Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN HIRSCHSPRUNG

Kelompok 2 :
Fadilah Junita Kanja 1901044
Alma Harpia Nani 1901054
Vivi Sri Utami Gobel 1901058
A. DEFINISI
● Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion dalam rectum atau
bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya
peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan (Cecily Betz & Sowden : 2002).
● Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus
tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir  3 Kg, lebih
banyak laki – laki dari pada perempuan. (Arief Mansjoeer : 2000 ).
● Hirschprung adalah penyakit akibat tidak adanya sel –sel ganglion di dalam usus yang terbentang ke arah
proksimal mulai dari anus hingga jarak tertentu. (Behrman & vaughan,1992:426)
● Hirschprung adalah aganglionosis ditandai dengan tidak terdapatnya neuron mienterikus dalam sengmen
kolon distal tepat disebelah proksimal sfingter ani (Isselbacher,dkk,1999:255)
● Penyakit hirschprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada usus, dapat dari
kolon sampai usus halus ( Ngastiyah,2005:219)
B. INSEDENSI
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, Hirschprung dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

Penyakit Hirschprung segmen pendek

01
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari kasus penyakit hirschsprung
dan lebih sering ditemukan pada anak laki- laki dibanding anak perempuan.

Penyakit Hirschprung segmen panjang

02 Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus. Ditemukan
sama banyak baik laki – laki maupun perempuan.
C. ETIOLOGI
Penyebab dari Hirschprung yang sebenarnya tidak diketahui, tetapi Hirschsprung
atau Mega Colon diduga terjadi karena :

• Faktor genetik dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan Down
syndrom.
• Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi,
kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
D. GAMBARAN KLINIS
• Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam pertama setelah lahir. Tampak malas
mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317).
• Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit Hirshsprung dapat
menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan
ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi mekonium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan
dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi
usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang
menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans
terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ).
E. PATOFISIOLOGI
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub
mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum
dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan
tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat
berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang
menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna.
Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon (Cecily
Betz & Sowden, 2002:196).
F. PROGNOSIS

● Kira 1% dari pasien dengan penyakit Hirschsprung membutuhkan


kolostomi permanent untuk memperbaiki inkontinensia. Umumnya, lebih dari
90% pasien dengan penyakit Hirschsprung memiliki hasil memuaskan.
● Secara umum prognosisnya baik, 90% pasien dengan penyakit
hirschprung yang mendapat tindakan pembedahan mengalami
penyembuhan dan hanya sekitar 10% pasien yang masih mempunyai masalah
dengan saluran cernanya . sehingga harus dilakukan kolostomi permanen.
Angka kematian akibat komplikasi dari tindakan pembedahan pada bayi
sekitar 20%.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1 Pemeriksaan dengan
barium enema 4 Biosi otot rektum

2 Biopsi isap rektum


5 Menomektri anorektal

3 Biopsi rektum
6 Pemeriksaan colok anus

7 Foto rontgen abdomen


H. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan
mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a. Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi dan secara normal
melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
b. Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau
sekitar 3 bulan setelah operasi pertama

2. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode
neonatal, perhatikan utama antara lain :
c. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara dini
d. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anakMempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis
( pembedahan ) Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang ( FKUI, 2000 : 1135 )
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. Pengkajian
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, tanggal pengkajian, pemberi informasi. Antara lain :
1. Anamnesis
Identitas Klien :
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung
misalnya, sulit BAB, distensi abdomen, kembung, muntah.
a. Keluhan utama Klien
• Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit
BAB, distensi abdomen, kembung, muntah.
b. Riwayat kesehatan sekarang
• Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir, distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
• Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya klien mengatasi masalah tersebut.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
• Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
d. Riwayat Nutrisi
• Meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak
Riwayat Nutrisi
• Meliputi : Masukan diet anak dan pola makan anak
e. Riwayat psikologis
• Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan rendah diri atau bagaimana cara klien
mengekspresikannya.
f. Riwayat kesehatan keluarga
• Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita Hirschsprung.
g. Riwayat social
• Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan hubungan dengan orang lain.
h. Riwayat tumbuh kembang
• Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
i. Riwayat kebiasaan sehari-hari
• Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.

Pemeriksaan Fisik
a. Sistem integument
• Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat capilary refil, warna kulit, edema kulit.
b. Sistem respirasi
• Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c. Sistem kardiovaskuler
• Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal, frekuensi denyut nadi / apikal.
d. Sistem penglihatan
• Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e. Sistem Gastrointestinal
• Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen,
muntah (frekuensi dan karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
e. Sistem Gastrointestinal
• Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen,
muntah (frekuensi dan karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
Pre Operasi
1) Kaji status klinik anak (tanda-tanda vital, asupan dan keluaran)
2) Kaji adanya tanda-tanda perforasi usus.
3) Kaji adanya tanda-tanda enterokolitis
4) Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk melakukan koping terhadap pembedahan yang akan datang
5) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak
Post Operasi
6) Kaji status pascabedah anak (tanda-tanda vital, bising usus, distensi abdomen)
7) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
8) Kaji adanya komplikasi
9) Kaji adanya tanda-tanda infeksi
10) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak
11) Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk melakukan koping terhadap pengalamannya di rumah sakit dan pembedahan.
12) Kaji kemampuan orang tua dalam menatalaksanakan pengobatan dan perawatan yang berkelanjutan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan aganglionik
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun
3. Ansietas berhungan dengan kurang terpapar informasi
C. Intervensi Keperawatan
NO. Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
Konstipasi berhubungan dengan
1.   Eliminasi Fekal Kode : L.04033 Manajemen Eliminasi Fekal Kode :
Aganglionik (mis. Penyakit hircsprung)
 1. a. Nyeri abdomen abdomen dari skala 1 I.04151
(meningkat) menjadi skala 3 (sedang)   a. Berikan air hangat setelah makan  
b. Konsistensi feses dari skala 2 (cukup b. Anjurkan mencatat warna, frekuensi,
memburuk) menjadi skala 3 (sedang) konsistensi, volume feses.
c. Distensi abdomen dari skala 1 (meningkat) c. Identifikasi masalah usus dan
menjadi skala 3 (sedang)  penggunaan  penggunaan obat
 pencahar
Konstipasi berhubungan dengan
2. Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
Aganglionik (mis. Penyakit hircsprung)
Kode : L.03030 Kode : L.03119
a. Nyeri abdomen dari skala 1 (meningkat) a. Identifikasi status nutrisi
menjadi 3 (sedang) b. Berikan makanan tinggi serat
b. Frekuensi nakan dari skala 1 (memburuk) untuk mencegah konstipasi
c. Nafsu makan dari skala 1 (memburuk) c. Identifikasi makanan yang disukai
menjadi skala 3(sedang)
3. Ansietas b/d kurang terpapar Tingkat Ansietas Terapi relaksasi
informasi Kode : L.0903 Kode : L.09326
a. Perilaku gelisah dari skala 1 (meningkat) a. Identifikasi kemampuan dan
menjadi skala 3 (sedang) beri pengetahuan
b. Perilaku tegang dari skala 1 (meningkat menjadi b. Berikam empati, kehangatan,
skala 3 (sedang) dan kejujuran.
c. Konsentrasi pola tidur dari skala 1 (memburuk) c. Anjurkan mengekspresikan
menjadi skala 3 (sedang) perasaan.
D. Implementasi
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas
yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana
perawatan pasien.
Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini
disesuaikan dengan masalah yang terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu :
a. Tindakan mandiri
b. Tindakan observasi
c. Tindakan health education
d. Tindakan kolaborasi
 
E. Evaluasi
Pre operasi Hirschsprung
1. Pola eliminasi berfungsi normal
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
4. Nyeri pada abdomen teratasi

Post Operasi Hirschsprung


5. Integritas kulit lebih baik
6. Nyeri berkurang atau hilang
7. Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama pembedahan kolon.
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
ANALISA DATA
Data Fokus Masalah Etiologi
DS : - Gangguan rasa nyaman Distensi abdomen

DO :

-keadaan umum cukup

-Pasien rewel

-wajah grimace

-Pasien sering menangis

-Bising usus 5x/menit

- Distensi abdomen (+)

-TTV

Nadi :120x/menit

Suhu :36,20C

RR : 50x/menit
DS : - Gangguan termoregulasi (hipotermi) Tanda-tanda infeksi

DO :

-Keadaan umum cukup

-demam (-)

-Pasien rewel

-Pasien sering menangis

-akral dingin

-TTV

Suhu :36,20C

Nadi :120x/menit

RR :50x/menit
DS : - Infeksi Tidak adekuat pertahanan tubuh
primer (perubahan peristaltic)
DO :

-Keadaan umum cukup

-Demam (-)

-distensi abdomen (+)

-aganglionik sepanjang segmen rectosigmoid

-Hasil lab leukosit 44,35 103/µL

-TTV

Suhu :36,20C

Nadi :120x/menit

RR :50x/menit
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

● Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan distensi abdomen


● Gangguan termoregulasi (hipotermi) berhubungan dengan tanda-
tanda infeksi
● Infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan tubuh
primer (perubahan peristaltic)
Nama               : By. A C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Reg           : 11175670
  Rencana Perawatan
Hari / Tgl No. DX
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Senin 1 Setelah dilakukan tindakan asuhan 1.Monitor TTV 1. Mengetahui perkembangan
19 Mei keperawatan selama 3 x 24 jam, nutrisi bayi 2. Monitor kemampuan bayi dan keadaan umum klien.
2014 dapat terpenuhi. menghisap 2. Mengetahui kemampuan
Kriteria Hasil : 3. Fasilitasi ibu dalam bayi menghisap.
-          Daya menghisap bayi kuat menyusui 3.Membantu ibu dalam
-          BB dalam batas normal 4. Berikan susu formula / ASI menyusui.
-          Albumin normal secara rutin dan sesuai dengan 4. Memenuhi kebutuhan
-          Mukosa bibir lembab kebutuhan bayi. nutrisi bayi.
  Rencana Perawatan
Hari / Tgl . DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Senin 2 Setelah dilakukan tindakan asuhan 1.Monitor TTV 1. Mengetahui perkembangan


19 Mei keperawatan selama 3 x 24 jam, volume 2. Observasi turgor kulit dan keadaan umum klien.
2014 cairan dan elektrolit dapat terpenuhi. 3. Observasi intake dan output 2. Mengetahui keadaan turgor
Kriteria Hasil : 4. Kolaborasi pemberian cairan kulit pasien.
-          Turgor kulit normal intravena dan elektrolit 3.Memantau cairan yang
-          Mata (conjunctiva) tidak anemis 5. Kolaborasi dengan tim medis keluar dan masuk.
-          CRT  menjadi normal dalam pemberian obat dan terapi 4. Mempercepat proses
selanjutnya. penyembuhan.
  No. DX Rencana Perawatan
Hari / Tgl Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Senin 3 Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1.Monitor TTV 1. Mengetahui perkembangan
19 Mei selama 3 x 24 jam, gangguan integritas kulit 2. Monitor adanya iritasi pada dan keadaan umum klien.
2014 dapat diminimalisir  kulit pasien. 2. Mencegah kerusakan
Kriteria Hasil : 3. Mobilisasi pasien integritas kulit.
-          Turgor kulit normal 4. Beri baby oil pada daerah yang 3.Menghindari iritasi pada kulit
-          CRT  kembali < 2 detik tertekan dan jaga kebersihan kulit akibat tertekan dalam waktu
-          Kelembaban kulit bertambah 5.Memandikan pasien dengan air yang lama.
-          Tidak ada luka / lesi pada kulit hangatdan sabun. 4. Meminimalisir iritasi.
(decubitus) 5. Agar kelembaban kulit
terjaga.
  No. DX Rencana Perawatan
Hari / Tgl Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Senin 4 Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1.Monitor TTV 1. Mengetahui perkembangan
19 Mei selama 3 x 24 jam, diharapkan resiko tinggi 2. Observasi pemberian cahaya dan keadaan umum klien.
2014 injury dapat dicegah. sesuai dengan kebutuhan dan 2. Mengetahui dan menilai
Kriteria Hasil : kondisi klien. penurunan kadar bilirubin serta
-          Pencahayaan cukup sesuai dengan 3. Observasi keadaan umum mencegah klien mengalami
kebutuhan klien setelah fototerapy. injury.
-          Kadar bilirubin berkurang 4. Kolaborasi dengan tim medis 3.Mengetahui tingkat
-          Tubuh klien tidak berwarna kuning lagi. untuk penghentian fototerapi jika perkembangan klien, serta
kadar bilirubin turun. menilai sejauh mana klien
mengalami injury
4. Mencegah pemajanan sinar
terlalu lama.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama               : By. A
No. Reg           : 11175670

Hari / Tgl / Jam No. Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi

Senin 1 1.Monitor TTV Subjektif :


20 Mei 2014   2. Monitor kemampuan bayi menghisap 1. Ibu mengatakan daya menghisap bayi
    3. Fasilitasi ibu dalam menyusui sedang
Pukul 10.00   4. Berikan susu formula / ASI secara rutin dan Objektif :
WIB   sesuai dengan kebutuhan bayi - TTV
    Nadi :120x/menit
  Suhu :36,20C
  RR : 50x/menit
  - Mukosa bibir lembab
  Assesment :
  - Daya menghisap bayi sedang
  - Masalah belum teratasi sebagian
  Planning :
- Intervensi dilanjutkan
2 1. Mengobservasi turgor kulit dan CRT apakah kembali < Objektif :
2 detik atau tidak. 1. Pasien nampak rewel
2. Mengobservasi intake dan output 2. Akral teraba dingin
3. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan Assesment :
intravena dan elektrolit. 3. Turgor kulit normal
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi 4. CRT normal
selanjutnya. Planning :
5. Intervensi dilanjutkan

3 1. Monitor TTV Objektif :


2. Monitor adanya iritasi pada kulit pasien. 1. TTV
3. Mobilisasi pasien Suhu :36,20C
4. Beri baby oil pada daerah yang tertekan dan jaga kebersihan Nadi :120x/menit
kulit RR :50x/menit
5. Memandikan pasien dengan air hangatdan sabun. 2. Distensi abdomen (+)
3. Tidak ada luka/lesi pada kulit (decubitus)
Assesment :
4. Turgor kulit normal
5. CRT kembali < 2 detik
Planning :
6. Intervensi dilanjutkan
THANKS

Anda mungkin juga menyukai