Anda di halaman 1dari 27

Selasa, 19/10/2021

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN


SISTEM ENDOKRIN
HIPOGLIKEMIA/HIPERGLIKEMIA

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

Oleh:
Ns. Suhendra,
M.Kep
Pendahuluan

Black & Hawks (2009), membagi komplikasi diabetes mellitus menjadi 2 (dua)
kelompok, yaitu :

1. Komplikasi akut, terdiri dari :


a. Hiperglikemia dan ketoasidosis diabetikum
Ada tiga gejala klinis yang terlihat pada ketoasidosis, yaitu : dehidrasi,
kehilangan elektrolit dan asidosis.
b. Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik
Gambaran klinis kondisi ini biasanya terdiri atas hipotensi, dehidrasi berat,
takikardi dan tanda-tanda defisit neurologis yang bervariasi (perubahan
sensori, kejang, hemiparesis, confusi dan coma).
c. Hipoglikemik
Terjadi kalau kadar glukosa darah kurang dari 50-60 mg/dl, yang dapat
diakibatkan oleh pemberian insulin atau obat diabetes oral yang berlebihan,
konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktifitas fisik yang berat.
Lanjutan,.....Pendahuluan
2. Komplikasi kronis, terdiri dari :

a. Komplikasi Makrovaskular
Adalah kondisi aterosklerosis yang terjadi pada pembuluh darah
besar yang dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti :
Coronary Artery Diseasi (CAD), penyakit serebrovaskuler,
hipertensi, penyakit vaskuler perifer dan infeksi.

b. Komplikasi Mikrovaskular
Adalah komplikasi unik yang hanya terjadi pada diabetes.
Penyakit mikrovaskuler diabetik terjadi akibat penebalan
membran basalis pembuluh kapiler. Beberapa kondisi akibat dari
gangguan pembuluh darah kapiler antara lain : retinopati,
nefropati, ulkus kaki, neuropati sensorik dan neuropati otonom.
PENGERTIAN HIPOGLIKEMIA
 Hipoglikemia sering didefinisikan oleh konsentrasi glukosa plasma di
bawah 70 mg/dL (Tanpa Gejala)
 Dibawah 55 mg/dl : Muncul Gejala
 Gejala bervariasi : Ringan (gelisah) hingga berat (Koma, kejang)
FAKTOR RESIKO (TOMKY, 2005)
Faktor Resiko Umum Faktor Resiko Lainnya

 Defisiensi endokrin (kortisol, hormon


pertumbuhan, atau keduanya),
 Ketidakcocokan waktu insulin, jumlah, atau
 tumor non-sel
jenis pemasukan asupan karbohidrat
 Konsumsi alkohol atau salisilat dalam jumlah
 Riwayat hipoglikemia berat
besar
 Anestesi umum atau sedasi yang
 Pengurangan dosis kortikosteroid secara tiba-
menempatkan pasien dalam keadaan yang
tiba
berubah kesadaran
 Emesis
 Pengurangan asupan oral
 Pengurangan laju dextrose intravena
 Penyakit kritis (hati, jantung, dan gagal ginjal;
sepsis; dan trauma berat)  Kesalahan pemberian obat
TANDA DAN GEJALA
 Stadium Parasimpatik : Lapar, Mual, Penurunan TD
 Stadium Gangguan Otak Ringan : Lemah, Lesu, Kesulitan Bicara, Kesulitan Menghitung
 Stadium Simpatik : Keringat dingin pada hidung, bibir, dan tangan, Takikardia
 Stadium Gangguan Otak Berat : Koma, dengan atau tanpa kejang
ETIOLOGI
Paling sering terjadi pada kasus DM, karena :
 Kelebihan obat, baik obat hipoglikemik oral dan lebih sering insulin. Atau kebutuhan tubuh
terhadap insulin yang relative menurun karena GGK dan pasca persalinan
 Nutrisi tidak adekuat
 Kegiatan jasmani yang berlebihan
INTERVENSI
 Stadium lanjut (koma hipoglikemia) penanganan harus cepat. Berikan glukosa 40% sebanyak
2 flakon IV setiap 10-20 menit hingga pasien sadar disertai pemberian cairan dextrose 10 %
per Infus 6 jam per/kolf untuk maintenance.
 Bila belum teratasi, berikan kortison dosis tinggi atau glucagon 1 mg intravena
HIPERGLIKEMIA
KETOASIDOSIS DIABETIKUM
Definisi
Adalah suatu kedaruratan medik akibat gangguan
metabolisme glukosa dengan tanda-tanda
hiperglikemia (GDS 300-1500 mg/dl)

Sering terjadi pada pasien dengan DM type 1, namun


tidak menutup kemungkinan terjadi pad DM type 2.
(Smeltzer & Bare, 2008; Black & Hawks, 2009)
Manifestasi Klinik

1. Hiperglikemia (300-1500 mg/dL)


2. Dehidrasi
3. Gangguan keseimbangan elektrolit
4. Hiperosmolaritas (Osmolaritas plasma 300-350
mOsm/L)
5. Asidosis Metabolik
Pengkajian
1. Prinsif Gawat Darurat: Primary Assessment ABC
- Airway: nilai kondisi jalan nafas px, pada penurunan
kesadaran dpt terjadi akumulasi sekret & menyumbat pd
jalan nafas.
- Breathing: nilai keadekuatan ventilasi, dpt ditemukan
hiperventilasi, pernafasan kussmaul (cepat & dalam), nafas
berbau keton, hingga gagal nafas.
- Circulation: nilai keadekuatan sirkulasi; denyut nadi,
tekanan darah, kemungkinan didapati hipotensi, aritmia
bahkan henti jantung.

Atasi masalah yang terjadi pada Primary Assessment ABC


dengan prinsif BLS/ALS.
Lanjutan,.....pengkajian
Apabila sudah teridentifikasi dan teratasi, lanjut pada
Pengkajian Sekunder....

2. Pengkajian Sekunder, spesifik pada kasus krisis


hiperglikemia
a. Identifikasi kondisi Hiperglikemia & akibat lanjutnya:
kadar gula darah, keton urine, polyuria, polyphagia dan
polydipsi.
b. Identifikasi kondisi Dehidrasi: kaji status hidrasi melalui
kulit, membran mukosa, intake out put cairan,
kehilangan BB > 10% dari BB semula menunjukkan
adanya dehidrasi.
Lanjutan,.....pengkajian
C. Gangguan keseimbangan elektrolit: Identifikasi adanya
1) Hiperkalemia; gel T meninggi pd EKG, nadi tdk
teratur, hipotensi, diare, bising usus meningkat,
keram otot, mual & muntah.
2) Hipokalemia; gel T EKG mengecil-hilang, hipotensi,
illeus, mual& muntah, letih, Gg. Konsentrasi,
kelemahan dan keram otot.
3) Hiponatremia; hipotensi, mual& muntah, diare,
takikardia, kelemahan otot.
Lanjutan,.....pengkajian sekunder
d. Hiperosmolaritas: monitor osmolaritas darah, BUN,
creatinin, kaji kemungkinan penurunan konsentrasi,
disorinetasi dan perubahan prilaku.

e. Asidosis Metabolik: monitor kemungkinan hipotensi,


disritmia, hiperventilasi, penurunan kesadaran hingga
coma, sakit kepala & nafas berbau keton.
Nilai kadar pH darah.
Pemeriksaan Laboratorium, untuk mendukung pengkajian
sekunder:
 Gula darah
 BUN, creatinin
 Elektrolit
 Analisa Gas darah
Secara klinis hiperglikemia akan menyebabkan
Diuresis osmotik, karena ginjal mempunyai ambang
Terhadap kgd (180 mg/dl) yang dapat direabsorpsi

Diuresis osmotik (poliuria) akan menyebabkan


Dehidrasi dan rasa haus

Dehidrasi ini akan menyebabkan berat badan


menurun

Hiperglikemia akan menyebabkan hiperosmolaritas


Yang selanjutnya dapat mempengaruhi tingkat
Kesadaran pasien

OSMOLARITAS PLASMA > 320 mosm/L DAPAT MENYEBABKAN


KOMA
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan gula darah:
- Tanda/data objektif Gula darah >300 mg/dL
2. Kekurangan volume cairan:
- Tanda/data objektif hidrasi kulit jelek, (-)BB > 10%
3. Ketidakseimbangan elektrolit:
- Tanda/data objektif hiperkalemia, hipokalemia,
hiponatremia.
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak:
- Tanda/data objektif penurunan kesadaran hinga coma
(pada HONK)
5. Gangguan keseimbangan asam-basa
- Tanda/data objektif asidosis metabolik pH < 7,3
Intervensi Keperawatan
Prinsif kegawatan---- pertahankan sirkulasi adekuat (C-AB)
1. Kekurangan volume cairan:
Rehidrasi dengan cairan intravena
a) 1 jam I: Berikan cairan isotonis NaCl 0,9% (normal
saline) atau Ringer Laktat 15-20 ml/kgBB.
b) 1 jam II: Lanjutkan pemberian cairan yang sama
sebanyak 15 ml/kgBB, jika px mengalami
hipernatremia, atau px gagal jantung, atau anak-anak
maka pertimbangkan NaCl 0,45%.
c) 1 jam III: pemberian cairan diturunkan menjadi
7,5ml/kgBB, dengan NaCl 0,45% normal saline
d) 1 jam IV: berikan cairan sesuai kebutuhan dengan
didasarkan perhitungan urine yang dikeluarkan
(Balance intake-output)

Catatan: Apabila gula darah turun menjadi 250 mg/dL ganti


cairan dengan Dextrose 5% dalam NaCl 0,45% (D5/0,45%NS)
Intervensi Keperawatan .....lanjutan

2. Ketidakseimbangan elektrolit:
Koreksi Kalium (Potassium), dalam melakukan koreksi harus
diperhatikan keadekuatan out put urine, jgn melakukan
koreksi apabila out put urine < 0,5 ml/kgBB/jam, krn akan
mengakibatkan hiperkalemia berat. Rencanakan setelah 1-2
jam setelah pemberian terapi insulin dimulai
Jika out put urine sdh adekuat, maka lakukan koreksi kalium
sbb:
a) Jika K+ darah <3 mEq/L, berikan > 0,6 mEq/kgBB/jam.
b) Jika K+ darah 3-4 mEq/L, berikan 0,6 mEq/kgBB/jam
c) Jika K+ darah 4-5 mEq/L, berikan 0,2-0,4 mEq/kgBB/jam
d) Jika K+ 6 mEq/L, pertahankan pada kadar ini

Catatan: Apabila kebutuhan koreksi mencapai 20-40 mEq/L,


maka koreksi hrs diberikan melalui vena dalam, krn
dikhawatirkan mengakibatkan kerusakan pd vena perifer.
Intervensi Keperawatan .....lanjutan

2. Gangguan asam-basa & Hiperglikemia:


Koreksi pH dan Pengelolaan pemberian Insulin

Pemberian Bicarbonat jarang dilakukan, namun dapat


diberikan apabila pH darah < 7,1

Insulin:
Regulasi insulin (RI) dapat segera diberikan atau
menunggu perbaikan perfusi jaringan, dengan dosis 0,1
iu/kgBB/jam. berikan dengan infus pump secara terpisah
dengan iv line untuk cairan rehidrasi.

Untuk memudahkan perhitungan, campurkan RI 10 iu dlm


cairan resusitasi 100 ml, sehingga didapatkan kadar 1 ml
campuran = 0,1 iu RI, sehingga dosis insulin adalah
1ml/kgBB/jam.
Intervensi Keperawatan .....lanjutan

Evaluasi apakah dosis insulin cukup untuk menurunkan


Glukosa sesuai target (penurunan glukosa darah sebaiknya
tidak > 216 mg/dl/jam), bila tidak, sesuaikan dosis insulin

Bila glukosa darah mencapai 250 mg/dl, atau lebih rendah,


segera tambahkan cairan dextrose 5%, bila lebih rendah dari
150 mg/dl tambahkan dextrose 10% dan sesuaikan dosis
insulin menjadi 0,05 iu/kgBB/jam.

Jangan sekali-kali menghentikan insulin, karena insulin


dibutuhkan secara berkelanjutan oleh tubuh untuk mencegah
ketosis
Intervensi Keperawatan .....lanjutan

Bila kadar glukosa darah sudah mencapai < 200


mg/dl, pertimbangkan untuk mulai pemberian
insulin sc (setengah jam atau 15 menit sebelum
makan). Perubahan ini dilakukan selagi dextrose
masih terpasang/tersisa untuk setengah jam.

Keputusan di atas diambil bila pasien sudah dapat


makan per oral, keton urin negatif dan
kadar glukosa sudah mencapai
< 200 mg/dl.
Evaluasi

1. Dibuat lembar monitoring berupa flow set


2. Interval pengisian lembar monitoring dilakukan sesuai tabel
monitoring, sebaiknya setiap jam.
3. Observasi ketat kadar gula darah terutama pada fase rehidrasi
(tiap 30 menit)
4. Mengenal tanda-tanda komplikasi yang muncul, berupa:

a. Hipoglikemia
b. Asidosis persisten
c. Hipokalemia
d. Edema intraserebral
HIPERGLIKEMIA VS HIPOGLIKEMIA
Hyperglycemia Hypoglycemia
Nursing Assessment Pengkajian : Glukosa darah kapiler, Dosis obat
(Client Presentation) Cek GDS , kelemahan, kelelahan, terakhir/Insulin, Makanan
kram otot, penurunan tonus otot, terakhir, Diaforesis, lapar,
insomnia, takikardia, takipnea, gemetar, kecemasan, parastesia,
pusing, sakit kepala, mati rasa/ palpitasi, Takikardia
kesemutan, penurunan tingkat
kesadaran, atau perubahan
kesadaran, kejang, gangguan
penglihatan
Nursing Planning Akses IV, Insulin & pemberian Akses IV, pemberian Glukagon,
kalium, Evaluasi berkelanjutan, cek pertolongan pertama (tablet
GDSglukosa darah kapiler setiap 5- Dekstrosa), Evaluasi
15 menit berkelanjutan untuk GDS 5-15
menit
Hyperglycemia Hypoglycemia
Nursing Cek tanda-tanda infeksi, Berikan edukasi tentang risiko hipoglikemia serta
Implementation/ Memberikan edukasi tentang pengelolaan
Interventions manajemen dari Hipoglikemia seperti pemantauan gula darah, termasuk
Hiperglikemia termasuk pemberian gula sederhana dan manajemen darurat.
obat-obatan, Penkes diet, Penurunan Penkes diet khususnya aturan tentang konsumsi 15
berat badan, Edukasi tentang gejala gram karbohidrat sederhana, tunggu 15
KAD menit, periksa lagi.
Jika
masih hipoglikemik,
konsumsi 15g karbohidrat
lagi.
Penurunan berat badan
Nursing Evaluation Pantau KAD, Pemantauan GDS Monitor darah rendah, kadar glukosa, Pemantauan
(jadwal darah kapiler, kadar glukosa (jadwal
berdasarkan tinggi/rendah dari berdasarkan tinggi/rendah dari
jenis insulin eksogen) jenis insulin eksogen)
Emergency Akses IV Akses IV
Scenario & Nursing Pemberian insulin Pemberian glukagon
Action Pemberian kalium pemantauan glukosa (q5-15
pemantauan glukosa (5-15 menit
menit)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai