS


Sakit sedang 22x/menit

KESADARAN SUHU
Composmentis 36,5 C

TEKANAN DARAH TINGGI BADAN


90/60 mmHg 108 cm

NADI BERAT BADAN


84x/menit 16,5 kg
Status Gizi

BB/U : 86,84% (Normal)


TB/U : 96,42% (Normal)
BB/TB : 91,6% (Normal)
Status gizi : Gizi Baik
Pemeriksaan Fisik
KULIT
Hangat, Sianosis (-), Ikterik (-) MATA
Konjungtiva anemis -/-, Sklera
WAJAH ikterik -/-
Tidak Ada Udem
TELINGA
KELENJAR GETAH BENING
Tidak ada kelainan
Tidak ada pembesaran
HIDUNG
KEPALA
Nafas Cuping Hidung (-)
Normocephal
TENGGOROKAN
RAMBUT
Tidak dinilai
Hitam, lebat, tidak mudah dicabut
Statis: simetris kiri dan
kanan
INSPEKSI Dinamis: pergerakan dada
kiri = kanan, retraksi
dinding dada tidak ada

Fremitus kiri sama dengan


PALPASI
kanan
Pemeriksaan Fisik :
Thorax - Paru
PERKUSI Sonor

Suara nafas vesikuler,


AUSKULTASI
Rh -/-, Wh -/-
INSPEKSI Ictus cordis tidak terlihat

Ictus cordis teraba 1 jari


PALPASI
medial LMCS
Pemeriksaan
Fisik : Jantung PERKUSI Tidak dilakukan

Bunyi jantung reguler,


AUSKULTASI
murmur (-), galloup (-)
INSPEKSI Distensi (-), pelebaran vena (-)

Supel, hepar tidak teraba, lien


PALPASI
tidak teraba, Ballotement
ginjal kiri (+), nyeri tekan (-)
Pemeriksaan
Fisik : Abdomen PERKUSI Tympani

AUSKULTASI Bising usus (+) normal


Pemeriksaan Fisik

PUNGGUNG
Tidak ada kelainan

GENITALIA
Tidak diperiksa EKSTREMITAS
Akral hangat, CRT <2 detik,
Udem tidak ada
HIPOTESIS

- Hidronefrosis kiri dan Hidroureter kiri


- Infeksi H. Pylori
- Konstipasi Kronis
MEKANISM
KONSTIPASI
• Konstipasi fungsional adalah diagnosis eksklusi untuk
pasien tanpa kelainan anatomi atau penyebab biokimia
Faktor • Konsumsi rendah serat makanan --> Serat yang tidak
Fungsional tercerna di usus besar meningkatkan transit kolon dan
meningkatkan pengeluaran tinja

Faktor • Sebanyak 5% anak didiagnosis terdapat penyebab organik


yang dapat diidentifikas, seperti penyakit neuromuskuler,
Organik efek samping obat, alergi makanan, penyakit celiac, dll
Keluhan BAB dan BAK
Saat feses tidak dikeluarkan, Penundaan miksi seperti
Keluhan sulit BAB akan
mukosa rektal menyerap air dari manuver menahan sehingga
menimbulkan nyeri saat buang
massa tinja, yang menjadi lebih mengurangi jumlah berkemih
air besar, sehingga anak biasanya
keras dan akhirnya buang air per hari secara independen
makin menahan BAB
besar menjadi sulit. terkait dengan konstipasi

Kandung kemih dan rektum


memiliki asal embriologis yang Kontraksi sfingter ani saat buang
sama, neuron motorik yang air besar dapat menyebabkan
bertanggung jawab atas kontraksi sfingter uretra dan
persarafan struktur ini berasal secara refleks menghambat
dari ujung saraf yang ada di S2 fungsi kandung kemih
dan S4.
MORE INFORMATION
Urinalisa (9 Maret 2021) = Urin Lengkap Mikroskopis
Makroskopis
Leukosit : 0-1/LPB(N:<5)
Warna : Kuning Eritrosit : 0-1/LPB (N: ≤1)
Kekeruhan : Negative Silinder : Negative
BJ : 1,033 (N: 1,003-1,030) Kristal : Negative
pH : 6,5 (N: 4,6-8)
Epitel : Positive
Leptospira : -
Kimia
Yeast : -
Protein : Negative
Bakteri : -
Glukosa : Negative
Bilirubin : Negative Kesan : Dalam Batas Normal
Urobilinogen : Positive
MORE INFORMATION
Makroskopis Mikroskopis

Warna : Kuning Leukosit : 0-1/LPB (N: ≤5)

Konsistensi : Lunak Eritrosit : 0-1/LPB (N≤1)

Darah : Negative Amoeba : Negatif

Lendir : Negative Ascaris lumbricoides : Negatif


Protein : - Ancylostoma duodenale : Negatif
Lemak : - Oxyuris vermicularis : Negatif
Karbohidrat : - Trichuris trichiura : Negatif
Sisa Pencernaan : Positif

Kesan : Analisis Feses dalam batas Normal


MORE INFORMATION

•Pemeriksaan Helicobacter pylori (9 Maret 2021)


• IgM Helicobacter pylori : Positif (71,7 u/mL) (N: <40u/mL)
• IgG Helicobacter pylori : Negatif (5,7 u/mL) (N: <20u/mL)
MORE INFORMATION
• Ginjal kanan – kiri : ukruan normal,
kontur noemal, aprenkim normal,
intensitas gema normal. Batas tekstur
parenkim dengan central
echocompleks normal. Tidak tampak
bayangan hyperechoic dengan
acoustic shadow. System
pelvokalikes ginjal kiri melebar,
kanan tidak melebar. Ureter kiri
proksimal melebar

• Kesimpulan : Hidronefrosis kiri dan


hydroureter kiri
LEARNING ISSUE

Definisi

• Hidronefrosis merupakan Adanya hidronefrosis


suatu keadaan pelebaran dari atau hidroureter harus
pelvis ginjal dan kalises, dianggap sebagai respon
sedangkan hidroureter adalah terhadap gangguan aliran
pelebaran ureter. urin.
ETIOLOGI
Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan ureteropelvik
(sambungan antara ureter dan pelvis renalis):
a. Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu tinggi
b. Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah
c. Batu di dalam pelvis renalis
d. Penekanan pada ureter oleh:
 Jaringan fibrosa
 Arteri atau vena yang letaknya abnormal
 Tumor
ETIOLOGI
Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan di bawah sambungan ureteropelvik atau karena arus balik air
kemih dari kandung kemih:
a. Batu di dalam ureter
b. Tumor di dalam atau di dekat ureter
c. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau pembedahan
d. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
e. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama
metisergid)
f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)
g. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya
h. Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan, atau
kanker
i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera
j. Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi kontraksi ureter.
KLASIFIKASI

Hidroureter dan hidronefrosis dapat disebabkan karena ISK, obstruksi saluran


keluar dari vesika, instabilitas detrusor  Refluks vesiko- ureter (RVU) : suatu
kelainan traktus urinarius yaitu terjadinya aliran balik urin dari vesika urinaria
ke ureter selanjutnya menuju ginjal.
•Menurut International Reflux Study Grading System
berdasarkan obstruksinya maka RVU dibagi menjadi :

o RVU derajat I, aliran balik urin hanya sampai di ureter.


o RVU derajat II, aliran balik urin sampai ke pelvis renalis dan
kaliks tanpa dilatasi ureter. Pelvis renalis normal, kaliks masih
terlihat tajam.
o RVU derajat III, seperti derajat II, tapi disertai dilatasi ureter
ringan-sedang tanpa/ perubahan ringan ujung forniks kaliks
menjadi tumpul.
o RVU derajat IV, berupa dilatasi ureter sedang dan berliku-liku,
pelvis dan kaliks; forniks kaliks berbentuk tumpul derajat
sedang.
o RVU derajat V, berupa dilatasi berat dan berliku-liku pada ureter,
pelvis dan kaliks; forniks kaliks tumpul derajat berat serta tidak
ditemukannya lagi gambaran papila pada kaliks
PATOFISIOLOGI
• HIDRONEFROSIS : Obstruksi pada aliran urin (karena berbagai factor)  urin mengalir
balik  tekanan di ginjal meningkat.  akumulasi urin di pelvic ginjal  distensi
pelviokaliks ginjal.

• Ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap  ginjal yang lain akan
membesar secara bertahap (hipertropikompensatori)  fungsi renal terganggu.

• Refluks Vesiko Ureter Refluks Vesiko Ureter : obstruksi  aliran urin dari ureter ke
vesika  mencegah aliran balik urin dari vesika ke ureter  refluks  Hidroureter 
hidronefrosis  kaskade inflamasi  dilepaskannya superoksid dan mediator-mediator 
iskemia jaringan lokal dan fibrosis  Kerusakan ginjal akibat pielonefritis akut karena
RVU dan ISK berulang.
GEJALA KLINIS
• Neonatus : gangguan pernafasan, muntah berulang, gagal ginjal, masa di
abdomen, gagal tumbuh dengan atau tanpa demam.

• Anak : gejala-gejala ISK seperti urgensi, miksi yang frekuen, rasa tidak
puas setelah miksi, disuri, nyeri abdomen, enuresis nokturnal dan diurnal,
bisa terjadi gagal tumbuh dan gangguan gastrointestinal seperti mual
muntah. Demam menunjukkan ke arah pielonefritis.
Hidronefrosis derajat 1.
• Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasikaliks.
Kaliks berbentuk blunting (tumpul).
Hidronefrosis derajat 2
• Dilatasi pelvis renalis dan kaliksmayor. Kaliks
berbentuk flattening (mendatar)
Hidronefrosis derajat 3
• Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks
minor. Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks
berbentuk Clubbing (menonjol)
Hidronefrosis derajat 4
• Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks
minor. Serta adanya penipisan korteks. Kaliks
berbentuk balonning (menggembung).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
•Pemeriksaan darah : Urea yang tinggi karena ginjal tidak mampu membuang limbah metabolik ini.
• Pemeriksaan laboratorium urin lengkap, kultur urin, pemeriksaan hitung sel darah lengkap, kadar C-
reactive protein (CRP)

•Radiologi :
a. USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih
b. Intravenouspyelography, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal
c. X-Ray voiding cystourethrogram (VCUG). Kriteria diagnosis standar untuk RVU. Pemeriksaan VCUG
dilakukan setelah anak sembuh sempurna dari ISK yang dideritanya. Infeksi akut akan menyebabkan
penilaian derajat refluks yang berlebihan karena paralisis otot ureter akibat endotoksin bakteri hanya
terjadi sementara dan aliran balik urin yang infeksius dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal
TATALAKSANA
Tatalaksana bertujuan untuk mencegah infeksi ginjal, kerusakan ginjal, dan
komplikasi lanjutannya, dengan cara mengatasi penyebab dari hidronefrosis
(obstruksi, infeksi dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.

Terapi supportive misalnya dengan Diit tinggi serat dikombinasi pelunak


feses seperti minyak mineral (5 ml/hari) dapat mengatasi konstipasi dan
mencegah dilatasi kolon dan rektal.

Pembedahan dapat dipertimbangkan sesuai dengan etiologi dan kondisi


pasien.
PROBLEM SOLVING
o Amoksisilin 500 mg 2x1 bungkus
o Metronidazol 250 mg 2x sehari
o Lansoprazol 20 mg 1x sehari
o Kultur urine setelah 2 hari bebas antibiotik
o Konsultasi ke urologi untuk penelurusan etiologi hidronefrosis dan
hidroureter
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai