Anggota Kelompok:
1.Elin Aziza
2.Marsiani
3.Neneng Nurmita
4.Nurhelis
MODUL 11
TRANSFORMASI
Transformasi artinya perpindahan.
Jenis-jenis transformasi geometri
yaitu:
1. Translasi atau pegeseran
2. Refleksi atau pencerminan
3. Rotasi atau perputaran
4. Dilatasi (perbanyakan)
KB 1
Translasi dan Refleksi
A. Translasi (pergeseran)
Merupakan jenis transformasi yang memindahkan suatu titik sepanjang
garis lurus dengan arah dan jarak, atau perpindahan suatu benda dari
suatu tempat ke tempat lain dengan cara menggeser dimana bentuk dan
ukuran bidang benda yang digeser tidak berubah. Transformasi ini
disebut Transformasi Isometri.
Rumus Translasi:
(x’ , y’) = (a , b) + (x , y)
Contohnya:
(T2 o T1) (I) hasilnya V
Artinya I di translasi oleh T1 menghasilkan II,
kemudian dilanjutkan dengan II
ditranslasikan oleh T2 menghasilkan V.
Translasi tertentu oleh vektor translasinya
Contoh:
AB adalah suatu vektor yang panjangnya
dinyatakan oleh ruas garis AB yang arahnya
dari A ke B. Jika arahnya dari B ke A maka
menjadi vektor BA. Jadi vektor AB dan vektor
BA adalah dua vektor yang besarnya sama
tetapi arahnya berlawanan, kemudian BA
adalah negatif (lawan) dari AB. Atau di tulis
BA = -AB
Contohnya : • T1 translasi dengan
vektor AB, (T1)-1
translasi dengan vektor
–AB
• T2 translasi dengan
vektor CD, (T2)-1
Pada persegi panjang diatas translasi dengan vektor
diketahui vektor translasi –CD
yaitu AB dan AC.
Dari gambar 11.5 diperoleh:
Contoh:
(T1)-1 (III) = II
(T2)-1 (VI) = III
Titik A di translasi dengan vektor AB menjadi titik B
Titik B di translasi dengan vektor BC menjadi titik C
Titik A dapat juga di translasi dengan vektor AC menjadi
titik C.
Jadi dua translasi berurutan AB dilanjutkan BC sama saja
dengan satu translasi dengan vektor AC. Dapat dinyatakan
sebagai penjumlahan vektor.
AB + BC = AC
Perhatikan peta dari
segitiga nomor 1 oleh tiga
translasi berikut ini:
Dapat ditulis DF : AC = DE : AB = EF : BC = 1 : 2
Atau ditulis
Perbandingan OD : OA, OE : OB, OF : OC = 1 : 2
Atau ditulis
Pada gambar 11.30 ruas garis AB dilakukan dilatasi dengan
pusat C, faktor skala 3. Hasil peta/bayangannya adalah DE.
Karena dilatasi ini dengan faktor skala 3 dengan pusat C, maka:
1. AB : DE = 1 : 3
CA : CD = 1 : 3
CB : CE = 1 : 3
2. DE // AB
MODUL 12
KEKONGRUENAN
DAN
KESEBANGUNAN
KB 1
KEKONGRUENAN
Kongruen adalah apabila dua bangun memiliki bentuk
dan besar/ukuran yang sama. Atau bangun yang satu dapat
tepat menempati bingkai (menutupi) bangun yang lain.
Pada gambar 12.4, lukis garis m untuk AB. Pada titik A dilukis sudut α
dengan m sebagai salah satu kakinya dan di titik B dilukis sudut β dengan m
sebagai salah satu kakinya. Selanjutnya kaki-kaki sudut α dan β
diperpanjang yang berpotongan di titik C sehingga membentuk ABC. Kita
dapat melukis lagi DEF dengan cara yang sama, maka dua segitiga yang
terjadi itu dikatakan kongruen dengan persyaratan (sudut, sisi, sudut).
Penamaan ini menurut urutan dari unsur-unsur pembentuk terdekatnya.
2. Dua segitiga dikatakan kongruen apabila mempunyai sepasang
sisi yang sama panjang, sepasang sudut pada sisi tersebut sama
besar dan sudut dihadapan sisi itu sama besar (s, sd, sd).
Gambar 12.5 halaman 12.5
3. Dua segitiga dikatakan kongruen apabila mempunyai tiga
pasang sisi yang sama panjang (s, s, s). Gambar dilihat pada
halaman 12.5 dan 12.6
4. Dua segitiga dikatakan kongruen apabila mempunyai dua
pasang sisi yang sama panjang dan yang mengapit sudut yang
sama besar (s, sd, s). Gambar dilihat pada halaman 12.7, gambar
12.7 (b)
5. Dua segitiga dikatakan kongruen apabila mempunyai dua
pasang sisi yang sama panjang dan sepasang sudut pada salah
satu sisi tersebut sama besar, asalkan sudut di hadapan sisi
lainnya sejenis (s, s, sd). Gamabr dilihat pada halaman 12.8
gambar 12.9
KESIMPULAN
Dua segitiga dikatakan kongruen, apabila pada keduanya sama:
1. Sepasang sisi dan dua pasang sudut yang terletak pada sisi itu
(sd, s, sd)
2. Dua pasang sudut dan sepasang sisi di hadapan salah satu
sudut itu (s, sd, sd)
3. Tiga pasang sisinya sama besar/panjang (s, s, s)
4. Dua pasang sisi dan sepasang sudut dihadapan salah satu sisi
itu, asalkan sudut dihadapan sisi lainnya sejenis (s, s, sd)
5. Dua pasang sisi dan sepasang sudut apit dua sisi itu (s, sd, s)
Jika dua segitiga kongruen maka sisi-sisi yang seletak sama
panjang dan sudut yang seletak sama besar. Dapat dilihat contoh
12.1, 12.2, dan 12.3 halaman 12.8 – 12.10
KB 2
KESEBANGUNAN
Kesebangunan adalah bangun ABC dan PQR pada gambar
datar dengan sudut-sudut yang 12.14.
sama besar. Dua segitiga dikatakan AB = 10 cm, AC = 6 cm, BC = 8 cm
sebangun apabila: PQ = 15 cm, PR = 9 cm, QR = 12 cm
1. Sisi-sisi yang seletak sebanding
(mempunyai perbandingan
Maka:
yang sama)
AB : PQ = 10 : 15 = 2 : 3
2. Sudut-sudut yang seletak sama
besar AC : PR = 6 : 9 = 2 : 3
BC : QR = 8 : 12 = 2 : 3
Jadi,
AB : PQ = AC : PR = BC : QR = 2 : 3
1. Jika tiga pasang sudut dari dua buah
segitiga diketahui sama besar, maka dua
segitiga itu dikatakan sebangun.
2. Dua segitiga dikatakan sebangun apabila dua pasang sudutnya sama besar (sd, sd)
3. Dua segitiga dikatakan sebangun apabila panjang dua pasang sisinya sebanding
dan sudut yang diapitnya sama besar (s, sd, s)
Penyelesaian:
APC dan BPD
∠APC dan ∠BPD bertolak belakang
AP : PB = CP : PD = 1 : 3 (diketahui)
Sehingga APC ∼ BPD (s, sd, s)
Akibatnya AC : BD = 1 : 3
Karena AC = 5 cm, maka BD = 3 x 5 = 15 cm