Anda di halaman 1dari 13

Pendidikan Profesi Dokter Hewan

Classical Swine Fever


Oleh :
2109611012 Doni Damara

Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Udayana
2021
Latar Belakang

Jumlah populasi ternak babi di Bali sangat tinggi


Tingkat konsumsi daging babi di Bali tinggi
Manajemen kesehatan ternak
Penyakit Hewan Menular Strategis
Rumusan Masalah

01 Bagaimana Perkembangan kasus


Classical Swine Fever di bali?
02 Bagaimana penanggulangan Classical
Swine Fever di Bali?
Classical Swine Fever

 Disebabkan oleh : Pestivirus


 Gejalas Klinis :
• demam tinggi, kelesuan, penurunan nafsu makan dan konjungtivitis
• Pada akhir perjalanan penyakit babi menunjukkan gejala eritema (di
telinga, moncong, abdomen, dan paha sebelah dalam), ataksia dan
paresis, kejang-kejang, dan kematian dalam waktu 5-15 hari setelah gejala
klinik mulai tampak.
• Gejala postmortem sering terlihat: limpa dengan bintik-bintik merah, usus
mengalami peradangan dan merah; dan kulit menlami perubahan warna
menjadi merah dan meluas
 Diagnosis : Diagnosa HC dapat didasarkan pada data epidemiologi, gejala klinis,
patologis anatomis dan histopatologis. Identifi kasi virus dapat dilakukan dengan
Flourescent antibody technique (FAT), Agar gel precipitation test (AGPT), Complement
fi xation test (CFT), Hemagglutination inhibition (HI), capture ELISA dan polymerase
chain reaction (PCR).
 Pencegahan : Pengendalian penyakit yang dapat dilakukan yaitu dengan proteksi
wilayah peternakan yang terkena penyakit. Melakukan eliminasi atau stamping out
pada ternak babi, kemudian wilayah perkandangan diistirahatkan dengan melakukan
desinfeksi. Pencegahan terhadap penularan virus Hog Cholera dalap dilakukan dengan
melakukan repopulasi ternak sehat; biosekuriti
 Pengobatan : Belum ada obat untuk penyakit ini, sangat dianjurkan melakukan
vaksinasi dengan menggunakan vaksin aktif yang sudah diatenuasi. Vaksinasi hanya
boleh dilakukan terhadap ternak babi yang sehat. Pengobatan dengan pemberian
antibiotika dan vitamin diberikan terhadap ternak babi yang menujukan gejala
terinfeksi oleh penyakit infeksius
Materi & Metode
Metodologi Kepustakaan
metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah
bahan penelitian yang bersumber dari jurnal, buku, internet dan lain-lain

Analisis Data
Morbiditas =
 
Mortalitas =

Lokasi dan Waktu


Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali
yang dilakukan pada tanggal 29 September – 8
Oktober 2021.
Hasil

Populasi babi di bali tahun 2015-2019 Kasus dan Kematian tahun 2015-2019
No Tahun Jumlah No Tahun Kasus Mati
1 2019 669.565 1 2019 34 0
2 2018 762.409
2 2018 185 18
3 2017 682.386
4 2016 803.517 3 2017 185 185
5 2015 794.936 4 2016 304 213
5 2015 375 242
Grafik Populasi dan Kasus Kematian
Tahun Chart Title
900000 400
800000 350
700000 300
600000
250
500000
200
400000
300000 150
200000 100
100000 50
0 0
2015 2016 2017 2018 2019
2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
Kasus Kematian
Grafik Morbiditas dan Mortalitas

Chart Title
120

100

80

60

40

20

0
2015 2016 2017 2018 2019

Morbiditas Mortalitas
Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Ketahanan


Pangan Provinsi Bali menunukkan kejadian kasus Hog Cholera
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Dalam periode tahun 2015-
2019 dilaporkan kasus tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebanyak 375
ekor dan kasus terendah terjadi pada tahun 2019 sebanyak 34
ekor.Dilihat dari jumlah kasus Hog Cholera yang terjadi selama tahun
2015-2019 yang mengalami penurunan menuunjukkan bahwa
pengendalian penyakit Hog Cholera di Bali semakin baik. Hal tersbut
menunjukkan bahwa manajemen pemeliharan babi di Bali sudah
semakin bagus.
Pembahasan

Pengendalian penyakit yang dapat dilakukan yaitu dengan proteksi


wilayah peternakan yang terkena penyakit. Melakukan vaksinasi secara
menyeluruh pada suatu wilayah, Vaksinasi hanya boleh dilakukan
terhadap ternak babi yang sehat. Pengobatan dengan pemberian
antibiotika dan vitamin diberikan terhadap ternak babi yang
menujukan gejala terinfeksi oleh penyakit infeksius .Melakukan
eliminasi atau stamping out pada ternak babi, kemudian wilayah
perkandangan diistirahatkan dengan melakukan desinfeksi. Pencegahan
terhadap penularan virus Hog Cholera dalap dilakukan dengan
melakukan repopulasi ternak sehat dan biosekuriti
Kesimpulan dan Saran
 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Provinsi Bali dari tahun 2015-2019 cenderung mengalami penurunan. Kejadian
kasus Hog Cholera tertinggi pada tahun 2015 sebanyak 375 ekor dengan
kematian babi sebanyak 242 ekor. Sedangkan kasus terendah pada tahun 2019
dengan kasus sebanyak 34 ekor dan tidak ada kasus kematian. Tingkat
mortalitas tertinggi pada kasus Hog Cholera pada tahun 2017 yaitu 100%.
 Saran
Diharapkan akses data mengenai setiap kasus PHMS di Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Provinsi Bali lebih mudah didapatkan dan selalu diperbarui
setiap tahunnya. Sehingga dapat mempermudah masyarakat yang ingin
mendapatkan informasi mengenai kejadian kasus penyakit PHMS salah satunya
yaitu Hog Cholera.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai