0722076201-Materi Tindak Pidana Anak
0722076201-Materi Tindak Pidana Anak
Pengertian:
Menurut Henry Camp Bell, anak adalah manusia yang
belum dewasa berusia di bawah 18 tahun, apabila
melakukan perbuatan pidana harus diadili di
pengadilan khusus anak.
2. Faktor eksternal
a. Kasih sayang orang tua
b. Kemampuan ekonomi
c. Rendahnya pendidikan orang tua
d. Kurangnya sosok keteladanan
e. Kurangnya rasa tanggungjawab
f. Lingkungan rumah yang didiami anak
- rumah yang terlalu sempit
- berada ditempat yang kumuh
- berdekatan dengan perjudian
- berdekatan dengan keramaian
- di lingkungan anak2 yang nakal
- tidak ada sarana ibadah yang memadai
- tidak ada sarana yang menampung bakat
Faktor mobilitas
1. Terjadinya urbanisasi akibat pada penduduk
2. Kemajuan ilmu dan teknologi
3. Penyakit masyarakat
4. Pengaruh budaya
5. Prubahan status ekonomi
Kenanakalan Anak Dalam Hukum Pidana
2. Pertimbangan sosiologis
hukum tidak selalu normatif, hukum lebih luas
daripada UU, pertimbangan sosiologis adalah
pertimbangan lintas disiplin ilmu.
secara kriminologis, kenakalan anak atau tindak
pidana yang dilakukan anak lebih bersifat
kriminologi sosial dan kriminologi fisik daripada
kriminologi profesional, anak melakukan
delinquency karena adanya faktor sosial baik
intern maupun ekstern.
Jadi anak melakukan delinquency bukan karena
profesionalitas, anak hampir tidak memiliki mens
rea kejahatan seperti yang dimiliki orang dewasa.
3. Pertimbangan filosofis
hukum merupakan hasil kerja akal manusia, oleh
karenanya dalam melihat juvenile delinquency
(kenakalan remaja) hakim harus menggunakan
3 (tiga) kecerdasan:
1. kecerdasan intetelktual (Intelegence Quotient)
2. kecerdasan emosional (Emotional Quotient)
3. kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient)
permasalahan dan tanggungjawab kenakalan remaja
tidak dapat dilepaskan dari peranan orang tua,
masyarakat dan negara, hal ini diatur dalam:
1. UU No.35/2014 tentang Perlindungan Anak
2. UU No.23/2004 tentang KDRT
Konsep kebijakan dalam peradilan anak
1. Legal pluralisme
Indonesia sebagai negara kepulauan, yang
memiliki masyarakat pluralisme, hukum harus
dapat dipahami secara mudah oleh semua orang,
tidak sulit dilaksanakan.
kehadiran hukum pluralisme tidak dapat dilepas
dari pendekatan moral, agama, budaya hukum
dalam masyarakat.
jadi konsep hukum pluralisme adalah konsep
hukum yang terbuka yang memiliki kekuatan
moral, negara dan masyarakat, sehingga dalam
penegakan pidana anak akan tercapai keadilan
2. Peradilan anak yang berbasis Pancasila
pelaksanaan cita hukum di Indonesia telah di atur
dalam UUD 1945 telah memberi amanah kepada
kekuasaan kehakiman untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
yang pelaksanaannya dilakukan oleh MA dan
badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, agama, milter dan
TUN.
terhadap anak yang berhadapan dengan hukum,
dapat diselesaikan melalui proses peradilan anak
mulai tahap penyelidikan sampai bimbingan
setelah menjalani pidana.
Menurut Barda Nawawi Arief
Pembaruan UU Pidana Nasional seyogyanya
bersumber pada ide2 dasar Pancasila yang
terkandung di dalamnya keseimbangan nilai/ide/
paradigma:
1. relegius / ketuhanan
2. humanistic / kemanusiaan
3. nationality / kebangsaan
4. democracy / demokrasi
5. social justice / keadilan sosial