Anda di halaman 1dari 6

IJMA

Kelompok 6:

Irpan Maulana (10120016)


Nurul Hidayah (10120037)
Sopiatul Maula (10120044)
DEFINISI IJMA’
Ijma’ menurut istilah para ahli ushul fiqih adalah kesepakatan
para mujtahid pada suatu masa di kalangan umat islam atas
hukum syara’ mengenai suatu kejadian setelah wafatnya
Rasulullag SAW.
Kata ijma' secara bahasa berarti "kebulatan tekad terhadap
suatu persoalan" atau "kesepakatan tentang suatu masalah".
Menurut istilah ushul fiqh, seperti dikemukakan 'Abdul Karim
Zaidan, "kesepakatan para mujtahid dari kalangan umat Islam
tentang hukun syara'pada satu masa setelah Rasulullah wafat."
RUKUN IJMA’
o Adanya sejumlah mujtahid saat terjadinya suatu peristiwa.
o Adanya kesepakatan seluruh mujtahid di kalangan umat Islam
terhadap hukum syara mengenai suatu peristiwa pada waktu
terjadinya tanpa memandang suatu negeri, kebangsaan,
ataupun kelompok mereka.
o Bahwasanya kesepakatan mereka adalah dengan
mengemukakan pendapat masing-masing mujtahid tentang
pendapatnya yang jelas mengenai suatu peristiwa, baik
penyampaiannya secara ucapan maupun perbuatan
o Terealisasinya kesepakatan para mujtahid terhadap suatu
hukum.
DASAR HUKUM IJMA’
 Dalam QS. An-Nisa ayat 115 memberikan peringatan atau ancaman kepada
mereka yang menentang Rasullullah SAW. dan mengikuti jalan bukan orang
mukmin. Menurut Muhammad Abu Zahrah, menjelaskan wajib hukumnya
mengikuti jalan orang mukmin dan termasuk hasil kesepakatan (ijma’) mereka.
 Dalam QS. An-Nisa ayat 59 menuliskan tentang dasar ijma’ yaitu dalam surat
An-Nisa ayat 59 bahwa lafadz ulil amri (pemegang kekuasaan) tersebut
mencakup urusan duniawi, seperti kelapa Negara, anggota perwakilan rakyat,
para menteri dan lain sebagainya. Juga mencakup pemegang urusan agama,
seperti para ulama, para mufti dan para mujtahid.
 Dalam hadist Riwayat Ahmad
‫ رواه احمد‬.‫ون َح َسنًا فَهُ َو ِع ْن َد هّٰللا ِ َح َس ٌن‬
َ ‫َما َراَى ْال ُم ْسلِ ُم‬
“Apa yang dipandang baik oleh orang-orang muslim, maka di sisi Allah pun ia
dipandang baik pula.” (H.R. Ahmad)
Dari isyarat beberapa nash di atas, cukup jelas memberikan petunjuk, bahwa
dalam hal tertentu utamanya dalam hal permasalahan hukum sangat utama untuk
mengikuti pendapat yang disepakati oleh kaum muslimin, ulum amri atau para
mujtahid.
Ijma’ dalam hukum islam
Definisi ijma’ baik secara etimologi maupun terminologi dari
seluruh kalangan ulama, maka jelaslah bahwa ijma’ itu adalah
kesepakatan, di mana yang sepakat di sini adalah semua mujtahid
muslim, berlaku dalam suatu masa tertentu sesudah wafatnya
Nabi Muhammad Saw. Di sini ditekankan “sesudah masa Nabi”,
karena selama Nabi masih hidup, al-Qur’an lah yang akan
menjawab persoalan hukum karena ayat al-Qur'an kemungkinan
masih turun dan Nabi sendiri masih sebagai tempat bertanya
tentang hukum syara', sehingga tidak diperlukan ijma’. Ijma' itu
berlaku dalam setiap masa oleh seluruh mujtahid yang ada pada
masa itu, hal ini bukan berarti kesepakatan mujtahid semua masa
sampai hari kiamat.
KLASIFIKASI IJMA’
Ijma’ Sharih Ijma’ Sukuti
kesepakatan para mujtahid pendapat yang dikemukakan
pada suatu masa atas hukum secara jelas oleh sebagian
suatu kasus, dengan cara mujtahid terhadap suatu
mengemukakan pendapatnya kejadian, baik berupa fatwa
secara jelas melalui fatwa atau atau putusan hukum.
putusan hukum. Maksudnya Sedangkan ulama yang lain
bahwa setiap mujtahid hanya diam, tidak
mengeluarkan pernyataan atau mengungkapkan pendapatnya
tindakan yang mengungkapkan baik dengan suatu persetujuan
pendapat nya secara jelas. atau sangkaan.

Anda mungkin juga menyukai