Anda di halaman 1dari 112

BAB I

PENGERTIAN AUDITING

AZWANSYAH HABIBIE, SE., M.Ak


1.1 Pengertian Auditing

Auditing memberikan nilai tambah bagi


laporan keuangan perusahaan , karena
akuntan publik sebagai suatu pihak yang ahli
dan independen pada akhir pemeriksaanya
akan memberikan pendapat mengenai
kewajaran posisi keuangan, hasil usaha,
perubahan ekuitas dan laporan arus kas.
Auditing Merupakan bentuk Atestasi :

“Merupakan suatu komunikasi seorang


expert mengenai kesimpulan tentang
reabilitas dari pernyataan seseorang”
Atestasi adalah yaitu merupakan “komunikasi tertulis yang menjelaskan
suatu kesimpulan mengenai reabilitas dari asersi yang merupakan
tanggung jawab pada pihak lain”

Asersi yaitu representasi manajemen mengenai kewajaran laporan


keuangan, untuk memformulasikan standar auditing dan interprestasinya,
mengklasifikasikan asersi laporan keuangan sbb :
a. Existence
b. Completeness
c. Right and Obligation
d. Valuation and Allocation
e. Presentation and disclouser
Auditing sebagai (Konrath 2002 ; 5) yaitu :

“Suatu proses sistematis untuk secara objektif


mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai
asersi tentang kegiatan – kegiatan dan kejadian –
kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat
keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang
telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya
kepada pihak – pihak yang berkepentingan”
Gambar 1.1
Hubungan Antara Assurance, Attestation dan Auditing

Assurance Service

Attestations

Auditing
Assurance Services : Meningkatkan kualitas informasi atau isi informasi
untuk mengambil keputusan :
• Reabilitas dari sistem informasi
• Cukup tidaknya sistem manajemen resiko
• Efektifitas dari sistem pengukuran
• Cukup tidaknya keamanan atas transaksi

Attestations Service : Memberikan opini atas reabilitas dari penyataan


seseorang :
• Asersi tentang pengendalian intern
• Asersi tentang ketaatan ketentuan – ketentuan dalam kontrak
• Asersi tentang ketaatan terhadap undang – undang dan peraturan

Auditing Asersi tentang kewajaran penyajian laporan keuangan


Menurut Sokrisno Agoes (1996) yaitu :

“Auditing adalah pemeriksaan yang dilakukan


secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang
independen terhadap laporan keuangan yang disusun
oleh manajemen, beserta catatan catatan pembukuan
dan bukti pendukungnya dengan tujuan untuk
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut”
Terdapat hak yang penting dari defenisi tersebut :

Pertama :

Auditor memeriksa laporan keuangan yang telah disusun oleh


manajemen, beserta catatan – catatan pembukuan dan bukti
pendukung, Laporan keuangan yang harus diperiksa terdiri
dari, laporan laba rugi, ekuitas pemilik, neraca, arus kas. Dan
catatan pembukuan yang terdiri dari (buku kas/ Bank, buku
penjualan, buku pembelian) buku besar (piutang, hutang,
aktiva tetap dan kartu persediaan)
Kedua :
Pemeriksaan dilakukan secara Sistematis dan Kritis :

Sistematis : Akuntan publik harus merencanakan pemeriksa


sebelum proses pemeriksaan dimulai disebut Audit Plan
(rencana pemeriksaan) yaitu mencantumkan kapan audit
dimulai, berapa lama jangka waktu pemeriksaan, kapan
laporan harus selesai, berapa orang staff audit yang
ditugaskan.

Kritis : pemeriksaan sebaiknya dipimpin oleh seorang yang


memiliki gelar akuntan dan memiliki izin praktek sebagai
akuntan oleh Menteri Keuangan.
Ketiga :
Pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang independen

Keempat :
Tujuan dari pemeriksaan akuntan adalah untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
yang diperiksa.
1.2 Perbedaan Auditing dan Akuntansi (Accounting)

Auditing mempunyai sifat analitis, karena akuntan


publik memulai pemeriksaannya dari angka – angka
dalam laporan keuangan, lalu dicocokkan dengan
neraca saldo (trial balance), buku besar (general
ledger) buku harian (special jurnal), bukti – bukti
pembukuan (document) dan sub buku besar (sub
ledger).
1.2 Perbedaan Auditing dan Akuntansi (Accounting)

Accounting memiliki sifat konstruktif karena


disusun mulai dari bukti – bukti pembukuan,
buku harian, buku besar, sub buku besar,
neraca saldo sampai menjadi laporan
keuangan
1.3 Mengapa Diperlukan Audit ?

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)


2. Surat Pajak Tahunan (SPT)
3. Initial Public Offering (IPO)
4. Peraturan Bapepam pada perusahaan yang listing di
BEI
5. Mulai tahun 2001 perusahaan yang total asetnya Rp
25 miliar harus memasukkan audited financial
statement – nya di Departemen Perdagangan dan
Perindustrian
1.4 Jenis Audit

1. General Audit (pemeriksaan Umum).


2. Special Audit (pemeriksaan Khusus).

General Audit (Pemeriksaan Umum)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan
yang dilakukan oleh KAP Indepeden dengan tujuan
untuk bisa memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan
Standar Profesional / Akuntan Publik dan
memperhatikan Kode Etik Akuntan Indonesia,
Aturan Etika KAP yang telah disahkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia serta Standar Pengendalian Mutu .

Special Audit (Pemeriksaan Khusus)
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan
permintaan auditee) yang dilakukan oleh KAP yang
independen, dan akhir pemiraksaannya auditor tidak
perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran
laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat
yang diberikan terbatas pada pos atau masalah
tertentu yang diperiksa, karena prsedur audit yang
diberikan juga terbatas.

Special Audit (Pemeriksaan Khusus)
Misalnya KAP diminta untuk memeriksa apakah
terdapat kecurangan atau penyimpangan terhadap
penagihan piutang usaha diperusahaan.
Dalam hal ini prosedur audit terbatas untuk
memeriksa piutang, penjualan dan penerimaan kas .
Pada akhir pemeriksaan KAP hanya memberikan
penagihan piutang usaha di perusahaan. Jika
memang ada kecurangan, beberapa besar jumlahnya
dan bagaimana modus operansinya.
Menurut Jenis Pemeriksanaan, Audit dibedakan atas
:

1. Manajemen Audit (operational audit)


2. Complience Audit (Pemeriksaan ketaatan)
3. Internal Audit (pemeriksaan internal)
4. Computer Audit
BAB II
STANDAR PROFESIONAL
AKUNTAN PUBLIK DAN KODE
ETIK AKUNTAN INDONESIA
2.1 Perkembangan Standar Profesional
Akuntan Publik

Tahun 1972 untuk pertama kalinya IAI berhasil


menerbitkan Norma Pemeriksanaan Akuntan, yang
disahkan dalam kongres ke III IAI, Norma Pemeriksaan
Akuntan tersebut mencakup : (1) Tanggung jawab
akuntan publik (2) unsur – unsur norma pemeriksaan
akuntan antara lain (a) Pengkajian dan penilaian
pengendalian intren (b) bahan pembuktian dan penjelasan
informatif (c) pembahasan mengenai peristiwa kemudian,
laporan khusus dan berkas pemeriksaan.
Kongres IV IAI tanggal 25 – 26 Oktober
1982, Komisi norma pemeriksaan akuntan
mengusulkan agar segera dilakukan
penyempurnaan atas buku norma pemeriksaan
akuntan lama, dan melengkapinya dengan
serangkaian suplemen yang merupakan
penjabaran lebih lanjut norma tersebut
Dalam kongres ke VII IAI tahun 1994,
disahkannya Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP)
Standar Auditing

Standar Umum Standar Pekerjaan Standar Pelaporan


Lapangan

Perencana an dan
Keahlian dan Pernyataan tentang
supervisi
pelatihan teknis kesesuaian laporan
yang memadai keuangan dengan PABU
Pemahaman yang
memadai atas
Independensi Pernyataan tentang
pengendalian
dalam sikap mental ketidakkonsistenan laporan
intern
keuangan dengan PABU
Penggunaan Bukti audit
kemahiran Pengungkapan informatif
kompeten yang
profesional dengan dalam lap keuangan
cukup
cermat dan
seksama Pernyataan pendapat atas
laporan keuangan secara
keseluruhan
2.2 Pengertian Standar Auditing
Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing
“prosedur” berkaitan dengan tindakan yang harus
dilaksanakan, sedangkan “standar” berkenaan dengan
kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui
penggunaan prosedur tersebut, jadi. berlainan dengan
prosedur auditing, standar auditing mencakup mutu
profesional (profesional qualities) auditor independen
dan pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam
pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit.
2.3 Sepuluh Standar Auditing
A. Standar Umum

Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki


keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

Dalam semua yang berhubungan dengan perikatan, idependensi


dalam sikap mental harus dipertahankan Auditor

Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor


wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama.
B. Standar Pekerjaan Lapangan

Pekerjaan harus direncanakan sebaik – baiknya dan jika


digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus


diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat, lingkup pengujian yang akan dilakukan.

Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui


inspenksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan
konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang di audit. .
B. Standar Pelaporan.

laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan disusun


sesuai dengan prinsip akuntansi

laporan auditor harus menunjukkan, jika ada ketidakkonsistenan


penerapan prinsip akuntansi akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip
akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang


memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor

Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai


laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal ini nama
auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor.
2.4 Kode Etik Akuntan Indonesia

Setiap manusia yang memberikan jasa dari pengetahuan dan keahliannya


pada pihak lain seharusnya memiliki tanggung jawab pada pihak – pihak
yang dipengaruhi oleh jasanya itu, kode Etik Akuntan Indonesia adalah
pedoman bagi para anggota Ikatan Akuntan Indonesia untuk bertugas
secara bertanggung jawab dan objektif.
Prinsip – prinsip Etika Profesi .

1. Tanggung jawab profesi


2. Kepentingan Umum (publik)
3. Integritas
4. Objektivitas
5. Kompetensi dan kehati – hatian Profesional
6. Kerahasian
7. Perilaku Profesional
8. Standar Teknis
Gambar
Tanggung Jawab Profesi Kerangka Kode Etik
Kepentingan umum IAI
Integritas
Objektifitas
Prinsip Etika
Kompetensi dan kehati –
hatian
Kerahariaan
Perilaku profesional
Aturan Etika

Indepensi Standar Tanggung Tanggung Tanggung


Integritas Umum prinsip Jawab Kepada Jawab Kepada Jawab dan
Objektivitas Akuntansi Klien Rekan Praktik lain

Interprestasi
Aturan Etika

Tanya dan
Jawab
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik

Keterterapan (Applicability)

Aturan Etika ini harus diterapkan oleh Anggota Ikatan Akuntan Indonesia
Kompertemen Akuntan Publik (IAI KAP) dan Staff profesional (baik
anggota IAI – KAP maupun yang bukan anggota IAI KAP ( yang bekerja
pada satu Kantor Akuntan Publik)

Rekan pimpinan KAP bertanggung jawab atas ditaatinya aturan etika oleh
anggota KAP.
Defenisi dan Pengertian
Klien adalah pemberi kerja (orang atau badan) yang memperkerjakan
atau menugaskan seseorang atau lebih anggota IAI – KAP atau KAP
tempat / Anggota bekerja untuk melaksanakan jasa profesional. Istilah
pemberi kerja untuk tujuan ini tidak termasuk orang atau badan yang
memperkerjakan anggota.
Laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk
catatan yang menyertai, bila ada, yang dimaksudkan untuk
mengkomunikasikan sumber daya ekonomi(aktiva) dan kewajiban suatu
entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan kewajiban
selama satu periode tertentu sesuai dengan PABU atau basis akuntansi
komprehenship selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Data keuangan yang lainnya digunakan untuk mendukung rekomendasi


kepada klien atau yang terdapat dalam dokumen untuk satu pelaporan
yang diatur dalam standar atestasi dalam perikatan atestasi, dan surat
pemberitahuan tahunan pajak (SPT) serta daftar pendukungnya bukan
merupakan laporan keuangan . Pernyataan, surat kuasa atau tanda tangan
pembuat SPT tidak merupakan pernyataan pendapat atas lap keuangan.
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organiasasi akuntan
publik yang memperoleh izin sesuai peraturan perundang – undangan
yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktik
akuntan publik

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah wadah organisasi profesi


akuntan Indonesia yang diakui pemerintah

Ikatan Akuntan Indonesia – Kompertemen Akuntan Publik (IAI -


KAP) adalah wadah organisasi para akuntan Indonesia yang
menjalankan profesi sebagai akuntan publik atau bekerja di kantor
akuntan publik
(100) Indepensi, Integritas dan Objektivitas
(1001) Independensi
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu
mempertahankan sikap mental Independen di dalam memberikan jasa
profesional sebagaiman di atur dalam standar profesional akuntan publik
yang ditetapkan IAI, sikap mental Independen tersebut meliputi dalam
fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance)

(102) Integritas dan Objektivitas


Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu
mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari
benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh
membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang
diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan)
pertimbangannya kepada pihak lain.
(200) Standar Umum dan Prinsip Akuntansi

(201) Standar Umum


Anggota KAP harus mematuhi standar
berikut ini :

a. Kompetensi profesional
b. Kecermatan dan keseksamaan profesional
c. Perencanaan dan supervisi
d. Data relevan dan memadai
BAB III
LAPORAN AKUNTAN
Pada akhir pemeriksaannya, dalam suatu
pemeriksaan umum (general audit) KAP
akan memberikan laporan akuntan terdiri
dari :
1. Lembaran opini, yang merupakan tanggung jawab
akuntan publik, dimana akuntan publik
memberikan pendapatnya terhadap kewajaran
laporan keuangan yang disusun oleh manajemen
dan merupakan tanggung jawab manajemen.

2. Laporan Keuangan, yang terdiri dari :


a. Neraca
b. Laporan laba rugi
c. Laporan perubahan ekuitas
d. laporan arus kas
e. Catatan atas laporan keuangan
f. Informasi tambahan
Catatan laporan keuangan, yang antara lain
berisi, bagian umum (menjelaskan latar
belakang perusahaan), kebijakan
akuntansi dan penjelasan pos – pos
neraca dam laporan laba rugi.

Informasi tambahan berupa lampiran


mengenai perincian pos –pos penting
seperti perincian piutang, aktiva tetap,
utang, beban umum dan administrasi
serta beban penjualan.
3.1 Jenis – jenis Pendapat Akuntan

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 seksi 508) ada


lima jenis pendapat :

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)


2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang
ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku (Unqualified Opinion
with explanatory language)
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opnion)
3.2 Laporan Auditor Bentuk Baku

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 seksi 508) ada


lima jenis pendapat :

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)


2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang
ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku (Unqualified Opinion
with explanatory language)
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opnion)
BAB IV
PENGENDALIAN INTERN
(INTERNAL CONTROL)
4.1 Pengertian Pengendalian Intern

Sebelumnya istilah yang dipakai untuk


pengendalian intern adalah sistem
pengendalian intern, pengawasan intern
dan struktur pengendalian intern. Mulai
tahun 2001 istilah resmi yang digunakan
IAI adalah pengendalian intern.
Pada standar pekerjaan lapangan
yang kedua menyebutkan (IAI.
2001) :

“Pemahaman memadai atas


pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan”
IAI (2001) Pengendalian intern adalah
sebagai suatu proses yang dijalankan
okleh dewan komisaris, manajemen dan
profesi lain entitas yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tiga golongan sbb :

(1) Keandalan laporan keuangan


(2) Efektifitas dan efesiensi operasi
(3) kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan
Pengendalian Intern terdiri dari 5 komponen :

1. Lingkungan Pengendalian.
2. Penaksiran Resiko.
3. Aktivitas Pengendalian.
4. Informasi dan Komunikasi.
5. Pemantauan.
LINGKUNGAN PENGENDALIAN

Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan


memengaruhi kesadaran pengendalian orang – orangnya. Lingkungan
pengendalalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian
intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur lingkungan
pengendalian mencakup hal – hal sbb :

1. Integritas dan nilai etika


2. Komitmen dan kompetensi
3. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit
4. Struktur organisasi
5. Pemberian wewenang dan tanggung jawab
6. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
PENAKSIRAN RESIKO

Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan


keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif
memengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah dan meringkas
dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam
laporan keuangan, resiko dapat timbul atau berubah – ubah dalam keadaan
sebagai berikut :

1. Perubahan dalam lingkungan operasi


2. Personil baru
3. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki
4. Teknologi baru
5. Resturkturisasi korporasi
6. Operasi luar negeri.
7. Standar akuntansi baru
AKTIVITAS PENGENDALIAN

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu


memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanaka, Aktivitas tersebut
membantu memaastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk
menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas sudah
dilaksanakan:

1. Review terhadap kinerja


2. Pengelolaan informasi
3. Pengendalian fisik
4. Pemisahan tugas
INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi
sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat,
mengelola, meringkas dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa dan
kondisi) dan untuk memelihara akuntanbilitas bagi aktiva, utang dan ekuitas
yang bersangkuta, kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem tersebut
berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat keputusan
semestinya dalam pengendalian aktivitas entitas dan menyiapkan laporan
keuangan handal.

Auditor harus memperolah pengetahuan memadai tentang sistem informasi yang


relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami :

1. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi lap keu
2. Bagaimana transaksi itu dimulai
3. Catatan akuntansi, informasi pendukung dan akun tertentu dalam laporan
keuangan yang mencakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi.
4. Pengelolaan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai
dengan dimasukkan ke dalam laporan keuangan , termasuk elektronik
(computer dan electronic data interchange) yang digunakan untuk mengirim,
memproses, memelihara dan mengakes informasi.
PEMANTAUAN

Pemantauan adalah proses penentuan kualitas


kinerja pengendalian intern sepanjang waktu,
pemantauan ini mencakup penentuan desain dan
oprasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan
tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui
kegiatan yang berlangsung secara terus menerus,
evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai
kombinasi keduanya.
4.2 Hubungan Pengendalian Intern dengan Ruang (Scope)
Lingkup Pemeriksaan.

Jika Pengendalian intern satu satuan lemah, maka


kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidakakuratan atau
kecurangan dalam perusahaan sangat besar, bagi akuntan
publik, hal tersebut menimbulkan resiko yang besar dalam
arti risiko untuk memberikan opini tidak sesuai dengan
kenyataan , jika auditor kurang hati – hati dalam melakukan
pemeriksaan dan tidak cukup banyak mengumpulkan bukti –
bukti yang mendukung pendapat yang diberikannya.
4.2 Hubungan Pengendalian Intern dengan Ruang (Scope)
Lingkup Pemeriksaan.

Dengan itu auditor memperluas scope pemeriksaannya pada


waktu melakukan substantive test.

Misal :

1. Pada waktu mengirim konfirmasi piutang, jumlah


konfirmasi yang dikirimkan harus lebih banyak.
2. Pada waktu melakukan observasi atas stock opname , test
atas perhitungan fisik persediaan harus lebih banyak.
Gambar
Komponen Internal Control

MONITORING
(ongoing)

RISK ASSESSMENT

CONTROL ACTIVITIES infrastucture

INFORMATION AND
COMMUNICATION

CONTROL ENVIRONMENT
(foundation)
4.3 Bagaimana Melakukan Pemahaman dan Evaluasi Atas
Pengendalian Intern.

Auditor Harus mendokumentasikan pemahamannya tentang


komponen pengendalian intern entintas yang diperoleh untuk
merencanakan audit. Bentuk dan hal dokumentasi
dipengaruhi oleh ukuran kompleksitas entitas, serta sifat
pengendalian intern entitas .
4.3 Bagaimana Melakukan Pemahaman dan Evaluasi Atas
Pengendalian Intern.

Baik dan buruknya pengendalian intern akan memberikan


pengaruh yang besar terhadap :

o Keamanan harta perusahaan.


o Dapat dipercayai atau tidaknya Lap Keu Perusahaan.
o Lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntan.
o Tinggi atau rendahnya audit fee.
o Jenis Opini yang diberikan oleh akuntan publik,
4.4 Keterbatasan Pengendalian Intern Entitas.

Keterbatasan Pengendalian intern, meliputi :

• Kegagalan sistem pengendalian intern (hal manusiawi).


• Terdapat kolusi.
• Biaya tinggi
TEST TRANSAKSI
(TEST OF RECORDED
TRANSACTION)
5.1 Pengertian

Standar pekerjaan lapangan yang ketiga berbunyi.

“ Bukti audit kompeten yang cukup harus


diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai
dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan”
5.1 Pengertian
Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap
kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen
dalam rangka memberikan pendapat atas laporan
keuangan yang diauditnya. Relevansi dan
objektifitas, ketepatan waktu dan keberadaan bukti
audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya
berpengaruh terhadap kompetensi bukti.
5.2 Sifat Bukti Audit

Sifat bukti yang mendukung lap keu terdiri dari data


akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia
bagi auditor.

Jurnal, buku besar, buku pembantu dan buku pedoman


akuntansi yang berkaitan, catatan seperti work sheet,
alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi merupakan
bukti yang mendukung laporan keuangan.
Tipe Bukti Audit

Menurut Konrath (2002) ada enam bukti audit, yaitu :

1. Physical evidence.
2. Evidence obtain through confirmation.
3. Documentary evidence.
4. Mathematical evidence.
5. Analytical evidence.
6. Hearsey evidence.
Tipe Bukti Audit

Physical Evidence

Terdiri dari segala sesuatu yang bisa dihitung,


dipelihara dan diobservasi atau diinspeksi dan
terutama berguna untuki mendukung tujuan dan
eksistensi atau keberadaan .

Contoh bukti fisik kas opname, stock opname,


inventarisasi aktiva tetap.
Tipe Bukti Audit

Confirmation Evidence

Adalah bukti yang diperoleh mengenai eksitensi,


kepemilikan dan penilaian, langsung dari pihak ketiga
diluar klien.

Contoh jawaban konfirmasi piutang, hutang, barang


konsinyasi, surat berharga, deposito.
Tipe Bukti Audit
Documentary Evidence

Terdiri dari catata – catatan akuntansi dan seluruh dokumen


pendukung transaksi.

Contoh faktur pembelian, copy faktur penjualan , jurnal voucher,


general ledger,

Bukti ini berkaitan dengan asersi manajemen mengenai completmess


dan eksistensi dan berkaitan dengan audit trail yang memungkinkan
auditor untuk menaksir dan melakukan vouching atas transaksi dan
kejadian dari dokumen ke buku besar dan sebailknya. .
Tipe Bukti Audit
Mathematical Evidence

Merupakan perhitungan kembali dan rekonsiliasi yan


dilakukan oleh auditor, misalnya alokasi beban
penyusutan, perhitungan rincian persediaan, PPh, dll
Tipe Bukti Audit

Analitical Evidence

Bukti yang diperoleh melalui menelaahan analitis terhadap


informasi keungan klien. Penelaahan ini dilakukan pada
waktu membuat perencanaan audit, sebelum melakukan
substantive test pada akhir pekerjaan lapangan.

Analisis dilakukan dalam bentuk :


1. Trend (horizontal) analysis.
2. Common size (vertical) analysis.
3. Ratio analysis.
Tipe Bukti Audit
Hearsay Evidence

Merupakan bukti audit dalam bentuk jawaban lisan


dari klien atas pertanyaan – pertanyaan yang diajukan
auditor. Misalnya pertanyaan mengenai pengendalian
intern, persedian yang bergerak lambat atau rusak.
Reabilitas dari Bukti Audit

Phisical Evidence Reabilitas


Tinggi
Confirmation Evidence

Mathematical Evidence

Analitical Evidence

Internal Document Under


Conditional of Strong
Internal Control
Internal Document Under
Conditional of Week Reabilitas
Internal Control Rendah
Hearsey Evidence
5.3 Compliance Test and Subtantive Test.
Complieance Test
Disebut juga test of recorded transactions adalah test terhadap
bukti – bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang
dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi
yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem
dan prosedur yang ditetapkan manajemen. Jika terjadi
penyimpangan dalam pemrosesan dan pencatatan transaksi,
walaupun jumlah (rupiah) tidak material, auditor harus
memperhitungkan pengaruh dan penyimpangan tersebut
terhadap efektifitas pengendalian intern.
5.3 Compliance Test.
Kesalahan Kelemahan I / C Compasating Control
ditemukan
Bukti pengeluaran Timbul kemungkinan Subledger hutang selalu di update dan
kas dan bukti – bukti pendukung setiap akhir bulan di renconcile
bukti pendukung digunakan untuk dengan saldo hutang di buku besar
tidak di cap lunas pembayaran yang
kedua kalinya Perusahaan memiliki bagian internal
audit yang cukup kuat dan setiap
bulan memeriksa kelengkapan bukti
pengelauran kas.

Bukti pengeluaran Timbul kemungkinan Perusahaan menggunakan imprest


kas tidak bernomor penyalahgunaan bukti fund system untuk pengeluaran ≤ Rp
urut tercetak tersebut untuk 750.000 dan untuk jumlah ≥
keuntungan pribadi Rp.750.000 dibayar dengan giro, yang
urutan nomornya selalu diawasi
5.3 Compliance Test.

Complience Test biasa dilakukan untuk transaksi – transaksi berikut


ini :

Jenis Transaksi Jenis Transaksi Sampel Digunakan


Penjualan Sales Test Faktur Penjualan
Penerimaan Kas Cash Receipts Test Kwitansi
Pengeluaran Kas Cash Disbursement Nomor Check / Giro
Pembelian Purchase Test Purchase Order
Pembayaran gaji dan upah Payrol Test Daftar Gaji
Jurnal penyesuaian Jornal Voucher Test Journal Voucher
5.3 Compliance Test.
Dalam melaksanakan compliance test, auditor harus
memperhatikan hal – hal berikut :

 Kelengkapan bukti – bukti (supporting documents)


 Kebenaran perhitungan Mathematis
 Ototasi dari pejabat perusahaan.
 Kebenaran nomor perkiranaan yang Dr dan Kr
 Kebenaran posting ke buku besar ke sub buku besar
5.3 Substantive Test.
Adalah test terhadap kewajaran saldo – saldo perkiranaan
keuangan (neraca dan laporan laba rugi)

Prosedur pemeriksaan yang dilakukann dalam substantive


test, antara lain :

 Inventarisasi aktiva tetap.


 Observasi atas stock opname.
 Konfirmasi piutang, utang dan bank.
 kas opname
 pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain – lain.
5.4 Cara Pemilihan Sample.

Dalam melakukan pemeriksaannya, akuntan publik


biasanya tidak memeriksa keseluruhan transaksi dan
bukti – bukti yang terdapat dalam perusahaan, karena
seluruhnya diperiksa, tentunya akan memerlukan
waktu yang lama dan memakan biaya yang besar.

Sample harus dipilih dengan cara tertentu yang bisa


dipertanggung jawabkan sehingga sample tersebut
betul – betul representative.
5.4 Cara Pemilihan Sample.
Metode sampling , yaitu :

1. Random Sampling.
2. Block Sampling.
3. Statistical sampling.
BAB VI
KERTAS KERJA PEMERIKSAAN
(Audit Working Papers)
6.1 Pengertian

Dalam menjalankan pemeriksaanya (general


audit) KAP harus berpedoman kepada SPAP,
baik itu standar audit, standar pengendalian
mutu, kode etik IAI dan aturan KAP, semua
prosedur audit yang dilakukan dan temuan
pemeriksaan harus didokumentasikan oleh
kertas kerja pemeriksaan.
6.1 Pengertian

Kertas kerja pemeriksaan adalah semua


berkas – berkas yang dikumpulkan oleh
auditor dalam menjalankan pemeriksanaan.
6.1.1 Kertas Kerja Pemeriksaan.

Kertas Kerja Pemeriksaan berasal dari :

1. Dari pihak klien


2. Dari analisis yang dibuat oleh auditor.
3. Dari pihak ketiga.
6.1.1 Kertas Kerja Pemeriksaan.

Berkas yang berasal dari klien :


1. Neraca Saldo (Trial Balance).
2. Rekonsiliasi Bank (Bank Reconciliation).
3. Analisis Umur Piutang (Account Receivable Aging
Schedule).
4. Rincian Persediaan (Final Inventory List).
5. Rician Hutang.
6. Rincian Beban Umum dan Administrasi
7. Rincian Beban Penjualan.
8. Surat Pernyataan Pelanggan.
6.1.1 Kertas Kerja Pemeriksaan
Analisis yang dibuat oleh auditor, yaitu :
1. Berita Acara Kas Opname ( Cash Count Sheet)
2. Pemahaman dan Evaluasi Internal Control.
3. Analisis Penarikan Aktiva Tetap
4. Analisis Mengenai Cukup atau Tidaknya Allowance Forbad Debt.
5. Working Balance Sheet
6. Working Profit and Lost
7. Top Schedule.
8. Supporting Schedule.
9. Konsep Laporan Audit
10. Management Letter
6.1.1 Kertas Kerja Pemeriksaan
Berkas yang diperoleh dari pihak ketiga adalah :

1. Piutang
2. Utang
3. Dari Bank
4. Dari Penasehat Hukum Perusahaan.
6.2 Tujuan Kertas Kerja Pemeriksaan.

Tujuan yaitu :

1. Mendukung opini auditor mengenai kewajaran lap keu.


2. Sebagai bukti bahwa auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai
SPAP.
3. Sebagai referensi, (1) Pihak Pajak, (2) Pihak Bank (3) Pihak Klien.
4. Sebagai salah satu dasar penilaian asisten.
5. Sebagai Pegangan untuk tahun berikutnya.
6.3 Jenis Kertas Kerja Pemeriksaan.
Kertas kerja pemeriksaan biasanya dikelompokkan
dalam :

1. Current File (Berkas Tahun Berjalan)


2. Permanent File (Berkas Permanen)
3. Correspondence File (Berkas surat menyurat)
6.3.1 Current File
Berisikan kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk tahun
berjalan, misalnya :

1. Neraca Saldo
2. Berita Acara Stock Opname.
3. Rekonsiliasi Bank
4. Rincian piutang
5. Rincian Persediaan
6. Rincian Utang
7. Rincian Biaya
6.3.2 Permanent File

Berisikan kertas kerja yang mempunyai keguanaan


untuk beberapa tahun, misalnya :

1. Akte Pendirian
2. Buku Pedoman Akuntansi
3. Kontrak – Kontrak
4. Notulen Rapat
6.3.3 Correspondence File
Berisikan korespondensi dengan klien, berupa surat
menyurat, facsimile dan lain – lain.
BAB VII
AUDIT PLAN, AUDIT PROGRAM, AUDIT PROSEDUR,
AUDIT TEKNIK, RESIKO AUDIT DAN MATERIALITAS
7.1 Audit Plan
(Perencanaan Pemeriksaan)

Standar pekerjaan lapangan pertama


berbunyi “ Pekerjaan harus direncanakan
sebaik – baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan
semestinya”
7.1 Audit Plan
(Perencanaan Pemeriksaan)

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi


menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang
dihararapkan, sifat, luas dan saat perencanaan
bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas satuan
usaha, pengalaman mengenai satuan usaha, dan
pengetahuan tentang bisnis usaha.
7.1 Audit Plan
(Perencanaan Pemeriksaan)
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara lain :
1. Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut.
2. Kebijakan dan prosedur akuntansi.
3. Metode yang digunakan oleh satuan usaha.
4. Penentapan tingkat resiko pengendalian yang direncanakan.
5. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
6. Pos lap keu yang memerlukan penyesuaian.
7. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan dan pengubahan
pengujian audit.
8. Sifat lap audit yang diharapkan akan diserahkan kepada pemberi
tugas.
7.1 Audit Plan
(Perencanaan Pemeriksaan)

Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan dan


supervisi biasanya mencakup review terhadap catatan auditor, seperti :
1. Mereview arsip korespondensi.
2. Membahas masalah – masalah atas jasa non audit bagi satuan usaha.
3. Mengajukan pertanyaan mengenai perkembangan usaha bisnis.
4. Membaca lap keu interim.
5. Membicarakan tipe, luas, dan waktu audit.
6. Mempertimbangkan dampak diterapkannya pernyataan SAK .
7. Koordinasi penyiapan data.
8. Membuat jadwal audit.
9. Menentukan dan mengkoordinasikan kebutuhan staff baru.
7.1 Audit Plan
(Perencanaan Pemeriksaan)
Auditor harus menyusun Audit Plan, yang berisikan
mencakup antara lain :

1. Hal – hal mengenai klien.


2. Hal – hal yang mempengaruhi klien.
3. Rencana kerja auditor.
7.1 Audit Plan
(Perencanaan Pemeriksaan)

Hal – hal mengenai klien :

1. Bidang usaha klien, Alamat, Nomor Telp, Fax, dll


2. Status Hukum Perusahaan (bedasarkan Akte Pendirian)
3. Accounting Police (kebijakan akuntansi)
4. Neraca komparatif
5. Clien Contact
6. Accounting, Auditing, Tax problem
7.1 Audit Plan
(Perencanaan Pemeriksaan)
Hal – hal yang mempengaruhi klien :

Bisa didapat dari majalah atau referensi lain – lain


Contoh. Adanya peraturan baru yang dapat
mempengaruhi klien.
7.1 Audit Plan
(Perencanaan Pemeriksaan)

Rencana Kerja Auditor :

1. Staffing
2. Waktu Pemeriksaan
3. Budged
4. Jenis jasa yang diberikan
5. Bantuan yang dapat diberikan
6. Time schedule
7.1 Audit Plan
(Perencanaan Pemeriksaan)

Contoh audit plan bisa dilihat pada Exhibit 7 - 1

Rencana pemeriksaan dapat juga dibuat dalam bentuk Audit


planning Memorandum yang contohnya bisa dilihat di
Exhibit 7 - 2
7.2 Audit Program
(Program Pemeriksaan)

Setelah Audit plan disusun, sebelum


pemeriksaan lapangan dimulai, auditor
harus menyusun audit program yang
merupakan kumpulan dari prosedur audit
yang akan dijalankan dan dibuat tertulis.
7.2 Audit Program
(Program Pemeriksaan)

Audit program membantu auditor dalam


memberikan perintah kepada asisten
mengenai pekerjaan yang harus
dilaksanakan
7.2 Audit Program
(Program Pemeriksaan)

Audit program yang baik harus melampirkan :

1. Tujuan pemeriksaan
2. Prosedur audit yang akan dijalankan
3. Kesimpulan pemeriksaan

Contoh audit program untuk complaen test dan


substantive test bisa dilihat Exhibit 7 -3 dan 7 - 4
7.3 Audit Prosecedures
(Prosedur Pemeriksaan)

Audit prosedures adalah langkah – langkah yang


harus dijalankan auditor dalam melaksanakan
pemeriksaan dan sangat diperlukan oleh asisten
agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat
bekerja efesien dan efektif.
7.3 Audit Prosecedures
(Prosedur Pemeriksaan)

Audit prosedure dilakukan dalam rangka mendapatkan


bahan – bahan bukti (audit evidence) yang cukup untuk
mendukung pendapat auditor atas kewajawran lap keu.

Untuk itu diperlukan audit teknik, yaitu cara untuk


memperoleh audit evidence seperti : konfirmasi, observasi,
inspeksi, tanya jawab (inquiry) dll
7.3 Audit Risk (Resiko Pemeriksaan)
Resiko Bawaan
Salah saji yang material dengan asumsi tidak terdapat pengendalian.
Cth : Uang Tunai yg dicuri

Resiko Pengendalian
Akibat keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian intern
Resiko Deteksi
Tidak dapat mendeteksi salah saji material
Cth : - Auditor keliru thdp prosedur audit

- Prosedur audit tidak sesuai


BAB VIII

PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS


8.1 Kas dan Setara Kas
Menurut Standar Akuntansi Keuangan Tahun 1994 :

1. Yang dimaksud dengan kas ialah alat pembayaran yang siap


dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum
perusahaan.

2. Yang dimaksud dengan bank adalah sisa rekening giro


perusahaan yang dapat dipergunakan secara bebas untuk
membiayai kegiatan umum perusahaan.
Sifat Kas
1. Kas merupakan harta lancar perusahaan yang sangat
menarik dan mudah untuk diselewengkan.

2. Transaksi perusahaan banyak melibatkan penerimaan dan


pengeluaran kas.

3. Sehingga memerlukan pengendalian iternal (internal


control) kas dan bank.
Peran SPI Terhadap Kas

SPI

KAS TRANSAKS
I
Contoh Perkiraan Kas

1. Kas Kecil (Petty Cash).


2. Saldo rekening giro di Bank.
3. Bon sementara.
4. Bon – bon kas kecil yang belum di reimbursed
5. Check tunai
8.2 Tujuan Pemeriksaan Kas
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang
cukup baik atas penerimaan dan pengeluaran kas.
2. Untuk memeriksa apakah kas dan setara kas yang ada di
neraca per tanggal neraca betul – betul ada dan dimiliki
perusahaan.
3. Untuk memeriksa pembatasan untuk penggunaan saldo kas.
4. Untuk memeriksa kurs valuta asing terhadap neraca dan
laba rugi.
5. Untuk memeriksa apakah penyajian di neraca telah sesuai
standar yang berlaku umum di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai