Dr. Budi Santoso, S.H., LL.M. Andhika Prasetyo, Ardanti Cahya, Lailatul Mufidah, Muhammad Dzaky, Richardo Pardamean Siahaan, Rieya Aprianti IDENTIFIKASI FAKTA HUKUM Atas perbuatannya, pelaku dijerat Pasal 81 Ayat (3) Undang-undang (UU) Nomor 17 Tahun 2016. Tentang Perpu Pengganti UU Pelaku, Rion Gasong (RG) Saat diinterogasi, pelaku No 1 Tahun 2016, tentang merupakan ayah kandung mengatakan ia memberi perubahan Kedua atas UU korban (US) telepon genggam untuk No 23 Tahun 2002 tentang merayu korban perlindungan anak. Hukuman penjara maksimal 15 tahun.
1 2 3 4 5 6
Pencabulan dilakukan sejak Korban menolak namun
Terjadi Pelaporan Kasus korban masih berada di tidak berdaya karena Pencabulan ke Polsek bawah umur (Kelas 3 SMP) dipaksa dan diancam Walenrang Timur, hingga orban berusia 18 Kabupaten Luwu, Sulawesi tahun Selatan (6/8/2019) Pelaku mengakui perbuatannya dihadapan polisi - Bahwa korban kenal dengan pelaku karena ada hubungan keluarga yaitu pelaku adalah ayah kandung korban. - -Bahwa benar korban telah disetubuhi oleh pelaku sebanyak 10 (sepuluh) kali, dan pada waktu itu korban berumur 13 (tiga belas) tahun. - -Bahwa pada kejadian pertama saksi disetubuhi pada waktu malam hari saat korban hendak tertidur. - -Bahwa pelaku mengajak korban bersetubuh dan pelaku mengatakan bahwa hal buruk akan menimpanya jika korban menolak ajakannya. - -Bahwa pelaku memberi telepon genggam sebagai imbalan agar korban bersedia. - -Bahwa korban mengalami trauma terhadap laki – laki. - -Saat ditangkap polisi menemukan barang bukti pakaian korban. Identifikasi Legal Issue
Bagaimana hukum menanggapi
permasalahan pemerkosaan yang dilakukan oleh ayahkandung dari korban sendiri? Inventaris Hukum Pasal 294 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berbunyi: “Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya, anak angkatnya,anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa, atau dengan orang yang belum dewasa yang pemeliharaannya, pendidikan atau penjagaannya diserahkan kepadanya ataupundengan bujangnya atau bawahannya yang belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.” Pasal 287 KUHP tentang pemerkosaan terhadap anak yang belum berumur 15 tahun yang berbunyi: (1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun,atau kalau umumnya tidak jelas, bahwa belum waktunya untuk dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. (2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur wanita belum sampaidua belas tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan pasal 291 dan pasal 294. Inventaris Hukum Pasal 81 ayat 1, 2 dan 3 yang berbunyi : (1)Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76D dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (limabelas) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000; (lima miliar rupiah). (2)Ketentuan pidana segaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.(3)Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh orang tua,wali, orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga, pengasuh anak, pendidik,tenaga pendidikan, aparat yang menangani perlindungan anak, atau dilakukan oleh lebihdari satu orang secara bersama-sama pidananya ditambah sepertiga dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Analisa • Pasal 81 ayat 1, 2 dan 3 terdapat beberapa unsur syarat dan akibat hukum yang harus terpenuhi dengan menerapkan aturan hukum pada kasus ini dapat dilihat uji syarat dan akibat hukumnya sebagai berikut: Pasal 81 ayat 1 Syarat 1 terpenuhi, karena pelaku telah memenuhi unsur unsur pada Pasal 76D, yaitu:‘’Setiap orang’’ Dalam kasus ini RG (pelaku) merupakan subjek hukum yang mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya.‘’Dengan sengaja’’ RG yang merupakan ayah korban dengan jelas dan sadar membujukSberhubungan intim sejakaanaknya berusia 18 tahun sejak sebelum usia 15 tahun atau di bawah umur. ”Melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan” unsur ini terpenuhi karena RG mengancam jika korban menolak ajakan pelaku. ‘’Memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain’’ Berdasarkan fakkta pertama kali RG memaksa anaknya melakukan hubungan intim adalah pada saat anaknya berumur 14 (atau disebut tidak layak kawin dalam undang – undang) hingga 18 tahun. Aturan hukum terpenuhi, pelaku dapat dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5(lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp.5.000.000.000; (lima miliar rupiah). Analisa • Pasal 81 ayat 2 Syarat 1 ‘’setiap orang’’ terpenuhi, karena dalam kasus ini RG merupakan subjek hukum yang mampumempertanggungjawabkan perbuatannya. Syarat 2 ‘‘dengan sengaja’’ terpenuhi, RG yang merupakan ayah korban dengan jelas dan sadar membujuk anaknya untuk berhubungan intim sejak anaknya berusia 14 tahun (atau disebut tidak layak kawin dalam undang – undang) dan melakukannya hingga 2019. Syarat 3 ‘’melakukan tipu muslihat serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain’’ terpenuhi, pelaku dengan sadar dan dengan jelas membujuk korban melakukan pemerkosaan kepada korban dengan dalih memberi telepon genggam baru asalkan korban menuruti keinginan pelaku. • Pasal 81 ayat 3 terpenuhi, hukuman ditambah 1/3 (sepertiga) dari hukuman pokok karena dilakukan oleh orangtua korban. - Kesimpulan Dan Saran ; - Melihat substansinya,terjadinya serta maraknya kasus pelecehan seksual di sebabkan oleh lemah nya penegakan hukum di negara kita. bahwa RUU PKS dibutuhkan untuk melindungi korban pelecehan seksual dan lebih lengkap dari RKUHP, seharusnya tidak ada masalah jika RUU PKS diselesaikan lebih dulu dari RKUHP. Nantinya legislator bisa mengharmonisasikan RKUHP dengan UU PKS agar aturan pidananya tidak tumpang tindih. Entah dengan mengeluarkan usul pidana dari RUU PKS atau sebaliknya. Oleh karena itu perlunya peran masyarakat dalam mendorong pemerintah untuk segera merealisasikan undang-undang TPKS atau PKS agar dijadikan landasan serta acuan dalam melaksanakan proses penegakan hukum