Anda di halaman 1dari 24

Askep Anak dengan Asma

Kelompok 2

1. Aisyah Nuraini

2. Muhammad Risqur Rahman

3. Muhammad Rifqi

4. Widya Tirta Dewi


DEFINISI

Asma merupakan penyakit obstruksi jalan napas, yang reversibel dan kronis, dengan
karakteristik adanya mengikuti asma disebabkan oleh spasme saluran bronkial, atau
pembengkakan mukosa setelah terpajan berbagai stimulus.prevalensi, morbiditas
dan mortalitas asma meningkat yang mungkin akibat dari peningkatan polusi udara
titik asma merupakan penyakit kronik yang paling umum terjadi pada masa anak-
anak (Murphy dan Kelly,1993).
ETIOLOGI

Asma biasanya terjadi akibat trakea dan bronkus yang hiperresponsif terhadap iritan.
Alergi terhadap iritan dapat mempengaruhi tingkat keparahan asma. Berikut
merupakan iritan berdasarkan sumbernya:
1. Faktor ekstrinsik; latihan berlebih atau alergi terhadap binatang berbulu, jamur,
polusi, asap rokok, infeksi virus, asap, parfum, jenis makanan tertentu (terutama
zat yang ditambahkan ke dalam makanan) dan perubahan cepat suhu ruangan.
2. Fokus intrinsik; sakit, stres atau Fatigue yang juga mentriger, dan temperatur yang
ekstrem.
KLASIFIKASI ASMA

Klasifikasi asma mencakup 4 kategori antara lain:


1. Mild intermitent (ringan intermitent), di mana kondisi klien asma ringan yang sebentar.

2. Mild persistent,di mana kondisi klien dengan asma ringan yang terus-menerus atau
menetap.
3. Moderate persistent, di mana kondisi klien dengan asma sedang yang terus-menerus atau
menetap.
4. Severe persistent, di mana kondisi klien dengan asma berat yang terus-menerus atau
menetap.
MANIFESTASI KLINIS

1. Tanda klasik asma yaitu dispnea, wheezing, dan batuk.


2. Peningkatan frekuensi napas.

3. Rasa tidak nyaman atau iritasi dan berkurangnya istirahat.


4. Keluhan sakit kepala, rasa lelah atau perasaan sesak dada.
5. Batuk non produktif yang disebabkan edema bronkial.

6. Gejala umum asma; batuk.


7. Hiperresonan saat perkusi.
Komplikasi

1. Pneumothoraks

2. Gagal jantung

3. Infeksi pernapasan

4. kesulitan emosional

5. Kematian
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dilakukan berdasarkan manifestasi klinis, riwayat,
pemeriksaan fisik dan tes laboratorium.
1. Tes fungsi paru titik spirometri dapat dilakukan pada anak usia 5 atau 6 tahun
dan setiap anak usia 1-2 tahun dilakukan pengkajian fungsi jalan napas rutin.
Dalam spirometri akan mendeteksi:
a. Penurunan forced expiratory volume (FEV)

b. Penurunan peak expirator K flow rate (PEFR)


c. Kehilangan forced vital capacity (FVC)
d. Kehilangan inspiratory capacity (IC)
2. Laboratoriumdarah lengkap, menunjukkan terjadi perubahan sel darah putih selama
fase asma akut, perubahan sel darah putih lebih dari 12.000/mm3 atau peningkatan
presentasi ikatan sel yang mungkin mengindikasikan terjadi infeksi.

3. X-ray dada. Frontal dan lateral foto x-ray menunjukkan infiltrat dan hiperekspansi
jalan napas dengan peningkatan usuran diameter ateroposterior pada pemeriksaan
fisik, diduga barrel chest.

4. Uji kulit untuk mengidentifikasi alergen spesifik.


PENATALAKSANAAN
1. Pemberian terapi Kortikosteroid. Kortikosteroid diberikan untuk mengatasi
inflamasi yang biasa digunakan untuk mengobati obstruksi aliran udara
reversibel dan mengontrol gejala gejala serta mengurangi hiperreaktivitas pada
asma kronik. Kortikosteroid diberikan melalui parenteral, oral, atau aerosol.
2. Pemberian terapi bronkhodilator. Terapi antikolinergik digunakan untuk
mengurangi intrinsik atau tonus vagal pada jalan napas dan memblok reflek
bronkhokontriksi yang disebabkan iritasi Inhalasi.
3. Peningkatan intake cairan.
Pengobatan respirasi seperti batuk, latihan napas dalam, dan Fisioterapi dada. Fisioterapi
dada membantu relaksasi fisik dan mental, memperbaiki postur tubuh, kekuatan otot
respirasi, dan pola Pernapasan lebih efisien. Fisioterapi dada dianjurkan
PATOLOGI
Asma ditandai oleh adanya 3 kelainan yakni konstriksi otot bronkus, inflamasi
mukosa, dan bertambahnya sekret di jalan napas. Pada stadium permulaan serangan
terlihat mukosa pucat, terdapat edema dan sekresi bertambah. Lumen bronkus
menyempit akibat spasme. Terlihat kongesti pembuluh darah, infiltrasi sel eosinofil
dalam sekret di dalam lumen saluran napas. Jika serangan sering terjadi dan lama atau
menahun akan terlihat deskuamasi (mengelupas) epitel, penebalan membran hialin
basal, hiperplasia serat elastin, juga hiperplasia dan hipertrofi otot bronkus. Pada
serangan yang berat atau pada asma yang menahun terdapat penyumbatan bronkus
oleh mukus yang kental.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas berhubungan dengan respon alergi dan
inflamasi pada pohon bronkhial.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan konstriksi bronkhial

3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan distres


gastrointestinal

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen.
5. Fatique berhubungan dengan hipoksia
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan memiliki anak dengan
sakit kronik.
7. Resiko terjadi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kesulitan
intake cairan, kehilangan cairan dan diaporesis.
8. Resiko terjadi injuri respirasi: asidosis, ketidakseimbangan elektrolit
berhubungan dengan hipoventilasi dan dehidrasi.
9. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi cara
perawatan di rumah.
RENCANA TINDAKAN

1. Rencana Tindakan Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan


dengan respon alergi dan inflamasi pada pohon bronkhial.

• Tujuan: jalan napas kembali efektif.

• Kriteria evaluasi:
• Anak mudah bernapas tanpa dypnea.

• Kemampuan beraktifitas meningkat. Intervensi keperawatan


mandiri: Batasi aktifitas fisik anak, dan berikan aktifitas yang
diperlukan saja. Rasional: aktifitas anak yang berlebihan akan
meningkatkan kebutuhan oksigen dan metabolik serta mengganggu
oksigenasi seluler.

• Gunakan teknik bermain untuk latihan pernapasan pada anak yang


muda. Rasional: latihan pernapasan pada anak dengan menggunakan
teknik bermain memperpanjang waktu ekspirasi dan meningkatkan
tekanan ekspirasi,
• - Instruksikan anak dan orang tua untuk melakukan latihan pernapasan,
batuk, dan posisi tubuh tegak lurus. Rasional: meningkatkan pernapasan
diafragma, ekspansi paru dan memperbaiki pergerakan dinding dada untuk
kebutuhan oksigenasi. Mekanisme batuk membersihkan jalan napas alami,
dan membantu silia untuk mempertahankan kepatenan jalan napas. Posisi
tubuh tegak lurus memudahkan anak batuk.
• Anjurkan latihan fisik yang memerlukan sedikit energi.
Rasional: mencegah terlalu lelah dan menurunkan konsumsi oksigen.
• Anjurkan mempertahankan postur tubuh yang baik.
Rasional: postur tubuh yang tepat memfasilitasi proses ventilasi.
• Ajarkan anak dan orang tua pemberian medikasi dan nebulizer yang benar.
Rasional: keterlibatan anak dan orang tua dalam pemberian medikasi dan
nebulizer meningkatkan kerjasama perawat- klien dan kesiapan anak dan orang
tua selama dilakukan tindakan tersebut. Intervensi keperawatan kolaborasi:
• Berikan oksigen sesuai order. Rasional: pemberian oksigen memperbaiki
oksigenasi dan membantu menghilangkan sekresi.
KASUS

Anak laki-laki usia 9 tahun dirawat dengan keluhan sesak dan batuk berdahak sejak
1 hari sebelum masuk RS setelah bermain bola. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan
frekuensi napas 28x/menit, frekuensi nadi 90x/menit, suhu tubuh 37.3C, terdapat
suaran napas rhonki di kedua lapang paru dan terdengar wheezing, ekspirasi
memanjang, terdapat retraksi dinding dada, BB 26 kg, TB 135 cm. Ibu klien
menyatakan asma anaknya bisa kambuh saat kecapean. Hasil pemeriksaan rotgen
thorak didapatkan “gambaran hiperaktif bronkus”
PENGKAJIAN

Nama : An.L Pemeriksaan fisik :


TTV :
Usia : 9 tahun RR : 28 x/menit
Keluhan utama : N : 90x/menit
S : 37.3 C
Ds :” keluarga klien Bb : 26 kg
mengatakan klien sesak dan Tb 135 cm
batuk berdahak sejak 1 hari  
sebelum masuk RS setelah
bermain bola, dan ibu klien
mengatakan asma anaknya bisa
kambuh saat kecapean”
DADA
Inspeksi : ekspirasi memanjang, retraksi dinding dada.
Auskultasi : terdapat suara napas rhinki di kedua lapang paru dan
terdengar wheezing
 
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan thorak : didapatkan gambaran hiperaktif bronkus
No Diagn Tujuan/kriteri Intervensi Rasional implementasi
osa a hasil
1 Jalan Setelah 1. Kaji RR pasien, 1. Untuk mengetahui 1. mengkaji RR pasien, menggunakan otot bantu
nafas diberikan penggunaan RR pasien, respon hasil :
tidak asuhan otot bantu penggunaan oto -RR : 26X/menit
efektif keperawatan 2. Ubah posisi bantu nafas, dan - pasien tidak menggunakan otot bantu nafas
b.d 3x24 jam menjadi semi tanda tanda - tidak ada tanda tanda sianosis
secret diharapkan fowler sianosis 2. mengubah posisi menjadi semi fowler
yang bersihan jalan 3. Lakukan 2. Memfasilitasi respon hasil :
menu nafas klien fisioterapi kesejehteraan posisi pasiennya sudah semifowler
mpuk efekif dengan dada pada fisiologis dan 3. melakukan fisioterapi dada pada pasien,
kriteria hasil : pasien, memudahkan mengajarkan klien batuk efektif
- Sudah ajarkan klien pengeluaran secret respon hasil :
tidak ada batuk efektif 3. Untuk pasien koorperatif saat di ajarkan batuk efektif
ronchi 4. Berikan terapi mempermudah 4. memberikan terapi O2
- Tidak ada O2 pengeluaran secret respon hasil :
wheezing 5. Kolaburasi 4. Memenuhi klien terpasang oksigen kanul nasal 2 liter/menit
- Tidak ada dgn dokter kebutuhan oksigen 5. mengolaburasi dgn dokter untuk pemberian
secret untuk 5. Untuk terapi nebulizer dgn bronkodilator
menumpuk pemberian mengencerkan kriteria hasil klien sudah diberikan nebulizer
terapi secret, untuk dengan sabutamol 2 mg
Implementasi Repon hasil :
Melakukan pengecekan S: pasien mengatakan lebih nyaman
RR pasien dan tidak sesak
  O: pasien terlihat nyaman dan tidak
Respon hasil : s : pasien sesak.Melakukan fisioterapi dada &
mengatakan sudah tidak sesak mengajarkan pasien batuk efektif
   
: RR : 26x/menit, ekspirasi
dn inspirasi normal
 
Memberikan posisi
menjadi semi fowler
 
Respon hasil : Implementasi :
S: pasien mengatakan batuknya  
sudah tidak berdahak 4.) melakukan kolaburasi dgn dokter
O: saat di auskultasitadak ada suara untuk pemberian terapi nebulizer
ronkhi & wheezing dengan bronkodilator

Intervensi : Respon hasil :


Kolaburasi dengan dokter untuk S: pasien mengatakan lebih nyaman
pemberian terapi nebulizer dengan dan sdh tdk sesak dn bisa bernafas
bronkodilator dgn lega
  O : saat dilakukan auskultasi sudah
  tidak ditemukan suara ronkhi dan
wheez
S:Klien mengatakan sudah tidak sesak,batuk tidak berdahak

O: Inspirasi dan ekspirasi normal 26x/mnt (normal: tidak

Evaluasi ditemukan suara ronkhi dan wheezing)

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

(Click the arrow when in Slide Show mode)

Anda mungkin juga menyukai