Anda di halaman 1dari 41

KELOMPOK

 REZA SAPUTRA
 EGAYANTI
 WINDA ASTUTI
 ROSWITA DUA LEHAN
 YULI SUPIANTI
 RAHMANIAR
 TRI ARFINA
MATA
Mata merupakan alat indra yang terdapat pada
manusia yang secara konstan menyesuaikan pada
jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian
pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan
gambaran yang kontinu yang dengan segera di
hantarkan pada otak.
BAGIAN-BAGIAN MATA
 Bagian luar mata
 Bulu Mata
Bulu mata yaitu rambut-rambut halus yang terdapat
ditepi kelopak mata.
 Alis Mata (Supersilium)

Alis yaitu rambut-rambut halus yang terdapat diatas


mata.
 Kelopak Mata (Palpebra)

Kelopak mata merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah


kulit yang terletak di depan bulbus okuli.
 Kelenjar Air Mata
 Kelenjar Meibom
 Bagian dalam mata
 Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran tipis bening yang melapisi
permukaan bagian dalam kelopak mata dan dan menutupi
bagian depan sklera (bagian putih mata), kecuali
kornea.Konjungtiva mengandung banyak sekali pembuluh
darah.
 Sklera

Sklera merupakan selaput jaringan ikat yang kuat


dan berada pada lapisan terluar mata yang
berwarna putih.
 Kornea

Kornea merupakan selaput yang tembus cahaya,


melalui kornea kita dapat melihat membran pupil
dan iris.
 Koroid

Koroid adalah selaput tipis dan lembab merupakan


bagian belakang tunika vaskulosa ( lapisan tengah
dan sangat peka oleh rangsangan).
 Iris

Iris merupakan diafragma yang terletak diantara


kornea dan mata.
 Pupil
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil
menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata
yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi
ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi
ruangan terang.
 Lensa
Lensa adalah organ focus utama, yang membiaskan berkas-
berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat,
menjadi bayangan yang jelas pada retina
Lensa berada dalam sebuah kapsul yang elastic yang
dikaitkan pada korpus siliare khoroid oleh ligamentum
suspensorium.
 Retina

Retina merupakan lapisan bagian dalam yang sangat


halus dan sangat sensitif terhadap cahaya. Pada retina
terdapat reseptor(fotoreseptor).
 Aqueous humor
Aquaeous humor atau cairan berair terdapat dibalik kornea.
Strukturnya sama dengan cairan sel, mengandung nutrisi
bagi kornea dan dapat melakukan difusi gas dengan udara
luar melalui kornea.
 Vitreushumor (Badan Bening)
Badan bening ini terletak dibelakang lensa.
Bentuknya berupa zat transparan seperti jeli(agar-
agar) yang jernih. Zat ini mengisi pada mata dan
membuat bola mata membulat.
 BintikKuning
Bintik kuning adalah bagian retina yang paling
peka terhadap cahaya karena merupakan tempat
perkumpulan sel-sel saraf yang berbentuk kerucut
dan batang
 Saraf Optik
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam
retina, untuk menuju ke otak.
 Otot Mata
Otot-otot yang melekat pada mata :
Muskulus levator palpebralis superior inferior, fungsinya mengangkat kelopak mata
Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup mata
Muskulus rektus okuli inferior (otot disekitar mata), berfungsi menggerakkan bola
mata ke bawah dan ke dalam
Muskulus rektus okuli medial (otot disekitar mata) berfungsi untuk menggerakkan
mata dalam (bola mata)
Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar mata ke atas, ke bawah dan ke
luar.
Gangguan/Kelainan pada Sistem
Penglihatan
Mata manusia dapat mengalami kelainan . Beberapa
kelainan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
 Mata miopi (rabun dekat)

Gambar : Bayangan yang Terbentuk pada Mata yang Miopi dan


Jenis Lensa yang di Pakai
 Mata miopi adalah mata dengan lensa terlalu
cembung atau bola mata terlalu panjang. Dengan
demikian,objek yang dekat akan terlihat jelas
karena bayangan jatuh pada retina, sedangkan
objek yang jauh akan terlihat kabur karena
bayangan didepan retina. Kelainan mata jenis ini
dikoreksi dengan mata jenis cekung.
 Hipermetropi (rabun jauh)

Gambar : Bayangan yang Terbentuk pada Mata Heipermetropi dan Jenis Lensa yang di Pakai

 Mata hipermetropi adalah mata dengan lensa


terlalu pipih atau bola mata terlalu pendek. Objek
yang dekat akan terlihat kabur karena bayangan
jatuh didepan retina, sedangkan objek yang jauh
akan terlihat jelas karena bayangan jatuh di retina.
Kelainan mata jenis ini dikoreksi dengan lensa
cembung.
 Mata astigmatisma
Mata astigmatisma adalah mata dengan lengkungan
permukaan kornea atau lensa yang tidak rata.Misalnya
lengkung kornea yang vertikal kurang melengkung
dibandingkan yang horizontal.Bila seseorang melihat suatu
kotak, garis vertikal terlihat kabur dan garis horizontal terlihat
jelas.Mata orang tersebut menderita kelainan astigmatis
reguler. Astigmatis reguler dapat dikoreksi dengan mata
silindris.Bila lengkung kornea tidak teratur disebut astigmatis
irregular dan dapat dikoreksi dengan lensa kotak.
 Mata presbiopi
Mata presbiopi adalah suatu keadaan dimana lensa kehilangan
elastisitasnya karena betambahnya usia. Dengan demikian
lensa mata tidak dapat berakomodasi lagi dengan baik.
Umumnya penderita akan melihat jelas bila objeknya jauh,
tetapi perlu kacamata cembung untuk melihat objek dekat.
 Hemeralopi (rabun senja)
Hemeralopi adalah gangguan mata yang disebabkan kekurangan
vitamin A. Penderita rabun senja tidak dapat melihat dengan
jelas pada waktu senja hari.Keadaan seperti itu apabila dibiarkan
berlanjut terus mengakibatkan kornea mata bisa rusak dan dapat
menyebabkan kebutaan.Oleh karena itu, pemberian vitamin A
yang cukup sangat perlu dilakukan.
 Katarak

Katarak adalah cacat mata yang disebabkan pengapuran pada


lensa mata sehingga penglihatan menjadi kabur dan daya
akomodasi berkurang. Umumnya katarak terjadi pada orang
yang telah lanjut usia.
 Buta Warna

Buta warna merupakan gangguan penglihatan mata yang


bersifat menurun. Penderita buta warna tidak mampu
membedakan warna-warna tertentu, misalnya warna merah,
hijau, atau biru.Buta warna tidak dapat diperbaiki atau
disembuhkan.
 Konjungtivitas (menular)
Merupakan penyakit mata akibat iritasi atau peradangan
akibat infeksi di bagian selaput yang melapisi mata.
 Trakoma (menular)
Infeksi pada mata yang disebabkan bakteri Chlamydia
trachomatis yang berkembang biak di lingkungan kotor
atau bersanitasi buruk serta bisa menular.
 Keratokonjungtivitas Vernalis (KV)
Penyakit iritasi/peradangan pada bagian kornea (selaput
bening) akibat alergi sehingga menimbulkan rasa sakit.25
 Selulitis Orbitalis (SO)
Penyakit mata akibat peradangan pada jaringan di sekitar
bola mata.
 Endoftalmitis
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata
sehingga bola mata bernanah.Kejadian endoftalmitis merupakan
kasus yang sangat jarang, namun mungkin terjadi pada klien
terutama setelah menjalani operasi atau pascatrauma dengan benda
asing intraocular atau pada pengguna prosthesis mata.
 Blefaritis

Blefaritis adalah peradangan bilateral subakut atau menahun pada


tepi kelopak mata (margo palpebra). Biasanya, blefaritis terjadi
ketika kelenjar minyak di tempat tumbuhnya bulu mata mengalami
gangguan. Ketika kelenjar minyak ini terganggu, akan terjadi
pertumbuhan bakteri yang melebihi biasanya, menyebabkan
peradangan kelopak mata. Terdapat dua macam blefaritis, yaitu:
• Blefaritis ulseratif merupakan peradangan tepi kelopak atau
blefaritis dengan tukak akibat infeksi staphylococcus.
• Blefaritis seboreik merupakan peradangan menahun yang sukar
penanganannya. Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50
tahun), dengan keluhan mata kotor, panas, dan rasa kelilipan.
 Glukoma
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala
yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan
penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin
berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini
disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata
terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata
akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata
yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah
sehingga saraf mata akan mati.
Pengobatan Pada Mata
 Pemakaian obat tetes mata adalah salah satu
pengobatan pada mata. Pengobatan pada mata di
sesuaikan penyebabnya. Jika disebabkan oleh
infeksi bakteri maka perlu diberikan antibiotik
tetes atau oral sesuai resep dokter. Jika disebabkan
oleh alergi, hindarilah faktor pencetus dan dokter
mungkin akan memberikan antihistamin untuk
mengurangi gatal atau radang.
Defenisi tetes mata
 Farmakope III : 10
Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa
larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara
meneteskan obat pada selaput lendir mata sekitar
kelopak mata dari bola mata.
Penyerapan Obat
Teori kinsey
Banyak obat mata adalah basa lemah, dimana bentuk garamnya
banyak digunakan pada mata dalam larutan berair. Karen kemampuan
netralisasi dari air mata, PH dari tetes mata dengan cepat diubah
menjadi PH fisiologis tergantung dari sifat disosiasi dari alkaloida.
Sebagian dari garam akan diubah menjadi betuk basa bebas yang
biasanya lebih larut lemak sehingga ion mudah ditransfer dalam sel
epitel yang kaya akan lemak. Bentuk lemak dari alkaloid R 2N
melewati lapisan epitel kedalam substania propia (stroma). Lapisan
stroma ini berlapis lapis karena mengandung lipid dan kaya akan air.
Obat akan berpenetrasi sebagian akan dirubah menjadi bentuk
terprotonisasi tergantung pada PH lingkungan berair pada stroma pada
saat melewati lapisan lemak endotelium, obat masuk kedalam cairan
humor diaman obat akan terdisfusi dengan cepat kedalm iris dan badan
siliar yaitu tempat dimana obat mempunyai aksi farmakoligis. (DOM
KING : 142)
Formula Sediaan Tetes Mata Natrium Sulfasetamid
Bahan Formula Formula Formula
I II III
Sulfasetamida natrium(%) 10 15 30
Natrium tiosulfat (%) Dinatrium 0.1 0.1 0.1
edetat (%) Timerosal (%) 0.05 0.05 0.05
Dapar fosfat (pH) 0.01 0.01 0.01
Air untuk injeksi pH pH pH
Ad 100 ml Ad 100 ml Ad 100 ml

Larutan Dapar Fosfat Isotonis dan Penimbangan Zat Pembuat Dapar Fosfat
Larutan Larutan NaCl yang
pH NaH2PO4.2H2 Na2HPO4.12H2 diperlukan untuk
O 0,8% O isotonis (g per 100
(mL) 0,947% (mL) ml)
Literatur 7.0 40 60 0.46
Penimbangan 7.0 0.32 0.57 0.46
Pembuatan tetes mata
 Sediaan tetes mata dibuat tiga formula dengan konsentrasi natrium
sulfasetamid (formula I: 10%, II: 15%, III: 30%) seperti pada Tabel 1.
Setiap formula disterilisasi dengan tiga cara yaitu dengan uap air
mengalir 98-100 °C selama 30 menit (cara A), penyaring bakteri (cara
B), dan autoklaf 120-121 ° C selama 15 menit (cara C). Dapar yang
digunakan adalah larutan dapar fosfat pH 7 larutan dapar dapat dilihat
pada Tabel 2.11
 Setelah semua bahan baku ditimbang, dilarutkan dan dicampurkan ke
dalam gelas piala 150 mL yang telah dikalibrasi, air untuk injeksi
ditambahkan hingga tanda batas dan disaring dengan kertas saring, lalu
pH awal sediaan diukur. Larutan diambil menggunakan syringe dan
dimasukkan ke dalam vial-vial coklat masing-masing sebanyak 10 mL,
untuk selanjutnya disterilisasi dengan tiga metode yang berbeda yaitu
dengan uap air mengalir suhu 98-100 ° C selama 30 menit, dengan
penyaring bakteri dan dengan autoklaf 120-121 ° C selama 15 menit.
 Peralatan yang digunakan harus steril dan semua proses
dilakukan secara aseptis untuk menghindari kontaminasi
mikroba. Semua sediaan disimpan pada suhu kamar dan
terlindung dari cahaya serta sinar matahari secara langsung
selama 28 hari. Pengamatan dilakukan pada hari ke-1, 3, 7,
14, dan 28.
 Evaluasi dilakukan terhadap 9 sediaan tetes mata natrium
sulfasetamid, yang terdiri dari pemeriksaan visualisasi, pH,
penentuan kadar natrium sulfasetamid, dan uji sterilitas
terhadap sediaan tetes mata yang memiliki formula paling
stabil selama penyimpanan.
 Pemeriksaan visualisasi merupakan uji kejernihan,
dilakukan dengan mengamati endapan atau kekeruhan pada
sediaan tetes mata selama waktu penyimpanan (28 hari).
 Pemeriksaan pH sediaan tetes mata dilakukan pada hari ke-
1, 3, 7, 14 dan 28 dengan alat pH meter. Sediaan tetes mata
natrium sulfasetamid dinyatakan stabil bila memiliki pH
pada rentang pH stabilitas yaitu 8,0-9,53 dan tidak terdapat
adanya perubahan pH yang signifikan.
 Penentuan kadar natrium sulfasetamida dilakukan dengan
mengukur absorbansi pada spektrofotometer UV dengan
metode standar adisi. Natrium sulfasetamid dalam air akan
memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang
yaitu 255 nm. Pemeriksaan dilakukan pada hari ke-1, 3, 7,
14, dan 28.
 Prosedur pengukuran serapan natrium sulfasetamida dengan
spektrofotometer UV menggunakan metode standar adisi
meliputi pembuatan larutan baku/standar natrium
sulfasetamid dan penentuan kadar natrium sulfasetamid.
Metode yang digunakan dalam pembuatan tetes
mata
 Metode standar adisi
Metode ini dipakai secara luas karena mampu
meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh
perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel
atau standar. Dalam metode ini dua atau lebih
sejumlah volume dipindahkan ke dalam labu takar.
Bahan-bahan yang digunakan
 Natrium sulfasetamid,
 Timerosal,
 Natrium tiosulfat,
 Dapar fosfat,
 Dinatrium edetat, dan
 Air untuk injeksi.
Metode sterilisasi yang digunakan
 Sterilisasi Uap Air
Uap panas pada suhu 98-100 °C dapat digunakan dalam bentuk
uap air mengalir atau air mendidih.
Sterilisasi Penyaringan Bakteri
 Sterilisasi Penyaringan Bakteri
Larutan disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke dalam
wadah steril, kemudian ditutp kedap menurut teknik aseptik.
 Autoklaf
Mensterilkan suatu benda menggunakan uap bersuhu dan
bertekanan tinggi selama kurang lebih 15 menit.
Pewadahan untuk larutan mata
 Wadah untuk larutan mata, laruutan mata sebaiknya dibuat dala
unit kecil, tidak pernah lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai
yang lebih kecil. Botol 7,5 ml adalah ukurang uyang
menyenangkan untuk penggunaan larutuan mata. Penggunaan
wadah kecil memperpendek waktu pengobatan akan dijaga oleh
pasien dan meminimalakan pemaparan kontaminan.
 Botol plastik untuk larutan mata juga dapat digunakan. Meskipun
beberapa botol plastik untuk larutan mata telah dimunculkan
dalam pasaran, mereka masih dilengkapi dan yang terbaik adalah
untuk menulios secara langsung produksi untuk menghasilkan
informasi terkini dalam perkembangan terakhir. (Scoville’s : 247)
Indikasi dan Dosis Sulfasetamid
 Indikasi
Infeksi mata & ulkus kornea, blefaritis (radang kelopak mata),
bleverkonjungtivitis,
Konjungtivitis (radang selaput ikat mata) kronis, dakriosistitis (radang
kantung air mata), infeksi kantung mata, timil (radang kelenjar palit kelopak
mata), trakhoma, pencegahan setelahabrasi kornea, laserasi atau luka bakar.
 Dosis
 Infeksi mata & ulkus kornea : 1 tetes tiap 2 jam atau lebih jarang,
 Blefaris, bleverkonjungtivitis, Konjungtivitis kronis, dakriosistitis :
Paling sedikit 3 kali sehari 1 tetes.
 Infeksi kantung mata : 4 kali sehari 2 tetes.
 Trakhoma : 2 tetes tiap jam. Pengobatan denagn sulfasetamid sistemik
dianjurkan bersama dengan terapi lokal.
 pencegahan setelahabrasi kornea, laserasi atau luka bakar : 4-6 kali sehari
1 tetes selama 2 hari.
Cara kerja
 Pembuatan larutan standar natrium sulfasetamida dilakukan dengan natrium
sulfasetamid ditimbang seberat 50 mg, lalu dilarutkan dalam labu ukur 50
mL, dan ditambahkan air suling ganda hingga konsentrasi 1000 ppm.
Larutan tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai larutan baku pada
metode standar adisi. Sampel dari sediaan diencerkan pada labu ukur 10 mL
sampai konsentrasi 5 ppm (pada formula I) dan 6 ppm (pada formula II dan
III). Digunakan tiga labu ukur 10 mL (L1, L2, L3). Pada labu L1
dimasukkan sampel tanpa penambahan baku, pada labu L2 dimasukkan
sampel dan ditambahkan larutan baku 2,5 ppm, pada labu L3 sampel
dimasukkan dan ditambahkan larutan baku 5 ppm. Pengukuran serapan dari
natrium sulfasetamid pada labu ukur (L1, L2, L3) dilakukan dengan
pengulangan sebanyak dua kali. Kadar natrium sulfasetamida dalam sampel
diketahui dari absorbansi analit, selanjutnya dibuat kurva kalibrasi
absorbansi terhadap konsentrasi (mg/mL) penambahan baku. Dari titik-titik
yang diketahui (absorbansi L1, L2, L3) dibuat persamaan garis lurus hingga
memotong pada sumbu X. Perpotongan ini belum menunjukkan kadar
natrium sulfasetamida karena perlu dikalikan faktor pengenceran. Hasil
perkalian tersebut merupakan kadar natrium sulfasetamida sebenarnya di
dalam sampel (mg/mL).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai