PIDANA
OLEH :
R. SUGIHARTO
BAB I
PENDAHULUAN
A. PEMBAGIAN HUKUM PIDANA
Hukum pidana dibagi ke dalam hukum pidana
materiil dan hukum pidana formil.
• Hukum pidana materil adalah aturan hukum tertulis
yang memuat rumusan tentang perbuatan yang
dilarang dan diancam dengan pidana, orang yang
melakukan tindak pidana (pertanggungjawaban
pidana), dan sanksi pidana yang diancamkan
kepada orang yang melakukan tindak pidana.
• Hukum Pidana formil adalah aturan hukum yang
mengatur cara pelaksanaan penegakan hukum
bilamana terjadi adanya pelanggaran hukum pidana
materiil. Jadi hukum pidana formil merupakan aturan
hukum yang menjadi dasar dari penegakan hukum
pidana (materiil). Atau dengan kata lain fungsi dari
hukum pidana formil tersebut adalah untuk
menegakkan hukum atau melaksanakan hukum
pidana.
B. PENGERTIANHUKUM ACARA PIDANA
Pengertian tentang hukum acara pidana ini dapat kita
peroleh dari berbagai pendapat para sarjana atau
ahli, di antaranya ialah :
• J. De Bosch Kemper
Hukum acara pidana adalah sejumlah asas-asas dan
peraturan-peraturan undang-undang yang
mengatur wewenang negara untuk menghukum
bilamana undang-undang pidana dilanggar.
• D. Simons
Hukum acara pidana bertugas mengatur cara-
cara negara dengan alat perlengkapannya
mempergunakan wewenangnya untuk
memidana dan menjatuhkan pidana.
• Wiryono Prodjodikoro
Hukum acara pidana ialah peraturan yang
mengatur cara bagaimana badan pemerintah
berhak menuntut jika terjadi suatu tindak
pidanaa, cara bagaimana akan didapat suatu
putusan pengadilan yang menjatuhkan suatu
hukuman dapat dilaksanakan.
• Sudarto
Hukum acara pidana ialah aturan-aturan yang
memberikan petunjuk apa yang harus
dilakukan oleh aparat penegak hukum dan
pihak-pihak atau orang-orang lain yang
terlibat di dalamnya, apabila ada persangkaan
bahwa hukum pidana dilanggar.
Dari definisi tersebut di atas dapat diambil
kesimpulan :
Fungsi hukum acara pidana adalah untuk
melaksanakan atau menegakkan hukum
pidana.
Hukum acara pidana telah beroperasi meskipun
baru ada persangkaan saja adanya orang yang
melanggar aturan-aturan hukum pidana.
C. Tempat, Ruang Berlakunya dan Sumber
Hukum Acara Pidana
Hukum acara pidana digolongkan kedalam hukum
publik. Ini berarti bahwa untuk melakukan
penyelidikan dan penyidikan terhadap seseorang
yang telah disangka melakukan tindak pidana, maka
penyelidik dan penyidik pada dasarnya dapat
melaksanakan kewajiban mereka itu dengan tidak
disyaratkan pada adanya laporan atau pengaduan.
Mengenai ruang lingkup berlakunya KUHAP di
dalam Pasal 2 dinyatakan bahwa : Undang-
undang ini berlaku untuk melaksanaakan tata
cara peradilan dalam lingkungan peradilan
umum pada semua tingkat peradilan.
D. SUMBER HUKUM ACARA PIDANA
Sumber hukum acara pidana pidana kita
sekarang adalah Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana atau disingkat KUHAP
yaitu UU No. 8 Tahun 1981, LN RI Tahun 1981
No. 76. KUHAP sebagai hukum acara pidana
positif terdiri dari 22 Bab dan 286 .
Dan sumber hukum acara pidana formal yang lain terdapat diberbagai
peraturan perundang-undangan seperti :
• UUD 1945, Pasal 24, 25, Pasal II Aturan Peralihan;
• UU Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman;
• UU Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan RI
• UU Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara RI
• UU Nomor 2 Tahun 1986 yo. UU Nomor 4 Tahun 2004 Yo UU Nomor 49
Tahun 2009 Tentang Peradilan Umum
• UU Nomor 14 Tahun 1985 yo. UU Nomor 3 Tahun 2009 Tentang
Mahkamah Agung;
• PP 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana, LNRI Tahun 1983 No. 36
• Dsb.
E. Fungsi dan Tujuan Hukum Acara Pidana
• Hukum acara pidana mempunyai tiga tugas
pokok, yaitu :
1). Mencari dan mendapatkan kebenaran
materiil;
2). Memberikan suatu putusan hakim;
3). Melaksanakan putusan hakim.
• Tujuan hukum acara pidana adalah untuk
mencari kebenaran materiil (substantial truth)
dan sekaligus untuk perlindungan terhadap
hak-hak asasi manusia (protection of human
right)
• Kebenaran materiil adalah kebenaran yang
selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana
dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana
secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari
siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan
suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta
pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna
menemukan apakah terbukti bahwa suatu tintdak
pidana telah dilakukan dan apakah orang yang
didakwa itu dapat dipersalahkan.
F. Orang-orang yang terlibat dalam Hukum Acara Pidana
• Setiap orang, sebab dalam hal tertentu setiap orang
mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam hukum
acara pidana.
• Pejabat kepolosian dan Pejabat pegawai negeri sipil tertentu,
sebab mereka inilah yang terutama diberi tugas dalam
pemeriksaan pendahuluan.
• Pejabat Kejaksaan.
• Pejabaat pengadilan.
• Para penasihat hukum.
• Para pejabat eksekusi pidana atau aparat penitensier
G. Asas-asas dalam Hukum Acara Pidana
Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di
muka hukum dengan tidak mengadakan
perbedaan perlakuan atau lazim disebut
dengan equality before the law.
Principle of legality/ Asas Perintah tertulis dari yang
berwenang. Artinya bahwa setiap penangkapan,
penggeledahan, penahanan dan penyitaan harus
dilakukan berdasarkan perintah tertulis dari pejabat
yang diberi wewenang oleh UU dan hanya dalam hal
dan cara yang diatur oleh UU.
Praduga tidak bersalah/presumption of innocence.
Artinya, Seseorang harus dianggap tidak bersalah
sebelum dinyatakan bersalah oleh putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Ganti rugi dan rehabilitasi. Hak bagi
tersangka / terdakwa / terpidana untuk
mendapatkan ganti rugi / rehabilitasi atas
tindakan terhadap dirinya sejak dalam proses
penyidikan. Diatur dalam Pasal 95 dan 97
KUHAP.
Contante justitie/speedy trial/fair trial / Asas
Peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan
serta bebas, jujur dan tidak memihak. Asas ini
menghendaki proses pemeriksaan tidak
berbelit - belit dan untuk melindungi hak
tersangka guna mendapat pemeriksaan
dengan cepat agar segera didapat kepastian
hukum. ( Pasal 24 dan 50 KUHAP).
Legal aid/bantuan hukum. Seseorang yang
tersangkut perkara pidana wajib diberi
kesempatan untuk memperoleh Bantuan
Hukum secara cuma-cuma untuk kepentingan
pembelaan dirinya ( Pasal 35 dan 36 UU No.14
Tahun 1970 yo Pasal 54, 55 dan 56 KUHAP).
Kelangsungan pemeriksaan pengadilan
Sidang pengadilan terbuka untuk umum.
h. Ilmu-ilmu Pengetahuan Pembantu Hukum
Acara Pidana
Logika
Ialah berpikir dengan akal yang sehat berdasar atas hubungan
beberapa fakta atau berfikir secara rasional
Psikologi
Ialah ilmu pengetahuan mengenai jiwa, yaitu ilmu pengetahuan
yang berusaha memahami jiwa manusia, dengan tujuan untuk
dapat memperlakukannya secara lebih tepat.
Kriminalistik
Ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari
kejahatan sebagai masalah tehnik yang di
dalamnya tercakup masalah bagaimana
kejahatan itu dilakukan, dengan apa ia
melakukan kejahatan, dan penyelidikan dalam
ilmu pengetahuan mengenai segala sesuatu
yang dapat menjadi bukti tentang sustu tindak
pidana.
Psikiatri
Ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari jiwa
manusia, tetapi jiwa manusia yang sakit.
Sebab salah satu syarat untuk menjatuhkan
pidana kepada terdakwa ialah harus terbukti
adanya kesalahan pada terdakwa dan
terdakwa dapat dipertanggungjawabkan atas
kesalahannya itu.
Kriminologi
Ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai suatu masalah
manusia, yang di dalamnya tercakup masalah mengapa, bagaimana dan
apa tujuan orang melakukan kejahatan. Kejahatan di sini diartikan secara
makro, yaitu melakukan perbuatan jahat yang bertentangan dengan tata
cara yang ada dalam masyarakat. Jadi, kejahatan di sisni tidak terbatas
pada kejahatan yang diatur dalam undang-undang saja.
Hukum pidana
Hal ini berkaitan erat dengan fungsi hukum acara pidana yaitu untuk
menegakkan hukum pidana.
I. Sejarah Singkat Hukum Acara Pidana
Hukum acara pidana dalam lingkungan
peradilan umum sebelum berlakunya KUHAP
terutama terdapat dalam Het Herziene
Indonesisch Reglement (Staatsblad No. 44
Tahun 1941) atau disingkat HIR.
HIR sendiri berasal dari IR Tahun 1848 (Inlands
Reglement, S. No. 16 Tahun 1848).
Dicabut karena tidak sesuai dengan cita-cita
hukum nasional dan diganti dengan undang-
undang hukum acara pidana baru yang
mempunyai ciri-ciri kodifikatif berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 ialah Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana atau disingkat
KUHAP.
BAB II
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
(PENYIDIKAN)
A. FUNGSI PENYIDIKAN
• MENGUMPULKAN BUKTI
• MEMBUAT TERANG TINDAK PIDANA YANG TERJADI
• MENEMUKAN TERSANGKA
(SDH TERJADI TINDAK PIDANA)
SEBELUM PENYDIKAN DILAKUKAN TINDAKAN
PENYELIDIKAN : MENCARI DAN MENEMUKAN SUATU
PERISTIWA YANG DIDUGA SEBAGAI SUATU TINDAK
PIDANA
(BELUM TERJADI TINDAK PIDANA/BARU
DUGAAN)
B. PEJABAT
• PENYIDIK /PENYIDIK PEMBANTU : POLRI DAN PPNS (PS 6 KUHAP)
• PENYELIDIK : SETIAP PEJABAT POLRI (PS 4 KUHAP)
WEWENANG PENYIDIK POLRI (PS 7 KUHAP)
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian;
c. Menyurruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggledahan dan penyitaan;
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
i. Mengadakan penghentian penyidikan;
j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
WEWENANG PENYELIDIK :
• Pasal 5 KUHAP
• Penyelidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 :
Karena kewajibannya mempunyai wewenang :
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana;
b. Mencari keterangan dan barang bukti;
c. Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri;
d. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa :
a. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggledahan dan penyitaan;
b. Pemeriksaan dan penyitaan surat;
c. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
d. Membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.
C. SUMBER DIKETAHUINYA SUATU
DUGAAN/TINDAK PIDANA :
a. Tertangkap tangan (pasal 1 butir 19 KUHAP)
b.Laporan (Pasal 1 butir 24 KUHAP)
c. Pengaduan (Pasal 1 butir 25) hal.29 dulu
d.Diketahui sendiri oleh penyelidik/penyidik
• Kedapatan tertangkap tangan
Pasal 1 butir 19 KUHAP
Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seorang pada waktu
sedang melakukan tindak pidana, atau dengan segera
sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau
sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang
yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian padanya
ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan
untuk melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa
ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu
melakukan tindak pidana itu.
• Karena adanya laporan
Pasal 1 butir 24 KUHAP
Laporan adalah pemberitahuan yang
disampaikan oleh seorang karena hak atau
kewajiban berdasarkan undang-undang
kepada pejabat yang berwenang tentang telah
atau sedang atau diduga akan terjadinya
peristiwa pidana.
• Karena adanya pengaduan
Pasal 1 butir 25 KUHAP
Pengaduan adalah pemberitahuan disertai
permintaan oleh pihak yang berkepentingan
kepada pejabat yang berwenang untuk
menindak menurut hukum seorang yang telah
melakukan tindak pidana aduan yang
merugikannya.
D. UPAYA PAKSA
Tutuntan ganti kerugian oleh tersangka atau ahli warisnya atas penangkapan
dan atau penahanan serta tindakan-tindakan lain tanpa alasan yang
berdasarkan undang-undang atau kekeliruan mengenai orang atau hukum
yang diterapkan, yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan negeri
(Pasal 95 ayat 2 KUHAP);
Permintaan rehabilitasi oleh tersangka atas penagkapan atau penahanan tanpa
alasan yang berdasarkan undang-undang atau kekeliruan mengenai orang
atau hukum yang diterapkan, yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan
negeri (Pasal 97 ayat 2 KUHAP).
• yang berhak mengajukan permintaan
praperadilan adalah :
a)Tersangka, keluarga atau kuasanya,
b)Penyidik;
c) Penuntut umum;
d)Pihak ketiga yang berkepentingan.
• Acara/prosedur Praperadilan:
1. Dalam waktu 3 hari setelah diterimanya permintaan,hakim
yang ditunjuk menetapkan hari sidang
2. Hakim mendengarkan keterangan baik dari tersangka atau
pemohon maupun dari penjabat yang berwenang
3. Dilakukan secara cepat dan selambat-lambatnya 7 hari hakim
sudah harus menjatuhkan putusan
4. Pokok perkara mulai diperiksa, pemeriksaan praperadilan
belum selesai, praperadilannya gugur
• Putusan Praperadilan :
a. Penangkapan atau penahanan tidak sah, penyidik atau jaksa
segera membebaskan tersangka
b. Penghentian penyidikan atau penuntutan tidak sah, maka
penyidikan atau penuntutan terhadap tersangka wajib
dilanjutkan
c. Putusan menetapkan bahwa suatu penangkapan atau
penahanan tidak sah maka dalam putusan dicantumkan
jumlah besarnya ganti kerugian dan rehabilitasi yang
diberikan, sedangkan dalam hal suatu penghentian
penyidikan atau penuntutan adalah sah dan tersangkanya
tidak ditahan, maka dalam putusan dicantumkan
rehabilitasinya
d. Dalam hal putusan menetapkan bahwa benda yang disita ada
yang tidak termasuk alat pembuktian maka dalam putusan
dicantumkan bahwa benda tersebut harus segera
dikembalikan kepada tersangka atau dari siapa benda itu
disita
BAB VI
GANTI KERUGIAN DAN REHABILITASI
• Ganti kerugian adalah hak seseorang untuk
mendapat pemenuhan atas tuntutannya yang
berupa nimbalan sejumlah uang karena
ditangkap,ditahan,dituntut ataupun diadili
tanpa alasan yang berdasarkan undang-
undang atau karena kekeliruan mengenai
orangnya atau hukum yang diterapkan
menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini.
• Rehabilitsi
Adalah hak seorang untuk mendapat pemulihan haknya dalam
kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya yang
diberikan pada tingkat penyidikan,penuntutan atau peradilan
karena ditangkap,ditahan,dituntut ataupun diadili tanpa
alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena
kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
• Ganti kerugian dan rehabilitasi di dalam KUHAP hanya
diatur dalam tiga pasal, yaitu Pasal 95 dan 96 mengenai
ganti kerugian dan Pasal 97 mengenai rehabilitasi.
• Ganti rugi :
Ganti rugi dapat diajukan dalam tenggang waktu tiga bulan
sejak putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap/ 3
bulan penetapan praperadilan.
Ganti rugi minimal lima ribu rupiah, maksimal satu juta
rupiah, apabila sakit atau cacat tetap sehingga tidak dapat
melakukan pekerjaan, maksimal tiga juta rupiah.
Ganti kerugian diberikan oleh Menteri keuangan / ditjen
anggaran dalam hal ini Kantor Perbendaharaan Negara.
• Rehabilitasi
Pasal 97 KUHAP dan PP Nomor: 27 Tahun 1983, Psal 12.
Pasal 97
(1) Seorang berhak memperoleh rehabilitasi apabila oleh pengadilan
diputus bebas atau diputus lepas dari segala tuntutan hukum yang
putusannya telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
(2) Rehabilitasi tersebut diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam
putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat.(1).
(3) Permintaan rehabilitasi oleh tersangka atas penangkapan atau
penahanan tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau
kekeliruan mengenai orang atau hukum yang diterapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1) yang perkaranya
tidak diajukan ke pengadilan negeri diputus oleh hakim praperadilan
yang
dimaksud dalam Pasal 77.
• Rehabilitasi diajukan oleh tersangka, keluarga
atau kuasanya kepada pengadilan negeri yang
berwenang selambat-lambatnya dalam waktu
14 hari setelah putusan mengenai sah
tidaknya penangkapan atau penahanan
diberitahukan kepada pemohon.
• Ganti Kerugian Kepada Pihak Korban (Victim of Crime)
Hal ini diatur pada Pasal 98 – 101 KUHAP tentang
penggabungan perkara gugatan ganti kerugian pada
perkara pidananya.
Permintaan tersebut hanya dapat diajukan selambat-
lambatnya sebelum penuntut umun mengajukan
tuntutan pidana (requisitoir). Dan apabila dalam suatu
perkara yang tidak dihadiri oleh penuntut umum
(perkara cepat) permintaan tersebut diajukan
selambat-lambatnya sebelum hakim menjatuhkan
putusan (Pasal 98 ayat 2 KUHAP).
BAB VII
PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA DI SIDANG
PENGADILAN
• Apabila pengadilan negeri menerima surat
pelimpahan perkara dari penuntut umum dan
berpendapat bahwa perkara tersebut termasuk
wewenangnya, Ketua Pengadilan Negeri
kemudian menunjuk hakim yang akan
menyidangkan perkara tersebut dan hakim yang
ditunjuk itu menetapkan hari sidang (Pasal 152
ayat 1 KUHAP). Dalam menetapkan hari sidang
tersebut hakim memerintahkan kepada penuntut
umum supaya memanggil terdakwa dan saksi-
saksi untuk datang di sidang pengadilan (Pasal
152 ayat 2 KUHAP).
• Adapun syarat-syarat sahnya suatu panggilan diatur dalam
pasal 145 KUHAP
Pasal 145
(1) Pemberitahuan untuk datang ke sidang pengadilan
dilakukan secara sah, apabila disampaikan dengan surat
panggilan kepada terdakwa di alamat tempat tinggalnya
atau apabila tempat tinggalnya tidak diketahui,
disampaikan di tempat kediaman terakhir.
(2) Apabila terdakwa tidak ada di tempat tinggalnya atau di
tempat kediaman terakhir, surat panggilan disampaikan
melalui kepala desa yang berdaerah hukum tempat tinggal
terdakwa atau tempat kediaman terakhir.
(3) Dalam hal terdakwa ada dalam tahanan surat
panggilan disampaikan kepadanya melalui
pejabat rumah tahanan negara.
(4) Penerimaan surat panggilan oleh terdakwa
sendiri ataupun oleh orang lain atau melalui
orang lain, dilakukan dengan tanda penerimaan.
(5) Apabila tempat tinggal maupun tempat
kediaman terakhir tidak dikenal, surat panggilan
ditempelkan pada tempat pengumuman di
gedung pengadilan yang berwenang mengadili
perkaranya.
• Proses Pemeriksaan di Sidang Pengadilan
Pada awal sidang, hakim ketua sidang (majelis) menyatakan sidang dibuka dan terbuka untuk
umum, kecuali dalam perkara mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak-anak.
Hakim ketua sidang memerintahkan kepada penuntut umum untuk memanggil terdakwa masuk di
ruang sidang;
Hakim ketua sidang menanyakan identitas terdakwa serta mengingatkan supaya terdakwa
memperhatikan segala sesuatu yang didengar dan dilihatnya di sidang;
Hakim ketua sidang meminta penuntut umum untuk membacakan surat dakwaan;
Jika tidak ada keberatan atas surat dakwaan yang dibacakan penuntut umum, maka pemeriksan
dilanjutkan, jika ada keberatan maka terdakwa atau penasihat hukum dapat mengajukan eksepsi;
Pembuktian (pemeriksaan alat-alat bukti);
Penuntut umum mengajukan tuntutan (requisitoir);
Terdakwa dan atau penasihat hukum dapat mengajukan pembelaan (pledoi);
Penuntut umum mengajukan tanggapan atas pledoi (disebut dengan replik);
Terdakwa dan atau penasihat hukum dapat mengajukaan tanggapan keberatan atas replik (yang
disebut dengan duplik);
Musyawaraah hakim;
Putusan hakim (pengadilan)
BAB VIII
HUKUM PEMBUKTIAN
A. Sistem atau Teori Pembuktian
Ada beberapa sistem pembuktian yang dianut diberbagai
negara, yaitu :
a. Sistem atau teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim
belaka (conviction intime); Dianut oleh Peradilan Juri di Perancis.
b. Sistem atau teori pembuktian berdasarkan kebebasan
hakim belaka (conviction raissonee);
c. Sistem atau teori pembuktian menunut undang-undang
yang positif (positief wettelijk bewijs theorie); Dianut di
Eropa pada waktu berlakunya asas inkisitor dalam hukum
acara pidana.
d. Sistem atau teori pembuktian menurut undang-undang
yang negative (negatief wettelijk bewijstheorie);
• Sistem pembuktian ini diatur dalam KUHAP
1981, Pasal 183 yaitu :
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada
seseorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah ia
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
pidana benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah yang bersalah melakukannya.
B. Bukti, Barang Bukti dan Alat Bukti
Bukti ialah suatu hal atau peristiwa yang cukup
untuk memperlihatkan kebenaran suatu hal
atau peristiwa.
Tindakan penyidik membuat BAP Saksi, BAP
Tersangka, BAP Ahli atau memperoleh
Laporan Ahli, menyita surat dan barang bukti
adalah dalam rangka mengumpulkan bukti.
• Barang Bukti
Barang bukti ialah benda baik yang bergerak
atau tidak bergerak, yang berwujud maupun
yang tidak berwujud yang mempunyai
hubungan dengan tindak pidana yang terjadi.
Barang bukti dapat terdiri dari :
1.Corpora deliti
2.Instrumenta delicti
• Alat Bukti
Pengertian :
Menurut R. Atang Ranomiharjo, alat bukti adalah
alat-alat yang ada hubungannya dengan suatu
tindak pidana, di mana alat-alat tersebut dapat
dipergunakan sebagai bahan pembuktian, guna
menimbulkan keyakinan bagi hakim, atas
kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah
dilakukan oleh terdakwa.
Romli Atmasasmita, alat bukti adalah sesuatu
yang dijadikan dasar oleh hakim untuk
menyatakan terdakwa bersalah atau tidak,
dan kemudian menjadi pertimbanganuntuk
menjatuhkan putusan. Sedangkan barang
bukti yang berkedudukan sebagai penambah
keyakinan hakim dalam memeriksa perkara.
macam-macam alat bukti :
• Pasal 184 KUHAP ialah :
1. keterangan saksi
2. keterangan ahli
3. surat
4. petunjuk
5. keterangan terdakwa
• Pasal 1 angka 27 KUHAP Keterangan saksi adalah
salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang
berupa keterangan dari saksi mengenai suatu
peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, Ia lihat
sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut
alasan dan pengetahuannya itu.
Syarat menjadi saksi :
a. Formil : sumpah/janji
b. Materiil : melihat, mendengar,mengalami
• Menilai kebenaran keterangan saksi :
a. Persesuaian keterangan di antara saksi-saksi;
b.Persesuaian antara keterangan saksi dengan
alat bukti lain
c. Alasan-alasan yang melatar-belakangi
keterangan saksi;
d.Cara hidup dan kesusilaan saksi
• Jenis-jenis saksi :
Saksi adecharge
Saksi acharge
Saksi mahkota
Saksi berantai
Saksi de auditu
• Pada dasarnya menjadi saksi adalah wajib,
kecuali :
a. Dapat mengundurkan didri;
b.Menolak untuk menjadi saksi;
c. Sama sekali tidak dapat menjadi saksi
• Keterangan ahli
Keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli
nyatakan di sidang pengadilan. Seorang ahli
artinya adalah seorang yang mempunyai
keahlian khusus (sesuai dengan bidang
pengetahuannya) tentang hal yang diperlukan
untuk membuat terang suatu perkara pidana
guna kepentingan pemeriksaan.
• Diberikan di bawah sumpah/janji
Istilah ahli sebenarnya dapat dibagidalam 3 macam ahli yang biasa terlibat dalam suatu
proses peradilan. Mereka adalah :
1. AHLI
( Deskundige)Orang ini hanya mengemukakan pendapatnya tentang persoalan yang
ditanyakankepadanya, tanpa melakukan suatu pemeriksaan. Contohnya adalah dokter
spesialiskebidanan dan penyakit kandungan, yang diminta pendapatnya tentang obat A
(yangdipersoalkan dapat menimbulkan abortus atau tidaknya)
2. SAKSI AHLI
( Getuiege deskundige) Orang ini menyaksikan barang bukti atau bekas fisik, melakukan
pemeriksaan danmengemukakan pendapatnya. Misal dokter yang melakukan
pmeriksaan mayat.
3. ZAAKKUNDIGE
Orang ini menerangkan tentang sesuatu persoalan yang sebenarnya dapat dipelajarisendiri
oleh hakim, tetapi akan memakan banyak waktu. Misal seorang pegawai Bea dancukai
diminta menerangkan prosedur pengeluaran barang dari pelabuhan
• Surat
• Pasal 187 :yang dibuat atas sumpah atau dikuatkan
dengan sumpah
a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang
dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau yang
dibuat dihadapannya;
b.Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan ; Contoh: Kartu Tanda
Penduduk, Akta Keluarga, Akta Tanda Lahir, dan
sebagainya.
c. Surat keterangan dari seorang ahli;
Contoh: Visum Et Repertum dari Ahli Kedokteran
Kehakiman.
d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada
hubungannya dengan isi dari alat
pembuktian yang lain.
• Petunjuk
Adalah perbuatan, kejadian atau keadaan yang
karena persesuaiannya, baik antara yang satu
dengan yang lain, maupun dengan tindak
pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah
terjadi suatu tindak pidana dan siapa
pelakunya.
Petunjuk hanya dapat diperolah dari keterangan
saksi, surat, dan keterangan terdakwa.
• Untuk menggunakan alat bukti petunjuk,
hakim harus dengan arif dan bijaksana
mempertimbangkannya.
• Petunjuk diperoleh melalui pemeriksaan
yang : Cermat, Seksama, Berdasarkan hati
nurani hakim.
• Keterangan terdakwa
Ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang
tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang
ia ketahui atau alami sendiri. Kterangan
terdakwa hanya dapat digunakan terhadap
dirinya sendiri.
BAB IX
PUTUSAN PENGADILAN
A. Macam-macam Isi Putusan Pengadilan
KUHAP hanya mengenal tiga macam putusan
pengadilan (vonnis), yaitu :
1.Putusan bebas (vrijspraak vonnis);
2.Lepas dari segala tuntutan hukum (ontslag van
allerechtvervolging); dan
3.Pemidanaan (verroordering).
1. Putusan bebas, dikarenakan : unsur tindak
pidananya tidak terpenuhi, tidak cukupnya
bukti (minimum), atau hakim tidak yakin
2. Putusan lepas, cukup bukti, akan tetapi
bukan merupakan suatu tindak pidana.
Artinya perbuatan yang terbukti itu terhadap
terdakwa tidak dapat dipidana (karena
adanya alasan pembenar atau pemaaf)
3. Putusan pemidanaan, artinya kesalahan terdakwa atas
perbuatan yang didakwakan terbukti secara sah dan
meyakinkan
B. Hak-hak terdakwa setelah putusan pemidanaan
wajib diberitahukan :
a. hak segera menerima atau segera menolak putusan;
b. hak mempelajari putusan sebelum menyatakan menerima
atau menolak putusan, dalam tenggang waktu yang
ditentukan oleh undang-undang ini;
c. hak minta penangguhan pelaksanaan putusan dalam tenggang
waktu yang ditentukan oleh undang-undang untuk dapat
mengajukan grasi, dalam hal ia menerima putusan;
d. hak. minta diperiksa perkaranya dalam
tingkat banding dalam tenggang waktu yang
ditentukan oleh undangundang
ini, dalam hal ia menolak putusan;
e. hak mencabut pernyataan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dalam tenggang
waktu yang ditentukan oleh undang-undang
ini.
PUTUSAN SELA/ANTARA
Berupa Penetapan (beschikking)
Putusan sela ini dijatuhkan karena adanya
keberatan terdakwa terhadap surat dakwaan
(eksepsi).
Alasan-2 :
1.Pengadilan negeri tidak berwenang mengadili
2.Surat dakwaan tidak dapat diterima
3.Surat dakwaan harus dibatalkan
Atau
• Putusan yang berisi penangguhan
pemeriksaan perkara terdakwa oleh karena
ada perselisihan preyudisiil.
BAB X
UPAYA HUKUM
• ARTI : Adalah hak terdakwa dan atau penuntut
umum untuk tidak memerima putusan
pengadilan.
• Jenis-jenis :
a. Verset
b.Banding
c. Kasasi
d.Peninjauan kembali
• Menurut KUHAP sistematika upaya
hukum,terdiri dari :
Upaya hukum biasa :
1.Banding
2.Kasasi dan
Upaya hukum luar biasa :
1.Kasasi demi kepentingan hukum
2.Peninjauan kembali terhadap putusan YBKHT
• Banding
Adalah hak terdakwa dan atau penuntut umum
untuk tidak menerima putusan pengadilan
negeri kepada pengadilan tinggi
Pada dasarnya setiap putusan dapat diajukan
banding, kecuali :
• putusan bebas, lepas dari segala tuntutan
hukum yang menyangkut masalah kurang
tepatnya penerapan hukum dan putusan
pengadilan dalam acara cepat.
• Isi putusan banding :
Menguatkan;
Mengubah; atau
Membatalkan
Prosedur banding:
a. Waktu : maksimal 7 hari sejak putusan
dijatuhkan atau diberitahukan,jika lebih maka
dianggap telah menerima putusan.
2. Selama 7 (tujuh) hari sebelum pengiriman
berkas perkara kepada Pengadilan Tinggi,
pemohon wajib diberi kesempatan untuk
mempelajari berkas perkara tersebut di
Pengadilan Negeri.
3. Pemohon dapat mengajukan memori banding
4. selambat-lambatnya 14 hari sejak permintaan
banding diajukan sesuai dengan pasal 236
ayat 1 KUHAP, harus sudah dikirim ke
Pengadilan Tinggi.
5. Selama peromohonan banding belum
diputuskan, pemohon berhak untuk mencabut
kembali.
6. Salinan putusan Pengadilan Tinggi yang telah
diterima oleh Pengadilan Negeri, harus
diberitahukan kepada terdakwa dan penuntut
umum dengan membuat Akta Pemberitahuan
Putusan.
KASASI