ILMU
KEDOKTERAN
KEDOKTERAN
FORENSIK
FORENSIK
DALAM
DALAM HUKUM
HUKUM
PMBUKTIAN
PMBUKTIAN
(PIDANA)
(PIDANA)
1
THE POLICE POWER
• melindungi kesehatan
• melindungi keamanan / keselamatan
• melindungi moral
• melindungi kesejahteraan umum
TUGAS POLISI adalah:
• tindakan preventif thd kejahatan yg belum terjadi
• tindakan repressif thd kejahatan yg sudah terjadi
• penyelidikan
• penyidikan dan Polisi perlu tahu ilmu forensik,
penyidikan tamb. atau minta bantuan ahli forensik.2
DEFINISI
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
Ilmu Kedokteran Forensik (IKF) adalah
ilmu yang mempelajari penerapan ilmu
kedokteran bagi kepentingan peradilan
(medicine for the law).
Sering disebut “Medical Jurisprudence”
atau “Medicina Forense”.
3
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
Merupakan disiplin medis, bukan disiplin
hukum, yang diaplikasikan untuk membantu
proses peradilan (medicine for the law).
Tidak sama dengan hukum kedokteran.
Hukum kedokteran (medical law) adalah
bagian dari hukum kesehatan yang mengatur
semua aspek yang berkaitan dengan profesi
medik (law regulating the practice of medicine).
Hukum kesehatan (health law) adalah
hukum yang mengatur semua aspek yang
berkaitan dengan upaya kesehatan. 4
UPAYA KESEHATAN
Meliputi aspek:
o Kedokteran Medical Law
o Keperawatan Nurse Law
o Perumahsakitan Hospital Law
o Lingkungan Hidup Environmental Health
Law
o Makanan & Obat Food and Drug Law
o Kesehatan Jiwa Mental Health Law
o Kesehatan Kerja Occupational Health
Law
o DLL 5
FORENSIC SCIENCES (Ilmu-Ilmu
Forensik)
MEMPELAJARI IKF
1. Memahami pentingnya peranan ilmu kedokteran
dan Dr dalam membantu mengungkap perkara
pidana.
2. Mengerti pada kasus yg bagaimana diperlukan
bantuan ilmu kedokteran dan dokter.
3. Mengerti status Dr dlm proses peradilan pidana.
4. Mengerti tatalaksana meminta bantuan kepada
dokter dalam kapasitasnya sebagai ahli.
5. Mengerti prinsip-prinsip pemeriksaan forensik.
6. Mampu memahami keterangan yang diberikan Dr
7. Mengerti batas kemampuan Dr dalam membantu 7
proses peradilan pidana.
KEGUNAAN FORENSIC SCIENCES
1. Membantu menentukan adanya tindak pidana.
LUKA PERCOBAAN
Disebabkan yang bersangkutan masih mencoba-coba.
Ciri-cirinya:
o letak luka di sekitar luka yang mematikan.
o jumlahnya banyak (multipel).
o kualitas luka dangkal. 13
o luka percobaan tersebut tidak mematikan.
IDENTIFIKASI KORBAN
o Identifikasi Umum:
- jenis kelamin.
- umur.
- tinggi badan.
- golongan darah.
- suku bangsa, dll.
o Identifikasi Personal:
- si Bambang atau bukan.
- si Ahmad atau bukan.
- si Fatimah atau bukan.
Untuk identifikasi personal diperlukan DATA
PEMBANDING (sidik jari, gigi geligi atau DNA). 14
IDENTIFIKASI PELAKU
Identifikasi pelaku dapat dilaksanakan dengan
memeriksa bahan-bahan medis, misalnya:
o Darah pelaku.
o Sel-sel dari jaringan tubuh pelaku, misalnya:
- sel kulit.
- sel darah, dll.
o Sperma pelaku.
o Air liur pelaku.
o Rambut pelaku (rambut kepala atau kemaluan).
o Gigi pelaku.
o Jejas gigitan pada korban yang ditinggalkan oleh
pelaku.
15
BANTUAN DOKTER
DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM
1. Memberikan keterangan tentang:
a. Korban (hidup atau mati).
b.Tersangka / terdakwa, yaitu tentang:
- umur yang sebenarnya.
- kemampuan bertanggung jawab.
- kemampuan melakukan coitus.
- pelaku infanticide yang menyangkal melahirkan.
c. Barang bukti medis, misalnya:
- darah, sperma, dll.
2. Memberikan penjelasan tentang:
- pertanyaan hipotetis (hipothetical question).
3. Membantu pemeriksaan TKP. 16
PROSEDUR MEMINTA BANTUAN FORENSIK
1. Pejabat yang berhak minta bantuan:
a. Penyelidik (pada tingkat Penyelidikan) oleh Penyelidik POLRI.
b. Penyidik (pada tingkat Penyidikan dan Penyidikan Tambahan)
yang dilaksanakan Penyidik POLRI, Provost atau Polisi Militer).
c. Hakim ketua sidang pada tingkat Persidangan (yang dalam hal ini
KEYAKINAN +
(HAQQUL YAQIN)
25
KEWAJIBAN
MENGUCAPKAN SUMPAH ATAU JANJI
Bila diminta keterangannya maka Dr wajib mengucapkan
sumpah atau janji.
Jika dokter menolak mengucapkan sumpah atau janji tanpa
alasan hukum yang sah maka Dr:
odisandera di Rumah Tahanan Negara maksimal 14 hari bila
penolakannya dilakukan di sidang pengadilan.
otidak boleh disandera di Rumah Tahanan Negara jika
penolakannya dilakukan di depan penyidik.
INGAT :
Disandera = dirampas kemerdekaannya (sebagai upaya
paksa) agar Dr bersedia mengucap sumpah atau janji.
Ditahan = dirampas kemerdekaannya agar tidak mengulangi
perbuatannya, tidak lari, atau menghilangkan barang bukti.26
KETERANGAN DOKTER
Keterangan Dr yang diberikan kpd penegak
hukum bisa berupa:
1. Keterangan Lisan, dapat disampaikan:
a. di depan Penyidik; atau
b. di sidang Pengadilan.
2. Keterangan Tertulis (Visum et Repertum),
dapat diserahkan:
a. di tingkat penyidikan, atau
b. di tingkat sidang pengadilan.
27
VISUM ET REPERTUM
Syarat Materiel:
a. faktual (factually correct); dan
b. tidak bertentangan dengan ilmu
kedokteran yang telah teruji.
Syarat Formiel:
a. dibuat dgn sumpah/janji; atau
b. dibuat dgn mengingat sumpah/
janji ketika menerima jabatan. 30
STANDAR
VISUM ET REPERTUM
1. Menggunakan bahasa yg mudah difahami
oleh penegak hukum yang awam medis.
2. Isinya faktual relevan dengan maksud dan
tujuan dimintakannya Visum et Repertum.
3. Memenuhi syarat formal, yaitu dibuat
dengan mengucapkan sumpah atau janji
sebelum memeriksa atau dibuat dg mengi-
ngat sumpah / janji wkt menerima jabatan.
31
VR PSIKIATRIK
- Ada penyakit jiwa atau tidak.
- Jika ada, apa jenis penyakit jiwa tsb.
- Apakah dengan jenis penyakit jiwa tsb
ybs masih mampu bertanggungjawab
atau terhadap perbuatan yang dilakukan.
VR KORBAN HIDUP
- Ada luka-luka atau tidak.
- Jika ada maka:
1. Apa jenis lukanya.
2. Apa jenis benda penyebab luka.
3. Derajat luka (ringan, sedang, berat).
32
VR KORBAN MATI
- Ada luka-luka atau tidak.
- Jika ada maka:
1. Apa jenis lukanya.
2. Apa jenis benda penyebab luka.
3. Apa penyebab kematian korban.
34
PERMINTAAN TERLAMBAT
BUKAN
RAHASIA KEDOKTERAN RAHASIA KEDOKTERAN
TIDAK BISA DIUNGKAP DALAM BISA DIUNGKAP DALAM
VISUM ET REPERTUM VISUM ET REPERTUM
TETAPI BISA DIUNGKAP
DALAM KETERANGAN MEDIS
ASAL DENGAN IZIN PASIEN 36
VISUM et REPERTUM
PENDAHULUAN:
o Identitas peminta visum et repertum.
o Identitas dokter yang melakukan pemeriksaan.
o Identitas korban yang diperiksa.
o Alasan dimintakan visum et repertum.
o Kapan dilakukan pemeriksaan.
o Tempat dilakukan pemeriksaan.
HASIL PEMERIKSAAN:
o Fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter.
o Fakta dari hasil pemeriksaan bersama dokter lain.
KESIMPULAN:
o Interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari
fakta-fakta di atas, dikaitkan dengan maksud dimintakannya V et R.
(Kesimpulan bukan ringkasan atau mengulang-ulang fakta)
PENUTUP:
o Pernyataan bahwa keterangan tertulis ini dibuat dengan mengingat
sumpah / janji ketika menerima jabatan atau dengan mengucapkan
sumpah / janji sebelum melakukan pemeriksaan.
o Tanda tangan dokter pemeriksa dan pembuat visum et repertum. 37
VISUM et REPERTUM ORANG HIDUP
PENDAHULUAN :
o
o
HASIL PEMERIKSAAN :
o fakta dari pemeriksaan pertama kali datang.
o fakta dari pemeriksaan selama dalam perawatan.
o fakta dari pemeriksaan terakhir.
KESIMPULAN :
o jenis luka.
o jenis benda penyebab luka.
o derajat luka.
PENUTUP :
o Demikianlah keterangan ini dibuat dgn mengingat sumpah
pada waktu menerima jabatan sebagai dokter.
38
Luka Berat:
- tidak dapat diharapkan sembuh dengan
sempurna.
- dapat mendatangkan bahaya maut.
- menimbulkan rintangan tetap dalam men-
jalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan
mata pencarian.
- kehilangan salah satu dari panca indera.
- menimbulkan cacat besar atau kudung.
- mengakibatkan lumpuh.
- menimbulkan gangguan daya pikir 4 ming-
gu atau lebih.
- keguguran atau kematian janin dlm rahim.
39
Luka Sedang:
luka yang mengakibatkan penyakit atau
halangan dalam menjalankan pekerjaan
jabatan atau pekerjaan matapencarian
untuk sementara waktu.
Luka Ringan:
luka yang tidak menimbulkan penyakit
atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau matapencarian.
40
41
PENGERTIAN SEKS
O th 12 th > 12 th 15 th > 15 th
Kesimpulan:
right to con-
sent to coitus
Kesimpulan
PERKOSAAN harus memenuhi syarat:
1. Pelaku harus laki-laki yang mampu melakukan coitus.
2. Korban harus perempuan yang bukan isteri sendiri.
3. Perbuatannya harus meliputi:
a. coitus intra vaginal yang sifatnya dengan paksa.
b. bentuk pemaksaannya harus dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan. 50
KEBIJAKAN PIDANA di INDONESIA
59
BAYI VIABEL
74
HANGING (GANTUNG)
PENGERTIAN :
Suatu peristiwa dimana berat badan dari tubuh tertahan
oleh benda (biasanya tali atau kabel) pada daerah lehernya
sehingga jalan nafas atau pembuluh darah tertutup.
Pada peristiwa gantung tidak selalu seluruh tubuh berada
diatas tanah.
Sangat dimungkinkan orang menggantung dengan ujung
kaki menyentuh tanah. Yang
penting, asalkan daerah leher tertekan oleh tekanan yang
beratnya 10 pon maka pembuluh darah leher dapat tertutup
sehingga aliran darah terhenti.
SEBAB KEMATIAN :
1. Asfiksia (kekurangan oksigen).
2. Gangguan aliran darah (sirkulasi darah).
3. Vagal reflex (reflek syaraf ke X). 75
76
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Lokasi.
2. Posisi tubuh.
3. Keadaan tali.
4. Keadaan tubuh jenazah, misalnya:
a. Distribusi lebam mayat apakah sesuai dengan ciri-
ciri menggantung.
b. Lidah tidak harus terjulur.
c. Sperma atau faeces tidak selalu keluar.
77
CEKIKAN
TANDA-TANDA :
1. Leher :
a. Bagian luar, antara lain:
- memar.
- lecet berbentuk bulan sabit.
b. Bagian dalam, antara lain:
- resapan darah dibawah kulit.
- patah tulang rawan.
2. Paru-paru : terlihat sembab.
78
TENGGELAM
PENGERTIAN :
HUKUM KEPERAWATAN
Bagian dari hukum kesehatan yang mengatur semua
aspek yang berkaitan dengan amalan keperawatan.
HUKUM KEBIDANAN
Bagian dari hukum kesehatan yang mengatur semua
aspek yang berkaitan dengan amalan kebidanan. 84
Sebagaimana hukum pada umumnya maka hukum
di bidang kesehatan terdiri atas:
1. Hukum Tertulis:
Berupa peraturan perundang-undangan, antara
lain:
a. UU Kesehatan;
b. UU Praktik Kedokteran;
c. UU lain yang berkaitan dengan upaya kese-
hatan.
2. Hukum Tak Tertulis:
Berupa kebiasaan yang diterima di dunia keseha-
tan dan sudah berlangsung dalam kurun waktu
lama. 85
HAKEKAT
HAKEKAT
HUKUM
HUKUMKESEHATAN
KESEHATAN
Hukum
HukumKesehatan
Kesehatan(yang
(yangterdiri
terdiriatas
atasHukum
Hukum
Kedokteran,
Kedokteran,Hukum
HukumKeperawatan
Keperawatandan danlain
lain
sebagainya)
sebagainya)pada
padahakekatnya
hakekatnyamerupakan
merupakankaidah
kaidah
yang
yangberkaitan
berkaitandengan
denganaplikasi
aplikasi(penerapan)
(penerapan)
dari:
dari:
1.1. Hukum
Hukumadministrasi
administrasinegara;
negara;
2.2. Hukum
Hukumperdata;
perdata;dan
dan
3.3. Hukum
Hukumpidana.
pidana.
86
LATAR BELAKANG
Perlunya dikembangkannya hukum kesehatan
sebagai spesialisasi dari disiplin hukum menurut
Leenen dilatarbelakangi oleh:
1. Adanya kemajuan ilmu dan teknologi di bidang
kesehatan yang semakin hari semakin
memperli- hatkan adanya bentuk intervensi
terhadap integritas manusia.
2. Berubahnya dunia pelayanan kesehatan menjadi
semakin birokratis shg mengakibatkan hubungan
personal semakin menurun.
3. Semakin diterimanya gagasan mengenai hak
asasi manusia (termasuk hak menentukan nasib
sendiri) sebagai landasan bagi kebijakan hukum
dan sosial. 87
MOTIF
Motif pembentukan dan pembangunan hukum di
bidang kesehatan menurut Van Der Mijn didorong
oleh adanya kebutuhan akan:
1. Pengaturan pemberian jasa keahlian.
2. Tingkat kualitas keahlian tenaga kesehatan.
3. Keterarahan.
4. Pengendalian biaya.
5. Kebebasan masyarakat menentukan kepentingan-
93
APA
PROFESI
&
APAKAH
PROFESI SAMA DENGAN
OKUPASI?
94
PROFESI
Istilah profesi berasal dari :
Bahasa Latin “professio”, yang berarti pernyataan atau
janji.
Bahasa Inggris “to profess”, yang berarti mengaku atau
menyatakan.
PROFESIONAL
Orang yang dengan kebebasannya telah mengucapkan
suatu janji kepada publik untuk melayani masyarakat
yang menginginkan suatu kebaikan tertentu.
Pengucapan janji tersebut dimaksudkan untuk
memperoleh suatu kepercayaan (trust) dari masyarakat.
PROFESSIONALISM 95
Quality or typical features of a profession or professionals.
CIRI PROFESI
Profesi berbeda dg okupasi karena cirinya:
Charaka Samhita (S.M) :
Knowledge.
Cleverness.
Devotion.
Purity (physic and mind).
Bernard Barber :
Memiliki body of knowledge.
Orientasi primernya untuk kepentingan
masyarakat.
Memiliki mekanisne self-control.
Memiliki sistem reward. 96
Potter P, A. & Perry A, G. (2001) :
Knowledge
Hard Competency (lebih mudah)
Skill
98
ETIKA PROFESI
Dalam melaksanakan profesinya, wajib me-
matuhi nilai moralitas yang berkaitan dengan:
1. People who require medical care (tidak
membedakan-bedakan orang yg membu-
tuhkan pertolongannya) .
2. Client or patient (setelah terjadi hubungan).
3. Health care team (wajib mengingatkan bila
ada anggota tim yg melakukan kesalahan).
4. Society (social context).
5. Profession (disiplin dlm menerapkan kaidah-
kaidah yang berlaku di dunia kedokteran). 99
ETIKA
Catalano, J, T.:
101
Gene Bloker :
102
KODE ETIK
Merupakan ketentuan tertulis (written list) yang memuat
nilai-nilai dalam profesi, sekaligus sebagai standar
berprilaku.
Merupakan kerangka acuan dalam mengambil keputusan.
Selalu dilakukan revisi secara periodik, disesuaikan dengan
perkembangan masyarakat atau perkembangan profesi.
Biasanya lebih luas, tetapi tidak pernah berbenturan dengan
ketentuan hukum.
Setiap anggota profesi bertanggungjawab terhadap tegaknya
nilai-nilai serta standar yang ada dalam kode etik.
Kode etik tidak bersifat paksaan.
(Catalano, JT, 1991
103)
BEDA ETIKA DAN HUKUM
ETIKA HUKUM
Norma otonom. Norma heteronom.
Tujuan menjaga kewibawaan dan Menjamin kedamaian hidup
integritas. bersama.
Materi berupa kewajiban saja. Berupa hak & kewajiban secara
seimbang.
Apa yang pada umumnya dinilai baik atau buruk oleh etika juga
dirasakan demikian oleh hukum.
Hanya saja bidang hukum tidak mencakup hal-hal kecil dan sepele, yang
bagi hukum kurang relevan untuk dicampuri.
Pelanggaran terhadap norma etik yang kecil dan ringan dianggap belum
mengganggu atau membahayakan ketertiban umum sehingga belum perlu
diatur dan diberi sangsi hukum sebab masyarakat sendiri dinilai masih
sanggup mengendalikanya tanpa menimbulkan gejolak yang berarti.
Tujuan dari aliran ini adalah legalisasi moral dan moralisasi hukum,
namun banyak ditentang karena dinilai membaurkan pengertian menge-
nai fungsi hukum dan fungsi moral.
105
Hukum muncul karena adanya pertentangan (misalnya karena
kepentingan yang saling bertenturan) dan hukum diperlukan karena ia
merupakan mekanisme sosial untuk memecahkan masalahnya.
Sedangkan etika muncul akibat adanya pemikiran masalah-masalah yang
sifatnya lebih luas dan lebih mendalam, misalnya tentang manusia dan
hubungannya dengan sesamanya.
Secara umum hukum dan etik punya tujuan yang sama, yaitu ketertiban di
dalam masyarakat. Secara khusus hukum dan etik berbeda dilihat dari
sifat dan tujuan khususnya, tolok ukur, akibat, sanksi dan ruang
lingkupnya.
Moral dan etik menghendaki agar orang menggunakan hati nuraninya
untuk selalu melakukan yang baik dan yang benar serta menghindari
tindakan yang tidak baik dan yang salah.
Sedangkan etika profesi yang merupakan etika terapan menghendaki agar
kelompok profesional mengaplikan ajaran moral dan etik guna menjaga
mutu, harkat dan martabat profesinya serta harkat dan martabat manusia.
Sementara itu hukum mengatur etik secara garis besar yang berlaku umum
106
dalam kehidupan masyarakat dan bertujuan menciptakan kedamaian dan
PROBLEM HUKUM
PROBLEM ETIKA
1. Sifatnya yg umum & abstrak menimbulkan problem
aplikasi, konsistensi & questionable morality.
2. Penyelesaian lewat jalur ini tidak memiliki daya paksa.
107
UU PRAKTIK KEDOKTERAN
No. 29 Th. 2004
108
IMPLIKASI UUPK TERHADAP DOKTER
sesuai standar.
4. Melaksanakan :
a. Manajemen Informed Consent yang benar.
b. Manajemen Rekam Medik yang baik dan rapi.
c. Manajemen Rahasia Kedokteran yang tertib.
d. Manajemen Kendali Mutu (Audit Medik dsbnya).
5. Memfasilitasi terlaksananya semua Hak Pasien.
110
6. Melakukan Tindakan Korektif thd dokter yang melanggar.
DEFINISI INFORMED CONSENT
PERMENKES :
115
LANDASAN HUKUM
1. UU Kesehatan Th. 1992, Psl 53.
Dengan jelas dikatakan bahwa hak health care receiver
antara lain :
Hak atas informasi.
Hak memberikan persetujuan tindakan medik.
Jadi informed consent merupakan perwujudan dari
kedua hak pasien tersebut.
2. UU No. 29 Th. 2004 Tentang Praktik Kedokteran.
3. Peraturan Pemerintah Tentang Tenaga Kesehatan.
4. Permenkes No. 585 tentang Persetujuan Tindakan Medik
serta Surat Keputusan Dirjen Yanmed.
5. Permenkes No. 1419 / Menkes / PER / 2005 tentang
Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi. 116
TINDAKAN MEDIK
YANG PERLU INFORMED CONSENT
APAKAH
INFORMED CONSENT MASIH TETAP
PERLU ???
BAGAIMANA
JIKA PASIEN TIDAK LAGI BISA
DIAJAK KOMUNIKASI ???
120
ASPEK HUKUM
GAWAT DARURAT
Meliputi :
DIANGGAP EMERGENCY :
Setiap kondisi yang menurut pendapat
pasien, keluarganya atau orang-orang yang
membawa pasien ke rumah sakit --------- bahwa
pasien --------- memerlukan penanganan segera
(requires immediate medical attention).
TRUE EMERGENCY :
Setiap kondisi klinis yang ditentukan
memerlukan penanganan segera guna mence-
gah kematian atau kecacatan.
124
(American Hospital
EMTALA
(A). Suatu kondisi yang ditandai adanya gejala berat dan
akut (meliputi rasa sakit yang sangat), yang jika tidak
segera ditangani akan dapat mengakibatkan:
____________________________
(i) kesehatan pasien (termasuk wanita hamil atau bayi
yang dikandungnya) mengalami bahaya serius,
(ii) kerusakan organ atau tubuh yang serius; atau
(iii) kegagalan organ atau bagian tubuh yang serius; atau
demi hukum).