Anda di halaman 1dari 23

PATOLOGI DAN

KOMPLIKASI PERSALINAN

Rosminah Mansyarif
Distosia karena kelainan alat kandungan
 Vulva:
Atresia vulva.
 Vagina:
Atresia, ada sekat, dinding vagina kaku, tumor vagina
 Serviks:
a. Konglutinasi orifisii externi porsio mendatar &
menipis ttpi orifisium tetap kecil dgn pinggir yg tipis.
b. Sikatrik karena infeksi atau operasi.
c. Servik kaku.
 Uterus:
Retrofleksio uteri, prolapsus uteri
Distosia kelainan jalan lahir
• Kesempitan PAP
PAP dianggap sempit jika conyugata vera ‹10 cm
atau diameter transversa ‹ 12 cm.
Penyebab:
1. Kelainan pertumbuhan.
a. Panggul sempit seluruh: semua ukuran kecil.
b. Panggul picak: uk muka belakang sempit, uk
melintang normal.
c. Panggul sempit picak: semua uk kecil, terutama
pd ukuran muka belakang.
d. Panggul carong: PAP biasa, PBP sempit.
e. Panggul belah: simpisis terbuka
2. Kelainan karena penyakit panggul & sendi
a. Panggul Rachitis: panggul picak,panggul sempit, seluruh
panggul sempit picak dll.
b. Panggul osteomalaci: panggul sempit melintang.
c. Panggul articulatio sacroiliaka: panggul sempit miring.
3. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang:
a. Kypose tulang pinggang  panggul corong.
b. Scoliose tulang punggung  panggul sempit miring.
4. Kelainan panggul disebabkan kelainan anggota bawah.
Luxatio, coxitis, atrofia  menyebabkan panggul sempit
miring. Juga ada fraktur atau exostose yg dpt menyebabkan
kelainan panggul.
Dicurigai panggul tengah sempit jika:
1. Kepala belum turun setelah minggu ke 36.
2. Primipara perut menggantung.
3. Multipara  riwayat persalinan sulit.
4. Kelainan letak pada hamil tua.
5. Kelainan bentuk tubuh.
Pengaruh pada kehamilan & persalinan
• Kehamilan: Retroflexio uteri, fundus lebih tinggi, perut
menggantung, kepala tidak turun pd T III , letak muka, sungsang
& lintang.
• Persalinan:
1. Persalinan lama disebabkan oleh kelainan pembukaan &
banyak waktu yg digunakan untuk moulage kepala anak.
2. Kelainan presentasi:
a. Panggul picak  Defleksi, asinklitismus,
b. Panggul sempit seluruh  hiperfleksi.
3. Ruptur uteri, fistel, ruptur sendi simpisis atau sakroiliaka
• Pada bayi:
Mortalitas, perdarahan otak, fraktur impressi pd os parietal pada
saat melewati promontorium
• Kesempitan bidang tengah panggul
Ruang tengah panggul terbentang antara pinggir
bawah simpisis & spina ossis ischii & memotong
sakrum kira2 pada pertemuan sakral ke-4 & 5.
Ukuran penting pd bidang ini:
1. Diameter transversa (antar spina): 10½ cm
2. Diameter anteroposterior dr pinggir bawah
simpisis ke pertemuan ruas sakral 4 & 5: 11½ cm.
3. Diameter sagital posterior dari pertengahan garis
antar spina ke pertemuan sacral 4 & 5: 5 cm.
Dikatakan sempit jika:
1. Diameter transversa & sagitalis posterior 13,5 cm
atau kurang ( normal 10,5 + 5cm = 15,5 cm).
2. Diameter antara spina < 9 cm
.
Lanjutan …..

Ukuran bidang tengah panggul tdk dpt diperoleh


secara klinis, harus diukur secara rontgenologis, tetapi
kita dapat menduga kesempitan panggul tengah
kalau:
a. Spina ishiadika menonjol.
b. Dinding panggul samping konvergen.
c. Diameter antar tuberoisciadika 8½ cm atau
kurang.
Kesempitan panggul tengah dpt mengakibatkan
gangguan pada putaran paksi. Kalau diameter antar
spina 9 cm atau kurang kadang-kadang perlu tindakan
Seksio Sesaria.
Kesempitan Pintu Bawah Panggul

• Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segitiga dengan


jarak antar tuberum sebagai dasar bersamaan.
• Ukuran2 penting ialah:
1. Diameter transversa (antar tuberum): 11 cm.
2. Diameter antero posterior dari pinggir bawah
simpisis ke ujung sakrum: 11½ cm.
3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan
diameter antar tuberum ke ujung os sakrum:7½ cm.
PBP dikatakan sempit bila jarak antara tuber ischiadikum
8 cm atau kurang. Kalau jarak ini kecil maka arcus pubis
meruncing, sehingga arcus pubis dpt digunakan sebagai
patokan untuk menentukan kesempitan bawah panggul.
Distosia Kelainan Tenaga
A. His hipotonik:Kontraksi terkoordinasi tp lemah
hingga menghasilkan tekanan <15 mmHg. His
jarang, pd puncak kontraksi dinding rahim masih
dapat ditekan ke dalam. Terjadi pd fase aktif.
Aspiksia jarang terjadi.
• Tanda & gejala:
1. Riwayat: kontraksi tdk nyeri, persalinan maju
sampai pd kala I fase aktif lalu berhenti.
2. Pemeriksaan uterus: kontraksi tdk sering, durasi
singkat & intensitas ringan.
3. PD: tdk ada kemajuan pembukaan atau
penurunan janin krn kontraksi tdk efektif.
• Jika dicurigai lakukan kolaborasi dokter, dgn terlebih
dahulu mengkaji: Kemajuan persalinan, keadaan
janin, keadaan ibu, CPD, psikologis ibu.
Lanjutan…..
• Penatalaksanaan dgn mempertimbangkan beberapa
parameter:
1. Kepastian pola frekuensi jantung/ tidak ada gawat janin.
2. Cairan amnion jernih jika ketuban pecah.
3. Tidak ada tanda korioamnionitis.
4. Pelvis adekuat.
• Pilihan penatalaksaan:
1. Perbaiki kondisi lingkungan.
2. Koreksi kelelahan ibu.
3. Perbaiki kondisi psikologi ibu.
4. Ambulasi.
5. Hidroterapi.
6. Pecahkan ketuban pada saat yang tepat.
7. Enema (hati-hati).
8. Stimulasi putting susu.
9. Stimulasi pitosin kalau diperlukan pada situasi tertentu.
• Jika ada tanda abnormal segera Rujuk
B. His hipertonik:kontraksi tidak terkoordinasi, misalnya kontraksi
segmen tengah lebih kuat dr segmen atas. Terjadi dlm fase
laten, dinamakan inertia primer. Fetal distress sering terjadi.
 Pd situasi ini ibu kelelahan, ibu stress, risiko infeksi jika
ketuban pecah & pelaksanaan PD berulang.
 Tanda & gejala:

1. Riwayat: Primigravida, sangat nyeri selama


persalinan & semakin nyeri pd palpasi, terjadi pada awal
persalinan fase laten.
2. Pemeriksaan uterus: kontraksi sering & tonisitas
tdk teratur.
3. Pemeriksaan dalam: tidak ada kemajuan persalinan krn
kontraksi tdk efektif & persalinan belum dimulai.
 Penatalaksanaan: kolaborasi dokter untuk pemberian induksi
istrahat
Partus presipitatus:
 Sering terjadi pada multipara sebagai akibat his yg
kuat & tahanan yg kurang dr jalan lahir.
 Presipitatus: Jika persalinan terjadi < 3 jam.
 Bahaya bagi janin: mortalitas karena oksigenasi
kurang, sbg akibat kontraksi rahim yg kuat, trauma
krn jalan lahir belum ada persiapan cukup sehingga
terjadi trauma kepala.
Distosia kelainan presentasi & posisi
1.POPP
 POP biasanya terjadi putaran paksi sehingga anak
lahir dgn oksiput di bawah simpisis. Putaran paksi
terjadi pada H III atau H IV. Karena sudut putaran
besar maka kala II biasanya lebih panjang.
 Jika POP tdk terjadi putaran paksi disebut POPP
 Penyebab: kesempitan panggul tengah, KPD, inertia
uteri, panggul android, panggul andropoid, kepala
kurang fleksi.
2. Letak Muka
 Letak kepala dgn defleksi maksimal, hingga oksiput mengenai
punggung & muka ke bawah.
 Kehamilan: tonjolan kepala teraba sepihak dgn punggung &
antara belakang kepala & punggung teraba sudut yg runcing
(sudut Fabre). DJJ terdengar pd pihak bagian kecil janin.
 Persalinan: Pemeriksaan dalam ditemukan orbita, hidung, tulang
pipi, mulut & dagu. Karena muka lunak maka dibedakan dari
bokong.
 Penyebab:
a. Primer:
Kelainan bawaan sep: Struma, kelainan tulang
leher, lilitan tp, meningokel, anencepal.
b. Sekunder:
Keadaan panggul: panggul picak, anak besar, dinding perut
kendor, hidramnion & otot ekstensor lebih kuat dari otot fleksor.
Lanjutan …..
 Kalau terpaksa ditangani maka periksa terlebih
dulu ada tidaknya kelainan panggul, jika
diperkirakan dagu akan berputar ke depan maka
persalinan dapat terjadi spontan.
 Penggunaan forsep oleh tenaga ahli hanya jika
memenuhi syarat: Kepala H IV & dagu terdpt
sebelah depan.
 Prognosa
Dapat lahir spontan, partus lama, ruptura
perineum, mortalitas bayi.
3. Letak Dahi
 Kepala dengan defleksi sedang sehingga dahi menjadi bagian
yg terrendah.
 Bersifat sementara dapat menjadi PBK atau letak muka.
 Hanya dapat didiagnosa waktu persalinan kalau pembukaan
sudah besar, maka teraba sutura frontalis, uub, pinggir orbita
& pangkal hidung.
 Ukuran terbesar ialah diameter mentooksipitalis (13½ cm)
melalui jalan lahir yg lebih besar dari semua ukuran pintu atas
panggul. Jika janin besar kapala tdk masuk PAP. Janin kecil
masuk dgn mulase kuat kemudian berputar sehingga dahi ke
depan ke arah simpisis. Dahi lebih dulu tampak & tulang
rahang atas menjadi pusat putaran. Dgn fleksi lahirlah UUB &
belakang kepala, lalu dgn defleksi lahir mulut & dagu. Vulva
diregang oleh diameter maxillo occipitalis. Caput tejadi pd
dahi.
 Prognosa: Presentasi terburuk pd semua letak kepala.
Dapat menjadi letak muka & PBK.
Jika letak dahi menetap maka prognosa buruk.
4. Letak Lintang (Bahu)
 Jika dapat dideteksi sejak kehamilan maka harus dirujuk.
 Beberapa macam letak lintang (bahu):
a.Dorso anterior : punggung di arah perut ibu, teraba skapula,
klavikula, tulang iga, vertebra & tlg pedang.
b.Dorso posterior: punggung diarah belakang ibu, teraba 1
skapula, 1 tulang pedang, tlg iga.
c.Dorso inferior : punggung diarah kaki, teraba 2 skapula &
beberapa tulang vertebra.
d.Dorso superior : punggung diarah kepala ibu teraba 2
klavikula & prosesus xypoideus (tlg pedang).
 Letak lintang berpedoman pada: Ketiak & lengan.
a. Ketiak: Lintang I  membuka ke kanan menutup ke kiri.
Lintang II membuka ke kiri menutup ke kanan.
b. Lengan: Lintang I membuka ke kiri menutup ke kanan.
Lintang IImembuka ke kanan menutup ke kiri.
5. Letak Sungsang
 Letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang
terrendah (presentasi bokong).
 Dibedakan menjadi: bokong murni, bokong kaki, bokong
sempurna, lutut & kaki.
 Pada PD teraba 3 tonjolan tulang yaitu: tubero ossis ischii &
ujung sakrum yg diketahui sebagai tulang runcing. Dapat
diraba anus & genitalia.
 Pd keadaan PBK dgn kaput besar muka hrs dibedakan dgn
bokong, krn kedua tlg pipi dpt menyerupai tuber, dagu
menyerupai sakrum sedangkan mulut seperti anus.
 Perbedaan kaki & tangan:
Kaki : Teraba kalkaneus & mata kaki, tdk dpt diluruskan
terhdp tungkai, jari kaki lebih pendek dari tapak
kaki.
Tangan: Teraba 1 mata tangan, dpt diluruskan terhadap
lengan, jari tangan hampir sama dgn tapak tangan
Lanjutan …..

 Prognosa: Buruk bagi bayi terutama jika bayi besar &


primigravida. Kematian 1 : 3 dgn PBK.
 Pertolongan pd presentasi bokong terdiri dari:
1. Persalian spontan:
Secara Bracht bok diangkat ke atas spy badan
anak searah dgn paksi jalan lahir, tdk ditarik.
2. Ekstraksi parsii (manuali Aid):
Melahirkan bayi dgn cara:
a. Klasik (Deventer): lahirkan bahu belakang
terlebih dahulu.
b. Muller: lahirkan bahu depan lebih dulu.
c. Loevset:memegang dada & punggung janin di
antara 2 tangan sampai bahu belakang ada di
depan & tampak di bawah simpisis, ke-2 lengan
dpt dikeluarkan dgn mudah.
Lanjutan
3. Kelahiran kepala:
a. Cara Mauriceau: Menunggang kudakan kepala
bayi pd lengan kiri penolong.
b. Cara Wigand-Martin-Winkel: Mirip Mauriceau
namun tangan lebih dlm dimasukkan dlm vagina.
Jari telunjuk masuk mulut utk fleksi kepala bayi.
Tangan seorg pembantu ada di atas fundus
membantu mendorong. Selanjutnya diselesaikan
dgn cara Mauriceau-Veit-Smellie.
c. Cara Mauriceau-Veit-Smellie Terbalik: Melahirkan
kepala dengan poisi muka menghadap ke depan,
sdg kepala sukar untuk diputar 1800. Dgn
meletakkan punggung pd lengan penolong sambil
memegang ke-2 bahu dari belakang & jari tangan
lain pd maksila & mulut. Pertahankan fleksi kepala
dilahirkan dgn pangkal hidung sbg hipomoklion.
Lanjutan
d. Cara Praag terbalik:
Dilakukan bila kepala janin blm masuk panggul, muka
menghadap ke depan krn dagu tersangkut di atas simpisis &
kepala tdk dapat memutar 1800. Punggung janin diletakkan pd
lengan penolong, jari-jari memegang ke-2 bahu sedangkan kaki
janin di pegang oleh penolong lain. Lakukan fleksi pd badan dgn
menarik kakinya ke atas & perut ibu dgn harapan kepala masuk
panggul atau badan janin ditarik ke belakang kemudian diputar ke
depan shg oksiput, sinsiput & muka lahir melalui perineum.
4. Distosia karena kelainan janin
 Bayi besar
BB janin lebih dari 4 kg
Sebab: diabetes, keturunan, multiparitas.
Distosia terjadi krn kepala & bahu yg besar
 Hidrosepalus
Dicurigai bila: kepala tetap tinggi walaupun panggul
cukup & his kuat, pada palpasi kepala teraba lebar,
ada spina bifida pd tubuh yg sudah lahir pd posisi
sungsang.
 Anencepalus, kembar siam.
 Gawat janin

Anda mungkin juga menyukai