Perilaku kriminal
merupakan perilaku yang
dipelajari dalam
lingkungan sosial
Edwin H Sutherland
Pada hakikatnya, teori Differential Association lahir, tumbuh dan berke
mbang dari kondisi sosial (social heritage) tahun 1920 dan 1930 diman
a FBI (Federal Bureau Investigation-Amerika Serikat) memulai prosedur
pelaporan tahunan kejahatan kepada polisi.
Penyusunan teori asosiasi diferensial bertitik tolak dari tiga teori, yaitu
ecological and cultural transmission theory, symbolic interactionism, d
an cultural conflic theory.
Seorang sarjana Perancis Gabriel Tarde (1912) adalah pertama yang me
ngusulkan bahwa pola-pola delinquensi dan kejahatan dipelajari denga
n hal serupa seperti setiap jabatan atau okupasi, terutama sekali melalu
i jalan peniruan (imitate) dan asosiasi dengan yang lain.
Edwin H. Sutherland mengambil ide dasar ini kemudian dikembangakan
menjadi teori “perilaku kriminal” Sutherland menghipotesakan bahwa
perilaku kriminal itu dipelajari melalui asosiasi yang dilakukan dengan
mereka yang melanggar norma- norma masyarakat termasuk norma hu
kum. Proses mempelajari tadi meliputi tidak hanya tehnik kejahatan ses
ungguhnya, namun juga motif, dorongan, sikap dan resonalisasi yang ny
aman atau memuaskan bagi dilakukannya perbuatan- perbuatan anti so
sial.
Teori Asosiasi Diferensial ini memil
iki 2 versi
Versi pertama dikemukakan tahun 1939, yang menegaskan aspek-aspek berikut:
Pertama, setiap orang akan menerima dan mengikuti pola-pola prilaku yang dapa
t dilaksanakan.
Kedua, kegagalan untuk mengikuti pola tingkah laku menimbulkan inkonsistensi d
an ketidakharmonisa.
Ketiga, konflik budaya merupakan prinsip dasar dalam menjelaskan kejahatan
Pada tahun 1947 Edwin H. Sutherland menyajikan versi kedua dari teori Differential
Association yang menekankan bahwa semua tingkah laku itu dipelajari, tidak ada
yang diturunkan berdasarkan pewarisan orang tua. Tegasnya, pola perilaku jahat
tidak diwariskan tapi dipelajari melalui suatu pergaulan yang akrab.
Proses terjadinya Kejahatan melalui 9 Proposisi, Sbb:
1. Perilaku kejahatan adalah perilaku yang dipelajari. Secara negatif berarti perilaku
itu tidak diwariskan.
2. Perilaku kejahatan dipelajari dalam interaksi dengan orang lain dalam suatu
proses komunikasi. Komunikasi tersebut terutama dapat bersifat lisan ataupun
menggunakan bahasa tubuh.
3. Bagian terpenting dalam proses mempelajari perilaku kejahatan terjadi dalam
kelompok personal yang intim.
4. Ketika perilaku kejahatan dipelajari, maka yang dipelajari termasuk :
(a) teknik melakukan kejahatan,
(b) motif-motif, dorongan-dorongan, alasan-alasan pembenar dan sikap-sikap
tertentu
5. Arah dan motif dorongan itu dipelajari melalui definisi-definisi dari peraturan hu
kum.
6. Seseorang menjadi delinkuen karena ekses pola-pola pikir yang lebih melihat
aturan hukum sebagai pemberi peluang melakukan kejahatan daripada melihat h
ukum sebagai sesuatu yang harus diperhatikan dan dipatuhi.
7. Asosiasi Diferensial bervariasi dalam frekuensi, durasi, prioritas serta intensitas
nya.
8. Proses mempelajari perilaku jahat diperoleh melalui hubungan dengan pola-po
la kejahatan dan mekanisme yang lazim terjadi dalam setiap proses belajar secar
a umum.
9. Sementara perilaku jahat merupakan ekspresi dari kebutuhan nilai umum, nam
un tidak dijelaskan bahwa perilaku yang bukan jahat pun merupakan ekspresi dar
i kebutuhan dan nilai-nilai umum yang sama
Kekuatan Teori Differential Assosiation
• Teori ini relatif mampu menjelaskan sebab timbulnya kejahatan akibat peny
akit sosial
• Teori ini mampu menjelaskan bagaimana seseorang karena adanya melalui
proses belajar menjadi jahat
• Teori ini berlandaskan kepada fakta dan bersifat rasional
Contoh, ketika seorang yang selalu masuk sekolah tepat waktu berg
aul dengan siswa lain yang sering tidak masuk sekolah dengan berba
gai alasan. Hal tersebut dapat merubah perspektif siswa yang tadiny
a rajin dan menganggap bolos merupakan suatu hal yang buruk, men
jadi memiliki pemikiran kalau bolos atau tidak masuk sekolah merupa
kan hal yang tidak terlalu buruk sesuai dengan pemikirannya.
02Teori
Labeling
Seseorang jadi
menyimpang karena
adanya proses labeling
oleh masyarakat
Edwin M. Lemert
Menurut teori ini, kejahatan terbentuk karena aturan-aturan lingkunga
n, sifat individualistik, serta reaksi masyarakat terhadap kejahatan. K
arena adanya reaksi masyarakat terhadap suatu perilaku, maka dapa
t menimbulkan suatu perilaku yang jahat.
Teori Labeling timbul pada awal tahun 1960-an dan banyak
dipengaruhi aliran Chicago. Dibandingkan dengan teori lainnya, teori
labelling mempunyai spesifikasi, yaitu:
Travis Hirschi
Pemunculan teori kontrol sosial ini diakibatkan tiga ragam perkembang
an dalam kriminologi.
Pertama, adanya reaksi terhadap orientasi labeling dan konflik dan kem
bali kepada penyelidikan tentang tingkah laku kriminal.
Kedua, munculnya studi tentang criminal justice sebagai suatu ilmu bar
u telah membawa pengaruh terhadap kriminologi menjadi lebih pragm
atis dan berorientasi pada sistem.
Ketiga, teori kontrol sosial telah dikaitkan dengan suatu teknik riset bar
u khususnya bagi tingkah laku anak/remaja, yakni self report survey.
Teori ini dapat dikaji dari 2 perspektif yaitu :
1. Attachment atau kasih sayang adalah sumber kekuatan yang muncul dari hasil sosialisasi di dalam
kelompok primernya (misalnya: keluarga), sehingga individu memiliki komitmen yang kuat untuk pat
uh terhadap aturan.
2. Commitment atau tanggung jawab yang kuat terhadap aturan dapat memberikan kerangka kesad
aran mengenai masa depan. Bentuk komitmen ini, antara lain berupa kesadaran bahwa masa depan
nya akan suram apabila ia melakukan tindakan menyimpang.Lingkungan dimana kita bisa membuat
kita berkomitmen.
3. Involvement atau keterlibatan akan mendorong individu untuk berperilaku partisipatif dan terliba
t di dalam ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Intensitas keterlibatan sese
orang terhadap aktivitas-aktivitas normative konvensional dengan sendirinya akan mengurangi pelu
ang seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan melanggar hukum.
4.Believe atau kepercayaan, kesetiaan, dan kepatuhan terhadap norma-norma sosial atau aturan m
asyarakat akhirnya akan tertanam kuat di dalam diri seseorang dan itu berarti aturan sosial telah elf-
enforcing dan eksistensinya (bagi setiap individu) juga semakin kokoh.
Teori kontrol sosial berangkat dari asumsi atau anggapan bahwa individ
u di masyarakat mempunyai kecenderungan yang sama kemungkinanny
a, menjadi “baik” atau “jahat”. Baik jahatnya seseorang sepenuhnya ter
gantung pada masyarakatnya. Ia menjadi baik baik kalau masyarakat m
embuatnya begitu.
Pengucilan
Pengucilan adalah suatu bentuk tindakan sosial terkait dengan pemutusan hubungan
sosial dari sekelompok orang terhadap seorang anggota masyarakat. Dengan pengucilan
ini, terjadi sikap masa bodoh (tidak perduli) terhadap orang yang sedang dikucilkan.
Bagi individu yang sedang dikucilkan dari kelompoknya, cepat atau lambat akan
melakukan introspeksi diri dan mencoba mencari-cari penyebab tindakan anggota
kelompok lain terhadap dirinya. Dengan demikian, kaidah-kaidah kelompok yang dahulu
dilanggar oleh individu akan berangsur-angsur diluruskan dan dapat diterima lagi oleh
indvidu agar tetap menjadi anggota kelompok seperti dahulu kala.
04 Teori
Anomie
istilah Anomie diperkenalkan Emile Durkheim
yang diartikan sebagai suatu keadaan tanpa
norma. ANOMIE sendiri berasal dari bahasa
Yunani yaitu A (tanpa) dan Nomos (hukum atau
peraturan).
Emile Durkheim
• Teori anomie lahir, tumbuh dan berkembang berdasarkan kondisi sosi
al (social heritage) munculnya revolusi industri hingga great depressio
n di Prancis dan Eropa tahun 1930-an menghasilkan deregulasi tradisi
sosial, efek bagi individu dan lembaga sosial/masyarakat.
Menurut Emile Durkheim, teori anomie terdiri dari tiga perspektif, yaitu :
1. Manusia adalah mahluk sosial.
2. Keberadaan manusia sebagai mahluk sosial.
3. cenderung hidup dalam masyarakat dan keberadaannya sangat tergantung
pada masyarakat tersebut sebagai koloni.
• Anomie sebagai kekacauan pada diri individu
Emile Durkheim menggunakan kata ini dalam bukunya yang menguraikan s
ebab-sebab bunuh Diri untuk menggambarkan keadaan atau kekacauan dal
am diri individu, yang dicirikan oleh ketidakhadiran atau kurangnya standar
diri atau nilai, dan perasaan alienasi dan ketiadaan tujuan yang menyertain
ya.
Individu yang mengalami anomie akan berusaha mencapai tujuan bersama
dari suatu masyarakat tertentu, namun tidak dapat mencapai tujuan terseb
ut dengan sah karena berbagai keterbatasan sosial. Sehingga, individu itu a
kan memperlihatkan perilaku menyimpang untuk memuaskan dirinya sendi
ri.
• Anomie sebagai kekacauan masyarakat
Jata ini sering dieja “anomy”, digunakan untuk masyarakat atau kelomp
ok manusia di dalam suatu masyarakat, yang mengalami kekacauan kar
ena tidak adanya aturan-aturan yang diakui bersama yang eksplisit atau
pun implisit mengenai perilaku yang baik, atau lebih parah lagi, terhada
p aturan-aturan yang berkuasa dalam meningkatkan isolasi atau bahkan
saling memangsa dan bukan kerja sama.
Contoh Anomie:
Teori konflik radikal memposisikan diri dari anarki politik menyambung Mar
xisme dan materialisme ekonomis menuju perbedaan nilai.
Perilaku Menyimpang :
1. Anak laki-laki yang nakal;
2. Kekerasan kolektif
3. Pecandu Narkotika
2.TEORI DIFFERENTIAL OPPORTUNITY
Untuk Mempertajam teori anomie yang mengatakan adanya kesempatan tidak sah.
Cloward dan Ohlin mengemukakan 3 (tiga) tipe gang kenakalan Sub-culture, yaitu :
b. Retreatist Sub-culture, dimana remaja tidak memiliki struktur kesempatan dan lebih
banyak melakukan perilaku menyimpang (mabuk-mabukan, penyalah gunaan narkoba
dan lain sebagainya).