KOESMADIYONO
PENDAHULUAN
BOBOT KARYA ILMIAH DILIHAT DARI
TIGA ASPEK:
Isi/ Substansi
Metode dan Analisis
Bahasa/ Tata tulis
2
Ibid.
3
Ibid, halaman 56.
Op. cit. : Opere Citato artinya kutipan diambil dari sum-
ber yang telah disebut sebelumnya pada halaman
yang berbeda dan telah diselingi sumber/ catatan kaki
lain.
>>> ditulis dengan lebih dahulu menyebutkan nama
pengarang yang disertai dengan halaman.
2
BP3K, 1979, Strategi Pengembangan Kekuatan Penalaran,
Jakarta: Departemen P dan K, halaman 81-95.
3
Robert Hamilton Moore, Op. cit., halaman 240.
2
John Dewey, 1974, How We Think, Chicago: Henry Company,
halaman 75.
3
(2) CARA BARU DENGAN CATATAN SAMPING (Sidenote)
Teknik penulisannya sebagai berikut:
(1) Sumber acuan dicantumkan setelah kutipan
>>> tampilkan kutipan, dengan menyebutkan nama akhir
pengarang (jika nama lebih dari satu kata), tanda koma,
tanda tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman di
dalam kurung, dan akhirnya diberi titik.
Contoh 1:
Tuhan menciptakan umat manusia dalam keadaan berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar mereka saling mengenal dan
berhubungan satu dengan lainnya. Oleh karena itu, sama
sekali tidak beralasan orang memusuhi sesama manusia
karena berbeda suku, ras, warna kulit, agama, budaya, dan
golongan (Raharjo, 1999: 27).
Contoh 2:
Issu gender akhir-akhir ini mencuat ke permukaan dan
menjadi topik yang tidak pernah basi di berbagai seminar.
Menurut Al-Ma’ruf (2004: 5), dalam masyarakat Indonesia
bias gender sudah demikian luas terjadi di berbagai bidang.
Sampai-sampai pendidikan baik di keluarga maupun di
sekolah pun mengalami bias gender. Hal ini tidak lepas dari
budaya patriarkal yang sudah mendarah daging dalam
masyarakat kita. Sehingga, hegemoni laki-laki demikian kuat
sedangkan kaum perempuan dipandang sebagai manusia
kelas dua (second class).
(3) Sumber acuan dituliskan di tengah kutipan
>>> lebih dahulu tampilkan sebagian kutipan di bagian
depan sesuai dengan argumentasi/ dasar pemikiran
yang diperlukan, kemudian tulislah nama akhir
pengarang --tahun terbit, titik dua, nomor halaman-- di
dalam kurung, tanda koma, lalu dilanjutkan kutipan lagi.
Contoh 3:
(4) Ketentuan (1), (2), dan (3) juga berlaku bagi kutipan
yang berasal dari suatu sumber yang pengarangnya dua
orang.
Contoh 4:
Menurut Satoto dan Al-Ma’ruf (2003: 7), pada era globalisasi
terjadilah transformasi budaya di tengah masyarakat. Melalui
infiltrasi, asimilasi, dan integrasi, maka terjadilah pergumulan
antara nilai tradisi dan modernisasi. Karena itu, kini rasanya sulit
sekali kita menemukan budaya lokal yang masih orisinal.
Tampaknya, tak terhindarkan lagi kita sedang menuju pada
terbentuknya budaya mondial yang universal.
(5) Jika diperlukan lebih dari satu pustaka acuan untuk mendukung
pendapat tersebut dan buku-buku tersebut membicarakan hal
yang sama, penampilan kutipannya adalah sebagai berikut:
Contoh 5:
Bagaimanapun yang pokok adalah bahwa aktor memusatkan
makna tanda-tanda yang ada pada dirinya, dan dengan
aktingnya yang begitu luas ia (aktor) dapat menempatkan kembali
semua pembawa tanda tersebut (Veltrusky, 1964: 84; Aston,
1991: 102).
(6) Jika pengarang lebih dari dua orang, yang disebutkan hanya
pengarang pertama dengan memberikan dkk. atau et al. (berarti:
dan kawan-kawan) di belakang nama pengarang tersebut.
Contoh 6:
Teknik penyutradaraan dapat bersifat absolut, relatif, dan bebas.
Penulis naskah lakon dan sutradara boleh dikatakan merupakan
motor utama kegiatan teater (Sihombing dkk., 1980: 15).
(7) Jika kutipan diambil dari kitab suci, tulis nama kitab suci (al-
Quran, Injil, dan lain-lain) lalu surat titik dua dan ayatnya, atau
sebaliknya: ayat ditulis dulu baru al-Qur’an, surat dan ayatnya.
Contoh 7:
Allah berfirman dalam kitab-Nya Q.S. ar-Ra’du: 11, bahwa
“Sungguh Allah tidak
akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu mau
mengubahnaya sendiri.”
Contoh 8:
“Maka sungguh setelah kerja keras (kesulitan) itu akan datang
kebahagiaan (kemudahan). Sungguh setelah kerja keras
(kesulitan) akan datang kebahagiaan (kemudahan) (Q.S. Alam
Nasyrah: 5-6).
(8) Jika kutipan dirujuk dari Hadits, tulis isi (matan) Hadits,
lalu --nama periwayatnya (rawinya) dengan disingkat H.R.
—di dalam kurung, atau sebaliknya: nama periwayatnya
dulu baru matan Haditsnya.
Contoh 9:
“Ketika anak Adam (manusia) itu meninmggal dunia, maka
purtuslah semu amalnya kecuali tiga perkara: (1) Amal
jariyah, (2) Ilmu yang bermanfaat (bagi orang banyak).
Dan Anak shalih (yang mau mendoakan orang tuanya).”
(H.R. Bukhari-Muslim)
Contoh 10:
Rasulullah Muhammad Saw. dalam sebuah Hadits yang
diriwayatkan oleh Iman Hakim dan Thabrani menyatakan,
bahwa “Iman dan malu itu sebenarnya berpadu menjadi
satu, jika salah satunya lenyap maka lenyap pula yang
lainnya.”
KUTIPAN LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG
KUTIPAN LANGSUNG:
(1) Kutipan langsung pendek (satu – lima baris) ditulis dengan
diberi tanda petik ("....."), dobel spasi, terintegrasi dalam
kalimat penulis.
Contoh 11:
Salah Satu dimensi kehidupan afektif emosional adalah
kemampuan memberikan perlindungan yang berlebihan,
melainkan cinta dalam arti “… a relationship that nourishes us as
we give, and enriches us as we spend, and permits ego and alter
ego to grow in mutual harmony” (Cole, 1953: 832).
Contoh 12:
Contoh 13 :
Kompeni melemahkan posisi raja bukan hanya dengan
menguras kekayaannya untuk ditukar dengan dukungan militer,
dan raja dengan senang hati bersedia membayar lebih mahal
seandainya ia mendapat pengawalan pasukan pribadi (Willem,
2002: 30).
Contoh:
Justru setelah diterimanya Pancasila sebagai satu-satunya asas
bagi orpol dan ormas, tidak ada lagi kecurigaan ideologis dari
pemerintah terhadap umat beragama. Ini membuat umat
beragama dapat berkembang secara lebih sehat. Umat
beragama menjadi tuan rumah di negerinya sendiri 5).
_______________
5) Di balik kejadian dan dialektika itu, baik Nakamura maupun Hefner
(1994), melihat landasan kultural yang memperhalus proses tersebut.
Landasan kultural itu tak lain adalah pemahaman baru terhadap Islam, yang
kemudian melandasi seluruh gerak umat Islam hingga berada pada posisi
seperti sekarang ini, terutama hubungannya dengan pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA (BIBLIOGRAFI)
Catatan:
>>> Jika nama pengarang dan nama lembaga penerbit tidak
ada, penyusunan daftar pustaka didasarkan pada judul
pustaka tersebut.
>>> Jika buku edisi terjemahan, setelah penulisan judul buku
disebutkan “Terjemahan oleh …..” di dalam kurung (....),
tahun terbit yang dipergunakan adalah tahun terbit buku
terjemahan.
(5) Yang dicantumkan dalam daftar pustaka hanya sumber
acuan yang dikutip isinya dalam uraian naskah, baik
berupa buku, jurnal, surat kabar, hasil penelitian,
disertasi, makalah yang belum/ tidak diterbitkan maupun
kitab suci dan hadits.
(6) Jika terdapat beberapa pustaka yang ditulis oleh
pengarang yang sama, nama pengarang ditulis lengkap
hanya pada daftar pustaka yang pertama. Adapun
pustaka di bawahnya cukup diberi garis: _________
(sepanjang tujuh ketukan) sebagai pengganti penulisan
nama, dengan mengurutkan tahun terbitnya.
(7) Jika rujukan berupa artikel dalam sebuah
kumpulan tulisan yang disunting oleh editor
(Ed.) atau dimuat di surat kabar/ majalah,
maka judul artikel tersebut ditulis tegak,
diapit tanda petik (tanpa garis bawah).
(8) Jika yang dirujuk berita dalam koran atau
jurnal/ majalah, penulisannya adalah: Nama
penulis. Judul artikel dalam tanda kutip (“....”).
Nama koran/ jurnal (dicetak miring). Edisi
tanggal bulan dan tahun.
Jika tidak ada penulisnya, penulisannya
adalah: Nama koran/ jurnal. Judul di antara
tanda petik (“......”): Tanggal bulan dan tahun.
Naisbitt, John & Aburdene, Patricia. 1990. Megatrends 2000 Sepuluh Arah
Baru untuk Tahun 1990-an (Terj. FX. Budiyanto). Jakarta: Binarupa
Aksara.
Toffler, Alvin. 1987. Kejutan Budaya (Terj. Budiono). Jakarta: Aksara Jaya.
PENOMORAN ANGKA DAN HURUF YANG DIGUNAKAN
TAHAP PENYUNTINGAN
(1) TAHAP PENYUNTINGAN ISI (MAKRO)