Anda di halaman 1dari 15

Konsep dan Reorientasi

Pendidikan Islam

• Implikasi Budaya dan Pendidikan


• Negara dan Pendidikan
• Paradigma Perubahan Pendidikan
Implikasi Budaya dan Pendidikan
Invasi Budaya
invasi budaya (kultural), penyerbuan dengan bantuan sarana
dan prasaran budaya terhadap kebudayaan lain, sehingga
terjadi penaklukan budaya dan orang mengalami proses
pemalsuan kultural serta alienasi atau keterasingan terhadap
kebudayaan sendiri.

Sekolah merupakan sarana bagi penyuapan peserta didik


dengan doktrin-doktrin politik serta propaganda nilai-nilai
budaya yang dianggap bermanfaat bagi para penguasa.

Akibat buruknya; menjauhkan peserta didik dari tradisi dan


nilai-nilai budaya kaumnya sendiri; muncul keterasingan
terhadap hakekat diri sendiri, kondisi sosial budaya, proses
tidak mengenali jatidiri atau identitas sendiri kemudian timbul
rasa malu terhadap kekayaan budaya sendiri yang dianggap
inferior (ndesani)
Invasi Budaya dan Pedagogi Politik
• kata kunci pendidikan politik, pengertian diri atau penyadaran diri;
pemahaman lingkungan dan gerak emansipasi.
• Sistem pendidikan yang dikembangkan adalah; pedagogi
problematisasi, kegiatan pendidikan yang tidak menelan secara
otomatis dan tidak menghafal secara mekanis semua informasi
akan tetapi mengecek persoalan-persoalan yang belum mapan;
pedagogi dialogis, pendidikan yang menggunakan metode dialog
untuk membicarakan secara bersama-sama masalah aktual juga
dicarikan jalan keluarnya kemudian hasilnya diterapkan untuk
mencapai kesejahteraan hidup.
• Fungsinya; adalah
- peserta didik sadar akan kekurangan dirinya sendiri, potensinya,
kekuatannya, beserta kemungkinan untuk perkembangan dirinya
dalam dimensi waktu
- sadar akan integritas dirinya dan fungsi dirinya selaku makhluk
sosial yang harus berkomunikasi di tengah masyarakat
- sadar akan kedudukannya sebagai subyek yang mandiri, dinamis
dan aktif.
• Pendidikan deposit (konsep bank)/proses pelolohan.
Antagonisme Pendidikan Gaya Bank

• guru mengajar, murid belajar


• guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-apa
• guru berpikir, murid dipikirkan
• guru berbicara, murid mendengarkan
• guru mengatur, murid diatur
• guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid
menuruti
• guru bertindak, murid membayangkan bagaimana
bertindak sesuai dengan tindakan gurunya
• guru memilih apa yang akan diajarkan, murid
menyesuaikan diri
• guru mengacaukan wewenang ilmu pengetahuan dengan
wewenang profesionalismenya, dan
mempertentangkannya dengan kebebasan murid-murid.
• guru adalah subyek proses belajar, murid obyeknya.
Kesadaran Realitas

Tindakan
(action)

Kata = Karya = Praxis

Pikiran
(reflection)
Lingkaran Praksis Emansipatoris
Gambar:

Teoritisasi
Perubahan

Aksi Refleksi Kritis


Perubahan (Sosial, moral,
teologis)

Problem
Kemanusiaan
Pilar Pendidikan Mendatang
• Learning to Know
(kemampuan memahami makna)
• Learning to do
(berbuat dengan berpikir)
• Learning to be
(menggali potensinya sendiri)
• Learning to live together
(menuntun seseorang untuk bermasyarakat)
• Learn how to learn
(belajar berkreatif, mandiri, dan berkelanjutan)
• Learning throughout life
(belajar tidak terbatas tapi harus mencari)
Proses sinkretisme, akulturasi, sintese kultural
dan keputusan politik
• pendidikan akan bermanfaat bagi kehidupan jika bersumber
dan dibangun atas landasan pola kebenaran lokal, regonal
dan nasional, serta terkait kebutuhan peserta didik.
• Sinkretisme, keberhasilan pengaruh pendidikan, tekhnologi
dan modernisasi oleh kesanggupan reinterpretasi anak didik
dalam memahami pengaruh edkatif, yaitu melalui
pengertian, perasaan, bahasa dan penerimaan, untuk
kemudian dicernakan ke dalam kerangka konseptual kepada
pesera didik sampai mampu menolak atau menrima.
• Proses akulturasi, penyesuaian dalam pola budaya dari
beberapa kelompok dengan bermacam-macam budaya,
lewat kontak yang cukup lama.
• Sintese kultural, perpaduan budaya, yaitu perpaduan dan
persenyawaan nilai-nilai serta benda-benda budaya modern
dengan yang lama yang berlangsung tanpa konflik.
Negara dan Pendidikan
• Pendidikan meruapakan cerminan kondisi negara dan pencerminan dari ambisi-ambisi atau
refleksi dari kekuatan sosial-politik yang sedang berkuasa
• Negara demokrasi, sistem pendidikan yang memperhatikan serta mengembangkan
keunikan masing-masing pribadi dan kebebasannya.
• Negara totaliter, pemerintahan yang menguasai segalanya lewat kekuasaan absolut,
pemerintah membatasi kebebasan individu, dengan memberikan pendidikan yang uniform
bagi lembaga pendidikan. Sistem pendidikannya mencerminkan ide-ide politik para politisi
yang berkuasa.
• Negara otoriter, pendidikan adalah kekuatan politik untuk mendominir rakyat. Karena
pemerintah secara mutlak mengatur pendidikan. Tujuan pendidikan adalah membuat rakyat
menjadi alat negara.
• Negara otokratis, negara berwenang memilih dan menentukan sistem pendidikan untuk
rakyat. Rakyat mengikuti segala keputusan pemerintah tanpa reserve.
• Negara aristokratis, sistem pendidikan yang mengutamakan kaum bangsawan yang
dipersapkan menjadi penguasa birokrasi, sedangkan rakyat banyak dibiarkan tidak terdidik
dan dalam keadaan terbelakang.
• Negara komunis dan kapitalis. Di negara kapitalis, politik dan negara dikuasai oleh
sekelompok pemodal. Lembaga pendidikan umumnya dikuasai oleh pemodal sehingga
pada umumnya lembaga pendidikan dikembangkan atas dasar investasi. Konsekuensinya
lembaga pendidikan dibangun atas dasar bisnis dan keuntungan ada pada pemilik modal.
Di negara komunis yang menerapkan diktator proletariat menerapkan pendidikan sebagai
fungsi negara. Pendidikan merupakan senjata strategis untuk menguasai rakyat yakni
memacu rakyat menjadi manusia yang uniform. Politik adalah sinonim dengan
pengendalian secara ketat terhadap negara dan rakyat. Karena itu sistem pendidikannya
erat sekali berkaitan dengan sistem politik dan ambisi-ambisi politik negara tercerminkan
pada kerangka filosofis dan praksis pendidikan
Pendekatan dan Paradigma
Pendidikan

• Paradigma Sistemik-Organik
• Paradigma Holistik-Integralistik
• Paradigma Humanistik
• Paradigma Idealistik-Transformatif
• Paradigma Multikulturalisme
Paradigma Sistemik-Organik

• teori yang menekankan bahwa obyek, peristiwa dan pengalaman


merupakan bagian yanng tidak terpisahkan dari suatu keseluruhan
yang utuh. Suatu bagian hanya memiliki makna jika dilihat dan
dikaitkan dengan keutuhan totalitas, sebab keutuhan bukan sekedar
kumpulan dari bagian-bagian, melainkan berinteraksi dengan sistem
terbuka.
• Pendidikan harus memberikan manfaat bagi perkembangan dan
dinamika masyakatnya. Keterkaitan ini memiliki arti bahwa prestasi
peserta didik tidak hanya ditentukan oleh apa yang mereka lakukan
di lembaga pendidikan melainkan prestasi juga ditentukan oleh apa
yang mereka lakukan dunia kerja dan masyarakat.
Paradigma yang dikembangkan:
• pendidikan lebih menekankan pada proses pembelajaran (learning)
dari pada mengajar (teaching)
• pendidikan diorganisir dalam struktur yang fleksibel
• pendidikan memperlakukan pesera didik sebagai individu yang
memiliki karakteristik khusus dan mandiri.
• Pendidikan merupakan proses berkesinambungan dan senantiasa
berinteraksi dengan lingkungan.
Paradigma Holistik-Integralistik
• Paradigma Holistik Integralistik
• pendidikan sebagai sarana untuk mengembangkan potensi manusia
secara utuh. Manusia dipandang sebagai kesatuan yang bulat,
yakni kesatuan jasmani ruhani, kesatuan makhluk pribadi-sosial-
makhluk Tuhan, kesatuan melangsungkan, mempertahankan, dan
mengembangkan hidupnya.

Paradigma yang dikembangkan;


• tujuan pendidikan adalah mengintrodusir terbentuknya manusia
seutuhnya dan masyarakat seutuhnya
• materi pendidikan yang memuat kesatuan pendidikan jasmani-
ruhani, mengasah kecerdasan intelektual-spiritual-keterampilan,
kesatuan materi pendidikan teoritis-praktis, kesatuan materi
pendidikan pribadi-sosial-ketuhanan, dan kesatuan materi
pendidikan keagamaan-filsafat-estetika
• proses pendidikan yang mengutamakan kesatuan kepentingan
politik-peserta didik –masyarakat.
• evaluasi pendidikan yang mementingkan tercapainya
perkembangan peserta didik dalam bidang penguasaan ilmu-sikap-
tingkah laku-keterampilan.
Paradigma Humanistik

• pendidikan yang memandang manusia sebagai manusia.

Orientasi yang dikembangkan;


• tujuan pendidikan adalah membudayakan manusia atau
memanusiakan manusia.
• materi memuat ilmu-ilmu kemanusiaan
• metode pendidikan yang menghargai martabat manusia
sesuai dengan fitrahnya
• menciptakan suasana pendidikan yang manusiawi
• mengevaluasi perkembangan anak didik sebagai anak
manusia yang sedang berkembang berdasarkan kriteria
kemanusiaan.
Paradigma Idealistik-Transformatif

• memandang manusia sebagai makhluk yang


mulia. Makhluk ciptaan Tuhan sebagai wakil
Tuhan di bumi.

Proses pendidikannya:
• membentuk manusia yang berguna
• kurikulum yang dapat mengembangkan aspek
pikir, zikir, dan keterampilan
• metode yang dapat mengembangkan ketiga
aspek (pikir, zikir, keterampilan)
• evaluasi yang mengukur kemampuan peserta
didik dari berbagai asek kecakapan.
Paradigma Multikulturalisme

• manusia sebagai makhluk makro dan sekaligus mikro


yang tidak terlepas dari akar budaya bangsa dan
kelompok etnisnya.

Proses pendidikannya:
• membentuk manusia yang berbudaya
• materi yang mengajarkan nilai kebudayaannya
• metode yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan
keragaman budayadan kelompok
• sifat evaluasi yang menghormati kelompok budaya
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai