Anda di halaman 1dari 55

Kelompok 7

1. Kristianus
NIM:1420121134
2. Ratno Deby
NIM:1420121112
3. Yoel Sutanto
NIM:1420121133
PEMBAHASAN
1. faktor-faktor yang mempengaruhi tranmisi agen-agen infeksius
2. perbedaan proses infeksi berbagai agen infeksius
3. kondisi yang melemahkan perjalanan penjamu melawan mikroorganisme
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI TRANSMISI
AGEN-AGEN INFEKSIUS

 Mikroba atau penyakit menular akan menyebar


dari orang satu ke orang lain memerlukan kondisi
atau faktor tertentu.
1. Patogenitas MO
2. Virulensi
3. Infeksi
4. Rantai Infeksi
5. Pengendalian
infeksi
A. Patogenitas Mikroorganisme

 1. Mikroorganisme Nonpatogen
 Mikroorganisme nonpatogen adalah mikroorganisme yang tidak
berbahaya dan tidak menyebabkan penyakit, tetapi justru
membantu memelihara keseimbangan baik di dalam tubuh maupun
lingkungan dan dapat bertindak sebagai flora normal.
 Mikroorganisme nonpatogen juga membantu membatasi
pertumbuhan mikroorganisme patogen. Banyak mikroorganisme
tumbuh baik di permukaan tubuh inang maupun di dalam tubuh
inang, mereka tidak menyebabkan infeksi bila mereka tetap
berada di tempat habitatnya.
 Jika suatu organisme nonpatogen berpindah ke luar dari tempat
habitatnya, dapat menjadi organisme penyebab penyakit dan disebut
patogen oportunistik
2. Mikroorganisme Patogen
 Pada dasarnya dari
keseluruhan
mirkroorganisme di alam
 Patogen
hanya adalah agen biologi, fisik, atau kimia yang mampu
menyebabkan
sebagian penyakit kecil
pada organisme lain. Agen biologi dapat
berupa bakteri, virus,
mikroorganisme yangjamur, protozoa, cacing, dan prion. Agar
dapat menyebabkan penyakit, mikroorganisme patogen harus
merupakan
dapat masuk ke tubuhpatogeninang. Kemampuan mikroorganisme untuk
ataupun
menyebabkan penyakit disebut patogenesitas.

potensial patogen.
Penyakit infeksi dimulai saat mikroorganisme memasuki tubuh inang,
selanjutnya bereproduksi, dan
bereplikasi. Istilah infeksi
menggambarkan pertumbuhan atau replikasi mikroorganisme di
dalam tubuh inang.
B. VIRULENSI
MIKROORGANISME
 Mikroorganisme patogen memiliki faktor virulensi
(keganasan) yang dapat meningkatkan patogenisitas
dan memungkinkan berkolonisasi atau
menginvasi jaringan inang dan merusak fungsi
normal
Virulensi tubuh.
menggambarkan kemampuan untu
memperberat penyakit. Virulensi berasal dari k
latin virulentia yang berarti toksin. bahasa
 Proses untuk menghilangkan sifat virulensi disebut
atenuasi. Keberadaan mikroorganisme patogen dalam
tubuh adalah akibat dari berfungsinya faktor virulensi
mikroorganisme, jumlah mikroorganisme dan faktor
resistensi tubuh inang.
Virulensi ditentukan oleh
 Perlekatan (adhesi/ligan – fimbrae)— invasi MO ke dalam tubuh
 Eksoenzim (leukosidin,hemolisin)

 Eksotoksin

Eksotoksin merupakan protein toksin yang tidak tahan panas


dan bersifat antigenik yang menginduksi pembentukan
antibodi.
Antibodi yang terbentuk akibat induksi eksotoksin disebut
antitoksin.
Toksin bekerja dengan cara menghancurkan bagian tertentu
sel inang
atau menghambat fungsi metabolik tertentu. Eksotoksin
dikelompokkan
menjadi tiga tipe berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu:
 Sitotoksin, membunuh sel inang atau mempengaruhi sel
 Neurotoksin, terlibat dalam transmisi normal impuls saraf
C. INFEKS
I
 Infeksi adalah masuk dan berkembangbiaknya suatu
organisme (agen infeksius) dalam tubuh inang. Suatu agen
infeksius (patogen) belum tentu menyebabkan penyakit
pada manusia.
 Jika suatu mikroorganisme menginvasi dan berkembang
biak di dalam tubuh tetapi tidak menyebabkan gejala,
maka disebut kolonisasi.
 Jika suatu penyakit infeksius dapat ditularkan dari satu
individu ke individu lainnya disebut penyakit menular.
 Jika mikroorganisme patogen berkembang biak dan
menyebabkan tanda dan gejala klinis maka infeksi tersebut
bersifat simptomatis, sebaliknya jika tidak ada gejala
yang timbul, maka penyakit bersifat asimptomatis.
D. RANTAI
INFEKSI
1. Agen infeksius
 Agen penyebab penyakit infeksi pada dasarnya
adalah mikroorganisme yakni bakteri, virus, jamur,
protozoa, dan parasit lainnya
 Potensi mikroorganisme atau parasit untuk
menyebabkan penyakit tergantung beberapa faktor,
antara lain: kecukupan jumlah organisme (dosis),
virulensi atau kemampuan agen untuk bertahan hidup
dalam tubuh host atau di luar tubuh host, kemampuan
untuk masuk dan pertahan hidup dalam tubuh host, dan
kerentanan tubuh host (daya tahan host).
Salah satu infeksi yang disebabkan
oleh Jamur
2. Reservoir
 Reservoir adalah suatu tempat dimana patogen dapat
bertahan hidup, tetapi belum tentu dapat berkembang biak.
Contoh: Virus Hepatitis A bertahan hidup dalam kerang laut,
tetapi tidak dapat berkembang biak; Pseudomonas dapat
bertahan hidup dan berkembang biak dalam reservoir
nebulizer. Reservoir yang paling dikenal adalah tubuh manusia,
berbagai mikroorganisme hidup di kulit dan berada dalam
rongga, dalam cairan, dan cairan yang keluar dari tubuh.
Mikroorganisme tidak selalu menyebabkan individu menjadi
sakit
Dalam rantai infeksius dimana Suatu tempat patogen dapat
bertahan hidup tetapi belum tentu dapat berkembang biak dapat
disebut
3. Jalan keluar (Port Exit)
 Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk
tumbu dan berkembang biak, mikroorganisme
hharus menemukan jalan keluar jika akan masuk ke
penjamu dan menyebabkan penyakit. Jalur keluar
dapat berupa darah, kulit, membran mukosa,
saluran pernapasan, saluran pencernaan, saluran
genitourinaria dan transplasenta (ibu ke janin),
serta mekanisme aliran (drainase).
4. Cara Penularan (Mode of Transmission)
 Mikroorganisme tidak dapat bepergian sendiri,
sehingga mereka membutuhkan kendaraan untuk
membawa mereka ke orang atau tempat lain. Setiap
penyakit memiliki jenis penularan tertentu. Kendaraan
utama penularan adalah makanan dan air. Jenis
penularan suatuke penyakit
(yakni individu bisa kontak
individu atau melalui
fisikkontak
antara
langsung
sumber dengan penjamu yang rentan) dan tidak
langsung (kontak penjamu yang rentan dengan benda
mati yang terkontaminasi, yaitu: jarum atau benda
tajam, lingkungan, dan lainnya), melalui udara
(Airborne), dan vektor (lalat, nyamuk).
5. Jalur masuk mikroorganisme (port d’entry)
 Mikroorganisme patogen dapat memasuki tubuh
inang melalui berbagai maca jalan, misalnya
letak (traktus respiratorius, m gastrointestinalis,
traktus genitourinarius, kulit/membran
traktu mukosa,
transplasental, parenteral), s dan mekanisme aliran
(trauma perkutaneus, tindakan invasif dan insis
pembedahan). i
6. Kerentanan host
 Bagaimana individu mendapatkan infeksi tergantung pada kerentanannya
terhadap agen infeksius. Mikroorganisme dapat menyebar ke orang lain
tetapi tidak berkembang menjadi infeksi jika sistem kekebalan tubuh
seseorang dapat melawannya. Mereka mungkin menjadi pembawa (carrier)
tanpa gejala, selanjutnya menjadi mode transmisi ke host rentan yang lain.
Setelah host terinfeksi, ia mungkin menjadi reservoir untuk transmisi

penyakit
ke depannya.
Penjamu yang rentan banyak ditemukan di tempat pelayanan kesehatan,
mereka yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh meliputi anak
kecil atau bayi, lanjut usia,orang dengan penyakit kronis, orang yang
menerima terapi medis seperti kemoterapi, atau steroid dosis tinggi, orang
dengan luka terbuka. Jadi kerentanan ini dapat disebabkan sebagai
akibat dari proses penyakit, pengobatan, atau tindakan medis. Sistem
kekebalan tubuh yang tidak efektif ini membuat mereka rentan terhadap
agen infeksi dalam lingkungan pelayanan kesehatan
E. PENGENDALIAN INFEKSI
DAN
INFEKSI NOSOKOMIAL
 Klien dalam lingkungan pelayanan kesehatan
memiliki peningkatan resiko untuk terkena infeksi.
Infeksi yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan biasanya disebut infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang dihasilkan
dari tindakan pelayanan pada suatu pelayanan
kesehatan. Infeksi ini dapat terjadi sebagai hasil
tindakan invasif, pemakaian antibiotik, adanya
organisme yang resisten dengan berbagai obat,
dan kelalaian dalam kegiatan pencegahan dan
kontrol infeksi
1. Cleaning dan Sanitasi
2. Desinfeksi dan Sterilisasi
3. Standard Precaution Pencegahan
(Tindakan

Standar)
Cuci tangan
 Sarung tangan
 Masker dan mata
kaca
 Schott
 Penanganan linen dan tenun dll
PENDAHULUA
N
 Sawar pejamu berfungsi mencegah infeksi
akibat
adanya akses mikroba ke tubuh serta menyebar
keseluruh tubuh
 Sawar adalah permukaan kulit, mukosa dan
sekresi yang dihasilkannya
 Contoh kemampuan sawar :
 Hanya 4 dari 10 pajanan terhadap gonokokkus yang
menimbulkan gonore
 Diperlukan 100 organisme M.tb untuk
menimbulkan penyakit TB
“Virulensi kuman lebih tinggi pada
infeksi sal.nafas,sal.cerna dibandingkan
KULI
T
 Kulit manusia secara normal dihuni oleh
beragam spesies bakteri dan jamur
 Ketahanan kulit dari infeksi karena :
 Kulit luar yang padat dan berkeratin serta
mengandung mikroba residen
 pH kulit dan asam lemak yang
(5,5) pertumbuhan kuman
menghambat
Kulit….

 Kulit ditembus oleh mikroba akibat :


 Lembab dan panas yang mempengaruhi permeabilitas kulit
 Mikroba dengan enzim dihasilkannya merusak ekstrasel
 Masuk melalui lesi kulit
 Tusukan superfisial
 Dalam (stafilokokkus)
 Luka bakar ( Pseudomonas aeruginosa)
 Jarum suntuk
 Gigitan
 Kutu, nyamuk dan tungau
 Gigitan hewan (virus rabies)
SALURAN
UROGENITAL
 Urine menunjang pertumbuhan bakteri namun
saluran kemih dalam keadaan normal steril karena
dibilas beberapa kali sehari
 Jarak uretra dengan kulit mempengaruhi infeksi
(wanita >beresiko pria)
 Obstruksi
 Patogen yang mudah melekat di epitel sal.kemih
(ex Gonokokkus)
 Memiliki Fimbria adheren (Strain E.coli)
pmenyebabkan ISK akut
SALURAN
NAFAS
 Sekitar 10.000 MO (virus,bakteri/jamur) terhirup
setiap hari (tinggal di kota)
 Jarak yang ditempuh o berbagai Mo ini di
sistem
pernafasan berbanding terbalik dengan ukuran
mereka atas)
 Mikroba
 MO di besar
Mukus----Mukosiliaris (hidung
– sel goblet dgn bantuan dan Sal
gerakan silianafas
ke
tenggorokan --- MO di keluarkan/ditelan
 MO < 0,5 nanomikron langsung ke alveoli –fagosit
oleh makrofag atau neutrofil dengan sitokin.
Sal.nafas….

 Kerusakan kronik mukosilia—perokok (akut—


intubasi dan aspirasi asam lambung)
 Virus influenza—couse mengencerkan mukus
dan
menghambat gerakan silia—infeksi skunder
 M.tb lolos tahan terhadap fagosit makrofag
alveoli
 Jamur oportunistik pada AIDS dan Kemoterapi
SALURAN
CERNA
 Tercemar akibat kontaminasi bahan feses
 Sistem pertahanan sal.cerna :
 Cairan lambung yang asam
 Lapisan mukus yang kental yang menutupi
usus
 Enzim litik pankreas dan detergen empedu

 Sekresi antibodi imunoglobulin A (IgA)


Sal. Cerna…

 Virus berselubung mati oleh getah pencernaan– ttp


virus tak berselubung resisten
 Bakteri enteropatogenik :
 Enterotoksin
 Eksotoksin
 Merusak mukosa dan lamina propria
 Merusak bercak peyer dan kgb mesentrium--sistemik
 Fungus—ggn imunitas
 Cacing– menyebabkan penyakit bila terdapat dalam
jumlah besar atau berada di tempat ektopik.
Penyebaran mikroba ke seluruh tubuh

 Sawar—kelenjar limfe regional dan vaskular regional–


pembuluh darah diangkut bbrp cara :
 Bentuk bebas (cacing,bakteri, jamur dan protozoa)
 Oleh leukosit (HIV, V.herpes,CMV dan Toxoplasma)
Sel darah merah (plasmodium)
 Manifestasi klinis
 Otak –Poliomielitis
 Kulit—cacar air, frambusia
 Paru –campak,rubella
 Ginjal – pielonefritis
 Hati – hepatitis B
PERBEDAAN PROSES INFEKSI
BERBAGAI AGEN INFEKSIUS
• Tubuh memiliki benteng terhadap infeksi yang tersebar di
seluruh jaringan dan mencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh. Benteng pertama
diperankan oleh kulit yang utuh, membran mukosa
permukaan dan sekret yang diproduksi. Contohnya
lisozym air mata merusak peptidoglikan dinding bakteri.
Lanjutan
Agen penyebab infeksi terdiri dari virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan
clamidia. Infeksi virus yang menyebabkan penyakit umumnya digolongkan ke
dalam sistem organ yang terkena, seperti infeksi virus pernapasan, bentuk
kelainan klinik yang di timbulkan seperti virus yang menyebabkan eksastema, dan
sifat infeksi infeksi laten virus. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri sering terjadi
bersamaan dengan adanya rasa sakit, nyeri, atau borok pada bagian tubuh. Ada
waktu saat sistem kekebalan tubuh tidak dapat menyingkirkan suatu infeksi
bakteri. Masing-masing faktor penyebab memiliki karakteristik tersendiri. Jamur
menimbulkan infeksi umumnya terjadi di kulit. Infeksi jamur lebih cenderung
mengenai daerah-daerah yang sering berkeringat dan lembab, seperti muka,
badan, kaki, lipatan paha, dan lengan. Parasit yang terdiri dari vermes dan
protozoa menimbulkan infeksi melalui kontak langsung maupun tidak langsung .
A. PROSES INFEKSI VIRUS
• Proses infeksi virus pada sel dimulai dengan menempelnya virus
infektif pada reseptor yang ada di permukaan sel. Ada tidaknya
reseptor tersebut pada sel tertentu ditentukan oleh faktor genetik,
tingkat diferensiasi sel dan lingkungan sel. Virus poliomielitis
misalnya hanya mampu menginfeksi sel hewan primata. Tidak
semua sel primata dapat terinfeksi, sel-sel ginjal dan sel-sel otak
dapat terinfeksi sementara sel-sel epitel tidak.
LANJUTAN
• Selanjutnya virus atau genomnya msuk ke dalam sel.
Dengan bantuan organel-organel sel, genom virus
membentuk komponen-komponennya, baik komponen
antara maupun komponen struktural virus. Setelah
komponen- komponen struktural dirakit, virus dilepaskan
dari dalam sel. Proses perkembangbiakan virus ini terjadi
pada sitoplasma, inti sel, ataupun membran sel,
tergantung pada jenis virusya.
LANJUTAN
• Secara umum interaksi sel dan virus dapat diringkas dan digolonkan sebagai berikut :

1. Virus yang akibat efek sitosidalnya atau efek toksisnya menimbulkan banyak kematian
sel,
2. Virus yang proses berkembangbiaknya tidak menimbulkan kematian sel langsung tetapi
hanya menimbulkan kematian sel langsung tetapi hanya menimbulkan kelainan kecil,
3. Virus yang proses infeksinya mengubah tumbuh kembang sel sehingga sel tumbuh
kembang berlebihan, pada keadaan terkhir seringkali proses infeksinya pada mas
aawalnya tidak mengganggu fungsi-fungsi sel,
INFEKSI OLEH VIRUS
• Pertama Saluran Pernapasan
• Banyak virus penyebab penyakit seperti, virus influenza, parainfluenza, virus rubeola dan
coronavirus (bersifat setempat). Gejala ditempat lain seperti virus variola, virus varicella
bahkan ada yang bersifat tumorik seperti virus papilloma. Pada influenza, proses infeksinya
dimulai dari virus yang masuk harus berhadapan dengan Ig A yang mampu menetralisir dan
glikoprotein yang mampu menghambat perlekatan virus pada reseptornya Virus-virus yang
mampu melampauinya akan berkembangbika pada sel dan merusaknya. Virus-virus yang baru
dilepaskan selanjutnya menyerang sel epitel lainnya. Penyebaran ini dibantu cairan transudat.
Proses kematian sel menyebabkan saluran napas menjadi lebih rentan terhadap infeksi
bakterial.
LANJUTAN

• Kedua Saluran Pencernaan

• Hanya virus tak berselubung yang masih infektif setelah lewat


cairan empedu dan lambung. Virus tersebut hanya menyebabkan
penyakit setempat seperti; rotavirus, Norwalk agent, Hawaii agent,
pararotavirus. Adapula yang menyebar ketempat lain seperti virus
hepatitis dan virus imunodifisiensi manusia. Pada kasus infeksi
rotavius, gejala timbul akibat kerusakan sel-sel velii. Akibat
kerusakan tersebut terjadi defisiensi enzim-enzim penting seperti
disakarida dan gangguan absorpsi garam-garam dan air.
Lanjutan

• Perkembangbiakkan virus sering juga disebut dengan istilah replikasi. Untuk


berkembangbiak, virus memerlukan lingkungan sel yang hidup. Oleh karena
itu, virus menginfeksi sel bakteri, sel hewan, sel tumbuhan dan sel manusia.
Ada dua macam cara virus menginfeksi bakteri, yaitu secara litik dan secara
lisogenik. Pada infeksi secara lisogenik, virus tidak menghancurkan sel,
tetapi berintegrasi dengan DNA sel induk. Dengan demikian, virus akan
bertambah banyak pada saat sel inang membelah. Pada prinsipnya cara
perkembangbiakan virus pada hewan maupun tumbuhan mirip dengan yang
berlansung pada bakteriofag seperti yang diuraikan berikut ini.
Lanjutan

Infeksi secara litik melalui fase-fase berikut ini



 

a. Fase Absorpsi
a

Pada fase Absorpsi, fage melekat di bagian tertentu dari dinding sel bakteri dengan serabut
ekornya. Daerah perlekatan itu disebut daerah reseptor, daerah ini khas bagi fage sehingga
fage jenis lain tidak dapat melekat di tempat tersebut.
b. Fase Penetrasi
Meskipun tidak memilki enzim untuk metabolisme, bakteriofage memiliki enzim lisosom
yang berfungsi merusak dinding sel bakteri. Setelah dinding sel bakteri terhidrolisi, maka
DNA fage masuk ke dalam sel bakteri
c. Fase Replikasi dan Sintesis
Pada fase ini, fage merusak DNA bakteri dan menggunakannya sebagai bahan untuk
replikasi dan sintesis. Pada fase replikasi, fage menyusun dan memperbanyak DNAnya.
Pada fase sintesis, fage membentuk selubung-selubung protein (kapsid) baru. Bagian-
bagian fage yang terdiri dari kepala, ekor dan serabut ekor telah terbentuk.
d. Fase Perakitan

a. Fase Pembebasan atau lisis


Lanjutan

• d. FasePerakitan
• Komponen-komponen fage akan disusun membentuk fage baru yang lengkap
dengan molekul DNA dan kapsidnya
• e. Fase Pembebasan atau lisis
• Setelah fage dewasa, sel bakteri akan pecah (lisis), sehingga fage yang baru
akan keluar. Jumlah virus baru ini dapat mencapai 200 buah. Pembentukkan
partikel bakteriofage melalui siklus litik ini memerlukan waktu 20 menit.
Infeksi secara lisogenik Infeksi secara lisogenik melalui fase-fase berikut ini:
• a. Fase Absorpsi dan Infeksi
• Pada fase absrpsi dan infeksi peristiwa yang terjadi sama halnya dengan fase absropsi pada infeksi
secara litik. Fage menempel di tempat yang tepat yang spesifik pada sel bakteri.
• b. Fase Penetrasi
• Pada fase ini, fage melepas enzim lisozim sehingga dinding sel bakteri berlubang. Selanjutnya, DNA
fage masuk ke dalam sel bakteri.
• c. Fase Penggabungan
• DNA virus bergabung dengan DNA bakteri membentuk profage. Dalam bentuk profage, sebagian besar
gen berada dalam fase tidak aktif, tetapi sedikitnya ada satu gen yang selalu aktif. Gen aktif berfungsi
untuk mengkode protein reseptor yang berfungsi menjaga agar sebagian gen profage tidak aktif.
• d. Fase Replikasi
• Saat profage akan bereplikasi, itu artinya DNA fage juga turut bereplikasi. Kemudian ketika bakteri
membelah diri, bakteri menghasilkan dua sel anakan yang masing-masing mengandung profage. DNA
fage (dalam profage) akan terus bertambah banyak jika sel bakteri terus menerus membelah. Bakteri
lisogenik dapat diinduksi untuk mengaktifkan profagenya. Pengaktifan ini mengakibatkan terjadinya
siklus litik.
B. PROSES INFKSI BAKTERI
• Proses infeksi bakteri dimulai dari, dimana suatu bakteri harus
menempel dan melekat pada sel inang biasanya pada sel epitel.
Setelah bakteri mempunyai kedudukan yang tetap untuk
menginfeksi, mereka mulai memperbanyak diri dan menyebar
secara langsung melalui jaringan atau melalui sistem limfatik
ke aliran darah. Infeksi ini (bakteremia) dapat berlangsung
sementara atupun menetap. Bakteremia mempunyai
kesempatan untuk menyebar ke dalam tubuh serta mencapai
jaringan yang cocok untuk memperbanyak diri.
c. Proses Infksi Jamur
• Pada keadaan normal kulit memiliki daya tangkis yang baik terhadap kuman dan jamur
karena adanya lapisan lemak pelindung dan terdapatnya flora bakteri yang memelihara
suatu keseimbangan biologis. Akan tetapi bila lapisan pelindung tersebut rusak atau
keseimbangan mikroorganisme terganggu, maka spora-spora dan fungi dapat dengan
mudah mengakibatkan infeksi. Terutama pada kulit yang lembab, misalnya tidak
dikeringkan dengan baik setelah mandi, karena keringat, dan menggunakan sepatu
tertutup.Penularan terjadi oleh spora-spora yang dilepaskan penderita
mikosisbersamaan dengan serpihan kulit. Spora ini terdapat dimana-mana, seperti di
tanah, debu rumah dan juga di udara, di lingkungan yang panas dan lembab, dan di
tempat dimana banyak orang berjalan tanpa alas kaki, infeksi dengan spora paling
sering terjadi misalnya di kolam renang, spa, ruang olahraga, kamar ganti pakaian, dan
kamar mandi.
d. Proses Infeksi Parasit

Penularan penyakit parasitik terjadi karena stadium infektif berpindah dari satu hospes ke hospes yg lain.
Parasit menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan menghambat respon imun
host:

1.Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam host vertebrata

2.Menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada dalam hos

3.Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam sel host atau membentuk
kista yang resisten terhadap efektor imun. Dan kemudian parasit menyembunyikan mantel antigeniknya
secara spontan ataupun setelah terikat pada antibodi spesifik.

4.Lalu parasit menghambat respon imun dengan berbagai mekanisme untuk masing-masing parasit.
e. Proses Infeksi Riketsia
• Rickettsiiosis ditularkan melalui gigitan serangga pada kulit, hanya
penyebab Q fever  yang ditularkan leawat udara (air borne),sehingga pada
penyakit ini tidak ditemukan kelainan kulit. Beberapa jenis mamalia dan
athropoda merupakan hospes alam untuk rickettsia, bahkan yang terakhir
dapat bertindak sebagai vektor dan resevoir. Infeksi pada manusia hanya
bersifat insidentil, kecuali pada tifus epidemik yang vektor utamanya kutu
manusia juga, yaitu Pediculus vestimenti.
Lanjutan

• Riketsia mempunyai enzim yang penting untuk metabolisme. Dapat mengoksidasi asam


piruvat, suksinat, dan glutamat serta merubah asam glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia
tumbuh dalam berbagai bagian dari sel. Riketsia prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam
sitoplasma sel. Sedangkan golongan penyebab spotted fever tumbuh di dalam inti sel. Riketsia
dapat tumbuh subur jikametabolisme sel hospes dalam tingkat yang rendah, misalnya dalam
telur bertunas pada suhu 32o C. Pada umumnya riketsia dapat dimatikan dengan cepat pada
pemanasan dan pengeringan atau oleh bahan-bahan bakterisid. Riketsia memasuki sel inang
dengan menginduksi fagositosis, lalu segera lolos dari fagosom untuk tumbuh dan
berkembang biak di dalam sitoplasma (atau nukleus) sel inang. Sel inang biasanya akan lyse
pada akhirnya, menyebabkan pelepasan organisme baru. Sel inang juga dirugikan oleh efek
racun dari dinding sel
f. Proses Infeksi Klamida
• Infeksi kronik klamidia dapat memicu kerusakan tuba yang dari beberapa penelitian in vitro
diperkirakan dapat diakibatkan oleh:
 Badan elementer Klamidia trakomatis yang terdapat pada semen pria yang terinfeksi menularkan ke
perempuan pasangan seksualnya.
 Klamidia naik ke traktus reproduksi wanita dan menginfeksi sel epitel padatuba falopii.
 Didalam sel badan elementer berubah menjadi badan retikulat dan mulai untuk bereplikasi.
 Jalur apoptosis dihambat,yang menyebabkan sel yang terinfeksi dapat bertahan.
 Ketika jumlah badan elementer mencapai tingkat densitas tertentu, maka badan elementer tersebut akan
terlepas darisel epitel dan menginfeksi sel disebelahnya.
Lanjutan

 Badan elementer ekstaseluler akan mengaktivasi sistem imun berupa dipro


duksinya dan sitokin-sitokin proinflamasi lainnya.
 Respon imun akan menurunkan jumlah badan elementer dan menghambat replikasi intraseluler dari badan retikulat.

 Interupsi replikasi badan retikulat menyebabkan klamidia tetap ada dalam bentuk intaseluler sehingga dapat
menimbulkan respon imun yang bersifat destrruksif. Pada bentuk persisten ini, potein-60 (CHSP60) dilepaskan,
yang dapat menyebabkan respon inflamasi

 Ketika jumlah badan elementer berada di bawah kadar kritis tertentu maka aktivasi sistem imun berhenti dan replikasi
badan retikulat mulai kembali.

 Perubahan siklus infeksi badan elementer dengan destruksi dari sel epitel baru dan persisten dalam intaseluler dengan
pelepasan CHSP60 menyebabkan pembentukkan jaringan parut dan merusak patensi tuba falopii.
Title Lorem Ipsum

Q1 Q2 Q3 Q4
Lorem ipsum et tula lorem Lorem ipsum et tula lorem Lorem ipsum et tula lorem Lorem ipsum et tula lorem
ipsum et lorem ipsum ipsum et lorem ipsum ipsum et lorem ipsum ipsum et lorem ipsum

Lorem ipsum et tula lorem Lorem ipsum et tula lorem Lorem ipsum et tula lorem Lorem ipsum et tula lorem
ipsum et lorem ipsum ipsum et lorem ipsum ipsum et lorem ipsum ipsum et lorem ipsum

Lorem ipsum et tula lorem Lorem ipsum et tula lorem Lorem ipsum et tula lorem Lorem ipsum et tula lorem
ipsum et lorem ipsum ipsum et lorem ipsum ipsum et lorem ipsum ipsum et lorem ipsum
KONDISI YANG MELEMAHKAN
PERTAHANAN PEJAMU
MELAWAN ORGANISME
Pejamu (Host)

• Pejamu adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat
mempengaruhi timbulnya serta perjalanan penyakit. Faktor-faktor tersebut banyak
macamnya, antara lain : umur, seks, ras, genetik.pekerjaan, nutrisi, status kekebalan,
adat istiadat, gaya hidup dan psikis.

• Manusia mempunyai karakteristik tersendiri dalam menghadapi ancaman penyakit,


yang bisa berupa :
- Resistensi : kemampuan dari host untuk bertahan terhadap suatu infeksi.
• Imunitas : kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon imunologis, dapat
secara alamiah maupun diperoleh sehingga kebal tetrhadap suatu penyakit.
- Infektiousness : potensi host yang terinfeksi untuk menularkan kuman yang berada
dalam tubuh manusia yang dapat berpindah kepada manusia dan sekitarnya.
SISTEM KEKEBALAN

• Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem


pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap
infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme,
termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem
kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap
protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada
autoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi menjadi
tumor.
Kekebalan Terhadap Penyebab
Penyakit Infeksi
• Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus,
parasit, radiasi matahari, dan polusi. Stres emosional atau fisiologis
dari kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan
tubuh yang sehat. Biasanya manusia dilindungi oleh sistem
pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag,
dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan.
Kelebihan tantangan negatif, bagaimanapun, dapat menekan
sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, dan
mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
Mekanisme Pertahanan Tubuh
Terhadap Bakteri
• Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba
patogen di sekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada
manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena
itu respons imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga
berbeda. Umumnya gambaran biologik spesifik mikroba menentukan mekanisme
imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri
khususnya bakteri ekstraselular atau bakteri intraselular mempunyai karakteristik
tertentu pula
• Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi
matahari, dan polusi. Stres emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah
tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi
oleh sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan
cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan.
• Respons pejamu yang terjadi juga tergantung dari jumlah mikroba yang masuk.
Mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi agen yang berbahaya meliputi
• Pertahanan fisik dan kimiawi, seperti kulit, sekresi asam lemak dan asam laktat
melalui kelenjar keringat, sekresi lendir, pergerakan silia, sekresi air mata, air
liur, urin, asam lambung serta lisosom dalam air mata
• Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat yang dapat
mencegah invasi mikroorganisme
• Innate immunity (mekanisme non-spesifik), seperti sel polimorfonuklear (PMN)
dan makrofag, aktivasi komplemen, sel mast, protein fase akut, interferon, sel
NK (natural killer) dan mediator eosinofil
• Imunitas spesifik, yang terdiri dari imunitas humoral dan seluler.
INFEKSI BAKTERI EKSTRASELULER
• Bakteri ekstraseluler adalah bakteri yang dapat bereplikasi di luar
sel, di dalam sirkulasi, di jaringan ikat ekstraseluler, dan di berbagai
jaringan. Berbagai jenis bakteri yang termasuk golongan bakteri
ekstraseluler telah disebutkan pada bab sebelumnya. Bakteri
ekstraseluler biasanya mudah dihancurkan oleh sel fagosit. Pada
keadaan tertentu bakteri ekstraseluler tidak dapat dihancurkan
oleh sel fagosit karena adanya sintesis kapsul antifagosit, yaitu
kapsul luar (outer capsule) yang mengakibatkan adesi yang tidak
baik antara sel fagosit dengan bakteri, seperti pada infeksi bakteri
berkapsul Streptococcus pneumoniae atau Haemophylus
influenzae. Selain itu, kapsul tersebut melindungi molekul
karbohidrat pada permukaan bakteri yang seharusnya dapat
dikenali oleh reseptor fagosit.
INFEKSI BAKTERI INTRASELULER
• Strategi pertahanan bakteri
• Bakteri intraseluler terbagi atas dua jenis, yaitu bakteri
intraseluler fakultatif dan obligat. Bakteri intraseluler
fakultatif adalah bakteri yang mudah difagositosis tetapi
tidak dapat dihancurkan oleh sistem fagositosis. Bakteri
intraseluler obligat adalah bakteri yang hanya dapat hidup
dan berkembang biak di dalam sel hospes. Hal ini dapat
terjadi karena bakteri tidak dapat dijangkau oleh antibodi
dalam sirkulasi, sehingga mekanisme respons imun
terhadap bakteri intraseluler juga berbeda dibandingkan
dengan bakteri ekstraseluler.
Jika suatu organisme menginvasi dan berkembang biak didalam tubuh tetapi tidak
menyebabkan gejala disebut, Jawaban A
A. Kolonisasi
B. Simtomatis
C. Asimtomatis
D. Infeksi
Agen infeksius adalah mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi, mikroorganisme yang
termasuk agen infeksi adalah Jawaban D
E. Virus
F. Jamur, Clamidia dan parasit
G. Parasit dan riketsia
H. Jawaban A, B dan C benar
bakteri yang dapat bereplikasi di luar sel, di dalam sirkulasi, di jaringan ikat ekstraseluler, dan di
berbagai jaringan.disebut, jawabannya A
I. Bakteri ekstraseluler
J. Bakteri Intraselululer
K. Bakteriinterseluler
L. Bakteri seluler
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai