Anda di halaman 1dari 141

ILMU

ILMU
KEDOKTERAN
KEDOKTERAN
FORENSIK
FORENSIK
DALAM
DALAM HUKUM
HUKUM
PMBUKTIAN
PMBUKTIAN
(PIDANA)
(PIDANA)
1
THE POLICE POWER

The power of the state to protect the health,


safety, morals and general welfare of its citizen

• melindungi kesehatan
• melindungi keamanan / keselamatan
• melindungi moral
• melindungi kesejahteraan umum
TUGAS POLISI adalah:
• tindakan preventif thd kejahatan yg belum terjadi
• tindakan repressif thd kejahatan yg sudah terjadi
• penyelidikan
• penyidikan dan Polisi perlu tahu ilmu forensik,
penyidikan tamb. atau minta bantuan ahli forensik.2
DEFINISI
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
Ilmu Kedokteran Forensik (IKF) adalah
ilmu yang mempelajari penerapan ilmu
kedokteran bagi kepentingan peradilan
(medicine for the law).
Sering disebut “Medical Jurisprudence”
atau “Medicina Forense”.

3
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
Merupakan disiplin medis, bukan disiplin
hukum, yang diaplikasikan untuk membantu
proses peradilan (medicine for the law).
Tidak sama dengan hukum kedokteran.
Hukum kedokteran (medical law) adalah
bagian dari hukum kesehatan yang mengatur
semua aspek yang berkaitan dengan profesi
medik (law regulating the practice of medicine).
Hukum kesehatan (health law) adalah
hukum yang mengatur semua aspek yang
berkaitan dengan upaya kesehatan. 4
UPAYA KESEHATAN
Meliputi aspek:
o Kedokteran Medical Law
o Keperawatan Nurse Law
o Perumahsakitan Hospital Law
o Lingkungan Hidup Environmental Health
Law
o Makanan & Obat Food and Drug Law
o Kesehatan Jiwa Mental Health Law
o Kesehatan Kerja Occupational Health
Law
o DLL 5
FORENSIC SCIENCES (Ilmu-Ilmu
Forensik)

• Ilmu Kimia Forensik


Perlu dikuasai oleh
• Ilmu Fisika Forensik
penegak hukum
• Ilmu Kedokteran Forensik
• Ilmu Kedokteran Gigi Forensik Bila tidak maka
• Ilmu Psikiatri Forensik penegak hukum
• Daktiloskopi
• Balistik perlu minta bantuan
• DLL ahli yang menguasai
ilmu forensik

the Mother of Forensic Sciences


6
PERLUNYA PENEGAK HUKUM

MEMPELAJARI IKF
1. Memahami pentingnya peranan ilmu kedokteran
dan Dr dalam membantu mengungkap perkara
pidana.
2. Mengerti pada kasus yg bagaimana diperlukan
bantuan ilmu kedokteran dan dokter.
3. Mengerti status Dr dlm proses peradilan pidana.
4. Mengerti tatalaksana meminta bantuan kepada
dokter dalam kapasitasnya sebagai ahli.
5. Mengerti prinsip-prinsip pemeriksaan forensik.
6. Mampu memahami keterangan yang diberikan Dr
7. Mengerti batas kemampuan Dr dalam membantu 7
proses peradilan pidana.
KEGUNAAN FORENSIC SCIENCES
1. Membantu menentukan adanya tindak pidana.

2. Membantu mengungkap PROSES tindak pidana:


a. kapan dilakukan.
b. dimana dilakukan.
c. dengan benda atau senjata apa dilakukan.
d. bagaimana cara melakukan.
e. apa akibatnya, yaitu : - luka ringan;
- luka sedang;
- luka berat; atau
- meninggal dunia.
3. Membantu mengungkap IDENTITAS KORBAN.

4. Membantu mengungkap IDENTITAS PELAKU. 8


PENYELIDIKAN
Adalah rangkaian tindakan menurut UU
untuk mengetahui apakah suatu peristiwa
merupakan TINDAK PIDANA sehingga bisa
dilakukan pemeriksaan (penyidikan).

Rangkaian tindakan penyelidikan meliputi:


oMelakukan TKP.
oMemeriksa saksi-saksi.
oMeminta bantuan ahli, termasuk ahli-ahli
forensik (mis: dokter forensik).
9
PENYIDIKAN
Adalah rangkaian tindakan menurut UU
untuk mengumpulkan bukti-bukti supaya
dengan bukti itu perkaranya menjadi terang
dan pelakunya bisa ditangkap.
Rangkaian tindakan penyidikan meliputi:
o Mengumpulkan bukti-bukti.
o Memberdayakan ahli-ahli forensik yang
dimiliki pihak kepolisian.
o Meminta bantuan ahli-ahli forensik yang
tidak dimiliki pihak kepolisian (mis: ahli
forensik RS). 10
BANTUAN DOKTER di TKP

Bantuan yang dapat diberikan oleh dokter pada


pemeriksaan di TKP adalah membantu:
1.Menentukan korban sudah mati atau belum.
2.Menentukan cara kematian korban, yaitu:
o pembunuhan;
o bunuh diri; atau
o kecelakaan.
3.Mencari, menemukan dan menyelamatkan
barang bukti untuk kepentingan:
o penyelidikan itu sendiri;
o penyidikan, jika ternyata TINDAK PIDANA. 11
CARA KEMATIAN
A. Pembunuhan.
o letak luka di sembarang tempat pada
tubuh.
o sering ada luka tangkis (defensive
wounds).
o pakaian di daerah luka ikut terkena senjata.
B. Bunuh diri.
o letak luka pada bagian tubuh yang
mematikan
dan dapat terjangkau tangan yang bunuh diri.
o ditemukan luka percobaan (tentative
wounds).
o pakaian di daerah luka tidak ikut terkena
senjata.
12
C. Kecelakaan.
LUKA TANGKISAN
Disebabkan oleh reflek ketika sadar mendapat serangan.
Ciri-cirinya:
o letak luka tangkis pada lengan bawah bagian luar
atau
tangan bagian luar (punggung tangan).
o jumlah luka tangkis bisa banyak.
o luka tersebut tidak mematikan.

LUKA PERCOBAAN
Disebabkan yang bersangkutan masih mencoba-coba.
Ciri-cirinya:
o letak luka di sekitar luka yang mematikan.
o jumlahnya banyak (multipel).
o kualitas luka dangkal. 13
o luka percobaan tersebut tidak mematikan.
IDENTIFIKASI KORBAN
o Identifikasi Umum:
- jenis kelamin.
- umur.
- tinggi badan.
- golongan darah.
- suku bangsa, dll.
o Identifikasi Personal:
- si Bambang atau bukan.
- si Ahmad atau bukan.
- si Fatimah atau bukan.
Untuk identifikasi personal diperlukan DATA
PEMBANDING (sidik jari, gigi geligi atau DNA). 14
IDENTIFIKASI PELAKU
Identifikasi pelaku dapat dilaksanakan dengan
memeriksa bahan-bahan medis, misalnya:
o Darah pelaku.
o Sel-sel dari jaringan tubuh pelaku, misalnya:
- sel kulit.
- sel darah, dll.
o Sperma pelaku.
o Air liur pelaku.
o Rambut pelaku (rambut kepala atau kemaluan).
o Gigi pelaku.
o Jejas gigitan pada korban yang ditinggalkan oleh
pelaku.
15
BANTUAN DOKTER
DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM
1. Memberikan keterangan tentang:
a. Korban (hidup atau mati).
b.Tersangka / terdakwa, yaitu tentang:
- umur yang sebenarnya.
- kemampuan bertanggung jawab.
- kemampuan melakukan coitus.
- pelaku infanticide yang menyangkal melahirkan.
c. Barang bukti medis, misalnya:
- darah, sperma, dll.
2. Memberikan penjelasan tentang:
- pertanyaan hipotetis (hipothetical question).
3. Membantu pemeriksaan TKP. 16
PROSEDUR MEMINTA BANTUAN FORENSIK
1. Pejabat yang berhak minta bantuan:
a. Penyelidik (pada tingkat Penyelidikan) oleh Penyelidik POLRI.
b. Penyidik (pada tingkat Penyidikan dan Penyidikan Tambahan)
yang dilaksanakan Penyidik POLRI, Provost atau Polisi Militer).
c. Hakim ketua sidang pada tingkat Persidangan (yang dalam hal ini

dilaksanakan oleh Penuntut Umum).


Terdakwa, pembela, korban atau keluarga korban tidak berhak minta
bantuan forensik. Mereka hanya berhak melapor / mengadu.
2. Cara meminta bantuan:
a. Harus secara tertulis (kecuali untuk kepentingan TKP).
b. Harus menyebutkan jenis pemeriksaan yang diminta.
c. Surat permintaan diajukan secara langsung bersama-sama objek
yang dimintakan untuk diperiksa.
d. Penyidik wajib memberikan informasi yg cukup guna
memudahkan dokter melakukan pemeriksaan.
e. Jika korban tindak pidana masih hidup maka permintaan 17
bantuan
CARA DOKTER MENYAMPAIKAN
KETERANGAN
1. SECARA TERTULIS
Dalam bentuk Visum et Repertum.
2. SECARA LISAN
Dalam bentuk Keterangan Lisan, disampaikan secara
langsung kepada penyidik, lalu dibuatkan berita acaranya
dan ditandatangani oleh penyidik dan dokter.
Catatan:
Sebaiknya Dr mengucap sumpah di depan penyidik, supaya
keterangannya dapat diproses sebagai alat bukti jika
kelak Dr tdk bisa hadir di sidang pengadilan karena
alasan yg sah.
Menolak mengucapkan sumpah di depan penyidik, ia tidak
dapat disandera di Rumah Tahanan, tetapi menolak 18
SYARAT DOKTER AGAR DAPAT
MELAKUKAN TUGAS KEFORENSIKAN
o Memahami maksud dan tujuan Penegak Hukum
meminta bantuan pada tiap-tiap kasus.
o Menguasai materi yg diperlukan (thanatologi,
traumatologi, toksikologi, otopsi, tindak pidana
seksual, dsbnya).
o Mampu menerapkan ilmu dan ketrampilannya
untuk kepentingan peradilan.
o Mampu melakukan pemeriksaan forensik.
o Mengerti tatalaksana memberikan bantuan.
o Memahami syarat materiel & syarat formil dalam
memberikan keterangan.
19
TUGAS UTAMA DOKTER
(DALAM KAPASITAS SEBAGAI AHLI)
1.Membuat terang perkara pidana;
2.Menyediakan alat bukti guna pem-
buktian dimuka sidang, dlm bentuk:
a. keterangan lisan; dan/atau
b. keterangan tertulis (mis: V et R).
Syarat alat bukti:
1.Materiel: factually correct;
2.Formiel : mengucapkan/mengingat
sumpah/janji. 20
KEWAJIBAN DOKTER
oMerupakan kewajiban yang melekat pada
setiap diri dokter (kewajiban personal).
oDokter boleh mengajukan hak undur diri jika
punya alasan hukum yang sah.
oAda sanksi pidana bagi dokter yang tidak mau
melaksanakan kewajiban, kecuali punya alasan
hukum yang sah.
Alasan Hukum yang Sah:
o Ada hubungan darah yang dekat dgn terdakwa.
o Menjadi suami / isteri atau mantan suami / isteri
dari terdakwa.
o Bersama-sama sebagai terdakwa. 21
ISI KETERANGAN DOKTER SBG AHLI
A.Keterangan Lisan, berisi:
1. Fakta yang ditemukan sendiri/bersama ahli lain.
2. Opini atas:
- fakta dari pemeriksaan sendiri; dan
- fakta dari pemeriksaan bersama ahli
lain.
3. Jawaban lisan atas pertanyaan hipotetis.
B.KeteranganTertulis (V et R), berisi:
1. Fakta dari pemeriksaan sendiri/bersama
ahli
lain.
2. Opini atas: 22
- fakta yang ditemukan sendiri.
FUNGSI
KETERANGAN DOKTER DI SIDANG
PENGADILAN
1. Sebagai ALAT BUKTI katagori:
a. Keterangan Ahli, bila diberikan secara lisan di sidang
pengadilan dengan sumpah atau janji.
b. Surat, bila diberikan secara tertulis dengan mengingat
sumpah saat menerima jabatan (Visum et Repertum).
2. Sebagai Keterangan yang disamakan nilainya dengan
alat bukti, bila diberikan didepan penyidik dgn sumpah
atau janji tetapi kemudian keterangan tersebut dibacakan
di sidang pengadilan karena Dr tidak dapat didatangkan
karena alasan yang syah.
3. Sebagai Keterangan yg hanya Menguatkan Keyakinan
Hakim, yaitu bila diberikan di sidang pengadilan setelah
Dr selesai menjalani penyanderaan karena tanpa 23

alasan sah menolak mengucapkan sumpah atau janji.


A. B. KETERANGAN AHLI UNSUR
A. B. SURAT (V et R) PEMBENTUK
KEYAKINAN
KETERANGAN
(YANG DISAMAKAN NILAINYA
DENGAN ALAT BUKTI)
UNSUR
KETERANGAN PENGUAT
(YANG HANYA DAPAT MENGUATKAN KEYAKINAN
KEYAKINAN HAKIM)
Jika dalam suatu perkara hanya bisa diperoleh:
- sebuah unsur pembentuk keyakinan; dan
- sebuah unsur penguat keyakinan; maka
seharusnya keyakinan hakim tidak boleh terbentuk.
Keyakinan hanya boleh terbentuk dari minimal dua unsur
pembentuk keyakinan. 24
UNSUR PEMBENTUK
KEYAKINAN KEYAKINAN
+ (AINUL YAQIN)
UNSUR PEMBENTUK
KEYAKINAN +
UNSUR
YANG DAPAT
MENGUATKAN
KEYAKINAN

KEYAKINAN +
(HAQQUL YAQIN)
25
KEWAJIBAN
MENGUCAPKAN SUMPAH ATAU JANJI
Bila diminta keterangannya maka Dr wajib mengucapkan
sumpah atau janji.
Jika dokter menolak mengucapkan sumpah atau janji tanpa
alasan hukum yang sah maka Dr:
odisandera di Rumah Tahanan Negara maksimal 14 hari bila
penolakannya dilakukan di sidang pengadilan.
otidak boleh disandera di Rumah Tahanan Negara jika
penolakannya dilakukan di depan penyidik.
INGAT :
Disandera = dirampas kemerdekaannya (sebagai upaya
paksa) agar Dr bersedia mengucap sumpah atau janji.
Ditahan = dirampas kemerdekaannya agar tidak mengulangi
perbuatannya, tidak lari, atau menghilangkan barang bukti.26
KETERANGAN DOKTER
Keterangan Dr yang diberikan kpd penegak
hukum bisa berupa:
1. Keterangan Lisan, dapat disampaikan:
a. di depan Penyidik; atau
b. di sidang Pengadilan.
2. Keterangan Tertulis (Visum et Repertum),
dapat diserahkan:
a. di tingkat penyidikan, atau
b. di tingkat sidang pengadilan.
27
VISUM ET REPERTUM

Keterangan tertulis yang dibuat oleh


Dr/Drg dalam kapasitasnya sebagai ahli
atas permintaan tertulis dari penegak
hukum yang berwenang tentang apa
yang dilihat dan ditemukan pada korban
atau barang bukti medis yg diperiksanya

dengan mengingat sumpah / janji ketika


menerima jabatan sebagai Dr. 28
VISUM ET REPERTUM

1. Dibuat utk kepentingan peradilan;


2. Atas permintaan tertulis dari penegak
hukum yang berwenang, yaitu:
a. penyidik (Polri, Provost atau PM);
b. hakim (hakim ketua sidang).
3. Digunakan sbg alat bukti dlm sidang
pengadilan.
4. Harus memenuhi syarat materiel dan
syarat formiel sesuai KUHAP. 29
SYARAT
VISUM ET REPERTUM

Syarat Materiel:
a. faktual (factually correct); dan
b. tidak bertentangan dengan ilmu
kedokteran yang telah teruji.
Syarat Formiel:
a. dibuat dgn sumpah/janji; atau
b. dibuat dgn mengingat sumpah/
janji ketika menerima jabatan. 30
STANDAR
VISUM ET REPERTUM
1. Menggunakan bahasa yg mudah difahami
oleh penegak hukum yang awam medis.
2. Isinya faktual relevan dengan maksud dan
tujuan dimintakannya Visum et Repertum.
3. Memenuhi syarat formal, yaitu dibuat
dengan mengucapkan sumpah atau janji
sebelum memeriksa atau dibuat dg mengi-
ngat sumpah / janji wkt menerima jabatan.
31
VR PSIKIATRIK
- Ada penyakit jiwa atau tidak.
- Jika ada, apa jenis penyakit jiwa tsb.
- Apakah dengan jenis penyakit jiwa tsb
ybs masih mampu bertanggungjawab
atau terhadap perbuatan yang dilakukan.
VR KORBAN HIDUP
- Ada luka-luka atau tidak.
- Jika ada maka:
1. Apa jenis lukanya.
2. Apa jenis benda penyebab luka.
3. Derajat luka (ringan, sedang, berat).
32
VR KORBAN MATI
- Ada luka-luka atau tidak.
- Jika ada maka:
1. Apa jenis lukanya.
2. Apa jenis benda penyebab luka.
3. Apa penyebab kematian korban.

VR TINDAK PIDANA SEKSUAL


- Ada tanda-tanda kekerasan atau tidak.
- Ada tanda-tanda persetubuhan atau tidak.
33
VR KORBAN BAYI MATI
- Bayi viabel atau tidak.
- Bayi bayi lahir hidup atau lahir mati.
- Apa penyebab kematiannya.
- Berapa lama bayi sempat hidup diluar
kandungan.

34
PERMINTAAN TERLAMBAT

Permintaan terlambat pd korban hidup:


a. Korban harus dihadirkan utk diperiksa
(informasi medis sebelum datangnya surat
permintaan VR harus diperlaukan sebagai
rahasia yang hanya bisa dibuka didepan hakim
di sidang pengadilan); atau
b. Dengan izin tertulis dari pasien ybs
bisa diberikan Keterangan Dokter
(berisi informasi medis sebelum datangnya 35
PERMINTAAN TERLAMBAT

MULAI DIRAWAT SURAT PERMINTAAN


DI RUMAH SAKIT DITERIMA RUMAH SAKIT

STATUS SEBAGAI STATUS BERUBAH SBG


PASIEN BARANG BUKTI (KORBAN)

BUKAN
RAHASIA KEDOKTERAN RAHASIA KEDOKTERAN
TIDAK BISA DIUNGKAP DALAM BISA DIUNGKAP DALAM
VISUM ET REPERTUM VISUM ET REPERTUM
TETAPI BISA DIUNGKAP
DALAM KETERANGAN MEDIS
ASAL DENGAN IZIN PASIEN 36
VISUM et REPERTUM
PENDAHULUAN:
o Identitas peminta visum et repertum.
o Identitas dokter yang melakukan pemeriksaan.
o Identitas korban yang diperiksa.
o Alasan dimintakan visum et repertum.
o Kapan dilakukan pemeriksaan.
o Tempat dilakukan pemeriksaan.
HASIL PEMERIKSAAN:
o Fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter.
o Fakta dari hasil pemeriksaan bersama dokter lain.
KESIMPULAN:
o Interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari
fakta-fakta di atas, dikaitkan dengan maksud dimintakannya V et R.
(Kesimpulan bukan ringkasan atau mengulang-ulang fakta)
PENUTUP:
o Pernyataan bahwa keterangan tertulis ini dibuat dengan mengingat
sumpah / janji ketika menerima jabatan atau dengan mengucapkan
sumpah / janji sebelum melakukan pemeriksaan.
o Tanda tangan dokter pemeriksa dan pembuat visum et repertum. 37
VISUM et REPERTUM ORANG HIDUP
PENDAHULUAN :
o
o
HASIL PEMERIKSAAN :
o fakta dari pemeriksaan pertama kali datang.
o fakta dari pemeriksaan selama dalam perawatan.
o fakta dari pemeriksaan terakhir.

KESIMPULAN :
o jenis luka.
o jenis benda penyebab luka.
o derajat luka.

PENUTUP :
o Demikianlah keterangan ini dibuat dgn mengingat sumpah
pada waktu menerima jabatan sebagai dokter.
38
Luka Berat:
- tidak dapat diharapkan sembuh dengan
sempurna.
- dapat mendatangkan bahaya maut.
- menimbulkan rintangan tetap dalam men-
jalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan
mata pencarian.
- kehilangan salah satu dari panca indera.
- menimbulkan cacat besar atau kudung.
- mengakibatkan lumpuh.
- menimbulkan gangguan daya pikir 4 ming-
gu atau lebih.
- keguguran atau kematian janin dlm rahim.
39
Luka Sedang:
luka yang mengakibatkan penyakit atau
halangan dalam menjalankan pekerjaan
jabatan atau pekerjaan matapencarian
untuk sementara waktu.

Luka Ringan:
luka yang tidak menimbulkan penyakit
atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau matapencarian.
40
41
PENGERTIAN SEKS

Do you believe in sex = Coitus (done for love,


before marriage? for pleasure or for both).

Sex is for making babies. = Coitus.

There shall be no sex = Gender role.


discrimination.
Sex education should be = Anatomy, development,
given in schools. physiology, reproduction …
That’s a sexy dress. = Erotic appeal.
Is he homosexual or hete- = Orientation in erotic and
rosexual. love partner.
To coerce a person into = Kissing, touching, coitus
having sex. and …………………….
42
COITUS YANG TIDAK MELANGGAR HUKUM

• Harus ada persetujuan (consent) dari wanita.

• Kondisi wanita tersebut harus:


1. Cukup umur (in statutory age), yaitu sudah
berumur 15 tahun atau lebih.
2. Sehat akal.
3. Tidak sedang terikat perkawinan dengan
laki-laki lain.
4. Tidak ada hubungan darah yang dekat.

Persetubuhan yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip


43
di atas dapat dikatagorikan TINDAK PIDANA (KUHP).
HUBUNGAN COITUS DAN UMUR WANITA

O th 12 th > 12 th 15 th > 15 th

delik biasa delik aduan bukan


tindak
pidana

Kesimpulan:

1. Hak memberikan persetujuan coitus (the right to


consent to coitus) ada pada wanita yang sudah
berumur 15 tahun ke atas.
2. Persetujuan coitus yang diberikan oleh wanita
44
HAK-HAK PEREMPUAN

right to con-
sent to coitus

Syarat syahnya persetujuan wanita:


1. Suka rela / tidak ada paksaan (voluntary).
2. Jelas / tegas (unequivocal).
3. Dalam keadaan sadar (conscious).
4. Sesuai kelaziman (naturally). 45
PENGERTIAN COITUS
Perpaduan kelamin laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh keturunan.
(Susilo)

Masuknya kepala penis di antara kedua bibir vulva.


(Nojon)
The slightest penetration of the sexual organ of the
female by the sexual organ of the male.
(State v. Cross)
The entering of the vulva or labia is sufficient. It is not
necessary that vagina be entered or that the hymen be
ruptured. 46
(De Armond v. State)
AKIBAT DARI COITUS
Coitus Yang Sempurna, terdiri atas:
- penetrasi penis.
- gesekan-gesekan penis terhadap vagina.
- ejakulasi.
Akibat Coitus Yang Sempurna, adalah:
akibat langsung akibat tak langsung
penetrasi penis selaput dara robek tertular penyakit
kelamin (STD)
gesekan antara memar, lecet atau tertular penyakit
penis & vagina luka kelamin (STD)

ejakulasi sperma di vagina hamil, tertular pe-


nyakit kelamin 47
BENTUK PEMAKSAAN COITUS

Bentuk paksaan Common Law Disini

Menggunakan Force Rape Rape


Menciptakan Fear Rape Rape
Melakukan Fraud Rape ?
Menyalahgunakan Power Sexual Harassment ?
Menyalahgunakan Status Sexual Harassment ?

Sexual harassment = the use of power or status to


coerce a person into having sex.
48
PERKEMBANGAN KONSEP PERKOSAAN

Bentuk Konsep Ciri-Ciri Bentuk Perbuatan


Offence against Korban = orang tua Coitus intravaginal
property atau suami
Hukuman tergantung
status sosial pemilik

Sexual offence Korban = wanita yang Coitus intravaginal


bersangkutan

Physical offence Korban = wanita yang Coitus intravaginal


bersangkutan tidak harus ada
49
DEFINISI PERKOSAAN di INDONESIA
Psl 285 KUHP
“Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman ke-
kerasan memaksa perempuan yang bukan isterinya untuk
bersetubuh dengannya, dihukum karena memperkosa
dengan hukuman penjara selama-lamanya 12 tahun”.

Kesimpulan
PERKOSAAN harus memenuhi syarat:
1. Pelaku harus laki-laki yang mampu melakukan coitus.
2. Korban harus perempuan yang bukan isteri sendiri.
3. Perbuatannya harus meliputi:
a. coitus intra vaginal yang sifatnya dengan paksa.
b. bentuk pemaksaannya harus dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan. 50
KEBIJAKAN PIDANA di INDONESIA

Kebijakan Pidana tentang Perkosaan yang diru-


muskan dalam Kebijakan Legislatif adalah:

1. Perkosaan sebagai Male Crime (tindak pidana yang ha-


nya dapat dilakukan oleh laki-laki).
2. Perkosaan sebagai Extra Marital Crime (tindak pidana
yang hanya dapat dilakukan terhadap perempuan yang
bukan isteri sendiri).
3. Perkosaan sebagai Sexual Offence, yang mengharus-
kan adanya unsur coitus yang sifatnya:
- intra-vaginal.
- dengan paksaan (against her will).
- jenis paksaan dengan force (kekera-
san atau fear (ancaman kekerasan).
51
TUJUAN MEMINTA BANTUAN DOKTER

1. Mengungkap telah terjadi persetubuhan intra-


vaginal atau tidak.
2. Mengungkap identitas pelaku persetubuhan,
yaitu: - identitas umum.
- identitas personal.
3. Mengungkap telah terjadi kekerasan fisik atau
tidak.
4. Mengungkap kondisi jiwa korban dalam kaitan-
nya dengan kemampuan memberikan konsen,
yaitu: - ada penyakit jiwa?
- ada gangguan perkembangan jiwa (idiot atau
embecil)? 52
PEMERIKSAAN YANG DAPAT DILAKUKAN

Korban Perkosaan, yaitu:


- umur korban.
- kondisi jiwa yang dikaitkan dengan kemampuan un-
tuk memberikan persetujuan coitus.
- tanda-tanda akibat persetubuhan.
- tanda-tanda akibat kekerasan fisik.

Tersangka / Terdawa Pelaku Perkosaan, yaitu:


- untuk konfirmasi dugaan ia sebagai pelaku coitus.
- untuk mengetahui kemampuan melakukan coitus.

Barang Bukti Yang Ditemukan, yaitu:


- untuk mengungkap identitas pelaku coitus (misalnya
dengan memriksa sperma, darah, rambut, gigi dll).53
FUNGSI
KETERANGAN DOKTER DI SIDANG PENGADILAN
1. Sebagai ALAT BUKTI, yaitu:
a. Alat Bukti katagori Keterangan Ahli, bila diberikan
secara lisan di sidang pengadilan dengan sumpah
atau janji.
b. Alat Bukti katagori Surat, bila diberikan secara
tertulis dengan mengingat sumpah ketika menerima
jabatan (misalnya Visum et Repertum).
2. Sebagai Keterangan yang disamakan nilainya dengan alat
bukti, yaitu apabila diberikan didepan penyidik dengan
sumpah atau janji tetapi kemudian keterangan tersebut
dibacakan di sidang pengadilan karena dokter tidak dapat
didatangkan karena alasan yang syah.
3. Sebagai Keterangan yang Menguatkan Keyakinan Hakim,
yaitu bila diberikan di sidang pengadilan setelah dokter
selesai menjalani penyanderaan karena tanpa alasan syah
menolak mengucapkan sumpah atau janji. 54
KEWAJIBAN
MENGUCAPKAN SUMPAH ATAU JANJI

Apabila dokter diminta keterangannya maka dokter wajib


mengucapkan sumpah atau janji.
Jika dokter menolak mengucapkan sumpah atau janji tanpa
alasan hukum yang syah maka sanksinya adalah:
1. Bila penolakan itu dilakukan di depan Penyidik maka tidak
ada sanksi apapun.
2. Bila penolakan itu dilakukan di depan sidang pengadilan
maka dokter dapat disandera di rumah tahanan negara
maksimal 14 hari.
INGAT :
Pengertian disandera tidak sama dengan ditahan. Disandera
artinya dilakukan upaya paksaan agar yang bersangkutan mau
mengikuti keinginan penyandera, yaitu mengucapkan sumpah55
atau janji.
56
JENIS
PEMBUNUHAN OROK

1. KINDERDOODSLAG : dengan ancaman hukuman paling


ringan.
2. KINDERMOORD : dengan ancaman hukuman lebih berat.
3. PEMBUNUHAN BIASA : dengan ancaman hukuman pa-
ling berat.
Bagi penyidik yang menemukan adanya korban tindak pidana
berupa orok atau bayi baru lahir maka ia harus berusaha untuk
mengidentifikasi apakah tindak pidana ini berupa kinderdood-
slag, kindermoord atau pembunuhan biasa.
57
CIRI-CIRI

Kinderdoodslag & Kindermoord Pemb. Biasa

Korban anak kandung siapa saja

Pelaku ibu kandung bayi siapa saja

Tempo delicti saat dilahirkan atau tak lama kapan saja


kemudian

Motif takut ketahuan melahirkan selain takut


anak melahirkan
anak

Beda antara Kinderdoodslag dan Kindermoord adalah pada


rencana. Kinderdoodslag tanpa rencana dan Kindermoord
58
dengan rencana.
TUJUAN OTOPSI
PADA KORBAN INFANTICIDE

1. Menentukan bayi sudah viabel atau belum.


2. Menentukan bayi lahir hidup atau lahir mati.
3. Menentukan sebab kematian bayi.
4. Menentukan berapa lama bayi sempat hidup diluar
kandungan.

59
BAYI VIABEL

Bayi dikatakan viabel kalau keadaan bayi setelah dilahirkan


menunjukkan adanya kemampuan untuk hidup diluar
kandungan tanpa bantuan peralatan khusus (canggih).

SYARAT BAYI VIABEL


1. Umur bayi dikandung 28 minggu atau lebih.
2. Tidak memiliki cacat berat (misalnya anencephali).

TANDA BAYI TELAH DIKANDUNG 28 MINGGU


1. Panjang badan 35 cm atau lebih.
2. Berat badan 1500 gram atau lebih.
60
BAYI LAHIR HIDUP ATAU LAHIR MATI

Pada kasus infanticide perlu ditentukan apakah bayi lahir


hidup atau lahir mati.
Kalau ternyata bayi lahir mati berarti tidak ada peristiwa
pembunuhan karena dari semula bayi tidak pernah mengalami
hidup diluar kandungan.

TANDA-TANDA LAHIR HIDUP


1. Alat pernapasannya menunjukkan tanda-tanda pernah
digunakan untuk bernapas.
2. Alat pencernaannya ditemukan udara atau makanan.
3. Potongan tali pusat memperlihatkan adanya tanda-tanda
reaksi jaringan (akibat dipotong).
61
PEMERIKSAAN
TERHADAP IBU YANG MENYANGKAL

Bila wanita yang dicurigai menyangkal bahwa ia pernah


melahirkan anak maka wanita tersebut dapat dibawa ke dokter
untuk dimintakan visum et repertum.
Tujuan pemeriksaan adalah :
1. Untuk menentukan apakah pada tubuh wanita tersebut
ditemukan tanda-tanda bekas hamil, yaitu:
a. Adanya garis kehamilan.
b. Rahim membesar.
c. Payudara membesar.
2. Untuk menentukan apakah pada tubuh wanita tersebut
tanda-tanda persalinan, yaitu:
a. Adanya robekan jaringan dibelakang alat kelamin.
b. Adanya cairan nifas (lochea) yang keluar dari alat
62
kelamin.
63
OTOPSI
PENGERTIAN OTOPSI :
Otopsi berasal dari kata “auto” yang berarti sendiri
dan “opsis” yang berarti melihat.
Makna yang sesungguhnya dari otopsi adalah suatu
pemeriksaan atas jenazah, yang meliputi bagian luar
dan dalam, oleh tenaga kesehatan yang berwenang
dengan menggunakan cara-cara yang dapat
dipertanggung-jawabkan secara ilmiah dan hukum.
JENIS OTOPSI :
 Otopsi Anatomik (untuk kepentingan pendidikan).
 Otopsi Klinik (untuk kepentingan penyelidikan
penyakit).
 Otopsi Forensik (untuk kepentingan penegakan
hukum).
64
PEMINTA OTOPSI :
 Penyidik (untuk polisi minimal AIPDA dan untuk
polisi militer minimal PELDA).
KEWAJIBAN BAGI PEMINTA OTOPSI :
 Memberitahu keluarga korban tentang maksud
dan tujuan dimintakannya OTOPSI.
(Jadi bukan minta izin sebab untuk otopsi forensik
tidak diperlukan izin dari keluarga korban).
TEMPAT DIMANA DAPAT DIMINTAKAN OTOPSI :
 Rumah sakit milik pemerintah.
 Rumah sakit militer / kepolisian.
 Rumah sakit milik swasta.
 Puskesmas.
65
POSISI KELUARGA KORBAN :

 Memiliki hak untuk diberitahu oleh penyidik tentang


rencana otopsi.
 Tidak punya hak untuk menolak otopsi.
 Jika keluarga berkeberatan maka penyidik wajib
menerangkan sekali lagi tentang pentingnya otopsi
serta sanksinya bagi siapa saja yang menghalang-
halangi otopsi, yaitu Psl 222 KUHP.
 Jika tetap berkeberatan maka otopsi paksa tetap
dapat dilaksanakan setelah 2 hari.
 Jika keluarga korban ternyata tidak ditemukan maka
otopsi dilaksanakan setelah 2 hari.
Kesimpulannya : untuk otopsi Penyidik tidak perlu meminta izin
kepada keluarga korban, melainkan cukup memberitahu saja.66
PELAKSANAAN OTOPSI
PRINSIP OTOPSI :
 Perlu dilaksanakan sesegera mungkin guna
menghindari hilangnya data-data medik akibat proses
pembusukan.

TEKNIS PELAKSANAAN OTOPSI :


 Menunggu klarifikasi keluarga paling lama 2 hari.
 Jika keluarga keberatan maka dokter (dapat mewakili
penyidik) untuk menjelaskan pentingnya otopsi.
 Jika tetap berkeberatan atau keluarga tidak ditemukan
maka dapat melakukan otopsi sesudah 2 hari.
 Hendaknya penyidik hadir ditempat otopsi agar dapat
saling bertukar informasi guna memperlancar proses
otopsi dan penyidikan serta menciptakan rasa aman
67
bagi dokter yang melakukan otopsi.
SARANA OTOPSI
SARANA TEMPAT
 Ruang :
a. Kamar otopsi khusus.
b. Kamar jenazah, gudang atau halaman dapat disulap
menjadi tempat otopsi apabila kamar otopsi khusus
tidak tersedia di Rumah Sakit atau Puskesmas
SARANA ALAT
 Alat Otopsi :
a. Pisau (bisa scalpel atau pisau dapur).
b. Gergaji listrik (bisa gergaji besi).
c. Benang yang besar (bisa benar kasur).
d. Jarum besar (bisa jarum kasur).
e. Air yang cukup.
f. Alat ukur (penggaris dan timbangan).
SARANA PENUNJANG
 Toksikologi. Bila sarana tsb tidak tersedia maka
 Histopatologi. dokter wajib memberitahu penyidik agar
68
 Dll supaya dimintakan ke tempat lain.
LANGKAH-LANGKAH OTOPSI
 PEMERIKSAAN LUAR :
Memeriksa seluruh bagian luar dari tubuh jenazah,
mulai dari ujung rambut sampai ujung jari kaki.

 PEMERIKSAAN DALAM dengan cara :


a. melakukan insisi (pengirisan) untuk membuka
rongga kepala, leher, dada, perut dan panggul.
b. mengeluarkan seluruh organ dalam tubuh.
c. memeriksa seluruh organ tubuh satu-persatu.
d. mengembalikan seluruh organ ke tempat semula.
e. menutup dan menjahit.

 PEMERIKSAAN PENUNJANG, antara lain :


a. melakukan pemeriksaan histopatologik.
b. melakukan pemeriksaan toksikologik.
69
c. melakukan pemeriksaan penunjang lainnya.
KEWAJIBAN PENYIDIK PEMINTA OTOPSI
 Mengajukan permintaan otopsi secara TERTULIS.
 Mencari dan menghubungi keluarga korban untuk
MEMBERITAHUKAN rencana penyidik meminta otopsi.
 Menjelaskan sekali lagi kepada keluarga korban yang
yang merasa berkeberatan atas rencana otopsi, termasuk
menjelaskan adanya sanksi pidana bagi siapapun yang
menghalang-halangi pelaksanaan otopsi.
 Hadir saat otopsi untuk memberikan tambahan informasi
kepada dokter ataupun untuk menerima informasi penting
dari dokter serta memberikan rasa aman.
 Menyita barangbukti (misalnya anak peluru) yang
ditemukan waktu otopsi.
 Menerima jaringan yang perlu dimintakan pemeriksaan
penunjang ke tempat lain.
 Menjelaskan tentang sanksi pidana Psl 224 KUHP bagi
dokter yang tanpa alasan hukum menolak melakukan otopsi.
70
OTOPSI
JENAZAH YANG SUDAH DIKUBUR

 Meskipun jenazah sudah dikubur (lama ataupun baru) maka


otopsi atas jenazah tersebut tetap perlu karena :
a. bekas kekerasan pada jaringan lunak mungkin masih
dapat dikenali.
b. bekas kekerasan pada tengkorak, tulang dan gigi akan
dapat dikenali meskipun sudah lama terkubur.
c. racun-racun masih dapat ditemukan pada jaringan
lunak, tulang, kuku, rambut, kafan, peti dan tanah.
 Sebelum otopsi harus dilakukan pembongkaran lebih dahulu.
 Faktor musim (penghujan atau kemarau) dapat dijadikan
salah satu pertimbangan apakah pembongkaran harus segera
dilaksanakan atau ditunda.
 Demi efisiensi maka otopsi dapat dilaksanakan di tempat
71
pembongkaran jenazah.
72
ASFIKSIA
PENGERTIAN ASFIKSIA :
Keadaan dimana tubuh kekurangan oksigen sebagai
akibat terhalangnya oksigen memasuki paru-paru.
Keadaan ini sering disebut mechanical asphyxia.
JENIS ASFIKSIA :
 Strangulasi (jeratan), yaitu:
1. Hanging (gantung).
2. Strangulation by ligature (jeratan tali).
3. Manual strangulation (cekikan).
 Sufokasi.
 Smothering (pembekapan).
 Choking / gagging (penyumpalan).
 Drowning (tenggelam).
 Crush asphyxia, yaitu:
1. Tekanan pd dada dan perut oleh benda berat.
2. Berdesak-desakan. 73
GEJALA ASFIKSIA :
1. Nafas sesak (dyspneu).
2. Kejang (konvulsi).
3. Nafas berhenti (apneu).
polisi militer minimal PELDA).
TANDA PADA TUBUH JENAZAH :
1. Kebiruan (cyanosis).
2. Sembab (kongesti).

74
HANGING (GANTUNG)
PENGERTIAN :
 Suatu peristiwa dimana berat badan dari tubuh tertahan
oleh benda (biasanya tali atau kabel) pada daerah lehernya
sehingga jalan nafas atau pembuluh darah tertutup.
 Pada peristiwa gantung tidak selalu seluruh tubuh berada
diatas tanah.
Sangat dimungkinkan orang menggantung dengan ujung
kaki menyentuh tanah. Yang
penting, asalkan daerah leher tertekan oleh tekanan yang
beratnya 10 pon maka pembuluh darah leher dapat tertutup
sehingga aliran darah terhenti.

SEBAB KEMATIAN :
1. Asfiksia (kekurangan oksigen).
2. Gangguan aliran darah (sirkulasi darah).
3. Vagal reflex (reflek syaraf ke X). 75

4. Rusaknya batang otak akibat terkena ruas tulang leher.


CARA KEMATIAN :
 Bunuh diri (paling sering).
 Pembunuhan.
 Kecelakaan (terlilit tali parasut).
TANDA-TANDA UMUM :
 Kebiruan (cyanosis).
 Bintik perdarahan (utamanya pada selaput mata).
 Daerah muka, leher dan otak sembab.
 Darah berwarna gelap dan encer.
TANDA-TANDA KHAS :
 Jejas jerat berwarna coklat kemerahan.
 Dibawah kulit leher terdapat resapan darah.
 Lebam mayat pada ujung tangan dan kaki.
 Lidah terjulur apabila letak tali berada dibawah jakun.

76
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Lokasi.
2. Posisi tubuh.
3. Keadaan tali.
4. Keadaan tubuh jenazah, misalnya:
a. Distribusi lebam mayat apakah sesuai dengan ciri-
ciri menggantung.
b. Lidah tidak harus terjulur.
c. Sperma atau faeces tidak selalu keluar.

77
CEKIKAN

TANDA-TANDA :
1. Leher :
a. Bagian luar, antara lain:
- memar.
- lecet berbentuk bulan sabit.
b. Bagian dalam, antara lain:
- resapan darah dibawah kulit.
- patah tulang rawan.
2. Paru-paru : terlihat sembab.

78
TENGGELAM
PENGERTIAN :

Peristiwa tenggelam terjadi manakala lubang hidung dan

mulut berada didalam air.


Dalam peristiwa tenggelam, seluruh tubuh tidak harus
berada didalam air.
Oleh sebab itu dimungkinkan orang tenggelam didalam
wastafel atau ember yang berisi air.
Pada orang dewasa, kematian terjadi apabila menghirup

air sebanyak 2 liter sedangkan pada bayi apabila


menghirup air sebanyak 30 sampai 40 cc air.
SEBAB KEMATIAN :
 Vagal reflex.
 Spasme (kejang) larynx). 79
 Pengaruh air dalam paru-paru.
CARA KEMATIAN :
 Bunuh diri.
 Pembunuhan.
 Kecelakaan.
TANDA-TANDA POST MORTUM :
 Bagian Luar Tubuh :
a. Pakaian basah campur lumpur.
b. Kulit basah dan keriput seperti kulit angsa (cutis
anserina).
c. Lebam mayat pada daerah kepala dan leher.
d. Cadaveric spasm (kejang tangan).
e. Buih halus pada hidung dan mulut.
 Bagian Dalam Tubuh :
a. Saluran nafas penuh dengan buih.
b. Paru-paru membesar dan lebih berat.
c. Lambung terisi air, lumpur dan ganggang. 80
PENDAHULUAN
1. Agar masyarakat tertib & teratur diperlukan
perangkat hukum yang mengatur seluruh sektor
kehidupan; baik Ekuin, Polkam maupun Kesra.
2. Masing-masing sektor kehidupan tersebut masih
dapat dirinci lagi menjadi subsektor-subsektor.
3. Salah satu subsektor terpenting adalah subsektor
kesehatan, mengingat subsektor ini akan ikut
menentukan keberhasilan sektor lainnya.
4. Oleh sebab itu untuk subsektor kesehatan perlu
dibuat perangkat hukum yang akan menentukan
POLA KEHIDUPAN di subsektor tersebut.
5. Perangkat hukum itu adalah Hukum Kesehatan
(Health Law). 81
DEFINISI
HUKUM KESEHATAN

Van Der Mijn :


Hukum kesehatan adalah hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan
kesehatan; meliputi penerapan perangkat
hukum perdata, pidana dan tata usaha negara.
Leenen :
Hukum kesehatan adalah keseluruhan aktifitas
juridis beserta peraturan hukum di bidang
kesehatan serta studi ilmiahnya.
82
Sofwan Dahlan :

Hukum kesehatan adalah seperangkat kaidah yang


mengatur semua aspek yang berkaitan dengan upaya
di bidang kesehatan.

Aspek-aspek dalam upaya kesehatan tsb meliputi:


bidang kedokteran, keperawatan-kebidanan,
makanan dan obat-obatan, rumah sakit, lingkungan
hidup, kesehatan kerja, dan bidang-bidang lainnya
yang terkait dengan upaya kesehatan.
83
HUKUM KEDOKTERAN
Bagian dari hukum kesehatan yang mengatur semua
aspek yang berkaitan dengan amalan perobatan (law
regulating the practice of medicine).

HUKUM KEPERAWATAN
Bagian dari hukum kesehatan yang mengatur semua
aspek yang berkaitan dengan amalan keperawatan.

HUKUM KEBIDANAN
Bagian dari hukum kesehatan yang mengatur semua
aspek yang berkaitan dengan amalan kebidanan. 84
Sebagaimana hukum pada umumnya maka hukum
di bidang kesehatan terdiri atas:
1. Hukum Tertulis:
Berupa peraturan perundang-undangan, antara
lain:
a. UU Kesehatan;
b. UU Praktik Kedokteran;
c. UU lain yang berkaitan dengan upaya kese-
hatan.
2. Hukum Tak Tertulis:
Berupa kebiasaan yang diterima di dunia keseha-
tan dan sudah berlangsung dalam kurun waktu
lama. 85
HAKEKAT
HAKEKAT
HUKUM
HUKUMKESEHATAN
KESEHATAN

Hukum
HukumKesehatan
Kesehatan(yang
(yangterdiri
terdiriatas
atasHukum
Hukum
Kedokteran,
Kedokteran,Hukum
HukumKeperawatan
Keperawatandan danlain
lain
sebagainya)
sebagainya)pada
padahakekatnya
hakekatnyamerupakan
merupakankaidah
kaidah
yang
yangberkaitan
berkaitandengan
denganaplikasi
aplikasi(penerapan)
(penerapan)
dari:
dari:
1.1. Hukum
Hukumadministrasi
administrasinegara;
negara;
2.2. Hukum
Hukumperdata;
perdata;dan
dan
3.3. Hukum
Hukumpidana.
pidana.
86
LATAR BELAKANG
Perlunya dikembangkannya hukum kesehatan
sebagai spesialisasi dari disiplin hukum menurut
Leenen dilatarbelakangi oleh:
1. Adanya kemajuan ilmu dan teknologi di bidang
kesehatan yang semakin hari semakin
memperli- hatkan adanya bentuk intervensi
terhadap integritas manusia.
2. Berubahnya dunia pelayanan kesehatan menjadi
semakin birokratis shg mengakibatkan hubungan
personal semakin menurun.
3. Semakin diterimanya gagasan mengenai hak
asasi manusia (termasuk hak menentukan nasib
sendiri) sebagai landasan bagi kebijakan hukum
dan sosial. 87
MOTIF
Motif pembentukan dan pembangunan hukum di
bidang kesehatan menurut Van Der Mijn didorong
oleh adanya kebutuhan akan:
1. Pengaturan pemberian jasa keahlian.
2. Tingkat kualitas keahlian tenaga kesehatan.
3. Keterarahan.
4. Pengendalian biaya.
5. Kebebasan masyarakat menentukan kepentingan-

nya serta identifikasi kewajiban pemerintah.


6. Perlindungan hukum bagi pasien.
7. Perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan.
8. Perlindungan hukum bagi pihak ketiga. 88
9. Perlindungan hukum bagi kepentingan umum.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup atau cakupan hukum kesehatan
ditentukan oleh pengertian yuridis tentang “sehat”.

UU Kesehatan mendefinisikan sehat sebagai “kea-


daan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif
secara sosial dan ekonomis”.
Dengan definisi yuridis diatas maka ruang lingkup
hukum kesehatan meliputi banyak aspek, mis:

a. Kesehatan masyarakat. b. Kesehatan keluarga.

c. Kesehatan lingkungan. d. Kesehatan kerja. 89


FUNGSI HUKUM
Hukum merupakan kaidah sosial yang diperlukan
di dalam masyarakat untuk:
1. Menciptakan kedamaian.
2. Menyelesaikan sengketa yang terjadi di dalam
masyarakat.
3. Merekayasa masyarakat (Social engineering).
FUNGSI
FUNGSIHUKUM
HUKUMKESEHATAN
KESEHATAN
Fungsi
Fungsiumum
umum::sama
samaseperti
sepertifungsi
fungsihukum
hukumumumnya.
umumnya.
Fungsi
Fungsikhusus
khususatau
atauspesifik
spesifik::mengatur
mengaturpola
polakehidup-
kehidup-
an
andi
disubsektor
subsektorkesehatan.
kesehatan. 90
SUMBER
HUKUM KESEHATAN

Sumber hukum kesehatan meliputi:


1. Sumber hukum yang memiliki kekuatan mengikat
(binding authority), meliputi:
a. Peraturan perundang-undangan.
b. Yurisprudensi.
c. Traktat.
d. Konvensi.
2. Sumber hukum yang tidak mempunyai kekuatan
mengikat (non-binding authority atau persuassive
authority), antara lain:
a. Doktrin.
b. Konsensus dan lain-lain.
91
SUMBER HUKUM
DI NEGARA-NEGARA COMMON LAW

Negara Common Law adalah negara yang sumber


hukumnya, selain Statute Law juga Common Law.
Statute Law adalah produk perundang-undangan yg
dihasilkan oleh lembaga legislatif (DPR).
Common Law adalah produk perundang-undangan
yg berasal dari putusan pengadilan atas kasus-kasus
yang pernah diputus pengadilan (Case Law).
Contoh common law adalah “informed consent”,
yang berasal dari keputusan pengadilan atas kasus
Schloendorf dengan hakim Benjamin Cardozo.
Doktrinnya yang sangat terkenal, yaitu “a man is the
master of his own body”. 92
PROFESI
DI BIDANG KESEHATAN

93
APA
PROFESI
&
APAKAH
PROFESI SAMA DENGAN
OKUPASI?

94
PROFESI
Istilah profesi berasal dari :
Bahasa Latin “professio”, yang berarti pernyataan atau
janji.
Bahasa Inggris “to profess”, yang berarti mengaku atau

menyatakan.

PROFESIONAL
Orang yang dengan kebebasannya telah mengucapkan
suatu janji kepada publik untuk melayani masyarakat
yang menginginkan suatu kebaikan tertentu.
Pengucapan janji tersebut dimaksudkan untuk
memperoleh suatu kepercayaan (trust) dari masyarakat.
PROFESSIONALISM 95
Quality or typical features of a profession or professionals.
CIRI PROFESI
Profesi berbeda dg okupasi karena cirinya:
Charaka Samhita (S.M) :
 Knowledge.
 Cleverness.
 Devotion.
 Purity (physic and mind).
Bernard Barber :
 Memiliki body of knowledge.
 Orientasi primernya untuk kepentingan
masyarakat.
 Memiliki mekanisne self-control.
 Memiliki sistem reward. 96
Potter P, A. & Perry A, G. (2001) :

1. Profesi memerlukan pendidikan berkelanjutan


(extended education).
2. Profesi memiliki cabang ilmu tersendiri
(theoretical body of knowledge), yang akan
membimbing kearah ketrampilan, kemampuan
dan norma tertentu.
3. Profesi memberikan pelayanan spesifik (specific
service).
4. Profesi memiliki kemandirian dalam membuat
decision dan execution (autonomy).
5. Profesi memiliki kode etik (a code of ethics for
practice). 97
PROFESSIONALISM

Praktek yang profesional memerlukan syarat:


1. Knowledge.
2. Skill.
3. Attitude.

Knowledge
Hard Competency (lebih mudah)
Skill

Attitude Soft Competency (lebih sulit)

98
ETIKA PROFESI
Dalam melaksanakan profesinya, wajib me-
matuhi nilai moralitas yang berkaitan dengan:
1. People who require medical care (tidak
membedakan-bedakan orang yg membu-
tuhkan pertolongannya) .
2. Client or patient (setelah terjadi hubungan).
3. Health care team (wajib mengingatkan bila
ada anggota tim yg melakukan kesalahan).
4. Society (social context).
5. Profession (disiplin dlm menerapkan kaidah-
kaidah yang berlaku di dunia kedokteran). 99
ETIKA

Catalano, J, T.:

Sistem penilaian prilaku dan keyakinan


1. guna menentukan perbuatan yang pantas untuk
menjamin adanya perlindungan terhadap hak-
hak individu.

2. Etika mencakup cara-cara pembuatan keputusan


guna membantu membedakan yang baik dari
yang buruk atau mengarahkan bagaimana yang
seharusnya.

3. Etika berlaku bagi individu-individe, kelompok-


100
kelompok kecil atau masyarakat.
Franz Magnis Suseno, SJ. :

Etika merupakan filsafat yang merefleksikan


1. ajaran-ajaran moral.

Etika mengandung pemikiran rasional, kritis,


2. mendasar, sistematis dan normatif.

Etika merupakan sarana guna memperoleh


3. orientasi kritis sehubungan pelbagai masalah
moralitas yang membingungkan.

101
Gene Bloker :

Etika dalah cabang ilmu filsafat moral yang


mencoba mencari jawaban untuk menentukan dan
mempertahankan secara rasional teori yang
berlaku secara umum tentang apa yang benar dan
salah, baik dan buruk sebagai suatu perangkat
prinsip moral yang dapat dipakai sebagai pedoman
bagi tindakan manusia.

102
KODE ETIK
Merupakan ketentuan tertulis (written list) yang memuat
nilai-nilai dalam profesi, sekaligus sebagai standar
berprilaku.
Merupakan kerangka acuan dalam mengambil keputusan.
Selalu dilakukan revisi secara periodik, disesuaikan dengan
perkembangan masyarakat atau perkembangan profesi.
Biasanya lebih luas, tetapi tidak pernah berbenturan dengan
ketentuan hukum.
Setiap anggota profesi bertanggungjawab terhadap tegaknya
nilai-nilai serta standar yang ada dalam kode etik.
Kode etik tidak bersifat paksaan.
(Catalano, JT, 1991
103)
BEDA ETIKA DAN HUKUM
ETIKA HUKUM
 
Norma otonom. Norma heteronom.
Tujuan menjaga kewibawaan dan Menjamin kedamaian hidup
integritas. bersama.
 
Materi berupa kewajiban saja. Berupa hak & kewajiban secara
seimbang.

Merupakan aturan pribadi dan Aturan umum dan lebih luas.


kesejawatan (kode etik).
 
Cakupan berlakunya terbatas. Umum.
 
Sanksi tidak mengikat dan tidak dapat Mengikat dan dapat dipaksakan.
dipaksakan (sanksi moral); berupa kata
atau isyarat dari ketidaksukaan sosial,
ketidaksetujuan atau pengucilan.
 
Akibat sanksi berupa pencemaran Pidana: ultimum remedium 104
nama baik. Perdata: pemulihan hak.
Pada hakekatnya hukum dan etika beranjak dari landasan yang sama,
yaitu moral.

Apa yang pada umumnya dinilai baik atau buruk oleh etika juga
dirasakan demikian oleh hukum.

Hanya saja bidang hukum tidak mencakup hal-hal kecil dan sepele, yang
bagi hukum kurang relevan untuk dicampuri.

Pelanggaran terhadap norma etik yang kecil dan ringan dianggap belum
mengganggu atau membahayakan ketertiban umum sehingga belum perlu
diatur dan diberi sangsi hukum sebab masyarakat sendiri dinilai masih
sanggup mengendalikanya tanpa menimbulkan gejolak yang berarti.

Tetapi aliran legalisme menghendaki agar sikap-tindak etik diikuti oleh


peraturan hukum dimana kewajiban-kewajiban dan hak-hak ditentukan.

Tujuan dari aliran ini adalah legalisasi moral dan moralisasi hukum,
namun banyak ditentang karena dinilai membaurkan pengertian menge-
nai fungsi hukum dan fungsi moral.
105
 
Hukum muncul karena adanya pertentangan (misalnya karena
kepentingan yang saling bertenturan) dan hukum diperlukan karena ia
merupakan mekanisme sosial untuk memecahkan masalahnya.
Sedangkan etika muncul akibat adanya pemikiran masalah-masalah yang
sifatnya lebih luas dan lebih mendalam, misalnya tentang manusia dan
hubungannya dengan sesamanya.
Secara umum hukum dan etik punya tujuan yang sama, yaitu ketertiban di
dalam masyarakat. Secara khusus hukum dan etik berbeda dilihat dari
sifat dan tujuan khususnya, tolok ukur, akibat, sanksi dan ruang
lingkupnya.
 
Moral dan etik menghendaki agar orang menggunakan hati nuraninya
untuk selalu melakukan yang baik dan yang benar serta menghindari
tindakan yang tidak baik dan yang salah.
Sedangkan etika profesi yang merupakan etika terapan menghendaki agar
kelompok profesional mengaplikan ajaran moral dan etik guna menjaga
mutu, harkat dan martabat profesinya serta harkat dan martabat manusia.
Sementara itu hukum mengatur etik secara garis besar yang berlaku umum
106
dalam kehidupan masyarakat dan bertujuan menciptakan kedamaian dan
PROBLEM HUKUM

1. Sering bertentangan dengan nilai fundamental.


2. Penyelesaian menggunakan jalur hukum memiliki
banyak kelemahan, yakni:
- Membutuhkan waktu lama.
- Memerlukan biaya yang tidak sedikit.
- Bentuk penyelesaiannya sangat kaku dan
menyakitkan salah satu atau bahkan kedua
belah pihak.

PROBLEM ETIKA
1. Sifatnya yg umum & abstrak menimbulkan problem
aplikasi, konsistensi & questionable morality.
2. Penyelesaian lewat jalur ini tidak memiliki daya paksa.
107
UU PRAKTIK KEDOKTERAN
No. 29 Th. 2004

108
IMPLIKASI UUPK TERHADAP DOKTER

1. Harus punya Sertifikat Kompetensi dari kolegium.


2. Harus punya STR (Lisensi atau Kewenangan) dari KKI.
3. Harus menjaga kompetensinya dengan selalu mengikuti
pendidikan berkelanjutan.
4. Harus memperbarui LISENSI yang habis masa berlakunya.
5. Harus memiliki SIP jika ingin praktik (swasta perorangan).
6. Harus punya SIP utk kerja di RS.
7. Dalam menjalankan praktik harus selalu:
a. Memenuhi Standar Pelayanan yang berlaku.
b. Menjalankan prosedur Informed Consent yang benar.
c. Melaksanakan manajemen Rekam Medis yang rapi.
d. Menjaga Rahasia Kedokteran yang benar.
e. Menghormati semua Hak Pasien. 109
IMPLIKASI UUPK
TERHADAP RUMAH SAKIT
1. Hanya mempekerjakan dokter yang punya ijin.
2. Menetapkan kewenangan klinik (Clinical Privilege) di RS
sesuai kompetensi dokter.
3. Memfasilitasi agar dokter selalu melaksanakan pelayanan

sesuai standar.
4. Melaksanakan :
a. Manajemen Informed Consent yang benar.
b. Manajemen Rekam Medik yang baik dan rapi.
c. Manajemen Rahasia Kedokteran yang tertib.
d. Manajemen Kendali Mutu (Audit Medik dsbnya).
5. Memfasilitasi terlaksananya semua Hak Pasien.
110
6. Melakukan Tindakan Korektif thd dokter yang melanggar.
DEFINISI INFORMED CONSENT
PERMENKES :

Persetujuan yang diberikan oleh pasien atau


keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan
medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
 
DEFINISI LAIN : (oleh Sofwan Dahlan)

Pernyataan oleh PASIEN, atau dalam keadaan tertentu


oleh ORANG YANG BERHAK MEWAKILI PASIEN,
yang isinya merupakan persetujuan kepada dokter untuk
melakukan tindakan medik sesudah pasien atau orang
yang berhak tersebut diberi informasi secukupnya
mengenai tindakan medik yang akan dilakukan.
111
MAKNA KATA “KEADAAN TERTENTU”

Yaitu keadaan dimana pasien belum dewasa (belum


21 th dan belum pernah nikah) atau tidak sehat akal.

Dalam bahasa hukum, keadaan seperti itu dianggap


belum dapat melakukan perbuatan hukum karena dinilai
belum atau tidak cakap (onbekwaamheid).

MAKNA KATA “DIBERI INFORMASI SECUKUPNYA”

Yaitu pemberian informasi yang kualitas & kuantitasnya


telah cukup bagi pasien (yang memang awam di bidang
medis) untuk dijadikan dasar dalam menentukan sikapnya

(decision); yaitu berupa CONSENT atau REFUSAL


112
terhadap tindakan medik yang ditawarkan oleh dokter.
LATAR BELAKANG INFORMED CONSENT

1. Tindakan medik penuh ketidakpastian (uncertainty) dan


hasilnyapun tidak dapat diperhitungkan secara matematik.
2. Hampir semua tindakan medik memiliki risiko.
3. Tindakan medik tertentu bahkan punya akibat ikutan yang
tak menyenangkan pasien.
4. Semua risiko (jika benar-benar terjadi) atau semua akibat
ikutan (yang tak menyenangkan itu) akan dirasakan sendiri
oleh pasien, bukan oleh orang lain.
5. Risiko maupun akibat ikutan tersebut biasanya sulit atau
bahkan mustahil untuk dapat dipulihkan kembali.
6. Munculnya pola hidup konsumerisme yang mengandalkan
pada prinsip “He who pays the piper calls the tune” (siapa
membayar pengamen suling, dialah yang menentukan
lagunya). 113
LANDASAN FILOSOFIS

Doktrin “A man is the master of his own body”, yang


bersumber pada Hak Azasi Manusia, yaitu “the right to
self determination” (hak menentukan nasibnya sendiri).

Berdasarkan doktrin tersebut maka tindakan apapun


yang bersifat offensive touching terhadap tubuh seseorang
(termasuk tindakan medik), harus mendapat persetujuan
lebih dahulu dari pemilik tubuh tersebut.

Konsekuensinya, tindakan medik yang dilakukan tanpa


persetujuan pasien secara filosofis dianggap melanggar hak,
meskipun tujuannya baik dan demi kepentingan pasien.
114
LANDASAN ETIKA
Prinsip-prinsip etika (moral principles) menghendaki
agar dokter memperhatikan 4 hal, yaitu :

1. Beneficence & non malefecence (to do good, not harm).


2. Justice (as a fairness or as distributive justice).
3. Fidelity (menunjukkan kejujuran dan kesetiaan terhadap
tanggung jawab yang diemban).
4. Autonomy (menghormati hak pasien untuk membuat
keputusan).

Jadi informed consent bukan hanya merupakan masalah


hukum belaka, tetapi juga masalah etika sebab sesuai dengan
prinsip autonomy.

115
LANDASAN HUKUM
1. UU Kesehatan Th. 1992, Psl 53.
Dengan jelas dikatakan bahwa hak health care receiver
antara lain :
Hak atas informasi.
Hak memberikan persetujuan tindakan medik.
Jadi informed consent merupakan perwujudan dari
kedua hak pasien tersebut.
2. UU No. 29 Th. 2004 Tentang Praktik Kedokteran.
3. Peraturan Pemerintah Tentang Tenaga Kesehatan.
4. Permenkes No. 585 tentang Persetujuan Tindakan Medik
serta Surat Keputusan Dirjen Yanmed.
5. Permenkes No. 1419 / Menkes / PER / 2005 tentang
Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi. 116
TINDAKAN MEDIK
YANG PERLU INFORMED CONSENT

1. Major or minor invasive surgery.


2. All procedures that involve more than slight
risk of harm.
3. All forms of radiological therapy.
4. Electro-convulsive therapy.
5. All experimental procedures.
6. All procedures for which consent forms are
required by statute or regulation.

(Roach, Chernoff dan Esley, 2000)


117
TINDAKAN MEDIK
YANG PERLU INFORMED CONSENT
1. Major or minor invasive surgery that involves an entry
into the bodily either through an incision or through one
of the natural body opening.
2. All procedures in which anesthesia is used, regardless of
whether an entry into the bodily is involved.
3. Nonsurgical procedures involving more than a slight risk
of harm to the patient, or involving the risk of change in the
patient’s body structure.
4. Procedures involving the use of cobalt and X ray therapy.
5. Electroshock therapy.
6. Experimental therapy.
7. All procedures that the medical staff determines require a
specific explanation to the patient.
(Mancini M.R, Gale A.T.
118)
INFORMED CONSENT MENURUT UUPK
1. Non-selective (untuk semua tindakan medik).
2. Harus didahului penjelasan yang cukup sebagai landasan
bagi pasien untuk mengambil keputusan.
3. Dapat diberikan secara tertulis atau lisan (ucapan atau
anggukan kepala).
4. Untuk tindakan medik berisiko tinggi, persetujuan harus
diberikan secara tertulis.
5. Dalam keadaan emergensi tidak perlu informed consent,
ttp ssdh sadar wajib diberitahu & diminta persetujuan.
6. Ditandatangani oleh yang berhak.

Tindakan medik berisiko tinggi adalah tindakan bedah


atau tindakan invasif lainnya. 119
BAGAIMANA
JIKA KONDISI PASIEN DALAM
KEADAAN EMERGENSI ???

APAKAH
INFORMED CONSENT MASIH TETAP
PERLU ???

BAGAIMANA
JIKA PASIEN TIDAK LAGI BISA
DIAJAK KOMUNIKASI ???
120
ASPEK HUKUM
GAWAT DARURAT

Meliputi :

1. DEFINISI GAWAT DARURAT.

2. TANGGUNG JAWAB HUKUM TENAGA


KESEHATAN.

3. INFORMED CONSENT DALAM KEADAAN GAWAT


DARURAT.

4. SANKSI HUKUM BAGI TENAGA KESEHATAN. 121


PENGALAMAN AMERIKA

1. Pada th 1968 tercatat 35 juta pasien


mengunjungi Emergency Room (UGD).

2. Pada th 1984 melonjak menjadi 160 juta


pasien yang mengunjungi Emergency
Room.

Anehnya dari pasien yang mengunjungi


UGD hanya sekitar 5 % saja yang benar-benar
dalam keadaan true emergency dan memer-
lukan emergency care. 122
EMERGENCY ROOM
BANYAK DISUKAI KARENA
1. Semakin menurunnya jumlah dokter yang
bersedia dipanggil ke rumah pasien.
2. Emergency Room terbuka selama 24 jam.
3. Di Emergency Room tersedia fasilitas lengkap.
4. Emergency Room biasanya dikelola oleh tenaga
terlatih (high skilled personnel).
5. Pihak asuransi mau menanggung semua biaya
123
yang dikeluarkan.
DEFINISI

DIANGGAP EMERGENCY :
Setiap kondisi yang menurut pendapat
pasien, keluarganya atau orang-orang yang
membawa pasien ke rumah sakit --------- bahwa
pasien --------- memerlukan penanganan segera
(requires immediate medical attention).

TRUE EMERGENCY :
Setiap kondisi klinis yang ditentukan
memerlukan penanganan segera guna mence-
gah kematian atau kecacatan.
124
(American Hospital
EMTALA
(A). Suatu kondisi yang ditandai adanya gejala berat dan
akut (meliputi rasa sakit yang sangat), yang jika tidak
segera ditangani akan dapat mengakibatkan:
____________________________
(i) kesehatan pasien (termasuk wanita hamil atau bayi
yang dikandungnya) mengalami bahaya serius,
(ii) kerusakan organ atau tubuh yang serius; atau
(iii) kegagalan organ atau bagian tubuh yang serius; atau

(B). Suatu kondisi dari wanita hamil yang telah mengalami


kontraksi, tetapi:
(i). tidak memiliki waktu yang cukup untuk membawa
wanita itu ke rumah sakit; atau
(ii). transpotasi wanita itu ke rumah sakit dapat memba -
125
hayakan bagi dirinya atau bayinya .
TANGGUNGJAWAB NAKES
TERHADAP PENDERITA EMERGENSI

Tenaga kesehatan diwajibkan oleh hukum untuk


menolong pasien emergensi jika :
1. Bentuk pertolongannya masih berada dalam
konteks profesinya.
2. Pasien berada dalam jarak dekat dengan nakes.
3. Nakes mengetahui bahwa ada kebutuhan bantuan
emergensi atau ada pasien dengan kondisi serius.
4. Nakes dinilai layak memberikan bantuan serta
memiliki peralatan yang mungkin diperlukan.
(Gorton, 2000
126)
TANGGUNG JAWAB NAKES
TERHADAP PENDERITA EMERGENSI

1. Di luar RS : - melakukan Good Samaritan.


2. Di Puskesmas : - melakukan Stabilisasi.
- melakukan Transfer ke RS lain.
3. Di RS dengan Initial Emergency Care :
- melakukan Stabilisasi.
- melakukan Transfer ke RS lain.
4. Di RS dengan Definitive Emergency Care :
- melakukan emergency treatment
127
INFORMED CONSENT
PADA PASIEN EMERGENSI
1. Dalam keadaan emergensi, informed consent (jika
masih mungkin) tetap penting, tetapi bukan prioritas.
2. Walaupun penting tetapi pelaksanaan informed consent
tidak boleh menjadi penghambat ataupun penghalang
bagi dilakukannya emergency care.
3. Permenkes no. 585 menyatakan bahwa dalam keadaan
emergensi tidak diperlukan informed consent.
4. Berbagai yurisprudensi di negara maju menunjukkan
kesamaan prinsip, bahwa tindakan emergency care
dapat dilakukan tanpa informed consent.
5. Dlm kasus Mohidin (Sukabumi), hakim membenarkan
tindakan dokter mencopot mata pasien yang sakit guna
menyelamatkan mata yang sehat berdasarkan teori
sympatico optalmia. 128
TINDAKAN EMERGENSI
PADA PASIEN ANAK-ANAK
TANPA INFORMED CONSENT ORTU

Jika orangtua tak setuju, tindakan medik pada


anak dapat dilakukan dengan syarat:
1. Tindakan medik yg akan dilakukan harus
berupa tindakan medik terapetik (bukan tinda-
kan medik yang masih eksperimental).
2. Tanpa tindakan medik tsb anak akan mati.
3. Tindakan medik tersebut memberikan harapan
atau peluang pada anak untuk hidup normal,
sehat dan bermanfaat.

(Goldstein, Freud dan Solnit)129


SANKSI PIDANA

Pasal 531 KUHP :


Barangsiapa ketika menyaksikan bahwa ada orang dalam
keadaan bahaya maut tidak memberi pertolongan yang
dapat diberikan padanya tanpa selayaknya menimbulkan
bahaya bagi dirinya atau orang lain, diancam, jika
kemudian orang itu meninggal, dengan pidana kurungan
paling lama tiga bulan atau denda paling banyak
……………..
Pasal ini berlaku bg nakes sesuai kapasitas masing-masing!!
Di Amerika berlaku Good Samaritan Law, yaitu
undang-undang yang memberikan immunitas (kekebalan)
dari tuntutan hukum bila tenaga kesehatan melakukan
kesalahan yang tak seberapa besar (bukan gross negligent ).
130
BAGAIMANA JIKA TINDAKAN MEDIK
PADA ANAK TAK DISETUJUI ORANG TUA

Jika orang tua tidak setuju, tindakan medik pada anak


dapat dilakukan dengan syarat:
1. Tindakan medik yang hendak dilakukan dokter haruslah
merupakan tindakan medik terapetik (bukan tindakan
medik eksperimental).

2. Tanpa tindakan medik terapetik tersebut anak akan mati.

3. Tindakan medik tersebut memberikan harapan atau


peluang pada anak untuk hidup normal, sehat dan
bermanfaat.

(Goldstein, Freud dan Solnit131


)
MATERI INFORMASI
YANG HARUS DISAMPAIKAN
1. Alasan perlunya tindakan medik (diagnosa penyakit).
2. Sifat tindakan medik (eksperimen atau non eksperimen).
3. Tujuan tindakan medik.
4. Risiko tindakan medik.
5. Akibat ikutan yang bakal tidak menyenangkan.
6. Ada tidaknya tindakan medik alternatif.
7. Akibat yang bisa terjadi jika menolak tindakan medik.
Informasi cukup lisan agar terjalin komunikasi dua arah,
tetapi boleh ditambah / dilengkapi information sheets.
Jika informasi tidak cukup atau tidak sama sekali maka
berdasarkan teori domino, persetujuan tersebut tidak syah.
Pada pasien dengan sindroma “Don’t tell me, doctor” dapat
dianggap setuju jika pasien tersebut kemudian menyerahkan
132
sepenuhnya kepada kebijakan dokter.
KEWAJIBAN
MEMBERIKAN INFORMASI

1. Kewajiban memberikan informasi berada di tangan


dokter yang hendak melakukan tindakan medik karena
ia yang tahu persis kondisi pasien serta hal-hal yang
berkaitan dengan tindakan medik yang akan dilakukan.

2. Kewajiban tersebut amat riskan bila didelegasikan


kepada dokter lain, perawat atau bidan; tetapi bila hal
itu dilakukan dan terjadi kesalahan dalam memberikan
informasi maka tanggungjawabnya tetap pada dokter
yang melakukan tindakan medik.

3. Di beberapa negara maju, tanggungjawab memberikan


informasi merupakan tanggungjawab yang tidak boleh
didelegasikan (non-delegable duty). 133
HAK MEMBERIKAN CONSENT
1. Pasien dewasa dan sehat akal Pasien ybs.
2. Pasien minor (anak-anak) Keluarga / walinya.
3. Pasien tak sehat akal Keluarga / wali / kurator.
4. Pasien nikah Pasien yang bersangkutan,
kecuali untuk tindakan medik tertentu harus disertai
persetujuan pasangannya (suami atau isterinya).
Tindakan medik tertentu pada pasien nikah yang juga
memerlukan persetujuan dari pasangannya ialah:
1. Tindakan Medik yang punya pengaruh kepada pasien
serta pasangannya sebagai satu kesatuan.
2. Tindakan Medik tersebut bersifat non terapetik.
3. Pengaruh dari Tindakan Medik tersebut irreversible.
CONTOH: Sterilisasi KB, harus ada persetujuan suami.
Sterilisasi terapetik (krn kanker), tak perlu.134
CARA MEMBERIKAN CONSENT
1. Secara terucap (oral consent).
2. Secara tertulis (written consent).
3. Secara tersirat (implied consent).

Yang paling aman tentunya adalah written consent (meski


tidak praktis) sebab ada dokumen tertulis yang tidak dapat
dipungkiri oleh pasien.

Jika diberikan secara terucap atau tersirat sebenarnya tidak


ada masalah hukum, tetapi demi keamanannya perlu:
1. Dibatasi hanya pada tindakan medik yang risikonya kecil.
2. Perlu ada saksi (perawat) yang melihat proses pemberian
informed consent untuk jaga-jaga bila dipungkiri nanti.
3. Dicatat di dalam rekam medik bahwa pasien memberikan
persetujuan secara terucap atau tersirat. 135
REDAKSI
INFORMED CONSENT TERTULIS
Setidak-tidaknya informed consent tertulis berisi:
1. PENGAKUAN, oleh pasien atau orang yang berhak
mewakili bahwa ia telah diberi penjelasan mengenai:
a. Alasan perlunya tindakan medik.
b. Sifat tindakan medik (eksperimen / non eksperimen).
c. Tujuan tindakan medik.
d. Risiko tindakan medik.
e. Akibat ikutan yang bakal tidak menyenangkan.
f. Ada tidaknya tindakan medik alternatif.
g. Akibat yg akan dialami jika menolak tindakan medik.
2. PENGAKUAN, bahwa ia telah memahami informasi tsb.
3. PERNYATAAN, bahwa ia MENYETUJUI tindakan medik.
136
HAKEKAT
INFORMED CONSENT

1. Bagi pasien, merupakan media untuk menentukan


sikap atas tindakan medik yang mengandung risiko atau
akibat ikutan yang bakal tidak menyenangkan pasien.
2. Bagi dokter, merupakan sarana untuk memperoleh
legitimasi (pengesahan/pembenaran) atas tindakan medik
yang bersifat offensive touching.
3. Merupakan syarat agar dokter bebas dari tanggung
jawab hukum atas terjadinya risiko atau akibat ikutan saja
(transfer of liability).
4. Bukan merupakan sarana yang dapat membebaskan dokter
dari tanggung jawab hukum atas terjadinya malpraktek,
sebab masalah malpraktek merupakan masalah lain yg erat
kaitannya dengan mutu tindakan medik yang tidak benar
atau tidak sesuai standard of care. 137
MASALAH

Persetujuan yang diberikan dengan tidak didahului


informasi atau didahului informasi tetapi tidak cukup maka
persetujuan tersebut dianggap tidak pernah ada (tidak syah

demi hukum).

Informasi diberikan sejelas-jelasnya, tetapi jika pada


akhirnya pasien menolak memberikan persetujuannya
berarti dokter telah gagal dalam melakukan komunikasi.
Jadi keberhasilan mendapatkan informed consent amat
ditentukan oleh kemampuan dokter dalam ber
KOMUNIKASI
138
KESULITANNYA

Proses mendapatkan informed consent


memerlukan penjelasan detail dan waktu yang
cukup.

Communication skill dokter sangat beragam.

Kesediaan dan kemampuan pasien dalam


menyerap Informasi dan membuat keputusan
berbeda-beda.

Faktor kultur juga bisa menambah kesulitan.


139
GUIDELINE
Informasi harus diberikan dalam bentuk dan cara
yang dapat membantu pasien untuk memahami masalah
kesehatannya serta alternatif-alternatif terapi yang
mungkin dapat diberikan.
Dokter harus mengambil posisi sebagai pemberi advis.
Tidak boleh ada paksaan-paksaan.
Pasien harus diberi kebebasan untuk menyetujui atau
tidak menyetujui tindakan medik yang dianjurkan dokter.

Pasien perlu didorong untuk membuat keputusan.

Dokter dan pasien harus bersikap jujur dan beriktikat


baik. 140
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Dokter harus meluangkan waktu untuk menemui pasien
guna memberikan penjelasan.
Dokter tidak boleh tergesa-gesa dan harus memberikan
waktu yang cukup kepada pasien untuk membuat decision.
Dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien
untuk bertanya ataupun bahkan berkonsultasi lebih dulu
dengan keluarga, teman atau penasehatnya.
Dokter wajib membantu pasien dalam mencari second
opinion (jika hal itu dikehendaki) walaupun pendapat dari
second opinion mungkin dapat menyulitkan.
Dalam keadaan tertentu perlu dilakukan diskusi yang
kemudian ditutup dengan mengajuka pertanyaan: “Masih
ada yang perlu ditanyakan lagi sebelum anda membuat
keputusan final?” 141

Anda mungkin juga menyukai