Anda di halaman 1dari 22

PARACETAMOL

ELIXIR
Dahriah Yusuf
20018027
Transfer A 2020
RANCANGAN FORMULA

R/ Tiap 60ml mengandung


Paracetamol 120 mg/5ml (Zat Aktif)
Propilen Glikol 20 % (Pembasah)
Etanol 90 % 15% (Pelarut )
Sorbitol 20% (Pemanis )
Na-Benzoat 0,5 % (Pengawet)
Anggur q.s (Perasa)
Berliant Violet q.s (Pewarna)
Esense Anggur q.s (pengaroma)
Aquadest ad 100 % (Pelarut)
RANCANGAN DESAIN
SEDIAAN

Rencana nomor registrasi : DBL2100100134A1


Rencana nomor batch : B101001
Rencana klaim etiket: tiap 5 ml mengandung Parasetamol 120 mg
Rencana bahan kemas primer : botol coklat 60 ml
Rencana bahan kemas sekunder : kertas ivory
Rencana bahan label/etiket : kertas HVS
Rencana bahan leaflett/brosur : sendok takaran 5 ml
Rencana indikasi sediaan : antipiretik-analgetik
DASAR FORMULASI

Eliksir adalah larutan hidroalkoholyang jernih dan manis dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan
biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa
tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa obat yang dikandungnya (Ansel, 1989).
Menurut M.Anief (2007) Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90 % yang berfungi sebagai
kosolven.

Elixir bukan obat yang dugunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa
obat yang dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental
karena mengandung kadar gula yang rendah dan akibatnya kurang efektif dibanding sirup dalam menutupi
rasa senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat hidroalkohol eliksir lebih mampu mempertahankan
komponen-komponen larutan yang larut dalam air dan yang larut dalam alkohol daripada sirup. Juga
karena stabilitasnya yang khusus dan kemudahan dalam pembuatannya, dari sudut pembuatannya eliksir
lebih disukai daripada sirup (Ansel, 1989).
DASAR PEMILIHAN ZAT AKTIF
● Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan
tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung. Aksi/kerja utama paracetamol adalah dengan cara menghambat
sintesis prostaglandin di pusat otak (hipotalamus), tetapi tidak di perifer (jaringan), sehingga tidak mempunyai efek sebagai
anti inflamasi. Paracetamol diabsorbsi baik dalam saluran pencernaan ketika digunakan secara per oral, untuk
memudahkan pemberian obat dan mempercepat absorbsi maka obat dibuat dalam bentuk sediaan elixir (Sartono, 1996)

● Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah digunakan sejak tahun 1893 (Wilmana,
1995).

● Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Setiap
obat menghambat siklooksigenase secara berbeda. Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada
aspirin, inilah yang menyebabkan Parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan
panas.Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer.Inilah yang menyebabkan Parasetamol hanya
menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang
ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa prostaglandin dan
bukan blokade langsung prostaglandin. Obat ini menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesa
prostaglandin, tetapi demam yang ditimbulkan akibat pemberian prostaglandin tidak dipengaruhi, demikian pula
peningkatan suhu oleh sebab lain, seperti latihan fisik. (Aris, 2009)
INCLUDE DOSIS
URAIAN FARMAKOLOGI
Nama : Parasetamol

Kelas Farmakologi : Antipiretik-analgetik (Cormack dkk., 2006; Gabrielli dkk., 2018)

Indikasi : Parasetamol sebagai terapi pilihan lini pertama (first choice) pada anak untuk pengobatan demam kurang dari
41ºC dan sakit ringan sampai sedang. Parasetamol telah tersedia tanpa resep sejak tahun 1960 dan mempunyai
keamanan pada penggunaan jangka pendek (Breivik, 2002; Heubi dkk., 1998). Parasetamol diakui sebagai salah
satu obat yang paling umum digunakan yang merupakan golongan non-opioid (Breivik, 2002; Kaufman dkk.,
2002).

Mekanisme Kerja : Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan
Parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas.Parasetamol hanya
mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer.Inilah yang menyebabkan Parasetamol hanya
menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang. arasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang
ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa
prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. Obat ini menekan efek zat pirogen endogendengan
menghambat sintesa prostaglandin, tetapi demam yang ditimbulkan akibat pemberian prostaglandin tidak
dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu oleh sebab lain, seperti latihan fisik. (Aris 2009)

Stabilitas : Pada suhu 40 akan lebih mudah terdegradasi, lebih mudah terurai dengan adanya udara dan cahaya dari luar,
pH jauh dari rentang pH optimum akan menyebabkan zat terdegradasi karena hidrolisis. Menurut Farmakope
Indonesia edisi VI (2020), derajat keasaman (pH) dari sirup parasetamol antara 3,8 – 6,1

Inkompatibilitas : Inkompatibilitas terhadap permukaan nilon dan rayon (codek hal 988)

Kontraindikasi :  Pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas dan penyakit hepar aktif derajat berat.

Efek Samping : Efek samping tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah (Tjay, 2007).
URAIAN FARMAKOLOGI
Toksisitas : Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati dan pada dosis di atas 6 g
mengakibatkan necrosis hati yang tidak reversibel. Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-metabolitnya
yang pada dosis normal dapat ditangkal oleh glutathion (suatu tripeptida dengan -SH). Pada dosis di atas 10 g
persediaan peptida tersebut habis dan metabolit metabolit mengikat diri pada protein dengan gugusan-SH di sel-
sel hati dan ter jadilah kerusakan irreversibel. Dosis dari 20 g sudah berefek fatal. Overdose dapat me nimbulkan
a.l. mual, muntah dan anoreksia. Penanggulangannya dengan cuci lambung, di samping perlu pemberian zat
penawar (asam-amino N-asetilsistein atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah
intoksikasi. (Tjay, 2007).

Dosis dan Pemberian : Untuk nyeri dan demam oral 2-3 dd 0,5-1 g, maks. 4 g/hari, pada penggunaan kronis maks. 2,5 g/hari. Anak-
anak: 4-6 dd 10 mg/kg, yakni rata-rata usia 3-12 bulan 60 mg. 1-4 thn 120-180 mg, 4-6 thn 180 mg. 7-12 thr 240-
360 mg, 4-6 x sehari. Rektal 20 mg/ kg setiap kali, dewasa 4 dd 0,5-1 g, anak anak usia 3-12 bulan 2-3 dd 120 mg
(Tjay, 2007).

Interaksi Obat :Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakandengan warfarin. Penurunan
kadar paracetamol dalam darah jika digunakan dengan carbamazepine, colestiramine, phenobarbital, phenytoin,
atau primidon

Farmakokinetika : Parasetamol di absorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai
dalam waktu ½ jam dan waktu paruh plasma antara 1-3 jam. Dalam plasma, 25% parasetamol terikat protein
plasma. Obat ini di metabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian parasetamol (80%) dikonjugasi dengan
asam glukuronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat (Wilmana & Gan, 2008).Parasetamol
dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian parasetamol dikonjugasi dengan asam glukuronat dan
sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat (Wilmana & Gan, 2008). Bila jalur glukuronidasi dan sulfatasi jenuh,
maka akan terjadi peningkatan jumlah NAPQI melalui jalur oksidasi oleh sitokrom P450. NAPQI akan cepat di
eliminasi dengan dikonjugasi oleh glutathion dan akan di ubah menjadi asam merkapturat yang kemudian di
ekskresikan melalui urin. Bila dosis parasetamol berlebih, maka jumlah glutathion pada sel hati akan habis,
sehingga jumlah NAPQI yang tinggi akan berikatan dengan sel makromolekul dalam hati yang akan
menyebabkan efek hepatotoksik (Goodman & Gilman’s, 2006).
SIFAT FISIKA KIMIA ZAT AKTIF (FI ed. VI,
Excipients)

Nama Resmi : ACETAMINOPHENUM


Nama Lain : Asetaminnofen, Parasetamol
RM : C8H9NO2
BM : 151,16
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa, sedikit pahit (FI VI hal. 1359).
Kelarutan :Larut dalam air mendidih dan dalan Natrium Hidroksida 1 N; mudah larut
dalam etanol (FI VI hal. 1359)
Ph larutan :3,8 sampai 6,1 (FI VI hal. 1362 )
Titik didih / leleh : 169 - 172 ⁰C
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya ( FI III hal.38 )
Informasi Tambahan : -
DASAR PEMILIHAN ZAT TAMBAHAN
PROPILEN GLIKOL SORBITOL
Propilen glikol digunakan secara luas dalam
Sorbitol merupakan gula alkohol yang
formulasi sediaan farmasi, industri makanan
maupun kosmetik, dan dapat dikatakan relatif non paling banyak digunakan sebagai
toksik (Rowe dkk, 2003). Dalam formulasi atau pengganti sukrosa di Indonesia (Soesilo
teknologi farmasi, propilen glikol secara luas dkk, 2005). . Sorbitol tidak
digunakan pengawet, antimikroba, disinfektan, menimbulkan efek toksik, sehingga
humektan, solven, stabilizer dalam berbagai sediaan aman dikonsumsi manusia dan tidak
farmasi parenteral dan non parenteral. Propilen menyebabkan karies gigi serta sangat
glikol merupakan pelarut yang baik dan dapat bermanfaat sebagai gula bagi
melarutkan berbagai macam senyawa, seperti penderita diabetes dan diet rendah
kortikosteroid, fenol, obat-obat sulfaT, barbiturat, kalori (BPOM, 2008).
vitamin (A dan D), kebanyakan alkaloid dan
berbagai anastetik lokal (Rowe dkk, 2003).
DASAR PEMILIHAN ZAT TAMBAHAN
NA. BENZOAT ETANOL
Natrium benzoat merupakan bentuk garam dari
Ethanol digunakan dalam formulasi
asam benzoat yang mudah larut dalam air, aktif
sebagai pengawet/ anti mikroba pada pH 2-4, dan sediaan liquid, baik obat maupun
banyak digunakan sebagai pengawet dalam kosmetik. Salah satu alasan pemilihan
makanan, sediaan farmasi dan kosmetik (Rowe et al., Ethanol sebagai pelarut sediaan liquid
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas diantaranya karena mudah didapat
Surabaya Vol.6 No.2 (2017) 540 2009). Menurut karena terdistribusi luas, harga cukup
BPOM (2011) penggunaan bahan tambahan zat terjangkau, dan juga keamanan bagi
pengawet yang diizinkan dalam sediaan kosmetik pengguna yang telah dipertimbangkan
dengan kadar maksimum sebesar 0,5%. dalam jumlah tertentu.
P SIFAT FISIKA KIMIA ZAT TAMBAHAN (FI ed. VI,
G
Nama Resmi : PROPYLENE GLYCOL Excipients)
Nama Lain : 1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol; methyl ethylene glycol; methyl glycol;
propane-1,2-diol.
Kelas Fungsional : Zat tambahan
Konsentrasi : 10-25%
RM/BM : C3H8O2 76.09
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak berbau; menyerap air pada
udara lembab.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform; larut dalam eter dan
dalam beberapa minyak esensial; tidak dapat bercampur dengan minyak lemak
pKa dan pH : -
Titik lebur : -
Stabilitas : Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam tertutup dengan baik. wadah, tetapi pada
suhu tinggi, di tempat terbuka, ia cenderung teroksidasi, sehingga menimbulkan produk
seperti propionaldehida, laktat asam, asam piruvat, dan asam asetat. Inkompatibilitas :
Propilen glikol inkompatibel dengan reagen pengoksidasi seperti itu sebagai potassium
permanganate.
Penanganan : Propilen glikol harusditangani dalam lingkungan yang berventilasi baik; Perlindungan
mata adalah direkomendasikan.
Toksisitas :-
Informasi Tambahan : -
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
SIFAT FISIKA KIMIA ZAT TAMBAHAN (FI ed. VI,
ETANOLNama Resmi : ALCOHOL Excipients)
Nama Lain : Ethyl alcohol, ethyl hydroxide, grain alcohol, methyl carbinol
Kelas Fungsional : Zat tambahan/pelarut
Konsentrasi : -
RM/BM : C2H6O/46.07
Pemerian : cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa
panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan : larut dengan kloroform, eter, gliserin, dan air (dengan kenaikan suhu dan kontraksi
volume).
pKa dan pH : -
Titik lebur : -
Stabilitas : Larutan etanol dalam air dapat disterilkan dengan autoklaf atau dengan penyaringan
Inkompatibilitas : Dalam kondisi asam, larutan etanol dapat bereaksi hebat dengan bahan pengoksidasi.
Campuran dengan alkali dapat menggelapkan warna karena reaksi dengan jumlah sisa
aldehida. Garam organik atau akasia dapat diendapkan dari larutan atau dispersi berair.
Larutan etanol juga tidak kompatibel dengan wadah aluminium dan dapat berinteraksi
dengan beberapa obat.
Penanganan : Etanol dapat mengiritasi mata dan selaput lendir dan pelindung mata dan sarung tangan
direkomendasikan.
Toksisitas :-
Informasi Tambahan : -
adah dan penyimpanan : harus disimpan dalam wadah kedap udara, di tempat yang sejuk
SIFAT FISIKA KIMIA ZAT TAMBAHAN (FI ed. VI,
SORBITOL
Nama Resmi : SORBITOL
Excipients)
Nama Lain : E420; 1,2,3,4,5,6-hexanehexol; Liponic 70-NC; Liponic 76-NC; Meritol; Neosorb; sorbite; D-
sorbitol; Sorbitol Instant; Sorbogem
Kelas Fungsional : Zat tambahan
Konsentrasi : 20–35%
RM/BM : C6H14O6/182.17
Pemerian : Serbuk, granul atau lempengan; higroskopis; warna putih; rasa manis
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol, dalam metanol dan dalam asam
asetat.
pKa dan pH : -
Titik lebur : -
Stabilitas : stabil di udara tanpa adanya katalis dan dalam dingin, encerkan asam dan alkali. Sorbitol
tidak menggelapkan atau terurai pada suhu tinggi atau di hadapan amina.
Inkompatibilitas : Sorbitol akan membentuk chelates yang larut dalam air dengan banyak divalen dan ion
logam trivalen dalam asam dan basa yang kuat Kondisi. SorbitolJuga bereaksi dengan oksida
besi menjadi berubah warna
Penanganan : Amati tindakan pencegahan normal yang tepat, pelindung mata, sarung tangan, dan masker
debu atau respiratorDirekomendasikan
Toksisitas :-
Informasi Tambahan : -
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
SIFAT FISIKA KIMIA ZAT TAMBAHAN (FI ed. VI,
Nama Resmi
Excipients)
: NATRIUM BENZOAT
Nama Lain : Benzoic acid sodium salt; benzoate of soda; E211; natrium benzoicum; sobenate; sodii
NA. BENZOAT benzoas; sodium benzoic acid.
Kelas Fungsional : Zat tambahan
Konsentrasi : 0.02–0.5%
RM/BM : C7H5NaO2/144.11
Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih; tidak berbau atau praktis tidak berbau; stabil di udara.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah larut dalam etanol
90%
pKa dan pH :-
Titik lebur : -
Stabilitas : Larutan berair dapat disterilkan dengan autoclaving ataufiltrasi
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan senyawa kuarter, gelatin, garam feri,garam kalsium, dan garam logam
berat, termasuk perak, timah, dan merkuri. Aktivitas pengawet dapat dikurangi dengan
interaksi dengan kaolin (2) atau surfaktan nonionik.
Penanganan : Perlindungan mata dan karet atauSarung tangan plastik direkomendasikan.
Toksisitas : Sodium benzoat mungkin iritasi pada mata dan kulit
Informasi Tambahan : -
Wadah dan penyimpanan : disimpan dalam tertutup rapat wadah, di tempat yang sejuk dan kering
DASAR PEMILIHAN BAHAN KEMAS

a. Stabilitas Obat terjaga dengan baik dan harus terlindung dari cahaya sehingga
sedian ditempatkan dalam keadaan botol berwarna coklat (Dirjen POM, 1979).

b. Digunakan botol kaca cokelat karena pengaruh cahaya dapat menyebabkan oksidasi
obat dan upaya penstabilnya ( Fatmawaty, 2012)

c. Penggunaan botol cokklat bertujuan untuk menjaga stabilitas obat terhadap cahaya
shingga dapat temperatur berlebih (Ansel, 2008)
PERHITUNGAN
PER-SATUAN PER-BATCH

Paracetamol 120 mg/5ml x 60 ml = 1.440 mg Paracetamol 1.440 mg x 5 = 7.200 mg


Propilen Glikol 20 % x 60 ml = 12 ml Propilen Glikol 12 ml x 5 = 60 ml
Etanol 90 % 15% x 60 ml = 9 ml Etanol 90 % 9 ml x 5= 45 ml
Sorbitol 20% x 60 ml = 12 ml Sorbitol 12 ml x 5 = 60 ml
Na-Benzoat 0,5 % x 60 ml = 0,3 gram Na-Benzoat 0,3 gram x 5 = 60ml
Anggur q.s Anggur q.s
Berliant Violet q.s Berliant Violet q.s
Esense Anggur q.s Esense Anggur q.s
Aquadest ad 100 % = ad 60 ml Aquadest ad 100 % = ad 300 ml
CARA KERJA (SKALA LAB)
1. Disiapkan timbangan digital
2. Ditimbang paracetamol 1.440 mg, diukur propilenglikol 15 ml dan etanol 90% 9 ml
3. Paracetamol dan propilenglikol sedikit demi sedikit di masukkan ke dalam beaker
glass, diaduk ad homogen
4. Ditambahkan etanol 90% diaduk ad larut.
5. Ditimbang Na-benzoat 0,3 gram, diukur sorbitol 12 ml.
6. Na.benzoat di gerus ad halus didalam mortir dan sisihkan ke dalam beaker glass lalu
dicampurkan sorbitol 12 ml diaduk ad homegen.
7. Pada campuran paracetamol, propilenglikol, dan etanol 90% dicampurkan dengan
campuran na-benzoat, sorbitol aduk ad homogen. Dan ditambahkan 3 tetes berliant
violet anggur dan 3 tetes esense anggur aduk ad homogen.
8. Dimasukkan kedalam botol 60 ml, ditambahkan aquadest ad 30 ml
9. Ditutup botol dan dikocok ad homogen lalu diberi etiket dan label pada botol.
CARA KERJA (SKALA PILOT)

1. Disiapkan timbangan digital


2. Ditimbang paracetamol 7.200 mg, diukur propilenglikol 75 ml dan etanol 90% 45 ml,
3. Paracetamol dan propilenglikol sedikit demi sedikit di masukkan ke dalam beaker
glass, diaduk ad homogen
4. Ditambahkan etanol 90% diaduk ad larut
5. Ditimbang Na-benzoat 1,5 gram, diukur sorbitol 60 ml. Asam sitrat
6. Na-benzoat digerus ad homogen dan sisihkan ke dalam beaker glass lalu
7. Dicampurkan dengan sorbitol 60 ml, diaduk ad homegen.
8. Pada campuran paracetamol, propilenglikol, dan etanol 90% dicampurkan dengan
campuran na-benzoat dan sorbitol, diaduk ad homogen
9. Ditambahkan 15 tetes berliant violet anggur dan 15 tetes esense anggur, diaduk ad
homogen
10. Dimasukkan kedalam gelas ukur 500 ml dan ditambahkan aquadest ad 150 ml
11. Ditutup dan dikocok ad homogen lalu diberi etiket dan label.
EWB
Anief, M. 2007. Farmasetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Ansel, Howard.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat.


Penerjemah: Farida Ibrahim. Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta
Ansel, H. C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed IV, Alih bahasa Ibrahim,
F. Jakarta : UI Press. .
Aris, G. 2009. Perbandingan Efek Analgesik antara Paracetamol dengan Kombinasi
Paracetamol dan Kafein pada Mencit.. Jurnal Biomedika, Volume 1, No. 1.
BPOM. 2008. Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan

DAP
dalam Produk Pangan. Pusat Pengujian Obat dan Makanan Badan
Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.
Badan POM Republik Indonesia, 2011, Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat
dan Makanan Republik Indonesia Nomor 00.05.42.1018 tentang
Persyaratan Bahan Tambahan dalam Kosmetik: Kepala BPOM.

US
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, Jakarta, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI, 2020, Farmakope Indonesia edisi VI, Jakarta, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Goodman, L. S and A. Gilman. The pharmacological Basis of Therapeutics, 11 th Ed,
CREDITS: This presentation template was created by
macmillan Publishing Co. Inc., New York. 2006
Rowe, R. Slidesgo,
C., Sheskey,including icons M.
P. J., and Quinn, byE.Flaticon, infographics
(2009) Handbook &
of Pharmaceutical
images
Excipients, byEdition.
Sixth Freepik and Pharmaceutical
London: illustrations by Stories
Press., pp. 326-329; 359-
361; 581-585; 629-633; 404-407.
Sartono. 1996. Obat-obat Bebas Dan Bebas Terbatas. Jakarta: Penerbit
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Soesilo, Diana, dkk. 2005. Peranan Sorbitol dalam Mempertahankan Kestabilan pH
Saliva pada Proses Pencegahan Karies. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.) 38 (1):
25-28.
Tjay, T. H., Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting. PT. Elex Media Komputindo :
Jakarta.
Wilmana, PF dan Gan, S 2008, Analgesik-Antipiretik, Analgesik Anti-inflamasi
Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya dalam Farmakologi dan
Terapi Edisi 5, Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI, Jakarta
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai