Anda di halaman 1dari 183

DIGESTIVE SYSTEM

MOC
(Medical Online Championship)
Food Allergy
Acute
Alergi Susu Sapi
IgE mediated

• kadar IgE susu sapi yang positif (uji tusuk kulit atau uji
IgE RAST).
• timbul dalam waktu 30 menit sampai 1 jam.
• urtikaria, angioedema, ruam kulit, dermatitis atopik,
muntah, nyeri perut, diare,bronkospasme, dan
anafilaksis.

Non IgE mediated

• diperantarai oleh IgG dan IgM.


• klinis timbul lebih lambat (1-3 jam)
• allergic eosinophilic gastroenteropathy, kolik,
enterokolitis, anemia, dan gagal tumbuh.
• Dapat dilakukan pemeriksaan Uji eliminasi dan
provokasi  Double Blind Placebo Controlled Food
Challenge (DBPCFC) atau Pemeriksaan darah pada tinja
Bayi ASI Eksklusif
Bayi Susu Formula
Lactose Intolerance
• Inability to digest lactose
• Deficiency of the intestinal enzyme lactase
that splits lactose into two smaller
sugars, glucose and galactose
• Symptoms: diarrhea, flatulence, abdominal
pain, abdominal bloating, nausea
Type of Lactose Intolerance
Primer
• Developmental  aktivitas laktase meningkat
puncak pada saat lahir, defisiensi sering nampak
pada bayi prematur
• Kongenital  tidak dijumpai/berkurangnya
enzim

Sekunder
• Akibat kerusakan pada saluran pencernaan yang
menyebabkan rusaknya vili
Oropharyngeal
Candidiasis
• C.albicans
• Oral thrush
• Infants, older adults
who wear dentures,
patients treated with
antibiotics, or those
with cellular immune
deficiency states
• Lesions can be
scrapped off
Oral Hairy
Leukoplakia Leukoplaki
a

• Lesi prekanker berupa • Lesi non premalignant berupa


patch atau plak putih di plak putih, corrugated,
mukosa oral, asimtomatis permukaan tampak
shaggy dan berambut,
• Hiperplasia epitel asimtomatis
squamous • Predileksi: lateral lidah, dasar
• Up to 20% will progress to mulut, palatum, mukosa
carcinoma within 10 buccal
years • Relatively specific for HIV
BOTH CAN’T BE SCRAPPEDinfection
ANGINA LUDWIG
• Infeksi ruang submandibula Gejala
: • Demam
• Ditandai dengan
pembengkakan
(edema) pada bagian bawah • Nyeri tenggorokan
ruang submandibular yang • Pembengkakan
mencakup jaringan yang • Drooling
menutupi otot2 antara laring dan • Trismus
dasar mulut. • Terjadi secara bilateral
• Peradangan → kekerasan
berlebihan jar. dasar mulut
→  mendorong lidah ke
atas dan belakang → obstruksi
jalan napas
• Penyebab:
– Infeksi gigi molar, premolar
– Tindik lidah → peradangan
kelenjar limfe servikal
Parotitis
• Definisi : infeksi kelenjar parotis
• Klinis
– Akut : demam, pembengkakan kelenjar parotis mulai dr
depan telinga sampai raang bawah, Nyeri terutama
saat mengunyah makanan dan mulut terasa kering,
Dapat disebabkan bakteri, virus dan tb
– Kronik :
• Sjogren syndrom
• saroidosis
• Tatalaksana : analgetik, antipiretik
BEDAH
Appendicitis Akut
Akut abdomen tersering
Inflamasi dan infeksi bakterial pada appendix vermiformis

Etiologi
• Obstruksi lumen appendix oleh hiperplasia limfoid, fecalith, corpus
alienum, neoplasma, striktur paska inflamasi
• Infeksi (biasanya bersifat hematogen)

Patofisiologi
• Obstruksi lumen  sekresi mukus terus berlanjut dan kolonisasi
bakteri
 tekanan intraluminal naik  pembuluh limfe dan vena
terjepit
 edema dan transudasi  tekanan intraluminal semakin
naik 
Appendicitis Akut - Gejala Klinis

Nyeri kuadran kanan bawah (titik


Nyeri periumbilikal, kolik, 6-12
McBurney), menetap, nyeri
nyeri visceral, diffuse jam 
somatik, dapat ditunjuk
• Demam
• Mual, muntah, penurunan nafsu

makan (anoreksia), diare, obstipasi,

disuria,
• Nyeri flank/punggung (letak retrocecal), nyeri suprapubik (letak pelvical), nyeri testikular
(letak retroileal)
• Nyeri lepas tekan (rebound tenderness) / Blumberg sign  akibat iritasi
peritoneum
Appendicitis Akut - Tanda Klinis
• Rovsing sign  nyeri perut kuadran kanan bawah
saat palpasi kuadran kiri bawah
• Psoas sign  nyeri perut kuadran kanan bawah
saat ekstensi panggul kanan
• Obturator sign  nyeri perut kanan bawah saat
rotasi internal panggul kanan

Obturator sign
Diagnosis & Tatalaksana
• Preoperatif
observasi TTV, resusitasi
cairan, tirah baring, puasa,
antibiotik IV spektrum luas

• Operatif
1. Open Appendectomy =
insisi transversal (Davis-
Rockey) atau insisi oblique
(McArthur-McBurney) pada
kuadran kanan bawah
2. Laparoscopic
appendectomy
0-3 : dapat dipulangkan tanpa imaging
4-6 : evaluasi dengan pemeriksaan penunjang
≥7 : konsul bedah

Penunjang Radiologi :
- USG : pilihan awal pada anak, dewasa muda, ibu hamil. Efisien, aksesibel, non
radiasi
- CT Scan : Akurat (highly sensitive & specific), “invasive” karena efek
penggunaan radiasi
- MRI : sensitif dan spesifik, namun kurang aksesibel
- Foto polos abdomen : mengidentifikasi free gas di cavum abdomen (app
Peritonitis
• Inflamasi peritoneum, jaringan yang melapisi
permukaan dalam dinding abdomen dan viscera
abdomen
• Klasifikasi :
– Peritonitis primer
• Infeksi peritoneum yang tidak berhubungan langsung dengan
kelainan intrabdominal (spontaneous bacterial peritonitis)
• Biasanya berhubungan dengan ascites
– Peritonitis sekunder
• Infeksi peritoneum karena kelainan intrabdominal (misal perforasi
hollow viscous  isi gastrointestinal masuk ke cavum peritoneum
menyebabkan peritonitis)
– Peritonitis tersier
• Tahap akhir peritonitis. Tanda dan gejala klinis peritonitis dan
sepsis tetap ada walaupun peritonitis sekunder sudah diterapi
Peritonitis Sekunder – Etiologi
Tanda dan Gejala Peritonitis
Gejala Tanda

• Penurunan nafsu makan, • Bising usus menurun


mual, muntah hingga tidak ada
• Nyeri abdomen tumpul yang • Defans muskular
segera berubah menjadi nyeri
abdomen tajam, persisten, (board-like
pada semua lapang abdomen abdomen)  spasm
• Distensi abdomen, nyeri tekan otot dinding
abdomen abdomen involunter
• Demam dan menggigil
• Nyeri lepas tekan
• Tanda-tanda dehidrasi
• Susah flatus atau BAB
abdomen
• (rebound tenderness)
Ileus
• Definisi = gangguan pasase usus
• Etiologi
– Ileus obstruktif (ileus mekanik/dinamik) : adanya
sumbatan mekanik pada usus
– Ileus paralitik (ileus fungsional/adinamik) : tidak
adanya atau tidak adekuatnya peristaltik usus
tanpa obtruksi mekanik. Disebabkan oleh
penghambatan neuromuskular, tonus simpatis
yang berlebihan.
Ileus
Ileus Obstruktif Ileus Paralytic
Manifestasi Nyeri abdomen kolik, nausea, Nausea, vomiting, distensi
Klinis
vomiting, obstipasi abdomen, obstipasi,

Pemeriksaan
fisik
• Abdominal distention • Abdominal
(darm countour, darm distention
steifung) • Silent abdomen
• Hyperperistaltic • Tympanic percussion
(Hipoperistaltik pada
prolonged • RT : ampulla recti
obstruction) intak
• Metalic sound (+) • Tanda dehidrasi
• RT : ampulla recti
kolaps
• Tanda dehidrasi
Pemeriksaan
Penunjang
• Dilatasi usus dengan air fluid • Dilatasi diffuse usus
level (udara mengisi kolon & rektum)
• Tidak adanya udara pada bagian
distal usus
Klasifikasi Ileus Obstruktif
• Letak sumbatan
– Ileus letak tinggi : sumbatan di proximal
ligamentum Treitz (flexura
duodenojejunalis)  dominan
vomiting
– Ileus letak rendah : sumbatan di distal
ligamentum Treitz  dominan distensi
abdomen
• Derajat obstruksi
– Obstruksi total  gejala lebih berat,
tidak bisa flatus dan BAB
– Obstruksi parsial  gejala lebih ringan,
masih bisa flatus dan BAB
• Open VS Closed-Loop
– Open ended obstruction  risiko
strangulasi lebih rendah
– Closed loop obstruction  risiko
strangulasi tinggi (misal pada hernia
inkarserata, volvulus)
Ileus – Pemeriksaan Penunjang
• Foto polos abdomen 3 posisi  supine,
semierect / erect, LLD (left lateral decubitus)

Herring bone appearance Coiled spring Multiple air fluid level – step ladderappearance
Tatalaksana Ileus
Tatalaksana:
– Nil per os
(NPO)/dipuasakan
– Resusitasi cairan
& monitor Urin
output
– Pemasangan
NGT
 dekompresi,
mencegah
aspirasi
– Serial abdominal
exam

Source: Schwartz’s Principles of Surgery


Hemorrhoid
• Definisi = penebalan bantalan jaringan submukosa
(anal cushion) yang terdiri dari venula, arteriole,
dan jaringan otot polos yang terletak di kanalis
analis

• Hemorrhoid interna
– Pelebaran plexus hemorrhoidalis
interna (dibentuk oleh vena rectalis
superior et media)
• Hemorrhoid externa
– Pelebaran plexus hemorrhoidalis
externa (dibentuk oleh vena
rectalis inferior)
Hemorrhoid - Klasifikasi

Hemorrhoid interna Hemorrhoid externa

Hemorrhoid Interna Hemorrhoid Externa


• Terletak di atas linea dentata • Terletak di bawah linea dentata
• Berasal dari endoderm • Berasal ektoderm
• Ditutupi oleh epitel simplex • Ditutupi oleh epitel stratified
columnar canalis analis squamosum
• Tidak diinervasi oleh persarafan • Diinervasi oleh persarafan
somatis  jarang cutaneous yang menyuplai area
menyebabkan nyeri (kecuali perianal  biasanya nyeri
bila terjepit 
iskemia  nyeri menetap)
Goligher’s classification of Internal Hemorrhoid
Hemorrhoid - Tatalaksana
Tatalaksana Non-Bedah
• Modifikasi gaya hidup  menghindari pengejanan berlebihan saat
defekasi atau aktivitas
• Diet tinggi serat, banyak minum
• Farmakologis  analgetik, fecal softener, antibiotik (bila ada infeksi),
suppositoria hemorrhoid (mengandung venotonik, anestesi lokal, steroid)
• Rubber band ligation
• Skleroterapi
• Fotokoagulasi inframerah

Tatalaksana Bedah
• Hemorrhoidektomi (excision atau stapled)
Sumber :
Hemorrhoids: From basic pathophysiology
to clinical management
World J Gastroenterol. 2012 May 7;
18(17):
2009–2017.

Hemorrhoid externa (dengan keluhan) → Hemorrhoidektomi


Anal Fissure
Anal fissure is a tear in the anoderm distal to the dentate line
Etiology : Primary (local trauma) or Secondary (IBD,
malignancy, infection)
Painful defecation, bright rectal bleeding (limited to small
amount), laceration on the posterior anal midline (most
common location for primary anal fissure)
Acute anal fissure typically
heals within six weeks
with conservative local
management
Chronic anal fissure fails
conservative management and
requires a more aggressive,
surgical approach
Treatment : conservative
management (local wound
care, relief of constipation)
Prevention : proper anal
hygiene, preventing
constipation, adequate fluids
intake, avoid straining during
defecation.
Anal Fistula
• The majority of anorectal fistulas
originate from an infected anal crypt
gland.
• “Non healing” anorectal abscess 
fistula

• Symptoms : Intermittent rectal pain


(during defecation/sit/activity)
• Px exam: Perianal skin may be
excoriated and inflamed. External
opening of the fistula/induration(if
external opening is incomplete)
• Surgical management is the
mainstay
of therapy
Karsinoma Kolorektal
• Keganasan pada kolon dan rektum, yang terletak antara valvula ileosekal
sampai dengan kanalis ani.
• Merupakan Keganasan tersering pada saluran cerna dan Tersering
ketiga pada semua jenis kanker.
• Jenis terbanyak = adenokarsinoma
Gambaran Klinis Karsinoma Kolorektal
Berdasarkan Lokasi Tumor
Tumor di kolon ascenden
• Lumen besar, dinding kolon tipis, massa feses
masih agak cair  sering asimptomatik
• Anemia, occult blood pada feses
• Tumor di kolon kanan cenderung lebih lunak,
ulseratif dan rapuh

Tumor di kolon descenden


• Lumen relatif kecil, massa feses semisolid,
tumor di kolon kiri biasanya sirkuler dan firm
 gejala obstruktif (konstipasi)
• Perdarahan biasanya tidak masif,
hematochezia

Tumor di kolon sigmoid


dan rektum
• Hematochezia
• Feses seperti kotoran kambing
• Perdarahan biasanya banyak
• Dapat diperiksa dengan rectal
Pemeriksaan Penunjang Karsinoma Kolorektal

• Laboratorium
– Hb, fecal occult blood Filling
testing (FOBT) defec
t
– CEA (Carcinoembryonic
Antigen. Kadar normal <
2,5 n/mL)
• Colon In Loop (CIL) 
Apple core
barium enema appearanc
– Filling defect, apple core e
appearance
• Colonoscopy + Biopsi
Hernia Abdominalis
• 75% hernia abdominal
 hernia inguinal
• Hernia inguinal
dibagi menjadi
– Hernia inguinalis
lateralis (HIL) / hernia
inguinalis indirek
 2/3 kasus
– Hernia inguinalis
medialis (HIM) /
hernia inguinalis direk
 1/3 kasus
Hernia Inguinalis Lateralis
• Lokus minoris resisten = anulus
inguinalis internus / profundus /
lateral
• Isi hernia masuk melalui anulus
inguinalis internus  memasuki
canalis inguinalis  keluar
melalui anulus inguinalis
externus  memasuki funiculus
spermaticus dan DAPAT TURUN
HINGGA SCROTUM (HERNIA
SKROTALIS)
• HIL kongenital  akibat
processus vaginalis persisten
• HIL akuisita  adanya
Keyword  isi hernia DAPAT masuk peningkatan tekanan
hingga skrotum intraabdominal kronis 
terbukanya anulus inguinalis
internus
Hernia Inguinalis Medialis
• Lokus minoris resisten
= Trigonum Hasselbach
• Hernia melalui dinding
inguinal yang disebut
trigonum Hasselbach
• Selalu didapat ketika
dewasa akibat
Keyword  isi hernia TIDAK DAPAT
peningkatan tekanan
masuk hingga skrotum intraabdominal kronis
dan kelemahan
Trigonum Hasselbach = Dibentuk tepi musculus relatif dinding
rectus abdominis, arteri epigastrica inferior,
ligamentum inguinalis inguinal posterior
Membedakan HIL dan HIM
• Finger Examination
Test
– Minta pasien berdiri
lalu masukkan jari
melalui skrotum
 ikuti
funiculus
spermaticus hingga
mencapai anulus
inguinalis externus
– Minta pasien
mengejan
• Massa menyentuh
UJUNG JARI 
Hernia inguinalis
lateralis
• Massa menyentuh SISI
JARI  Hernia
Hernia reponibilis (reducible)
• Isi hernia MASIH DAPAT KELUARMASUK
• Protrusi isi hernia biasanya terjadi saat peningkatan tekanan intrabdomen (bersin, batuk, mengejan,
menangis, tertawa)dan posisi berdiri
• Protrusi isi hernia biasanya menghilang saat posisiberbaring

Hernia ireponibilis (irreducible)


• Isi hernia TIDAK DAPAT DIKEMBALIKAN ke ronggaasalnya

Hernia inkarserata
• Isi hernia TIDAK DAPAT DIKEMBALIKAN DAN TERJEPIT OLEH CINCIN HERNIA.
• GANGGUAN PASASE USUS (+). GEJALA ILEUS  mual, muntah, distensi abdomen, nyeri abdomen
kolik (hilang timbul)
Hernia strangulata
• Isi hernia TIDAK DAPAT DIKEMBALIKAN DAN TERJEPIT OLEH CINCIN HERNIA disertai gangguan
aliran
arteri
• Adanya gangguan vaskularisasi akibat jepitan. Gejala  NYERI ISKEMIK MENETAP, takikardia,
leukositosis, edema dan eritem pada kulit yang melapisi hernia, pasien tampak toxic, dehidrasi dan
demam
Tatalaksana Hernia Inguinalis
Non Bedah
• Mencari dan memperbaiki faktor risiko yang menyebabkan
hernia (misal BPH, batuk kronis)
• Analgetik bila nyeri

Bedah  tatalaksana definitif


• Herniotomi, Herniorrhapy, Hernioplasty
• Hernia inguinalis reponibilis dan ireponibilis  BEDAH
ELEKTIF
• Hernia inguinalis inkarserata dan strangulata  BEDAH
CITO / EMERGENSI
Bedah Anak
Atresia Esophageal

• The first sign of esophageal atresia in the fetus may be polyhydramnios in


the mother.
• Prematurity has also been associated with esophageal atresia.
• Classically, presents with copious, fine, white, frothy bubbles of mucus in
the mouth and, sometimes, the nose.
• The infant may have rattling respirations and episodes of coughing, choking
and cyanosis, may be exaggerated during feeding.
Diagnosis

• (A) Diagnosis of esophageal atresia is confirmed when a 10-gauge


(French) catheter cannot be passed beyond 10 cm from the
gums.

• (B) A smaller-caliber tube is not used because it may curl up in the upper
esophageal segment, giving a false impression of esophageal continuity.

• The normal distance to an infant's gastric cardia is approximately 17 cm


chest radiographs should be obtained to confirm the position of the tube. The
radiograph should include the entire abdomen. In patients with esophageal
atresia, air in the stomach confirms the presence of a distal fistula, and the
presence of bowel gas rules out duodenal atresia

The Gasless Abdomen


• Absence of gas in the
abdomen suggests
that the patient has
either atresia without
a fistula or atresia
with a proximal fistula
only
Hypertrophy Pyloric Stenosis
• Hipertrofi m.sphincter pylorus
• Stenosis > canalis pyloricus

• Klinis :
– 1-12 minggu, muntah proyektil,
bile free, bolus+gastric juice
– Baby looks hungry, fluid
deficiency and electrolyte
imbalance
– Palpable mass (olive) in the RUQ
• Dx :
– Plain photo (Single bubble sign)
– Barium meal / OMD (Umbrella sign)
• Komplikasi : dehidrasi & aspirasi
• Tx :
– Non surgery : resusitasi cairan
– Surgery : pyloromyotomy
Radiographic Features
Umbrella / Mushroom / String /
Single Bubble Double-track / Shoulder / Beak
sign (Plain sign(Barium Meal)
Photo)
Atresia / Stenosis
Duodeni
• Atresia: complete obstruction;
stenosis: partial obstruction
• Lokasi tersering di
duodenum pars horizontal
• Symptom: regurgitasi & vomit
(bilous vomit)
• Dx : (double bubble)

– Plain photo In approximately 80% of affected


– Barium meal / neonates, the site of duodenal atresia
is postampullary, so that the patient
OMD may present with bilious vomiting.
Double bubble Sign

• Plain film radiograph


“Double bubble” Sign Barium meal / OMD
(gas-filled stomach and duodenum dilatation
with no distal gas)
• Without abdominal distension
Intestinal Obstruction
(jejunoileal obstruction)

Classic signs of patients with jejunoileal atresia :

• Bilious vomit
• Abdominal distention (in distal atresia)
• Jaundice (32%) which is characteristically due to
indirect hyperbilirubinemia
• Failure to pass meconium in the first 24 hours (rule out Hirschsprung
disease; passage of meconium does not rule out intestinal atresia)
• Abdominal distention is most evident in cases of ileal atresias, in which it
is diffuse, as opposed to proximal jejunal atresias, in which the upper
abdomen is distended and the lower abdomen is scaphoid.
• Intestinal loops and their peristalsis may be seen through the thin
abdominal wall of newborns.
Atresia Jejunum

• Triple bubble sign


• With abdominal
distension
• No gas in pelvic cavity
Hirschprung Disease
• Kelainan kongenital akibat
kegagalan migrasi krista neuralis ke
colon.
• Tidak terbentuk sel ganglionik pd
plexus myentericus (Auerbach)
dan plexus submucosal
(Meissner)
• 80%  rectosigmoid
• Klinis :
– Delayed meconium (>24h)
– Abdominal distention
– Bilous vomiting
– Severe diarrhea alternating
with constipation
• Dx :
– Barium enema
– Rectal biopsy
– Anorectal manometry
Sign and
Symptoms
• Symptoms may recur after
previously resolving with laxatives,
or feeding changes.

• Digital Rectal examination may


demonstrate a tight anal sphincter
and explosive discharge of stool
and
gas - Frog-like
. abdomen
- Darm contour
- Darm steifung
- Metallic sound
Radiographic Features
• • Contrast barium enema radiographs,
Imaging can help diagnose
Hirschsprung’s disease. A plain After the dilation process begins, the
abdominal radiograph may show diseased portion of the colon will
a dilated small bowel or proximal appear normal and the more proximal
colon (no air in the rectum) colon will be dilated. A “transition zone”
(the point where the normal bowel
becomes aganglionic) may be visible on
a contrast enema radiograph
Anorectal
Malformations
• The resulting malformations range from
isolated imperforate anus to persistent cloaca.

• Atresia ani (imperforate anus) is a congenital abnormality characterized by


persistence of the anal membrane resulting in a thin membrane covering
the normal anal canal or is the failure of the anal membrane to break
down (Noden and Lahunta 1985)

• If, after 24 hours, there is no meconium on the perineum, we recommend


performing a cross-table lateral x-ray with the baby in knee chest (prone)
position.

useful in determining
the level of
atresia
Klasifikasi Atresia Ani
• Menurut Berdon, membagi atresia ani berdasarkan
tinggi rendahnya kelainan, yakni :
~ Atresia ani letak tinggi : bagian distal rectum
berakhir di atas muskulus levator ani (jarak > 1,5 cm
dengan kulit luar)
~ Atresia ani letak rendah : bagian distal rectum melewati
musculus levator ani (jarak < 1,5cm dari kulit luar)

• Menurut Stephen, membagi atresia ani


berdasarkan pada garis pubococcygeal :
~ Atresia ani letak tinggi : bagian distal rectum
terletak di atas garis pubococcygeal.
~ Atresia ani letak rendah: bagian distal rectum
terletak di bawah garis pubococcygeal.

“high” supralevator lesions are typically


associated with fistulas
Invertogram
PSARP = posterosagittal anorectoplasty
Bukti klinis atresia ani letak rendah = perineal fistula, bucket handle, midline raphe fistula, stenosis anal,
anal membrane
Bukti klinis atresia ani letak tinggi = flat bottom, fistula rectovesica
Intussusception
(Invagination)
• Invagination of a proximal portion of intestine (intussusceptum) into a
more distal portion (intussuscipiens), is one of the most common
causes of bowel obstruction in infants and toddlers.
• > 80% involves the ileocecal region.

• Occur in children less than one year of age, with a peak


incidence of between 6-10 months. (>> 9 months)

TRIAS :
• Colicky & Cramping abdominal pain
• Bilious vomiting
• Mucous-red “currant jelly stools”

Physical Exam :
• Palpable abdominal
mass (Sausage
Appearance)
• Dance ‘s sign
Radiographic Features
Intussusception
USG :
• Target or doughnut sign (Transverse cross section)
• Sandwich sign, pseudokidney sign
(Longitudinal section)

Pseudokidney
Barium Enema : Cupping sign
(as a diagnostic) or therapeutic  (non-
operative reduction)
Volvulu
s

• Volvulus of the intestine, the twisting of a segment of intestine on its


mesentery, can be a primary pathology or secondary to malrotation of the
intestine. Clinical presentations vary from acute abdominal emergency
requiring immediate surgical intervention to insidious history of colicky
abdominal pain.

• Volvulus of the small intestine is commonly associated with abnormality


of intestinal rotation and fixation. This is due to failure of fixation and
narrow mesenteric base which allow volvulus to occur. Midgut volvulus
can lead to irreversible intestinal necrosis, which is potentially fatal.

• Large bowel volvulus on the other hand is rare in children; it usually


occurs as a result of redundant sigmoid colon and affects mainly adults.
• Up to 80% of patients present in the first month of life (20% of patients
present after the first year of life) and in this age group the cardinal
symptom is bile (green) vomiting due to duodenal obstruction through
midgut volvulus.
• Pain, irritability, and other non-specific symptoms (anorexia or nausea was
noted) are more common in toddlers and older children.
• The coffee-bean sign (also known as bent inner tube sign) is a sign on an
abdominal plain film.
• This thick 'inner wall' represents the double wall thickness of opposed
loops of bowel, with thinner outer walls due single thickness.
GASTRO ENTERO
HEPATOLOGY
IRRITABLE BOWEL SYNDROME
(IBS)

Definition:
• IBS adalah kelainan fungsional usus kronis berulang dengan nyeri atau
rasa tidak nyaman abdomen yang berkaitan dengan defekasi atau
perubahan kebiasaan buang air besar setidaknya selama 3 bulan

Epidemiology:
• Prevalensi IBS pada wanita sekitar 1,5-2 kali prevalensi pada laki-laki.
• IBS dapat terjadi pada semua kelompok umur dengan mayoritas pada
usia 20-30 tahun dan cenderung menurun seiring bertambahnya usia.
Kriteria Diagnosis (Rome IV)

Nyeri abdomen berulang paling tidak selama 1 hari dalam satu


minggu pada 3 bulan terakhir dengan 2 atau lebih gejala berikut :

Perbaikan dengan defekasi

Onset terkait dengan perubahan frekuensi buang air


besar

Onset terkait dengan perubahan bentuk atau


tampilan feses
Menurut kriteria Roma IV dan karakteristik feses, IBS dibagi menjadi 3 subkelas:

1. IBS dengan diare (IBS-D)


Feses lembek/cair ≥25% waktu dan
Lebih umum ditemui pada laki-laki Ditemukan pada satu pertiga kasus
feses padat/bergumpal <25% waktu

2. IBS dengan konstipasi (IBS-C)


Feses padat/bergumpal ≥25% dan
Lebih umum ditemui pada wanita Ditemukan pada satu pertiga kasus
feses lembek/cair <25% waktu

3. IBS dengan campuran kebiasaan buang air besar atau pola siklik (IBS-M)
Feses padat/bergumpal dan lembek/cair ≥25% waktu Ditemukan pada satu pertiga kasus

Catatan: 25% waktu adalah 3 minggu dalam 3 bulan


INFLAMMATORY BOWEL DISEASE (IBD)
Characteristic Chron’s Disease Ulcerative Colitis
Segmen involved Any part of GI Colonic mucosa only
Most Common Site Ileocaecal junction (40%), Rectosigmoid (44%)
terminal ileum (35%)
Distribution Discontinous, segmented Continous
Ulceration Deep, with submucosal Fine, superficial
extension
Abdominal Pain, Fever +++ +-
Diarrhea, Rectal Bleeding +- +++
Weight loss, malnourished +++ +-
Abdominal Mass + -
Stricture, Fistule + -
Cancer + ++
DCBE appearance String Sign Lead pipe
Cobble stone appearance, + -
Aphtous and linear ulcer
Pseudopolyps + ++
String Sign
Lead Pipe Colon
Very thin luminal contrast usually in
Rigid, ahaustral appearance of colon
terminal ileum from spasm and
classically seen with chronic
eventually fibrosis seen in mostly
ulcerative colitis
crohn’s disease
The standard for diagnosis of IBD:
endoscopy and biopsy

Endoscopy helps to see if inflammation is


present, where it is located, assess its severity,
and obtain biopsies to confirm the diagnosis.
Endoscopy is also vital for monitoring therapy.
Healing of the lining of the intestine is a sign
that your medication is effective.

Types of Endoscopy:
Colonoscopy, Sigmoidoscopy, Upper
Endoscopy, Capsule Endoscopy
DYSPEPSIA
Rasa tidak nyaman dapat
Definisi (Konsensus Nasional berupa salah satu atau
Dispepsia, PGI 2014) beberapa gejala berikut yaitu:

nyeri epigastrium dan rasa


terbakar di epigastrium
Dispepsia
merupakan rasa rasa penuh setelah makan

tidak nyaman cepat kenyang


yang berasal dari
daerah rasa kembung pada saluran
cerna atas
abdomen
bagian atas. mual, muntah, dan sendawa
Strategi tata laksana adalah memberikan terapi
ALUR MANAJEMEN DYSPEPSIA empirik selama 1-4 minggu sebelum hasil investigasi
awal, yaitu pemeriksaan adanya Hp

Tanda Bahaya Dyspepsia:

penurunan berat badan (unintended)

disfagia progresif

muntah rekuren/persisten

perdarahan saluran cerna

anemia

demam Tidak

Massa daerah abdomen bagian atas


Ya
riwayat keluarga kanker lambung
Ya Tidak
dispepsia awitan baru pada pasien >45 tahun.

Obat yang dipergunakan dapat berupa antasida, antisekresi asam lambung (PPI misalnya omeprazole,
rabeprazole dan lansoprazole dan/atau H2-Receptor Antagonist [H2RA]), prokinetik, dan sitoprotektor
(misalnya rebamipide), di mana pilihan ditentukan berdasarkan dominasi keluhan dan riwayat
pengobatan pasien sebelumnya.
Penggunaan prokinetik seperti
metoklopramid, domperidon, cisaprid,
itoprid dan lain sebagainya dapat
memberikan perbaikan gejala pada beberapa
pasien dengan dispepsia fungsional.

Hal ini terkait dengan perlambatan


pengosongan lambung sebagai salah satu
patofisiologi dispepsia fungsional.

Data penggunaan obat-obatan antidepresan


atau ansiolitik pada pasien dengan dispepsia
fungsional masih terbatas.
HELICOBACTER INFECTION
Metode Diagnosis
H. pylory
Metronidazole can be substituted for amoxicillin in penicillin-allergic individuals
Evaluasi Terapi H. pylori
Pada daerah dengan resistensi klaritromisin tinggi, disarankan untuk melakukan
kultur dan tes resistensi (melalui sampel endoskopi) sebelum memberikan terapi.

Setelah pemberian terapi eradikasi, maka pemeriksaan konfirmasi harus


dilakukan dengan menggunakan UBT atau H. pylori stool antigen monoclonal
test.

Pemeriksaan dapat dilakukan dalam waktu paling tidak dalam 4 minggu setelah
akhir dari terapi yang diberikan.
ULKUS PEPTIKUM
A peptic ulcer is a mucosal
break, 3 mm or greater in
size with depth, that can
involve the stomach or
duodenum.
ULKUS PEPTIKUM
Suatu penyakit yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan faktor protektif dan agresif pada mukosa
lambung dan duodenum.
Faktor Agresif: asam lambung, pepsin,
Faktor Defensif: sekresi mukus, bikarbonat
NSAIDs, h.pylori

Sangat mungkin disertai infeksi Helicobacter pylorii (Ulkus gaster:


70%; Ulkus duodenum: 90%)

Gejala: rasa nyeri/ terbakar pada daerah epigastrium atau hipokondrium yang dapat menyebar
hingga ke punggung.

Ulkus Gaster: pain – food → pain Ulkus Duodenum: pain – food → relieved
Strong realtionships with NSAID use Rarely associated with NSAID use

PS: Klasifikasi di atas tidak selalu menunjukkan adanya pola


anatomis, namun sering digunakan
Terapi Ulkus
Peptikum
Recommendation NSAID Ulcer
GERD
Pengosongan esofagus
terganggu

’Disfungsi’ SEB
Hernia hiatus

Keterlambatan
pengosongan lambung Peningkatan tekanan intraabdomen

Katzka DA, DiMarino AJ. In: The esophagus, second edition, Castell DO (editor).
Little, Brown & Company, Boston, USA. 1995:443–53.
GERD
Definisi:

• suatu gangguan di mana isi lambung mengalami refluks secara berulang ke


dalam esofagus, yang menyebabkan terjadinya gejala dan/atau komplikasi
yang mengganggu.

Gejala Khas
• Heartburn (rasa terbakar di dada yang kadang disertai rasa nyeri dan pedih)
• regurgitasi (rasa asam dan pahit di lidah)
• nyeri epigastrium
• disfagia
• Odinofagia

Dua kelompok pasien GERD


• Pasien dengan esofagitis erosif yang ditandai dengan adanya kerusakan
mukosa esofagus pada pemeriksaan endoskopi (Erosive Esophagitis/ERD)
• Gejala refluks yang mengganggu tanpa adanya kerusakan mukosa
esofagus
pada pemeriksaan endoskopi (Non-Erosive Reflux Disease/NERD)
Dosis inisial PPI adalah dosis tunggal per pagi hari
sebelum makan selama 2 sampai 4 minggu.

Apabila masih ditemukan gejala sesuai GERD (PPI


failure), sebaiknya PPI diberikan secara berkelanjutan
dengan dosis ganda sampai gejala menghilang.

Umumnya terapi dosis ganda dapat diberikan sampai 4-


8 minggu
PPI Test
Tes ini dilakukan dengan
memberikan PPI dosis ganda
selama 1-2 minggu tanpa didahului
dengan pemeriksaan endoskopi.

Jika gejala menghilang dengan


pemberian PPI dan muncul kembali
jika terapi PPI dihentikan, maka
diagnosis GERD dapat ditegakkan.

Dalam sebuah studi metaanalisis, PPI


test dinyatakan memiliki sensitivitas
sebesar 80% dan spesifitas sebesar
74%
Target Terapi GERD
Menghilangkan gejala/keluhan
Menyembuhkan lesi esofagus
Mencegah kekambuhan
Memperbaiki kualitas hidup
Mencegah timbulnya komplikasi.

Perhatian utama ditujukan


GERD
Terapi Non Farmakologi

kepada PPI paling efektif dalam menghilangkan gejala serta


• memodifikasi berat badan berlebih menyembuhkan lesi esofagitis pada GERD.
• meninggikan kepala lebih kurang
15-20 cm pada saat tidur
Faktor-faktor tambahan lain PPI terbukti lebih cepat menyembuhkan lesi esofagitis
serta menghilangkan gejala GERD dibanding golongan
seperti antagonis reseptor H2 dan prokinetik.
• menghentikan merokok dan
minum
alkohol
• mengurangi makanan dan obat- Apabila PPI tidak tersedia, dapat diberikan H2RA
obatan yang merangsang asam
lambung dan menyebabkan refluks
• makan tidak boleh terlalu kenyang
• Makan malam paling lambat 3 jam
sebelum tidur
COMPLICATIONS

1. Stricture
2. Mallory Weiss
tear
3. Barrets
Esophagus

©Bimbel UKDI MANTAP


Tanda dan gejala demam tifoid
Pemeriksaan Penunjang
Antibiotik Pada Demam Tifoid
PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN ATAS

Dari seluruh kasus


perdarahan saluran cerna Di Indonesia penyebab
DEFINISI
sekitar 80% sumber tersering perdarahan
perdarahannya berasal dari

ruptur varises
Kehilangan darah esofagus
gastroesofagus
dari saluran cerna
atas mulai dari
esofagus sampai
dengan duodenum gaster ulkus peptikum
(dengan batas
anatomik di
ligamentum Treitz)
duodenum gastritis erosif
Tindakan umum terhadap pasien
diutamakan untuk ABC.

Stabilkan Hemodinamik
•Pemasangan IV line paling sedikit 2 dengan
jarum(kateter) yang besar minimal no 18. Hal ini
penting untuk keperluan transfusi. Dianjurkan
pemasangan CVP
•Oksigen sungkup/ kanula. Bila ada gangguan A-B
perlu dipasang ETT
• Mencatat intake output, harus dipasang kateter
urine
•Memonitor Tekanan darah, Nadi,saturasi oksigen
dan keadaan lainnya sesuai dengan komorbid yang
ada.

Melakukan bilas lambung agar


mempermudah dalam tindakan
endoskopi

Dalam melaksanakan tindakan


umum ini, terhadap pasien dapat
diberikan terapi
• Transfusi untuk mempertahankan
hematokrit > 25%, Hb > 10 (syarat terapi
endoskopi )
• Pemberian vitamin K (Penyakit hati
kronis)
• Obat penekan sintesa asam lambung
(PPI)
IKTERUS NON FISIOLOGIS
• Awitan terjadi sebelum usia 24 jam TOO EARLY
• Tingkat kenaikan > 5 mg/dl/24 jam
• Tingkat cutoff indirect
TOO HIGH
> 12 mg/dl pada bayi cukup bulan
> 14 mg/dl pada bayi prematur
• Ikterus bertahan 10-14 hari TOO LONG
• Direct bilirubin > 2 mg/dL
• Kramer 4-5
• Tanda-tanda penyakit lain
Complication  bilirubin  bilirubin ensefalopati

Acute

• Lethargy, poor feeding


• Irritability, high-pitched cry
• retrocollis and opisthotonos
• Apnea, seizures, coma

Chronic (Kernicterus)

• choreoathetoid cerebral palsy


• Gaze abnormality
• Auditory disturbances
• Dysplasia of the enamel of the
deciduous teeth
• MRI shows abnormalities of
globus pallidus or the
subthalamic nuclei, or both.

Kernicterus
Conjugated –

- Biliary atresia
- Neonatal hepatic
syndrome
Definisi Inkompatibilit
• Terjadi pada bayi golongan darah A
atau B dengan ibu O
as ABO
• Isoantibodi pada golongan O
merupakan IgG yang dapat
menembus plasenta

Klinis
• Hemolisis signifikan terjadi
<1%
• Jaundice, anemia,
hepatosplenomegaly (jarang)
• Sering muncul 24 jam
pertama
Laboratorium
• Peningkatan retikulosit, eritroblast
• Coombs test direct  newborn
• Coombs test indirect  ibu
Hyperbilirubinemia in breast-fed infants
Breast-feeding Jaundice Breast-milk Jaundice
Onset During the first week of life After the first week of life
(early onset) (late onset)
Etiology Poor caloric intake and/or increased enterohepatic circulation of
dehydration  bilirubin as a result of the presence of
Weight loss >8-10% beta-glucuronidase in human milk and/or
Wet diapers<6x/day by day to the inhibition of the hepatic
3-4 glucuronosyl transferase by a factor such
Stool<4x/day by day 3-4 as free fatty acids in some human milk
Nursing<8x/day
Usual time of 3-6 days 5-15 days
peak
bilirubin
Peak TSB >12 mg/dl >10mg/dl
Incidence 12-13% 2-4%

Temporary interruption of breastfeeding is rarely needed and is not recommended unless


serum bilirubin levels reach 20 mg/dL (340 µmol/L)
Kolestasis
Manifestasi
Bilirubin direk >1mg/dl bila bil.total • Ikterus tidak menghilang usia >3 minggu
<5mg/dl ; atau bilirubin direk >20% (bayi kurang bulan); atau >2 minggu
bila bil.total >5mg/dl (bayi cukup bulan)
• Urin berwarna lebih gelap
• Tinja pucat atau warna dempul (acholik)

Intrahepatik Ekstrahepatik
• Peningkatan • Peningkatan
SGOT/SGPT >10 kali, SGOT/SGPT <5 kali,
dengan dengan peningkatan
peningkatan gamma GT >5 kali
gamma GT <5 kali • Penyebab tersering :
• Penyebab : proses atresia bilier
infeksi hepatoseluler,
kelainan
metabolik/endokrin
Jenis
• Fetal embryonic/Syndromic (10-35%)
• Post/Peri-natal/Non syndromic (65-90%)

Penunjang
• USG 2 fase
• Kolangiografi

Treatment
• Prosedur Kasai sebelum usia 8 minggu
GALL BLADDER DISORDER
CHOLELITHIASIS DAN CHOLECYSTITIS
Gallstone:
Consist of Pigment
stone/ cholesterol
stone/mixed
stone
Symptoms and signs:

• Demam
• Kolik perut di sebelah kanan atas atau epigastrium dan
teralihkan ke bawah angulus scapula dekstra, bahu kanan atau
yang ke sisi kiri, kadang meniru nyeri angina pektoris,
berlangsung 30-60 menit tanpa peredaan, berbeda dengan
kolik bilier.
• Serangan muncul setelah konsumsi makanan besar atau
makanan berlemak di malam hari.
• Flatulens dan mual
• Ikterik
• Teraba massa kandung empedu
• Tanda Murphy positif (nyeri apabila gallbladder
inflamasi),
suggestive untuk CHOLECYSTITIS
Diagnostic Imaging

• USG
• CT Scan
• Hepatobiliary scintigraphy
• Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP)

Complications:

• Perforasi, peritonitis , sepsis

Treatment:
• Tirah baring, Puasa, Pemasangan infus, Pemberian anti nyeri dan
anti mual, Pemberian antibiotik:
• Surgical: Laparoscopic cholecystectomy, ERCP
CHOLANGITIS
DD RUQ PAIN
Parameter Kolelitiasis Koledokolitiasis Kolesistitis Kolangitis
Nyeri Kolik + + +/- +/-
Nyeri Tekan - - + +
Demam - - + (low grade) + (high grade)
Ikterus - ++ +/- ++
HEPATITIS

Hepatitis Penularan Sifat Prevention

A Fecal-Oral Akut Pre/post Exposure immunization

B Darah/Cairan Tubuh Akut/Kronik Pre/post Exposure immunization

C Darah/Cairan Tubuh Kronik Blood donor screening,


Risk Behaviour Modification
D Darah/Cairan Tubuh Akut/kronik Pre/post Exposure immunization,
Risk Behaviour Modification
E Fecal-Oral Akut Ensure safe drinking water
INFEKSI VIRUS HEPATOTROPIK
Kronis

Bisa asimptomatis, maupun simptomatis pada hepatitis kronik aktif, seperti


anorexia, berat badan turun, hepatomegali, tes fungsu hati meningkat.

Akut

Prodromal Ikterik Sembuh

• Demam • Sklera kuning


• Mual/muntah • BAK gelap
• Nyeri perut
• Nafsu makan
berkurang
HEPATITIS A
TRANSMISSIO
HEPATITIS B
N
Clinical Course Hepatitis B
Reference Range for Hepatitis B Serology

HBsAg:
• <1 s/c : Negative
• 1-5 s/c: Indeterminate
• >5 s/c: Positive

Anti HBs
• <5 mIU: Negative:
• 5-12 mIU: indeterminate
• >12 mIU: Positive (Protective Level)
*Window period in Hep B infection : the period that elapses during HBsAg to HBsAb seroconversion
WINDOW PERIOD
PERJALANAN ALAMIAH HEPATITIS B KRONIK
(EASL, 2012)
Fase Immune Tolerant
• HBeAg (+), tingkat replikasi virus Hepatitis B tinggi, sehingga HBV DNA serum tinggi, AST rendah (nekro
inflaasi hepar rendah, progresifitas fibrosis rendah)
Fase Immune Reactive HBeAg-positive
• Kadar AST fluktuatif, nekroinflamasi hati sedang sampai berat, progresifitas fibrosis yang cepat
• Berlangsung beberapa tahun setelah fase pertama dan diakhiri dengan seroconversi HBeAg

Fase Inactive HBV carrier state


• Dapat diikuti dengan seroconversi HBeAG menjadi anti-Hbe, titer HBV rendah (<20.000IU/ml), kadar AST
normal
HBeAg-negative hepatitis B kronik
• Dapat diikuti dengan seroconversi HBeAg menjadi anti Hbe selama fase immune reactive atau muncul
beberapa tahun setelah fase inactive carrier state. Kadang sulit membedakan inactive carrier state dengan
active HbeAg negative
• Kondisi dimana adanya reaaktivasi, ditunjukkan dengan peningkatan HBV DNA dan kadar ALT →
immune
escape

Fase HbsAg negative (Occult Infection)


• Setelah HbsAg hilang dan tingkat replikasi HBV rendah
• Menunjukkan penyembuhan, resiko rendah untuk berkembang menjadi sirosis dan/ KHS
ALGORITMA PENATALAKSANAAN HEPATITIS B
HBsAg Positif

Note: Tidak indikasi terapi pantau tiap 3 bulan bila HBeAg positif dan tiap 6 bulan bila HBeAg negatif.
Selama terapi, pemeriksaan DNA VHB, HBeAg, anti HBe, dan ALT setiap 3-6 bulan, → diakhir periksa HBsAg (-)→ cek Anti HBs
Vaksinasi Hepatitis B
PANKREATITIS AKUT

Terjadinya pankreatitis akut diawali karena


adanya jejas di sel asini pankreas akibat

(2) stimulasi hormon


(3) iskemia (misalnya pada
kolesistokinin (CCK)
pankreatitis akut pasca
(1) obstruksi duktus sehingga akan mengaktivasi
prosedur endoscopic
pankreatikus (terutama enzim peankreas (misalnya
retrograde
oleh migrasi batu empedu) karena pengaruh
cholangiopancreatography
hipertrigliseridemia dan
alkohol) (ERCP) atau aterosklerosis
Menurut Klasifikasi Atlanta (2012), diagnosis pankreatitis akut
tegak apabila memenuhi 2 dari 3 kriteria
Nyeri perut bagian atas

Peningkatan amilase atau lipase lebih dari tiga kali nilai batas normal

Hasil pemeriksaan imaging (USG/CT scan atau MRI).

Amylase Lipase Amylase or Lipase


• Amylase rises within 6- • Lipase rises within 4-8 hours • Given recent developments
hours and normalizes in 24 and stays elevated for 8-14 that have made lipase widely
days. 3-7 days. available and its superior test
• Traditionally, amylase • Lipase remains elevated longer characteristics, lipase is now
recommended as was and is at least as sensitive and the laboratory measurement
diagnostic test of choice
the more specific than amylase. of choice for the diagnosis of
because it was cheaper and • Lipase levels of greater than acute pancreatitis, and there is
more widely available than five times the upper limit of little additional benefit from
lipase. normal have 100% specificity also obtaining a serum amylase
for the diagnosis of acute level.
pancreatitis. • The degree of elevation of
serum lipase or amylase at
admission does not predict
severity of disease
Rare sign (<1%)
SIROSIS HEPAR

Suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang
berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan
nodulus regeneratif

Terjadi akibat nekrosis hepatoselular

Most Common Causes:


Alcohol (60-70%)
Biliary obstruction (5-10%), Chronic Hepatitis B or C
TEMUAN LAB

SGOT dan SGPT meningkat tapi tak begitu


tinggi (SGOT >> SGPT)

Alkali phosphatase meningkat sampai 2-3 kali


batas normal atas

Bilirubin direk ↑↑ ,Bilirubin indirek ↑

Albumin Menurun, Globulin Meningkat

Prothrombin time memanjang

Na+ serum menurun

Anemia, Thrombositopenia,
Leukopenia →
Pansitopenia
PEMERIKSAAN USG
Menilai sudut hati, permukaan
hati, ukuran, homogenitas,
massa, ascites, splenomegali,
thrombosis vena porta,
pelebaran vena portal

Pada sirosis lanjut:


• Hati mengecil dan nodular
• Permukaan irregular
• Echogenitas parenkim hati meningkat
PORTAL HYPERTENSIVE GASTROPATHY (PHG)
Primary Prevention
• Non selective Beta-blocker:
propanolol, nadolol
• Variceal Endoscopic Band Ligation

Variceal Bleeding Treatment:


• Vasoactive agents: Somatostatin,
Octreotide – somastatin analogue
• Endoscopic Variceal Treatment
(Sclerotherapy, Variceal Band
Ligation)
• TIPS (Transjugular Intrahepatic
Portosystemic Shunt)
• Surgery (Splenorenal Shunting)
INVASIVE TERAPI
Multifactorial Hypothesis of
HEPATIC ENCEPHALOPATHY
ASCITES
HEPATOCELLULAR CARCINOMA (HCC)

Biomarker: Alfa-fetoprotein (AFP) >100ng/L → treat as HCC


CARCINOMA OF THE PANCREAS
70% → carcinomas in the head
of
pancreas
Jaundice and epigastric pain

May compress duodenum and


produce obstructive symptoms

May invade the stomach and


producing hematemesis

Common bile duct obstruction →


cholangitis, jaundice
Biomarker CA 19-9
Courvoisier's law (Courvoisier-Terrier's sign)

States that in the presence of a


palpably enlarged gallbladder which
is nontender and accompanied with
mild painless jaundice, the cause is
unlikely to be gallstones.

This sign implicates possible


malignancy of the gallbladder or
pancreas and the swelling is unlikely
due to gallstones.
LIVER ABSCESS
ETIOLOGI
(PLA)

ALP, WBC meningkat

(ALA)
CLINICAL PRESENTATION
Parameter Pyogenic Liver Abscess Amebic Liver Abscess

Number Often Multiple Usually Single (solitary lesion)


Location Either lobe of liver (majority right Usually right hepatic lobe, near
lobe ~75%) the diaphragma
Presentation Subacute to chronic Acute (painfull hepatomegaly)
History may be ascending infection of 20% have a past history
biliary up to 50%, portal, arterial, dysentery, 10% dysentery at the
or traumatic origin time of dx
Jaundice Hyperbilirubinemia ( with or Moderate
without jaundice)
Diagnosis USG or CT + Aspiration Cluster USG/CT & amebic serology (Titre
sign on CT scan ≥ 0,5)

Treatment Drainage + Antibiotics IV Metronidazole/Tinidazole

• Fever, RUQ pain, tenderness with hepatomegaly may cause pleuritic pain
• Ludwig Sign : menekan sela iga ke-6 setentang linea axilaris anterior
PARASITOL
OGI

PROTOZOA HELMINTH
Disentri (Bloody Diarrhea) Diare dengan darah
(+)
Disentri basiler
• Kausa: Shigella dysenteriae (bakteri gram negatif) Disenti amoeba
• Transmisi = makanan /air yang terkontaminasi, • Kausa : Entamoeba hystolitica (parasit)
fecal- • Transmisi = makanan / air yang terkontaminasi,
• ora • fecal-oral
• Inkubasi cepat (1-7 hari)
• Onset subakut (1-3 minggu)
• Gejala konstitusional (+) → demam tinggi,
• Gejala konstitusional (-) → demam (8-38%)
anoreksia, malaise
• Gejala :
• Gejala
• Diare awalnya watery → darah (+) lendir (+) • Diare lendir (+) darah (+)
• Frekuensi 8-10 kali/hari, namun bisa 100 • Frekuensi lebih sedikit dibanding
kali/hari disentri basiler (<10 kali/hari)
• Nyeri perut (+) • Nyeri perut (+) hebat (kolik)
• Muntah (+) • Diagnosis = Mikroskopik feses, deteksi
• Demam tinggi (39,5-40 0C) antigen,
• Tenesmus (+) • Serologi amoeba
• Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai • Antiparasit = Metronidazole 3x500-750 mg,
ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, 5-10 hari)
kaku kuduk, halusinasi)
• Diagnosis = kultur feses
• Antibiotik = Ciprofloxacin 2x500 mg (5 hari),
• Cotrimoxazole ( 2x960 mg, 5-7 hari)
Entamoeba histolytica (Amebiasis)


Infective stage

Cyst dari
Entamoeba
histolytica,
ukuran 5-20 ㎛
. Badan
kromatoid
tampak seperti
massa tebal
berbentuk
batang / cerutu.
Parasit intesti nal→ Eosinophilia → Kristal
Charcot Leyden (tampak padpemeriksaan mikroskopik
feses)
Abses Hepar
Amebik

Manifestasi
ekstraintestinal
tersering dari
Amebiasis

• Onset 8-20 minggu, terdapat riwayat disentri amoeba (+) pada beberapa kasus
• Demam, nyeri kuadran kanan atas (kadang meluas ke epigastrium, dada kanan, bahu
kanan), batuk, keringat dingin, malaise, penurunan BB, anoreksia, cegukan
• Px fisik = Hepatomegali, nyeri tekan hepar, fluktuasi (+), jaundice (<10 %)
• Lab = Leukositosis, ↑↑ enzim liver dan ALP, seramobea (+); Imaging = USG, CT-SCAN
• Terapi = Metronidazole 3x500-750 mg (7-10 hari)
Infeksi
Cacing
Tremato
da

HELMIN
TH

Nemat Cesto
oda da
Trematoda

• Telur punya SPINA TERMINALIS / LATERAL “KNOB”


→ Schistosoma

Schistosomiasis / Bilharziasis

Blood flukes

“Triple S”:
• Schistosoma
• Spina terminalis
(knob)
• Serkaria

Schistosoma
Schistosoma Schistosoma
haematobium egg
mansoni egg japonicum egg
Prevalensi di Afrika utara, sub-
Prevalensi di sub-Saharan Hanya di Asia, terutama
Saharan Africa, Timur Tengah,
Africa, China, Filipina,
India
Timur Tengah, Amerika Thailand, Indonesia
Schistosomiasis / Bilharziasis

(Lembaga Ilmu Pengetahuan


Indonesia)
Enterobius vermicularis / Oxyuris vermicularis –

Siklus Hidup
Ascaris lumbricoides – Siklus
Hidup
Hookworm – Siklus Hidup
Cutaneous Larva Migrans
(CLM) / Creeping eruption
•Infeksi dan migrasi intradermal
dari larva
hookworm
•Etiologi → Larva filariform
dari Ancylostoma braziliense
atau Ancylostoma caninum
(keduanya bukan parasit alami
pada manusia)
•Faktor risiko → kontak dengan
pasri yang terkontaminasi
•Klinis → papul eritema dan
berkelok- kelok (serpiginosa) yang
GATAL
•Terapi
–Albendazole 1x400 mg (3
hari) atau
–Ivermectin (200
mcg/kg/hari, qD, 1-2 hari)
Cestoda : Proglottid & Scolex
Hymenolepis nana

• Telur bulat, 6 kait &


filamen polar
• Telur = infektif &
diagnostik
Taenia Saginata & Taenia Solium
Taenia solium VS Taenia saginata
Taenia VS Taenia
solium saginata

Segmen
Proglottid

Segmen

Proglottid
gravid
gravid →
5-10 cabang → 15-30
uterus cabang
uterus
Scolex

Scolex
Rostellum Rostellum
(+) (-)
Neurosistiserkosis – Taenia solium

Nonenhanced (left) and


enhanced (right) CT scans on
neurocysticercosis
Tremat
oda
• Praziquantel (10 mg/kg, dosis tunggal)
Nematoda
Enterobius Pyrantel pamoate Mebendazole Albendazole
vermicularis (10 mg/kg, maks 1 (500 mg, dosis (400 mg, dosis
g, dosis tunggal) tunggal) tunggal)
Trichuris trichiura Mebendazole Albendazole
(2x100 mg, 3 hari (400 mg dosis
atau 600 mg dosis tunggal)
tunggal)
Ascaris Albendazole Mebendazole Pyrantel
lumbricoides (400 mg, dosis (2x100 mg, 3 hari) pamoate (hamil)
tunggal) (10 mg/kg, maks
1 g, dosis
tunggal)

Ancylostoma Albendazole Mebendazole Pyrantel


duodenale (400 mg, dosis (2x100 mg, 3 hari) pamoate
tunggal) (10 mg/kg,
Cestoda maks 1 g,
dosis
• Albendazole (2x400 mg, 8-30 hari): obat pilihan untuk infeksi tunggal)
cestode yang berpotensi fatal (neurosistiserkosis – Taenia solium)
• Praziquantel (10 mg/kg, dosis tunggal) : obat pilihan untuk
Filariasis
• Etiologi : Wuchereria bancrofti, Brugia
malayi, Brugia timori
• Vektor: Nyamuk culex, anopheles, etc
• Manifestasi Klinis :
• Akut = adenolimfangitis akut (demam
+ limfadenopati yang nyeri), demam
filarial (tanpa limfangitis /
limfadenopati)
• Kronik = limfedema (akibat kerusakan
dan obstruksi pembuluh limfatik oleh
cacing dewasa) → elephantiasis
Bancroftian filariasis → sering menyebabkan
gangguan limfatik di genital

Edema skrotum Chylu Elephanti


(hydrocele) asis
Nama spesies Vektor (nyamuk) Karakteristik
Wuchereria Culex (kota) - Terbungkus selaput hialin
bancrofti Anopheles/Aedes - Nukleus tubuh tersebar merata dan
(desa) teratur
- Cephalic space (panjang:lebar = 1:1)
- Nukleus tidak mencapai ujung
posterior, nukleus terminal (-)

Brugia malayi Ma - Nukleus tubuh padat, tidak tersebar


nso merata,
nia seolah-olah bertumpuk
An - Cephalic space (panjang:lebar = 2:1)
oph - Nukleus terminal (+) = 2 terpisah
ele
s
Brugia timori Anopheles - Nukleus tubuh padat, tidak tersebar
merata,
seolah-olah bertumpuk
- Cephalic space (panjang:lebar = 3:1)
- Nukleus terminal (+) = 2 terpisah

Panah merah → nukleus terminal; Panah kuning


Filariasis
Diagnosis
• Ditemukannya mikrofilaria dalam darah pada
malam hari (22.00-02.00) →
Giemsa stain (MDT)

Terapi
• Dietilcarbamazin (DEC) 3 x 6 mg/kgBB/kali (12 hari) → makrofilarisida &
mikrofilarisida.
• Mengeradikasi mikrofilaria dan cacing dewasa, tetapi tidak dapat
menyembuhkan
perubahan anatomi pada elephantiasis
• Pembedahan → aspirasi hidrokele, limfangioplasti, prosedur
jembatan limfe, eksisi radikal dan graft kulit, bedah mikrolimfatik
Profilaksis
• DEC 6 mg/kgBB SINGLE DOSE dan Albendazole 400 mg SINGLE DOSE
per tahun
• ATAU
• Ivermectin 150-200 mcg/kg SINGLE DOSE dan
Albendazole 400 mg SINGLE DOSE per tahun
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai