Anda di halaman 1dari 34

Endya Fabrizia

Ester Mahina Lasiana Khusnul Tharob Tika Indah Lestari


Katipana
202021025 202021030 202021015
202021043
OUR TIM

Feliks Gilberth Keyza Noveliani


Lysa Anggriani Indisari Sahril Taohi
Ruhulessin Soetrisno
202021039 202021020
202021049 202021010
Teori Differential
01Assosiation

Perilaku kriminal
merupakan perilaku yang
dipelajari dalam
lingkungan sosial

Edwin H Sutherland
Pada hakikatnya, teori Differential Association lahir, tumbuh dan berke
mbang dari kondisi sosial (social heritage) tahun 1920 dan 1930 diman
a FBI (Federal Bureau Investigation-Amerika Serikat) memulai prosedur
pelaporan tahunan kejahatan kepada polisi.
Penyusunan teori asosiasi diferensial bertitik tolak dari tiga teori, yaitu
ecological and cultural transmission theory, symbolic interactionism, d
an cultural conflic theory.
Seorang sarjana Perancis Gabriel Tarde (1912) adalah pertama yang me
ngusulkan bahwa pola-pola delinquensi dan kejahatan dipelajari denga
n hal serupa seperti setiap jabatan atau okupasi, terutama sekali melalu
i jalan peniruan (imitate) dan asosiasi dengan yang lain.
Edwin H. Sutherland mengambil ide dasar ini kemudian dikembangakan
menjadi teori “perilaku kriminal” Sutherland menghipotesakan bahwa
perilaku kriminal itu dipelajari melalui asosiasi yang dilakukan dengan
mereka yang melanggar norma- norma masyarakat termasuk norma hu
kum. Proses mempelajari tadi meliputi tidak hanya tehnik kejahatan ses
ungguhnya, namun juga motif, dorongan, sikap dan resonalisasi yang ny
aman atau memuaskan bagi dilakukannya perbuatan- perbuatan anti so
sial.
Teori Asosiasi Diferensial ini memil
iki 2 versi
Versi pertama dikemukakan tahun 1939, yang menegaskan aspek-aspek berikut:
Pertama, setiap orang akan menerima dan mengikuti pola-pola prilaku yang dapa
t dilaksanakan.
Kedua, kegagalan untuk mengikuti pola tingkah laku menimbulkan inkonsistensi d
an ketidakharmonisa.
Ketiga, konflik budaya merupakan prinsip dasar dalam menjelaskan kejahatan

Pada tahun 1947 Edwin H. Sutherland menyajikan versi kedua dari teori Differential
Association yang menekankan bahwa semua tingkah laku itu dipelajari, tidak ada
yang diturunkan berdasarkan pewarisan orang tua. Tegasnya, pola perilaku jahat
tidak diwariskan tapi dipelajari melalui suatu pergaulan yang akrab.
Proses terjadinya Kejahatan melalui 9 Proposisi, Sbb:
1. Perilaku kejahatan adalah perilaku yang dipelajari. Secara negatif berarti perilaku
itu tidak diwariskan.
2. Perilaku kejahatan dipelajari dalam interaksi dengan orang lain dalam suatu
proses komunikasi. Komunikasi tersebut terutama dapat bersifat lisan ataupun
menggunakan bahasa tubuh.
3. Bagian terpenting dalam proses mempelajari perilaku kejahatan terjadi dalam
kelompok personal yang intim.
4. Ketika perilaku kejahatan dipelajari, maka yang dipelajari termasuk :
(a) teknik melakukan kejahatan,
(b) motif-motif, dorongan-dorongan, alasan-alasan pembenar dan sikap-sikap
tertentu
5. Arah dan motif dorongan itu dipelajari melalui definisi-definisi dari peraturan hu
kum.
6. Seseorang menjadi delinkuen karena ekses pola-pola pikir yang lebih melihat
aturan hukum sebagai pemberi peluang melakukan kejahatan daripada melihat h
ukum sebagai sesuatu yang harus diperhatikan dan dipatuhi.
7. Asosiasi Diferensial bervariasi dalam frekuensi, durasi, prioritas serta intensitas
nya.
8. Proses mempelajari perilaku jahat diperoleh melalui hubungan dengan pola-po
la kejahatan dan mekanisme yang lazim terjadi dalam setiap proses belajar secar
a umum.
9. Sementara perilaku jahat merupakan ekspresi dari kebutuhan nilai umum, nam
un tidak dijelaskan bahwa perilaku yang bukan jahat pun merupakan ekspresi dar
i kebutuhan dan nilai-nilai umum yang sama
Kekuatan Teori Differential Assosiation
• Teori ini relatif mampu menjelaskan sebab timbulnya kejahatan akibat peny
akit sosial
• Teori ini mampu menjelaskan bagaimana seseorang karena adanya melalui
proses belajar menjadi jahat
• Teori ini berlandaskan kepada fakta dan bersifat rasional

Kelemahan Teori Differential Assosiation


•• Tidak semua orang yang berhubungan dengan kejahatan akan meniru atau memilih pola-pola
kriminal;
•• Teori ini belum membahas, menjelaskan, dan tidak peduli pada karakter-karakter orang-orang yang
terlibat dalam proses belajar tersebut;
•• Teori ini tidak mampu menjelaskan mengapa individu lebih suka melanggar undang-undang dan
belum mampu menjelaskan kausa kejahatan yang lahir karena spontanitas;
•• Teori ini sulit untuk diteliti, bukan hanya karena teoretik tetapi juga harus menentukan intensitas,
durasi, frekuensi dan prioritas nya;
Pengujian terhadap teori Differential Association:
• Jamess Short menguji sample 126 anak laki-laki 50 anak perempua
n dan menemukan hubungan yang konsisten tingkah laku delinquen
t dengan seringnya, lamanya, prioritas serta intesitas dengan tema
n-teman bermain yang delinquent.

Contoh, ketika seorang yang selalu masuk sekolah tepat waktu berg
aul dengan siswa lain yang sering tidak masuk sekolah dengan berba
gai alasan. Hal tersebut dapat merubah perspektif siswa yang tadiny
a rajin dan menganggap bolos merupakan suatu hal yang buruk, men
jadi memiliki pemikiran kalau bolos atau tidak masuk sekolah merupa
kan hal yang tidak terlalu buruk sesuai dengan pemikirannya.
02Teori
Labeling

Seseorang jadi
menyimpang karena
adanya proses labeling
oleh masyarakat

Edwin M. Lemert
Menurut teori ini, kejahatan terbentuk karena aturan-aturan lingkunga
n, sifat individualistik, serta reaksi masyarakat terhadap kejahatan. K
arena adanya reaksi masyarakat terhadap suatu perilaku, maka dapa
t menimbulkan suatu perilaku yang jahat.
Teori Labeling timbul pada awal tahun 1960-an dan banyak
dipengaruhi aliran Chicago. Dibandingkan dengan teori lainnya, teori
labelling mempunyai spesifikasi, yaitu:

1. Teori Labeling, merupakan cabang dari teori terdahulu. Namun,teori ini


menggunakan perspektif baru dalam kajian terhadap kejahatan dan
penjahat

2. Teori Labeling, menggunakan metode baru untuk mengetahui adanya


kejahatan, dengan menggunakan self report study yaitu interview
terhadap pelaku kejahatan yang tidak tertangkap/tidak diketahui polisi
Kajian terhadap teori label menekankan k
epada dua aspek, yaitu :

Menjelaskan tentang mengapa dan bagaimana orang-orang tertentu diberi c


ap atau label
1. Pengaruh/efek dari label sebagai suatu konsekuensi penyimpangan tingk
ah laku.

Contohnya,Di lingkungan Masyarakat ada stigma bahwa orang yang memiliki


tato adalah orang jahat padahal hal tersebut belum tentu benar.
Dampak Labeling
Berpengaruh ke mental
• Membuat pihak yang diberi label semakin merasa diasingkan
• Meniyimoanh terus menerus
• Menciptakan stigma buruk
03 Teori
Kontrol
Sosial
Kontrol sosial adalah suatu mekanisme
untuk mencegah penyimpangan sosial dan
mengarahkan masyarakat berperilaku
sesuai dengan norma dan nilai yang
berlaku. 

Travis Hirschi
Pemunculan teori kontrol sosial ini diakibatkan tiga ragam perkembang
an dalam kriminologi.
Pertama, adanya reaksi terhadap orientasi labeling dan konflik dan kem
bali kepada penyelidikan tentang tingkah laku kriminal.
Kedua, munculnya studi tentang criminal justice sebagai suatu ilmu bar
u telah membawa pengaruh terhadap kriminologi menjadi lebih pragm
atis dan berorientasi pada sistem.
Ketiga, teori kontrol sosial telah dikaitkan dengan suatu teknik riset bar
u khususnya bagi tingkah laku anak/remaja, yakni self report survey.
Teori ini dapat dikaji dari 2 perspektif yaitu :

1.Perspektif makro, atau Macrosociological Studies


Menjelajah sistem-sistem format untuk mengontrol kelompok-kelompok, sistem formal tersebut antara lain :
-Sistem hukum, UU, dan penegak hukum
-Kelompok-kelompok kekuatan di masyarakat.
-Arahan-arahan sosial dan ekonomi dari pemerintah/kelompok swasta adapun jenis kontrol ini bisa menjadi p
ositif atau negatif.
Positif apabila dapat merintangi orang dari melakukan tingkah laku yang melanggar hukum, dan negatif apabi
la mendorong penindasan membatasi atau melahirkan korupsi dari mereka yang memiliki kekuasaan.
2.Perspektif mikro atau microsociological studies
Memfokuskan perhatian pada sistem kontrol secara informal. Adapun tokoh penting dalam pespektif ini adal
ah Travis Hirschi dengan bukunya yang berjudul Causes of Delingvency, Jackson Toby yang memperkenalkan t
entang “Individual Commitment” sebagai kekuatan yang sangat menentukan dalam kontrol sosial tingkah lak
u.
Travis Hirschi memetakan empat unsur utama di dalam kontrol social internal yang terkandung di da
lam proposisinya :

1. Attachment atau kasih sayang adalah sumber kekuatan yang muncul dari hasil sosialisasi di dalam
kelompok primernya (misalnya: keluarga), sehingga individu memiliki komitmen yang kuat untuk pat
uh terhadap aturan.
2. Commitment atau tanggung jawab yang kuat terhadap aturan dapat memberikan kerangka kesad
aran mengenai masa depan. Bentuk komitmen ini, antara lain berupa kesadaran bahwa masa depan
nya akan suram apabila ia melakukan tindakan menyimpang.Lingkungan dimana kita bisa membuat
kita berkomitmen.
3. Involvement atau keterlibatan akan mendorong individu untuk berperilaku partisipatif dan terliba
t di dalam ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Intensitas keterlibatan sese
orang terhadap aktivitas-aktivitas normative konvensional dengan sendirinya akan mengurangi pelu
ang seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan melanggar hukum.
4.Believe atau kepercayaan, kesetiaan, dan kepatuhan terhadap norma-norma sosial atau aturan m
asyarakat akhirnya akan tertanam kuat di dalam diri seseorang dan itu berarti aturan sosial telah elf-
enforcing dan eksistensinya (bagi setiap individu) juga semakin kokoh.
Teori kontrol sosial berangkat dari asumsi atau anggapan bahwa individ
u di masyarakat mempunyai kecenderungan yang sama kemungkinanny
a, menjadi “baik” atau “jahat”. Baik jahatnya seseorang sepenuhnya ter
gantung pada masyarakatnya. Ia menjadi baik baik kalau masyarakat m
embuatnya begitu.

Contoh Kontrol Sosial

Pengucilan
Pengucilan adalah suatu bentuk tindakan sosial terkait dengan pemutusan hubungan
sosial dari sekelompok orang terhadap seorang anggota masyarakat. Dengan pengucilan
ini, terjadi sikap masa bodoh (tidak perduli) terhadap orang yang sedang dikucilkan.
Bagi individu yang sedang dikucilkan dari kelompoknya, cepat atau lambat akan
melakukan introspeksi diri dan mencoba mencari-cari penyebab tindakan anggota
kelompok lain terhadap dirinya. Dengan demikian, kaidah-kaidah kelompok yang dahulu
dilanggar oleh individu akan berangsur-angsur diluruskan dan dapat diterima lagi oleh
indvidu agar tetap menjadi anggota kelompok seperti dahulu kala.
04 Teori
Anomie
istilah Anomie diperkenalkan Emile Durkheim
yang diartikan sebagai suatu keadaan tanpa
norma. ANOMIE sendiri berasal dari bahasa
Yunani yaitu A (tanpa) dan Nomos (hukum atau
peraturan).

Emile Durkheim
• Teori anomie lahir, tumbuh dan berkembang berdasarkan kondisi sosi
al (social heritage) munculnya revolusi industri hingga great depressio
n di Prancis dan Eropa tahun 1930-an menghasilkan deregulasi tradisi
sosial, efek bagi individu dan lembaga sosial/masyarakat.

Menurut Emile Durkheim, teori anomie terdiri dari tiga perspektif, yaitu :
1. Manusia adalah mahluk sosial.
2. Keberadaan manusia sebagai mahluk sosial.
3. cenderung hidup dalam masyarakat dan keberadaannya sangat tergantung
pada masyarakat tersebut sebagai koloni.
• Anomie sebagai kekacauan pada diri individu
Emile Durkheim menggunakan kata ini dalam bukunya yang menguraikan s
ebab-sebab bunuh Diri untuk menggambarkan keadaan atau kekacauan dal
am diri individu, yang dicirikan oleh ketidakhadiran atau kurangnya standar
diri atau nilai, dan perasaan alienasi dan ketiadaan tujuan yang menyertain
ya.
Individu yang mengalami anomie akan berusaha mencapai tujuan bersama
dari suatu masyarakat tertentu, namun tidak dapat mencapai tujuan terseb
ut dengan sah karena berbagai keterbatasan sosial. Sehingga, individu itu a
kan memperlihatkan perilaku menyimpang untuk memuaskan dirinya sendi
ri.
• Anomie sebagai kekacauan masyarakat
Jata ini sering dieja “anomy”, digunakan untuk masyarakat atau kelomp
ok manusia di dalam suatu masyarakat, yang mengalami kekacauan kar
ena tidak adanya aturan-aturan yang diakui bersama yang eksplisit atau
pun implisit mengenai perilaku yang baik, atau lebih parah lagi, terhada
p aturan-aturan yang berkuasa dalam meningkatkan isolasi atau bahkan
saling memangsa dan bukan kerja sama.
Contoh Anomie:

• Pemberontakan, yaitu perbutan yang dilakukan oleh seseorang secar


a individu atau kelompok orang untuk menolak sarana dan tujuan-tuj
uan, yang mana sara dan tujuan tersebut disahkan oleh masyarakatny
a secara legal dan malah memilih untuk menggantinya dengan cara ba
ru. Contoh pemberontakan yang dilakukan di Papua dengan menamak
an diri sebagai OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang terus menerus
melakukan pemberontakan pada pemerintahan yang sah, yakni NKRI.
05 Teori
Konflik
Keduanya melahirkan suatu teori dengan
menekankan bahwa dalam suatu George B Vold &
masyarakat terdapat kelompok alamiah Austin T Vold
dan berbagai kelompok kepentingan
yang berlomba terhadap kelompok
alamiah lain.
Asumsi Dasar
Hakikatnya, asumsi dasar teori konflik berorientasi kepada aspek-aspek seb
agai berikut

● konflik merupakan hal yang bersifat alamiah dalam masyarakat ;


● pada tiap tingkat, masyarakat cenderung mengalami perubahan. Sehing
ga disetiap perubahan, peranan kekuasaan terhadap kelompok masyara
kat lain terus terjadi ;
● kompetisi untuk terjadinya perubahan selalu eksis ;dalam kompetisi, pen
ggunaan kekuasaan hukum dan penegakan hukum selalu menjadi alat d
an mempunyai peranan penting dalam masyarakat.
Bentuk teori konflik dapat dibagi menjadi dua bagian,yaitu:

1. Perspektif Konflik Konservatif

Teori ini beranggapan bahwa konflik terjadi di antara kelompok-kelompok y


ang mencoba menggunakan kontrol atas suatu situasi. Teori konflik memp
unyai asumsi bahwa siapa yang memiliki kekuasaan lebih tinggi dalam kel
as sosial akan memiliki powerful members pada masyarakat. Dengan keku
asaannya tersebut mereka dapat mempengaruhi pembuatan keputusan, ju
ga dapat memaksakan nilai- nilai terhadap kelas sosial yang lebih rendah.
2. Perspektif Konflik Radikal

Teori konflik radikal memposisikan diri dari anarki politik menyambung Mar
xisme dan materialisme ekonomis menuju perbedaan nilai.

K. Marx melihat konflik dalam masyarakat disebabkan adanya hak manusi


a atas sumber-sumber tersebut, khususnya mengenai kekuasaan. Ketidak
samaan ini tercipta karena konflik kepentingan antara yang memiliki dan ya
ng tidak memiliki kekuasaan.

Contohnya, Dalam masyarakat industri, konflik akan timbul di antara para


pekerja dan kaum pemilik modal. Para pekerja, yang merupakan kaum buruh,
akan mengembangkan prinsip perebutan (struggle) dan mereka menganggap
kedudukan sebagai pemilik modal dalam masyarakat merupakan hal yang
sangat menarik perhatian.
06 Teori
Sub Kultur

Pada dasarnya, teori sub-culture membahas


dan menjelaskan bentuk kenakalan remaja
serta perkembangan berbagai tipe gang
Sebagai social heritage, teori ini dimulai tahun 1950-an dengan ban
gkitnya perilaku konsumtif kelas menengah Amerika. Di bidang pen
didikan, para kelas menengah mengharapkan pendidikan universita
s bagi anak-anak mereka. Kemudian dalam bidang Iptek, keberhasi
lan Uni Soviet mengorbitkan satelit pertamanya akhirnya berpengar
uh besar dalam sistem pendidikan di AS. Di sisi lain, memunculkan
urbanisasi yang membuat daerah pusat kota menjadi kacau balau d
an hal ini merupakan problem perkotaan. Sehingga, kenakalan adal
ah problem kelas bawah serta gang adalah bentuk paling nyata dari
pelanggaran tersebut.
Dalam kepustakaan kriminologi dikenal dua teori sub-culture, yaitu

1.TEORI DELINQUENT SUB-CULTURE (Albert K.Cohen)


Menjelaskan bahwa Perilaku menyimpang terhadap remaja karena
ketidakpastian terhadap norma dan nilai kelompok kalangan
menengah yang mendominasi

Perilaku Menyimpang :
1. Anak laki-laki yang nakal;

2. Kekerasan kolektif

3. Pecandu Narkotika
2.TEORI DIFFERENTIAL OPPORTUNITY

Untuk Mempertajam teori anomie yang mengatakan adanya kesempatan tidak sah.
Cloward dan Ohlin mengemukakan 3 (tiga) tipe gang kenakalan Sub-culture, yaitu :

a. Kriminal Sub-culture, bilamana masyarakat secara penuh berintegrasi, gang akan


berlaku sebagai kelompok para remaja yang belajar dari orang dewasa. Aspek itu
berkorelasi dengan organisasi kriminal. Kriminal sub- culture menekankan aktivitas
yang menghasilkan keuntungan materi, uang atau harta benda dan berusaha
menghindari penggunaan kekerasan.

b. Retreatist Sub-culture, dimana remaja tidak memiliki struktur kesempatan dan lebih
banyak melakukan perilaku menyimpang (mabuk-mabukan, penyalah gunaan narkoba
dan lain sebagainya).

C. Conflict Sub-culture, terdapat dalam suatu masyarakat yang tidak terintegrasi,


sehingga suatu organisasi menjadi lemah. Gang sub-culture demikian ini cenderung
memperlihatkan perilaku yang bebas. Ciri khas gang ini seperti adanya kekerasan,
perampasan harta benda dan perlikau menyimpang
Contoh Subkultur
• Komunitas Punk
Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalny
a, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, s
ejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk da
n skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sa
ma. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir d
i awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang menca
kup aspek sosial dan politik.

Anda mungkin juga menyukai