Anda di halaman 1dari 16

REFERAT: PITIRIASIS ROSEA

Pembimbing: dr. Mahdar Johan, Sp. KK

Lukas Arya Kusuma (202006010041)


Definisi
Pitiriasis (scales), rosea (pink)
Erupsi kulit akut yang dapat sembuh sendiri
Lesi inisial  eritema dan skuama halus
Self-limiting 3-8 minggu.
Sangat umum pada remaja dan dewasa muda
Umumnya asimptomatik, tetapi pruritus dan
sistemik seperti flu-like-symptoms bisa terjadi.
Epidemiologi
Bisa mengenai semua umur, terutama 15-40 tahun.
Perempuan : laki-laki  1,5 : 1
Dilaporkan sering ditemukan kasus PR pada musim
semi dan musim dingin di daerah beriklim sedang.
Frekuensi di AS  wanita 0,13% dan pria 0,14%
Secara internasional  diperkirakan mencapai 2%
pada kasus rawat jalan dermatologis.
Kasus sering ditemukan pada musim kemarau di
beberapa negara seperti Australia, India, dan
Malaysia.
Etiologi dan Faktor Risiko
Etiologi belum diketahui secara pasti.
Secara gambaran klinis diduga infeksi sebagai
penyebab.
Bukti ilmiah menduga berhubungan dengan virus
HHV-7 dan HHV-6.
Erupsi menyerupai PR, dilaporkan karena konsumsi
obat-obatan (barbiturat, metronidazol, katopril, dll)
Terdapat laporan erupsi menyerupai PR setelah
vaksinasi (difteri, hepatitis, BCG, influenza H1N1)
Studi lain  perubahan cuaca dingin.
Patogenesis
Dianggap suatu infeksi  gejala prodormal
Studi mengatakan ditemukannya HHV-7 dan HHV-6.
Prevalensi HHV-6 dan HHV-7 pada orang dewasa
sehat  80-100% dan >85%
Studi menemukan  profil sitokin pada PR
(interleukin-17, interferon-γ, vascular endothelial
growth factor, dan interferon-inducible-protein-10
(CXCL10))
interleukin-17, interferon-γ  bukan sebagai profil
sitokin spesifik, melainkan bisa disebut sebagai
proses akibat infeksi viral.
Manifestasi Klinis
Prodormal  gejala menyerupai flu, malaise, nyeri
kepala, nausea, demam, hilang nafsu makan, artralgia.
Lesi awal  Herald patch, soliter, oval dan anular,
diameter kira-kira 3 cm, dapat membesar dengan
rentang 2-10 cm.
Herald patch  ditemukan 80% pada kasus
Multipel herald patch  5% pada kasus
Manifestasi Klinis
Lesi sekunder timbul umumnya setelah 2 minggu dari lesi
pertama. Rentang waktu beberapa jam- 3 bulan.
Gambaran khas  Christmas tree
Lesi sekunder  multipel, lingkaran-oval, 0,5-1,5 cm,
makula, papul, dan plak
Predileksi  punggung, ekstremitas proksimal bilateral
dan simetris.
Atypical pitiriasis rosea  herald patch dapat tidak
ditemukan, berjumlah lebih dari 1, atau menjadi satu-
satunya manifestasi klinis.
Predileksi  hanya di daerah perifer, wajah, kulit kepala,
telapak tangan atau kaki.
Lesi mukosa  16% pada kasus.
Oral  ulser, plak, bulla, annular, makula
Limfadenopati  sering ditemukan pada pasien yang
memiliki gejala flu-like-symptoms
Manifestasi Klinis
Anak-anak dengan pigmen kulit lebih gelap 
presdisposisi dengan varian papular (wajah, scalp)
Pasien dengan pigmen lebih gelap  lesi biasa hilang
dengan hipopigmentasi.
PR saat kehamilan bisa mungkin di asosiasikan
dengan kelahiran pematur, hipotonik neonatus, dan
kematian janin, khususnya erupsi yang timbul saat
15 minggu kehamilan
Diagnosis
Dilihat secara klinis. (minimal 3 kriteria utama, dan 1
dari 3 kriteria opsional)
3 kriteria diagnosis utama
Lesi diskret sirkular atau oval
Scaling pada sebagian besar lesi
Collarrete perifer dengan central clearance
3 kriteria opsional
Distribusi  trunk dan tungkai proksimal, <10% lesi
pada bagian lengan atas distal, dan pertengahan paha.
Distribusi  sepanjang bagian tulang iga
Herald patch  timbul 2 hari sebelum erupsi.
Diagnosis
3 kriteria eksklusi
Multipel vesikel kecil pada bagian tengah dari 2 atau lebih lesi
Distribusi lebih banyak di telapak tangan dan telapak kaki
Bukti klinis/serologi adanya sifilis sekunder.

Pemeriksaan darah rutin  umum dilakukan pada PR (tidak


spesifik)
Kadang ditemukan; leukositosis, peningkatkan sedimen eritrosit

Biopsi, tidak perlu apabila secara klinis sudah jelas.


Diagnosis Banding
Tinea korporis: gambaran klinis mirip (eritema
,skuama di tepi lesi, anular) perbedaannya adalah
gejala lesi inisial biasanya tidak berbentuk oval, pada
pemeriksaan KOH didapat hasil positif.
Dermatitis numularis: plak biasa lebih sirkular
dibanding oval, lebih banyak di tungkai bawah,
punggung tangan, dan sering ada vesikel kecil
Psoriasis gutata: plak lebih kecil dari PR, dan tidak
mengikuti garis tulang iga, bila ragu bisa dilakukan
biopsi.
Sifilis sekunder: ada chancre (ulkus mole), tidak
terdapat herald patch, distribusi di telapak tangan
dan kaki.
Tatalaksana
PR self-limiting, pengobatan secara simtomatik

1. Topikal : apabila gatal cukup mengganggu, dapat diberikan


obat kortikosteroid topikal.
2. Sistemik
a. Dapat diberikan antihistamin seperti Cetirizin 1x10 mg per
hari.
b. Eritromisin oral 4 x 250 mg/hari selama 14 hari.
c. Asiklovir 3 x 400 mg/hari selama 7 hari, diindikasikan pada
awal perjalanan penyakit dan disertai flu-like-symptoms.
d. Fototerapi ultraviolet B (UVB) dengan dosis 250 mJ/cm2, 3
kali seminggu selama 4 minggu.
Kesimpulan
PR adalah erupsi kulit akut yang self-limiting, yang
umum pada umur 15-40 tahun akibat infeksi HHV-7 dan
HHV-6, dengan gejala lesi primer herald patch dan lesi
sekunder khas seperti christmas tree timbul 2 minggu
setelah lesi primer, disertai gejala prodormal. PR dapat
diatasi dengan obat simtomatik secata topikal maupun
sistemik.
Daftar Pustaka
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2018.
2. Kang S, Amagai M, Bruckner A, Enk A, Margolis D, McMichael A et al.
Fitzpatrick's Dermatology. 9th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2019.
3. Litchman G, Nair PA, Le JK. Pityriasis Rosea. [Updated 2021 Jul 21]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448091/
4. Mahajan, K., Relhan, V., Relhan, A. K., & Garg, V. K. (2016). Pityriasis Rosea: An
Update on Etiopathogenesis and Management of Difficult Aspects. Indian journal of
dermatology, 61(4), 375–384. https://doi.org/10.4103/0019-5154.185699
5. Panduan Praktis Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia.
JAKARTA: PERDOSKI; 2017.
6. Pityriasis Rosea: Background, Pathophysiology, Etiology. 2021 May 18 [cited
2021 Nov 14]; Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1107532-
overview#a5

Anda mungkin juga menyukai