Anda di halaman 1dari 37

Konstruksi Jalan Raya 1

IV. Alinyemen Vertikal


Semester III – Pertemuan ke-6 – 4 jam

Tu ju an P em
b e l a j a r a n : Mahasiswa dapat merencanakan alinyemen
vertikal dan mengkoordinasikan dengan alinyemen
horizontal dengan
benar.
IV. Alinyemen Vertikal

 Alinyemen Vertikal
□  Alinyemen vertikal adalan garis potong yang dibentuk
oleh
bidang vertikal terhadap sumbu jalan atau bidang tegak
melalui sumbu jalan.
□ Profil ini menggambarkan perencanaan terhadap adanya
 jalan naik atau turun untuk memberikan pertimbangan
akan kemampuan kendaraan bermuatan penuh melalui
jalan tersebut.
□ Bagian lurus dapat berupa landai positif (tanjakan),
atau landai negatif (turunan), atau landai nol (datar).
□ Kemungkinan pelaksanaan pembangunan secara
bertahap harus dipertimbangkan, misalnya peningkatan
perkerasan,

ypaenga mefbisaiheann. lajur, dan dapat dilaksanakan


dengan biaya
□ Sekalipun demikian, perubahan alinyemen vertikal
dimasa
Konstruksi yang
Jalan Rayaakan
1 datang sebaiknya dihindarkan. 2
IV. Alinyemen Vertikal

 Alinyemen Vertikal
□ Gambar alinyemen vertikal ini biasa disebut
”Gambar penampang memanjang”  yang
umumnya terdiri dari rangkaian garis lurus
yang berupa landai jalan, satu sama lain
dihubungkan dengan lengkung vertikal.
Potongan memanjang berpengaruh terhadap

kecepatan, kemampuan percepatan,


kemampuan berhenti, jarak pandangan dan
kenyamanan.

Baleinbr yemdae nd evnegrtaikna al lpni eyrehmateiann
htiodrazi ko hnaat nly, ap apdaada bagian lengkung,
tetapi juga pada bagian lurus yang berupa
landai
Konstruksi jalan.
Jalan Raya 1 3
IV. Alinyemen Vertikal

Kelandaian

 Akednaaal k
i ha ni latia un put ekn umreunuanj
uvkekrtaiknabl edsaalarmnya suatu jarak
horizontal yang biasa dinyatakan dengan
persen

Hampir seluruh kendaraan penumpang dapat
berjalan dengan baik dengan kelandaian
7  –   8 % tanpa ada perbedaan dibandingkan
pada bagian datar,
 Tetapi untuk kendaraan truk pada kelandaian
ini sudah tampak pengaruhnya terhadap
kecepatan.

Konstruksi Jalan Raya 1 4


IV. Alinyemen Vertikal

Kelandaian Maksimum & Minimum


□ Pembatasan kelandaian maksimum dimaksudkan
untuk
memungkinkan kendaraan bergerak terus tanpa kehilangan
kecepatan yang berarti,
□ Kelandaian m a ksimu m didasarkan pada kecepatan
truk yang bermuatan penuh yang mampu bergerak
dengan penurunan kecepatan tidak lebih dari separuh
kecepatan semula tanpa harus menggunakan gigi
rendah
120 110 100 80 60 50 40 <40
V R (km/jam)
3 3 4 5 8 9 10 10
Kelandaian
Maksimum (%)
 Tata Cara Perencanaan
Geometrik Jalan

m e n g g uaniaakna mn iknem
Antar Kota, Bina
Ke l a n d
Marga, 1997
i rbu dmi tedpbi i epreki rkaenr

apsaadnan jyaaal unn ytaunk gkeperluan kemiringan dasar


saluran drainase. Besarnya kelandaian minimum
ditetapkan 0,5% memanjang jalan
Konstruksi Jalan Raya 1 5
IV. Alinyemen Vertikal

Panjang Landai Kritis


□ Panjang kritis yaitu panjang landai maksimum yang
harus
disediakan agar kendaraan dapat mempertahankan
kecepatannya sedemikian sehingga penurunan
kecepatan tidak lebih dari separuh VR.
□ Panjang landai kritis ini diperlukan sebagai batasan
panjang kelandaian maksimum yang mengakibatkan
penurunan kecepatan kendaraan berat sebesar 15 km/jam
□ Lama perjalanan dalam panjang landai kritis tidak lebih dari
1 menit
Kecepatan pada awal
Kelandaian (%) tanjakan (km/jam)
4 5 6 7 8 9 10

80 630 460 360 270 230 230 200


60 320 210
160 120 110
90 80
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Bina Marga, 1997
□  Apabila panjang landai kritis terlampaui, maka dapat
dibuat lajur pendakian
Konstruksi Jalan Raya 1 6
IV. Alinyemen Vertikal

Lajur Pendakian

tLraujku-rt rpuekn ydankgai bne drmm


i uaktsaund bkearnatu

antauuk kmeenndamrapaun lgain yang berjalan lebih


lambat (kec. < V R ) dari kendaraan-kendaraan lain
pada umumnya (V R ), agar kendaraan-kendaraan
lain dapat mendahului  kendaraan lambat tersebut
tanpa harus berpindah lajur atau menggunakan
jalur arah berlawanan.
□ Lajur pendakian harus disediakan pada ruas jalan

ydang v olumemep ual nlyuailinkat eslannydaa riealna tyfia pnagd

b e sar ,
Konstruksi
a t. menerus
Jalan Raya 1 7
IV. Alinyemen Vertikal

Lajur Pendakian
Berdasarkan TPGJAK 1997:
□ Disediakan pada jalan arteri atau kolektor
□  Apabila panjang kritis terlampaui, jalan memiliki VLHR >
15.000 smp/hari, dan persentase truk > 15 %. 

 Lebar lajur pendakian sama dengan lebar lajur rencana.


□ Lajur pendakian dimulai 30 meter dari awal perubahan
kelandaian dengan serongan sepanjang 45 meter dan
berakhir 50 meter sesudah puncak kelandaian dengan
serongan sepanjang 45 meter
□ Jarak minimum antara 2 lajur pendakian adalah 1.5
km

Konstruksi Jalan Raya 1 8


Lajur
IV. Alinyemen Vertikal

Pendakian
Serong Serong

Lajur Pendakian

30 45 > 200 50 45

TAMPAK ATAS

Panjang Lajur Pendakian


  r   n   r   n
   uj   i
  n    ju  a
  n
  a   a   a
   k   a   k    k   a   i
   L     a    L   k
  a
  a    
   l
  nja    l    d    ir    j
  a    ri    d
  a   n    k   n
   h   a    k
   h   n  e
  w   a   w   e    A    T    A   P
   A   T    A   P

POTONGAN MEMANJANG

Konstruksi Jalan Raya 1 9


Lajur
IV. Alinyemen Vertikal

Pendakian
Lajur  Lajur 
Serong Serong
Pendakian 1 Pendakian 2

30 45 50 45

TAMPAK ATAS

Jarak Antara dua Lajur Pendakian


   1 Minimal 1.5 km    2
   1   r   n    2
  r   n
  n    uj     a   n   ju   i
  
  a   a   a
   k   a   i    k   a   k
   L   k    L     a
  a
  ir   ja
    h    ri    d   a
   l    j     l    d
   h   n   a   n   a   n
  n
   k   a    k   e   w   a   w   e
   A   T    A   T    A   P
   A   P

POTONGAN MEMANJANG

Konstruksi Jalan Raya 1 10


IV. Alinyemen Vertikal

Konstruksi Jalan Raya 1 11


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal

bUenrtbuekdma ednp
i gehruu
l bkuanng ksauna tduu
□ Lengkung
a k
cembung:
g k undga vai enrt ikyaaln. g
e a
l  A
l“titik
e npotong
kelandaian berada di L/2
L
atas lengkung”  
□ Lengkung cekung:

“titik potongberada di
kelandaian L/2
L

bawah lengkung”  

Konstruksi Jalan Raya 1 12


IV. Alinyemen Vertikal

Rumus Dasar
g2 %


Lengkung yang biasa
lengkung parabola digunakan adalah
sederhana.
PTV

□ Tinggi titik lengkung ditentukan dengan


persamaan: Y = aX 2  + bX + c X^2

PPV bX
PLV Y

X
g1 %
Lv/2 Lv/2

Lv

Konstruksi Jalan Raya 1 13


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal

□ Y=
X = tinggi lengkung dari PLV
jarak horizontal
□ b = g1  = kelandaian 1
□ c = tinggi PLV
□ g2  = kelandaian 2
□ Lv = panjang lengkung
□ PLV = awal lengkung
 PPV = titik potong kelandaian
□ PTV = akhir lengkung

Konstruksi Jalan Raya 1 14


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal
□ Untuk memperoleh Y maka perlu dicari besarnya a,
dengan cara:
❑ Tinggi PTV = Tinggi PPV + g 2 x Lv/2
= PPV + g2 .Lv/200
❑ Tinggi E = Tinggi PPV + g1 x Lv/2
= PPV + g1 .Lv/200
❑ aX 2   = Tinggi PTV  –  Tinggi E
= g2 .Lv/200 - g1 .Lv/200
= (g2  – g1).Lv/200
❑ X untuk titik PTV = Lv
❑ a.Lv 2   = (g2   – g1 )Lv/200
❑ a = (g2   – g1 )/200.Lv

Konstruksi Jalan Raya 1 15


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal

Lsetnai gpk uol nkga vsei rytaiknagl hmaerunsg

a. Mengurangi goncangan akibat perubahan


adkelandaian,
liasmedi ipaedan
kraunb pahaadna kelandaian,
b.dengan
Menyediakan
tujuanjarak
: pandang henti
□ Panjang Lengkung (Lv)

Panjang minimum lengkung vertikal ditentukan
berdasarkan syarat-syarat keamanan,
kenyamanan dan keluwesan bentuk.

Konstruksi Jalan Raya 1 16


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal Cembung


Pyaannga
j dnagp mati nmm
i emumen leunhgi skyuanrga

vt ekertaki mala cneamn bung

adalah yang dapat menyediakan jarak


pandangan yang cukup sesuai syarat jarak
pandangan.
□ Untuk
❑ Jarakmenentukan
pandang (S) <panjang
Panjang lengkung ini ada
lengkung (Lv)

Jarak
dua pandang (S) >
kemungkinan Panjang
yang lengkung (Lv)
terjadi

Konstruksi Jalan Raya 1 17


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal Cembung


1. Jarak Pandang < Panjang Lengkung (S<Lv) 

2
 A  S 

 Lv 

100

2h
1
2 h   2

2

Konstruksi Jalan Raya 1 18


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal Cembung


2. Jarak Pandang > Panjang Lengkung (S>Lv) 

 
2
200 h1  h2
 Lv  2 S  
 A

Konstruksi Jalan Raya 1 19


IV. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal Cembung



Lv = panjang lengkung vertikal (m)
❑  A = perbedaan aljabar landai (%)

S = jarak pandang (m)
❑ h1  = tinggi mata pengemudi (=1.05 m)
❑ h2  = tinggi penghalang (m)

h2  = 0.15 m untuk jarak pandang henti
□ h2  = 1.05 m untuk jarak pandang menyiap

Konstruksi Jalan Raya 1 20


IV. Alinyemen Vertikal

Konstruksi Jalan Raya 1 21


IV. Alinyemen Vertikal
Lengkung Vertikal Cekung

Bel enrgbkeudnag d veentrgki aanl lceenkguknugn gp

avnejratinkganl ycaembung,
ditentukan oleh faktor keamanan pada
malam hari (penyinaran pada malam hari)
dan faktor kenyamanan karena pengaruh
penambahan gaya berat oleh gaya
sentripetal.

Konstruksi Jalan Raya 1 22


IV. Alinyemen Vertikal
Lengkung Vertikal Cekung
1. Jarak Pandang < Panjang Lengkung (S<Lv) 

 A  S  2
 Lv 
150  3 .5  S 

Konstruksi Jalan Raya 1 23


IV. Alinyemen Vertikal
Lengkung Vertikal Cekung
2. Jarak Pandang > Panjang Lengkung (S>Lv) 

1  5 0  3.5  S  
 L v  2S  
 A

Konstruksi Jalan Raya 1 24


IV. Alinyemen Vertikal
Kenyamanan
□ Kenyamanan sebagaimana diketahui adalah
dipengaruhi oleh timbulnya percepatan
sentripetal yang menambah percepatan
gravitasi.

Rumus yang  A
diguna2kan:
 Lv  V  
1300 a

Lv = panjang lengkung vertikal (m)

 A = selisih aljabar landai (%)

V = kecepatan (km/jam)

a = percepatan sentripetal (=0.3 m/det 2 )

Konstruksi Jalan Raya 1 25


IV. Alinyemen Vertikal
Kontrol Bawah Lintasan

 Aundtaulka hli nptansaaj nn gd m


i enl agnkau tnegrd
yaapnagt pdesi nygahratlkaanng bangunan di
atas jalan:
(S<Lv) 2
 A S 
1. Jarak pandangan
 Lv  lebih kecil dari panjang lengkung

8 0 0  C   4 0  0 1h 2

2. Jarak pandangan
h 
lebih besar dari panjang lengkung
(S>Lv)

8 0 0  C     4 0 0 1h 2

 L v  2  S   
h   A

Konstruksi Jalan Raya 1 26


IV. Alinyemen Vertikal

Konstruksi Jalan Raya 1 27


IV. Alinyemen Vertikal

Konstruksi Jalan Raya 1 28


IV. Alinyemen Vertikal
Koordinasi Alinyemen
□  Alinyemen vertikal, alinyemen horisontal dan
potongan melintang jalan arteri perkotaan harus
dikoordinasikan sedemikian sehingga menghasilkan
suatu bentuk jalan yang baik dalam arti
memudahkan pengemudi mengemudikan
kendaraannya dengan aman dan nyaman.
□ Bentuk kesatuan ketiga elemen jalan tersebut
diharapkan dapat memberikan kesan atau petunjuk

kdeilaplaudi ad ip denpgaenmnyuadi, asekahinn

bent
ggpa uke njagleamn

Konstruksi Jalan Raya 1 29


uydain dga apkat n melakukan antisipasi lebih
IV. Alinyemen Vertikal
Koordinasi Alinyemen
□ Koordinasi alinyemen vertikal dan alinyemen
horisontal harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
1. Le ng ku ng horisontal sebaiknya berhimpit dengan
lengkung vertikal, dan secara ideal alinyemen
horisontal lebih panjang sedikit melingkupi alinyemen
vertikal.
2. Tikungan yang tajam pada bagian bawah
lengkung vertikal cekung atau pada bagian atas
lengkung vertikal cembung harus dihindarkan.
3. Le ng ku ng vertikal cekung pada landai jalan yang
lu r u s dan panjang, harus dihindarkan.
4. Dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu
lengkung horisontal harus dihindarkan.
5. Tikungan yang tajam diantara dua bagian jalan
yang lurus dan panjang harus dihindarkan.

Konstruksi Jalan Raya 1 30


IV. Alinyemen Vertikal
Koordinasi Alinyemen

Konstruksi Jalan Raya 1 31


Koordinasi Alinyemen

Konstruksi Jalan Raya 1 32


Pemilihan Alternatif Alinyemen

a. Kpensgeeam
l uadat i, np ednaunm kepnaynagm

dana pne bj alagni kaki


b. Kesesuaian dengan keadaan topografi,
geografi dan geologi di sekitar jalan
c. Koordinasi antara alinyemen horisontal dan
vertikal
d. Ekonomi dan lingkungan

Konstruksi Jalan Raya 1 33


Lengkung Vertikal Cembung (JPH)

Konstruksi Jalan Raya 1 34


Lengkung Vertikal Cembung (JPM)

Konstruksi Jalan Raya 1 35


Lengkung Vertikal Cekung

Konstruksi Jalan Raya 1 36


Lengkung Vertikal Cekung
7/27/2019 KJR ALINYEMEN
VERTIKAL

http://slidepdf.com/reader/full/kjr-alinyemen-vertikal 37/3
7

Anda mungkin juga menyukai