Anda di halaman 1dari 59

Aspek legalitas dalam RE

Pengantar ….
• Memiliki sebuah property tidak sekedar
menempati, tetapi hal terpenting dari kepemilikan
tersebut adalah pada aspek legalitas kepemilikan
property
Berdasarkan hukum Anglo
Saxon Agraria, kepemilikan
seseorang terhadap sesuatu
dibedakan menjadi :
• Real property seperti tanah
dan semua yang melekat
diatasnya (pohon, rumah dll)
yang bersifat permanen / tidak
bergerak
• Real personal seperti
kendaraan, perhiasan yang
bersifat dapat dipindahkan /
bergerak
• Real Estate must be Real Property
• Bukti kepemilikan harus sah dimata hukum

• Sehingga kita perlu mengetahui hukum hak


atas tanah.
Kepemilikan lahan dapat dibedakan menjadi :
• Freehold estate / ownership
Properti dapat dimiliki secara penuh seumur hidup, dapat
diperjualbelikan kembali dan dapat diwariskan

• Leasehold estate / non ownership


Properti ditempati / digunakan dalam jangkawaktu
tertentu, dapat dialihkan hak sewanya.
Macam-macam Hak Atas Tanah
• Definisi hak atas tanah adalah hak yang memberi
wewenang kepada seseorang yang mempunyai
hak untuk mempergunakan atau mengambil
manfaat atas tanah tersebut.
• Hak atas tanah berbeda dengan hak penggunaan
atas tanah.
• Ciri khas dari hak atas
tanah adalah
seseorang yang
mempunyai hak atas
tanah berwenang
untuk
mempergunakan atau
mengambil manfaat
atas tanah yang
menjadi haknya.
Hak–hak atas tanah yang dimaksud ditentukan dalam pasal
16 jo pasal 53 UUPA, antara lain:

• 1. Hak Milik
• 2. Hak Guna Usaha
• 3. Hak Guna Bangunan
• 4. Hak Pakai
• 5. Hak Sewa
• 6. Hak Membuka Tanah
• 7. Hak Memungut Hasil Hutan
• 8. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di
atas yang ditetapkan oleh undang-undang serta hak-hak yang
sifatnya sementara sebagaimana disebutkan dalam pasal 53.
Dalam Undang-undang Pokok Agraria (UUPA), hak–hak
atas tanah dikelompokkan sebagai berikut:

Hak atas tanah yang bersifat tetap:


• Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak
Pakai, Hak Sewa Tanah Bangunan dan Hak Pengelolaan.
Hak atas tanah yang bersifat sementara:
• Hak Gadai, Hak Usaha Bagi Hasil, Hak Menumpang, dan
Hak Sewa Tanah Pertanian.
Hak Milik

• Hak  milik  adalah  hak  turuntemurun,  terkuat  dan 


terpenuh  yang  dapat  dipunyai  orang atas tanah
• Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
• Hanya warganegara Indonesia dapat mempunyai hak
milik.
• Oleh Pemerintah ditetapkan badan-badan hukum yang
dapat mempunyai hak milik dan syarat-syaratnya (bank
Negara, perkumpulan koperasi pertanian, badan
keagamaan dan badan social)
• Terjadinya hak milik, karena hukum adat dan
Penetapan Pemerintah, serta karena ketentuan
undang-undang
• Hak milik, setiap peralihan, hapusnya dan
pembebanannya dengan hak lain, harus didaftarkan
di Kantor Pertanahan setempat. Pendaftaran
dimaksud merupakan pembuktian yang kuat.
Hak Guna Usaha

• Adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai


langsung oleh Negara, guna perusahaan pertanian,
perikanan atau peternakan (jangka waktu 35 tahun, dapat
diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 25 tahun).
Sesudah jangka waktu dan perpanjangannya berakhir ke
pemegang hak dapat diberikan pembaharuan Hak Guna
Usaha di atas tanah yang sama.
• Diberikan paling sedikit luasnya 5 hektar, jika lebih dari 25
hektar harus dikelola dengan investasi modal yang layak
dnegan teknik perusahaan yang baik sesuai dengan
perkembangan zaman.
• Hak guna usaha dapat beralih dan dialihkan kepada pihak
lain
• Hak Guna Usaha dapat dipunyai warga negara Indonesia,
dan Badan Hukum yang didirikan berdasarkan Hukum
Indonesia dan berkedudukan di Indonesia
• Tanah yang dapat diberikan dengan Hak Guna Usaha
adalah Tanah Negara
• Hak Guna Usaha terjadi karena penetapan Pemerintah
• Hak Guna Usaha setiap peralihan, hapusnya dan
pembebanannya dengan hak lain, harus didaftarkan di
Kantor Pertanahan setempat. Pendaftaran dimaksud
merupakan pembuktian yang kuat
• Hak Guna Usaha dapat dijadikan jaminan utang dengan
dibebani Hak Tanggungan
Hak Guna Bangunan
• Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan
dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah
yang bukan miliknya sendiri, yang dapat berupa
tanah Negara, tanah hak pengelolaan, tanah hak
milik orang lain dengan jangka waktu paling lama 30
tahun dan dapat diperpanjang paling lama 20 tahun.
Setelah berakhir jangka waktu dan perpanjangannya
dapat diberikan pembaharuan baru Hak Guna
Bangunan di atas tanah yang sama.
• Hak guna bangunan dapat beralih dan dialihkan
kepada pihak lain.
• Hak Guna Bangunan dapat dipunyai warga negara
Indonesia, dan Badan Hukum yang didirikan berdasarkan
Hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia
• Hak Guna Bangunan terjadi karena penetapan Pemerintah
• Hak Guna Bangunan setiap peralihan, hapusnya dan
pembebanannya dengan hak lain, harus didaftarkan di
Kantor Pertanahan setempat. Pendaftaran dimaksud
merupakan pembuktian yang kuat
• Hak Guna Bangunan dapat dijadikan jaminan utang dengan
dibebani  Hak Tanggungan
Hak Pakai
• Hak  pakai  adalah  hak  untuk  menggunakan 
dan/atau memungut  hasil  dari  tanah  yang dikuasai
langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang
memberi wewenang dan kewajiban  yang  ditentukan
dalam  keputusan,
pemberiannya  oleh  pejabat  yang berwenang
memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik
tanahnya, yang bukan perjanjian  sewa-menyewa  atau 
perjanjian  pengolahan  tanah,  segala  sesuatu  asal  tidak
bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan
Undang-undang
Hak pakai dapat diberikan :
• Selama  jangka  waktu  yang  tertentu  atau  selama 
tanahnya  dipergunakan  untuk keperluan yang tertentu;
• Dengan cuma-cuma, dengan pembayaran atau
pemberian jasa berupa apapun.
• Pemberian  hak  pakai  tidak  boleh  disertai  syarat-
syarat  yang  mengandung  unsur-unsur pemerasan.
• Yang dapat mempunyai hak pakai ialah :
• Warga negara Indonesia
• Orang asing yang berkedudukan di Indonesia
• Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia
dan berkedudukan di Indonesia
• Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di
Indonesia.
• Sepanjang mengenai tanah yang dikuasai langsung oleh
Negara maka hak pakai hanya dapat dialihkan kepada
pihak lain dengan izin penjabat yang berwenang.
• Hak  pakai  atas  tanah  milik  hanya  dapat  dialihkan 
kepada  pihak    lain,  jika  hal  itu dimungkinkan dalam
perjanjian yang bersangkutan.
Hak Sewa

• Seseorang atau suatu badan hukum mempunyai hak


sewa atas tanah, hak untuk mempergunakan  tanah 
milik  orang  lain  untuk  keperluan  bangunan 
dengan  membayar kepada pemiliknya sejumlah
uang sebagai sewa.
Pembayaran uang sewa dapat dilakukan :
• Satu kali atau pada tiap-tiap waktu tertentu;
• Sebelum atau sesudah tanahnya dipergunakan.
• Perjanjian  sewa  tanah  yang  dimaksudkan  dalam 
pasal  ini  tidak  boleh  disertai  syarat-syarat yang
mengandung unsur-unsur pemerasan.
Yang dapat menjadi pemegang hak sewa ialah :
• Warganegara Indonesia;
• Orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
• Badan hukum yang didirikan menurut hukum
Indonesia dan berkedudukan di Indonesia;
• Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di
Indonesia.
Hak Membuka Tanah Dan Memungut
Hasil Hutan
• Hak membuka tanah dan memungut hasil
hutan hanya dapat dipunyai oleh warga
negara Indonesia dan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
• Dengan mempergunakan hak memungut hasil
hutan secara sah tidak dengan sendirinya
diperoleh hak milik atas tanah itu.
Peralihan hak atas tanah dapat terjadi karena

• Jual beli
• Tukar menukar
• Penyertaan dalam modal
• Hibah
• Pewarisan
Hapusnya / hilangnya Hak Atas Tanah
• Jangka waktu yang berakhir
• Dibatalkan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat yang
tidak dipenuhi
• Dilepaskan secara sukarela oleh pemegan haknya sebelum jangka
waktunya berakhir
• Dicabut untuk kepentingan umum
• Diterlantarkan
• Tanahnya musnah
• Beralih ke warganegara asing (khusus Hak Milik) atau badan hukum asing
(khusus HGU dan HGB)
• sumber : UNDANG-UNDANG No. 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN
DASAR POKOK-POKOK AGRARIA
• Hak terkuat dan terpenuh yang dapat
dipunyai orang atas tanah adalah hak milik.
• Bukti kepemilikan hak atas lahan / properti di
Indonesia diwujudkan dalam bentuk sertifikat.
• Keterangan yang terdapat pada sertifikat
sekaligus memberi batasan hak dan kewajiban
pemilik.
Bagaimana dengan hunian vertikal ?
Apartemen vs Condominium
• Definisi apartemen adalah
sebuah kompleks yang memiliki kesamaan dalam suatu
bangunan yang terdiri dari beberapa ruangan yang di
manfaatkan sebagai tempat tinggal sebagian masyarakat
yang didalamnya terdapat beberapa bagian ruang yang
tidak berdiri sendiri
pasal UURS No. 16 tahun 1985 menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan apartemen adalah “Gedung
bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan,
terbagi atas bagian- bagian yang distrukturkan
secara fungsional dalam arah vertikal dan
horisontal dan merupakan satuan-satuan yang
dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, yang
dilengkapi dengan bagian bersama, tanah bersama
dan benda bersama”
Apartemen memiliki beberapa katagori, dari jenis dan
besaran bangunannya, maka apartemen terbagi kedalam :

• High rise apartemen, yaitu suatu bangunan apartemen


yang terdiri dari lebih sepuluh lantai. Apartemen jenis ini
biasanya sudah dilengkapi dengan area parkir  bawah
tanah, sistem keamanan dan full service, biasanya
dibangun di pusat kota.
• Mid-Rise Apartemen, yaitu suatu bangunan apartemen
yang terdiri dari tujuh sampai dengan sepuluh lantai. Jenis
apartemen mid rise seperti ini lebih sering dibangun di
kota-kota satelit.
• Low-Rise Apartemen, yaitu suatu Apartemen yang
memiliki ketinggian kurang dari tujuh lantai dan
konsepnya masih menggunakan tangga sebagai alat
transportasi vertikal. Biasanya apartemen low rise ini
untuk golongan menengah ke bawah.
• Walked_Up Apartemen, yaitu suatu bangunan
apartemen yang terdiri dari tiga lantai sampai
dengan enam lantai saja. Apartemen ini ada yang
sudah menggunakan lift sebagai alat transportasi
vertikal dan ada juga yang belum memakainya.
• Garden Apartemen, yaitu suatu bangunan
apartemen dua sampai empat lantai saja. Apartemen
ini biasanya memiliki beberapa halaman dan taman-
taman disekitar bangunannya. Apartemen ini
cenderung sangat cocok bagi keluarga inti yang
memiliki anak kecil karena anak-anak dapat dengan
mudah mencapai ke taman. Apartemen garden ini
biasanya untuk golongan menengah ke atas.
berdasarkan type apartemen dibagi menjadi beberapa
golongan :
• Apartemen Studio, yaitu sebuah apartemen yang hanya
memiliki satu ruang saja yang bersifat multi fungsi seperti
ruang duduk, kamar tidur, dan dapur yang terbuka tanpa
partisi.

Pada apartemen ini satu-satunya ruang yang terpisah


adalah hanya pada kamar mandi saja. Apartemen seperti
ini sangat cocok untuk dihuni oleh satu orang atau
pasangan yang belum memiliki anak karena luas
bangunannya hanya 20m s/d 35 m saja
• Apartemen keluarga, yaitu sebuah apartemen yang
mirip dengan rumah biasa. Apartemen ini memiliki
kamar tidur yang terpisah, memiliki ruang duduk,
ruang makan, dapur yang bisa terbuka dalam satu
ruang atau terpisah.

Biasanya luas apartemen dengan tipe ini sangatlah


beragam tergantung ruang yang dimiliki serta jumlah
kamarnya.
• Apartemen Loft Loft, yaitu sebuah bangunan bekas
gudang atau pabrik yang kemudian hari fungsinya
dirubah menjadi sebuah apartemen dengan menyekat-
nyekat bangunan tersebut menjadi beberapa unit hunian.
• Apartemen penthouse, yaitu unit hunian ini
berada di lantai paling atas dari sebuah
bangunan apartemen, luasnya melebihi unit-
unit dibawahnya.  
• Sebuah kondominium, atau kondo, adalah bentuk 
hak guna perumahan dimana bagian tertentu real
estat (umumnya kamar apartemen) dimiliki secara
pribadi sementara penggunaan dan akses ke fasilitas
seperti lorong, sistem pemanas, elevator, eksterior
berada dibawah hukum yang dihubungkan dengan
kepemilikan pribadi dan dikontrol oleh asosiasi
pemilik yang menggambarkan kepemilikan seluruh
bagian.
• Kondominium lebih mengacu pada ihwal
kepemilikan, bukan jenis hunian. Ada pula yang
mengatakan, kondominium merupakan bentuk lain
hak guna perumahan. Di Indonesia sendiri dikenal
hak guna bangunan atas rumah susun.
• Apartemen merupakan tempat tinggal yang
modelnya berupa rumah susun. Jadi, yang
membedakan adalah penekanannya, yang satu
pada hak, sementara lainnya pada fisik bangunan.
• Pembedaan arti kata kondominium dengan
apartemen dikaitkan dengan bentuk
kepemilikannya.
• Apartemen dipakai untuk menunjukkan hunian
vertikal (high-rise) yang disewakan, sedangkan istilah
kondominium merujuk pada apartemen yang dijual
untuk dimiliki oleh masing-masing penghuni.
• Apartemen ada yang statusnya hak
kepemilikan. Selain itu, dikenal pula istilah
apartemen sewa dan apartemen servis.
• Apartemen servis adalah apartemen yang
disewakan berikut layanan harian (daily
service) layaknya hotel.
• Apartemen sewa (nonservis), yakni
apartemen yang disewakan, baik fully furnish
maupun non-furnish, tanpa daily service. 
Dasar hukum pengaturan rumah susun adalah:

• Undang-Undang No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah


Susun. (UU Rumah Susun)
• Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1988 tentang Rumah
Susun (PP Rumah Susun)
• Pengertian rumah susun berdasarkan UU Rumah Susun adalah:
”Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan
secara fungsional dalam arah horisontal dan vertikal dan
merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan
dihuni secara terpisah, terutama bentuk tempat hunian, yang
dilengkapi dengan abgian bersama, benda bersama dan tanah
bersama.”  
Pemilikan perseorangan atas satuan rumah
susun dan hak bersama meliputi:
• 1.      hak bersama atas bagian bersama
• 2.      hak bersama atas benda bersama
• 3.      hak bersama atas tanah bersama
yang kesemuanya merupakan satu kesatuan
hak yang tidak terpisahkan. 
• Hak Milik atas Satuan Rumah Susun (”HMSRS”)
dinyatakan lahir sejak didaftarkannya
• Akta Pemisahan dengan dibuatnya Buku Tanah atas
setiap rumah susun yang bersangkutan.
• Untuk memberikan kepastian hak bagi pemilik satuan
rumah susun, pemerintah memberikan alat
pembuktian yang kuat berupa sertifikat HMSRS yang
diterbitkan oleh Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kotamadya setempat.
• Setiap pemilik rumah susun akan mendapatkan
Sertifikat Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.  
Berdasarkan pasal 7 UU Rumah Susun, tanah yang
digunakan untuk pembangunan rumah susun adalah tanah
dengan status:

• 1.      Hak Milik
• 2.      Hak Guna Bangunan (HGB)
• 3.      Hak pakai atas tanah negara
• 4.      Hak Pengelolaan (HPL) 
• Sertifikat Hak Milik atas Rumah Susun (“SHMRS) adalah
bentuk kepemilikan yang diberikan terhadap pemegang
hak atas Rumah Susun. Bentuk Hak milik atas rumah susun
ini harus dibedakan dengan jenis hak milik terhadap rumah
dan tanah pada umumnya. SHMRS dalam dunia properti
sering juga disebut strata title.
• Strata title sebenarnya tidak dikenal dalam hukum Indonesia. Strata
title berasal dari negara Barat dan dikenal dalam konsep hunian
vertikal maupun horisontal di mana hak kepemilikan atas suatu ruang
dalam gedung bertingkat dibagi-bagi untuk beberapa pihak.
Langkah-langkah Perijinan untuk Perumahan

• Langkah 1
Pastikan tanah yang akan dikelola sebagai
perumahan berada pada jalur yang sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Kota ( RTRK) agar
tidak kesulitan untuk ijin pemanfaatan
tanahnya. 
• Misal :

• Jika kita rencana lokasi perumahan yang akan


dibangun berada pada areal persawahan, tidak selalu
RTRK di tempat tersebut akan jadi daerah persawahan
atau daerah peresapan (jalur hijau). Cek RTRK daerah
tersebut nantinya untuk apa, untuk pemukiman,
industri atau memang jalur hijau. Apabila ternyata
daerah tersebut direncanakan sebagai pemukiman
maka kita bisa lanjutkan untuk rencana
mengembangkan perumahan.
• Pemilihan lokasi dapat juga dengan cara
“mendompleng” lokasi yang memang sudah banyak
perumahan. Hal ini lebih aman untuk investasi tanah
tetapi pasti harga tanahnya jauh lebih mahal karena
fasilitasnya sudah lebih mendukung dan memadai.
• Langkah 2
Mengurus perijinan pada Dinas Pekerjaan
Umum (DPU) dan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda).
• Pertama-tama kita mengurus ijin untuk
Advice Planning, nama ijin ini di tiap
tempat berbeda-beda tapi pada intinya
adalah untuk kesesuaian antara Site Plan
pengembangan perumahan dan tata
ruang di daerah tersebut.
• Syarat yang wajib disiapkan
antara lain proposal ijin
pemanfaatan ruang, yang berisi
segala sesuatu yang berkaitan
dengan perencanaan lokasi
tersebut, juga dilampiri sertifikat
tanah, apabila tanah itu masih
atas nama orang lain dilampiri
surat kuasa bermeterai cukup
untuk mengurus perijinan
tersebut, dan tentunya gambar
perencanaan lahan (Site Plan)
• Produk dari ijin ini adalah gambar
rekomendasi Advice Planning yang berisi
garis besar aturan untuk pembangunan,
misal garis pagar harus berapa meter dari
jalan, garis muka bangunan harus berapa
meter dari jalan dan masih banyak yang
lainnya
• Produk perijinan lainnya yang
dihasilkan dari langkah ini adalah Ijin
Prinsip atau Surat Keputusan yang
disetujui oleh kepala daerah Bupati
atau Walikota.
• Di sebagian daerah Ijin Prinsip ini
hanya berlaku untuk lahan dengan
luasan > 1 Ha, tapi ada juga daerah
yang tidak memiliki batasan luasan
untuk ijin ini, biasanya lebih dari 5
rumah sudah dianggap sebagai
sebuah perumahan.
Langkah 3
Dilakukan di Badan Pertanahan Negara
(BPN).
• Pertama cek sertifikat apakah sudah
sesuai dengan fisiknya, minta pada
petugas untuk cek ulang patok
pembatasnya apakah sudah sesuai
dengan luasan yang ada pada sertifikat.
• Setelah itu sesuaikan sertifikat dengan
syarat dan kebutuhan yang akan
digunakan untuk pengembangan
perumahan, misal apakah tanah itu
harus digabung sertifikatnya karena
sebelumnya terdiri dari sejumlah
sertifikat hak milik.
• Pastikan status yang dipersyaratkan untuk lahan
tersebut, harus Hak Guna Bangunan (HGB) yang
berarti tanah tsb atas nama PT (perusahaan) atau
mungkin boleh langsung dipecah kavling atas nama
Pribadi.
• Seandainya memang diperbolehkan dipecah
kavling atas nama Pribadi, hal tersebut sangat
memudahkan pengurusan dan menghemat
anggaran untuk retribusi pajak dan perijinan.
• Kalaupun memang harus berstatus HGB langkah
awalnya adalah penurunan status dari SHM ke
HGB tetapi masih atas nama Pribadi, kemudian
dari HGB atas nama Pribadi diubah menjadi HGB
atas nama PT/ Perusahaan.
• Perlu diperhatikan bahwa di tiap
proses tersebut selalu muncul pajak
dan retribusi perijinan. Namun
proses tersebut mungkin tidak sama
di setiap daerah, jadi sebelum
mengajukan mohon ditanyakan
pada BPN setempat untuk detail tiap
prosesnya sampai proses selesai.

• Berikutnya mencari Ijin Perubahan


Penggunaan Tanah. Ini sebagai
syarat nanti kita melangkah untuk
pengajuan Ijin Mendirikan Bangunan
(IMB).
• Langkah 4
AMDAL = analisa mengenai dampak lingkungan.
• AMDAL berlaku untuk luasan > 1 Ha, jika
luasannya dibawah itu sebagai penggantinya
cukup dengan ijin UKL/UPL ( upaya pengelolaan
lingkungan hidup dan upaya pemanfaatan
lingkungan hidup ).
• Proses ini awalnya kita diharuskan cek kadar air
tanah pada lokasi. Setelah itu kita membuat
proposal tentang plus minus dan dampak yang
akan terjadi pada proyek yang akan kita
kembangkan. Produk perijinan ini adalah surat
rekomendasi dari kantor KLH yang nantinya
dilampirkan juga sebagai pengajuan Ijin
Mendirikan Bangunan (IMB).
• Langkah 5
Menuju kantor Perijinan Terpadu atau
kantor Perijinan Satu Atap atau apapun
namanya untuk mengurus IMB.
Bersamaan dengan pengajuan IMB, kita
mengurus pengesahan Siteplan
Perumahan.
• Setelah itu langkah terakhirnya adalah
IMB.
Syarat pengajuan IMB ini adalah akumulasi dari
perijinan-perijinan ditambah dengan :

1.Gambar kerja Rumah yang akan dibangun


2.Surat pernyataan Tetangga yang disyahkan
tetangga kanan kiri depan belakang, RT/RW,
Kelurahan, Kecamatan
3.Surat Pernyataan bertanggung jawab terhadap
semua kegiatan yang dilakukan dan segala yang
ditimbulkan.
4.Copy Status Tanah
5.Copy KTP penanggung jawab
6.Copy lunas PBB
• Kalau semua syarat sudah
dilampirkan kita tinggal menunggu
hasilnya keluar dan membayar
retribusi yang nilainya sesuai
dengan luas tanah dan
bangunannya.
Disimpulkan ….
• Aspek legal harus dipersiapkan sebelum proyek
pengembangan RE dilaksanakan sehingga biaya yang
dikeluarkan menjadi bagian dari pematangan lahan
• Aspek legal mempengaruhi :
Kepastian ijin dan legalitas proyek
Kepastian kepemilikan bagi konsumen

Dalam progres pembangunan pengembangan RE, aspek


legal memiliki peranan penting sebagai jaminan
keamanan serta payung hukum bagi proyek dan
konsumen
Menuju Tugas Besar
• Buatlah paparan singkat yang berisi kajian aspek legalitas
proyek sesuai proyek yang anda pilih
• Isinya antara lain :
- Apa saja aspek legalitas yang dipersiapkan proyek tersebut ?
- Bagaiman proses untuk memenuhinya ?
- Apa pengaruh aspek legalitas proyek tersebut dalam progres
proyek terbangun ?
- Bagaimana kesimpulan kelompok anda ?
• Presentasikan minggu depan

Anda mungkin juga menyukai