Anda di halaman 1dari 16

Pengelolaan Spesimen Organ

Kelompok 1:

1. Alma Fitrah Ramadhan 1011201006


2. Dhea Caniago 1011201126
3. Elsa Sri Handayani 1011201137
4. Mutia Listiani 1011201067
Penerimaan Administrasi
Laboratorium Patologi Anatomi
Skema dasar dari sistem
laboratorium khusus histologi
Sistem adminitrasi yang ada di laboratorium patologi anatomi, khususnya
di bidang histologi sebenarnya terdapat sedikit perbedaan dengan
laboratorium pada biasanya, terutama saat penerimaan spesimennya.
Pada Spesimen yang diterima, akan dilakukan pemeriksaan awal untuk
melihat kelayakan suatu sediaan histologik. Hal ini dilakukan karena
terkadang spesimen yang didapat kurang layak untuk dibuat sediaan.

Pengoleksian spesimen dan transportasi spesimen yang benar untuk


pemeriksaan histopatologis penting untuk dilakukan karena:
• Adanya kesalahan identifikasi dan pelabelan pada spesimen pasien
yang salah
• Detail dari sel menjadi sulit diidentifikasi karena pengirim memberikan
spesimen yang telah dimasukkan larutan fiksasi yang tidak semestinya
• Orientasi spesimen yang salah dari pengiriman
• Mungkin perlu menginformasikan laboratorium sebelum mengirim
spesimen untuk penyelidikan khusus atau mendesak (misalnya potong
beku).
Rincian Formulir Permintaan

Dari alasan di atas maka rincian yang harus ada dalam formulir permintaan adalah:

• Jenis dan lokasi specimen.


• Rincian identifikasi pasien (serupa dengan yang ada pada wadah spesimen).
• Rincian klinis yang relevan (temuan radiologi untuk tumor tulang, tes fungsi hati
untuk biopsi hati, tes fungsi ginjal untuk biopsi ginjal, kadar PSA untuk prostat biopsi
dan lainlain) dan bila tersedia ditambahkan diagnosis klinis sebgai pembanding.
• Nomor referensi dan diagnosis laporan aspirasi jarum halus yang relevan sebelumnya
(FNA) atau histologik sebelumnya, jika ada.
• Jika jahitan orientasi ditempatkan, margin yang diwakilinya harus ditunjukkan dengan
jelas.
• Sebuah indikasi jika laporan tersebut sangat dibutuhkan. Sebuah formulir dapat saja
berbeda dari tiap laboratorium, namun tetap harus dipertimbangkan nilai-nilai yang
wajib terisi sebagai penunjang diagnosis dan lain sebagainya.
Contoh
Contoh formulir
formulir penerimaan
penerimaan
spesimen
spesimen jaringan
jaringan
Contoh formulir penerimaan spesimen
sitologik & sitologik non ginekolog
Alur pengolahan Spesimen

Setelah
Setelah spesimen
spesimen diterima,
diterima, maka
maka alur
alur
pengolahan
pengolahan spesimen-pun
spesimen-pun harusharus berjalan
berjalan dengan
dengan
baik
baik mulai
mulai dari
dari penerimaan
penerimaan spesimen
spesimen hingga
hingga
pelaporan
pelaporan hasil.
hasil. Berikut
Berikut ini
ini contoh
contoh alur
alur
perpindahan
perpindahan spesimen
spesimen di di laboratorium
laboratorium patologi
patologi
anatomikadalah
anatomikadalah sebagai
sebagai berikut
berikut

Ket
Ket ::
A.
A. Penerimaan
Penerimaan Spesimen
Spesimen
B.
B. Potong
Potong Gross
Gross
C.
C. Pematangan
Pematangan Jaringan
Jaringan
D.
D. Pemotongan
Pemotongan Mikrotomi
Mikrotomi
E.
E. Pewarnaan
Pewarnaan Sediaan
Sediaan
F.
F. Kontrol
Kontrol Kualitas
Kualitas Sediaan
Sediaan // skrining
skrining
G.
G. Ahli
Ahli Patologi
Patologi // Dokter
Dokter Spesialis
Spesialis PA.
PA.
H.
H. Sistem
Sistem Pelaporan
Pelaporan
Pengolahan
Pengolahan jaringan
jaringan &
& Pembuatan
Pembuatan
sediaan
sediaan mikroskopik
mikroskopik

Petugas menyiapkan jaringan yang akan dipotong.


Dokter spesialis patologi anatomik dan asisten memeriksa makroskopik jaringan
dan mencatatnya, kemudian dipilih dan dipotong untuk dibuat sediaan
mikroskopik.
Selanjutnya dimasukan kedalam kaset metal/plastik untuk di olah lebih lanjut
Petugas instalasi PA mengolah jaringan yang telah dipilih dan berada di dalam
kaset sesuai dengan prinsip dehidrasi, clearing, dan embedding pada alat
otomatis dan selanjutnya dibuat blok prafin. Untuk jaringan keras misalnya
tulang, sebelum dimasukan kekaset dilakukan dekalsifikasi terlebih dahulu
Beberapa jenis jaringan pada umumnya yang terlalu kecil diolah dengan
manual /jalan tangan
Petugas instalasi PA memotong blok parafin dengan menggunakan Rotary
microtome setebal 2-5 mikrometer dan menaruh potongan tersebut didalam air
panas +/-50oC(water bath).
Potongan jaringan ditaruh pada kaca benda, kemudian diwarnai pewarnaan HE,
ditetesi balsam canada dan ditutup dengan kaca penutup selanjutnya diberi
label(nomor yang telah diberikan diloket penerimaan)
Penentuan Diagnosis

Dengan menggunakan mikroskop cahaya, dokter spesialis PA melihat sedian mikroskopik,


menganalisa, kemudian mendeteksi dan menetapkan diagnosisnya serta saran-saran yang
diperlukan untuk dokter pengirim bahan pemeriksaan pada formulir permintaan patologi
anatomi, sebagai hasil pemeriksaan patologi anatomi.

Jika memerlukan potongan lebih dalam atau potong susul, maka formulir dikirim kepetugas
instalasi PA.

Jika memerlukan pewarnaan khusus, dapat dilakukan pewarnaan histokimia dan jika
memerlukan pemeriksaan imunohistokimia(IHC), dapat sasaran atau dilakukan pewarnaan
imunohistokimia pada instalasi PA yang telah dapat melakukan pewarnaan IHC.

Petugas instalasi PA/tata usaha PA mengetik hasil pemeriksaan pada lembar jawaban

Dokter spesialis PA atau asisten memeriksa dan menandatangani hasil pengetikan


pemeriksaan
Pengiriman Hasil Pemeriksaan

I. Petugas tata usaha/ instalasi sitologi


memasukkan hasil pemeriksaan pada sampel
tertutup/distaples, mencatatnya pada buku
ekspedisi dan menyampaikan/mengirimkannya
kepada dokter atau diambil oleh petugas
bangsal
II. Penyampaian hasil pemeriksaan dapat
diberikan langsung kepada pasien, keluarga
pasien , ekspedisi langsung atau atau pos ke
bangsal /poliklinik untuk diserahkan langsung
ke dokter pengirim bahan pemeriksaan
Pengarsipan

Petugas arsip menyususun arsip


sediaan mikroskopik dan formulir
permintaan pemeriksaan serta
duplikat hasil pemeriksaan
sitologi
Keselamatan Pasien
Untuk menghindari kesalahan data pasien diperlukan langkah-langkah
berikut:
1. Ketelitian dalam penomoran sampel: Data pasien dan sampel
pasien harus sesuai
2. Dalam pemotongan basah juga sama, yaitu data pasien dan sampel
pasien harus sama
• c. Dihindari dalam pemotongan microtome terjadi kesalahan nomor
blok dengan nomor preparat
• d. Dihindari kesalahan labeling
• e. Proses pembacaan microskopik juga dihindari adanya kesalahan
pengantar dengan preparat
• f. Pengambilan hasil juga harus sama dengan data pasien
Keselamatan & Kesehatan Kerja

Penerapan Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) di


laboratorium memerlukan perhatian khusus. Keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) merupakan suatu tindakan perlindungan
terhadap tenaga kerja dari segala aspek yang berpotensi
membahayakan.
Penerapan praktik K3 seharusnya melekat pada seluruh kegiatan
di laboratorium. Tahapan awal dari identifikasi sumber
kecelakaan adalah dengan melakukan analisa manajemen resiko.
Manajemen risiko tidak hanya berkaitan dengan kesehatan dan
keselamatan pribadi, namun juga terhadap kesehatan dan
keselamatan lingkungan. Ada beberapa hal yang menjadi
perhatian di laboratorium patologi anatomi, antara lain :
1. Teknisi sering tidak mengenali bahaya kimia yang ada di
lingkungan kerja mereka
2. Formaldehid dan xilol adalah bahaya umum di histologi dan
patologi laboratorium sehingga teknisi perlu mengetahui efek
kesehatan yang mungkin timbul dari paparan bahan kimia ini
3. Teknisi laboratorium patologi anatomi yang terpapar
Formaldehid memerlukan pengawasan kesehatan.
Keselamatan & Kesehatan Kerja

Untuk mencapai keselamatan kerja diperlukan standar prosedur berikut:


a. Penggunaan alat pelindung diri(APD)
- Masker: Menggunakn masker pada semua pemeriksaan
- Handscoon: Digunakan pada semua pemeriksaan
- Jas laboratorium: Digunakan pada semua pemeriksaan
b. Dekontaminasi adalah tindakan wajib sebelum dan sesudah kegiatan pemeriksaan
c. Alat potong(mikrotome) selesai digunakan harus selalu dalam keadaan terkunci pengaman
d. Kalibrasi untuk memastikan semua alat berfungsi baik sesuai dengan kebutuhan
e. Adanya alat pemadam api ringan (APAR) di ruangan

Untuk mencegah adanya kesalahan pemeriksaan dan pemberian hasil. Maka kewajiban :
a. Mengetahui, memahami, dan melaksanakan semua ketentuan keselamatan kerja diinstalasi
patologi anatomi
b. Memanfaatkan sebaik-baiknya peralatan APD yang tersedia, bertindak hati-hati & bekerja secara
aman untuk melindungi diri dan pegawai lainnya
c. Melaporkan setiap kecelakaan kerja kepada kepala instalasi/penanggung jawab
Monitoring
Monitoring dilakukan secara berkala dan terus menerus.
Tahapan yang dilakukan terkait monitoring antara lain :
• Adanya pemeliharaan peralatan laboratorium secara rutin
• Laboran melakukan pengecekan peralatan laboratorium setiap selesai
praktikum dan menandatangani form peminjaman alat dan bahan
• Laboran melaporkan hasil pengecekan laporan yang telah diisi serta temuan
kerusakan yang memerlukan perawatan(jika ada) kepada kepala laboratorium
• Kemudian laboran merekap hasil pengecekan dalam buku kerusakan alat dan
melaporkannya.

Jika ada kerusakan maka berdasarkan rekomendasi dari kepala laboratorium


segera laboran memperbaiki peralatan yang bisa langsung diperbaiki tanpa
memerlukan perbaikan peralatan membutuhkan biaya, maka laboran
mengajukan permohonan dengan biaya sesuai pengajuan. Jika ada alat yang
tidak dapat diperbaiki maka perlu dilakukan pergantian dengan yang baru serta
dicatat daftar alat yang tidak dapat dipergunakan lagi untuk kemudian alat-alat
tersebut simpan dalam lemari khusu
THANK
YOU
Daftar Pustaka

• https://
rsmargono.jatengprov.go.id/ppid/informasipublik/file/pedomanan-pelayanan-instalasi-laboratorium-patol
ogi-anatomi-tahun-2019
• http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:6MkCEZbLuTMJ:bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiks
dmk/wp-content/uploads/2017/11/Sitohistoteknologi-SC.pdf+&
cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-b-d
• Bancroft, JD. Gamble, M, (2013). Teory and practice of histological technique,Philadelphia: Elseiver Carson,
F.L., Hadik, C., 2009, Histotechnology: A self-instructional text. 3 rd Edition. Hongkong: American Society
for Clinical Pathology Press. Health Information and Quality Authority. (2011). General practice messaging
standard version 2.0 (GMPS 2.0). Leeftink, A.G. (2014). From rapid diagnostics to a rapid diagnosis, UMC
Utrecht histopathology laboratory. Wiener HG, Klinkhamer P, Schenck U, et al. (2007). European guidelines
for quality assurance in cervical cancer screening: recommendations for cytology laboratories.
Cytopathology; 18:67–78
• Giuseppe Lippi and Gian Cesare Guid. (2011). The Preanalytical Phase in Quality assurance in Quality
Assurance in the Pathology Laboratory. Taylor and Francis Group, LLC. CRC Press.
http://www.sysmex.co.nz/download/delphic-ap-designer-software-for-your-pathologyworkflow Sahay,
et.al, (2013). Cytological artifacts masquerading interpretation. Journal Cytology, 30(4):241-6 Supriya
Nikita Kapila, Karen Boaz, Srikant Natarajan. (2016). The post-analytical phase of histopathology practice:
Storage, retention and use of human tissue spesimens. International Journal Applied Basic Medical
Research. 6(1): 3-7 Zioga, Christina and Chariklia Destouni, (2015) Cytology ABCDE: A Practical ABCDE
Algorithm for Cytology Diagnosis. The Diagnostic pathology Journal, 1:11

Anda mungkin juga menyukai