Kelainan Bawaan - Kelas 2A
Kelainan Bawaan - Kelas 2A
NEONATUS, BAYI
DENGAN KELAINAN
BAWAAN
Oleh Kelas 2A
Contents of this template
1. LABIOSCHISIS
2. LABIOSPALATOSICHIS
3. ATRESIA ESOFAGHUS
4. ATRESIA DOUDENUM
5. ATRESIA ANI
6. HISPRUNG
1
LABIOSCHISIS
1. Pengertian
Labio = bibir, Schisis = celah / belahan
Labioschisis adalah celah congenital pada
lateral bibir atas. Teori sekarang: tidak
terbentuk ectoderm di tempat tersebut
sehingga ectoderm dan endoderm diserap. Jadi
sudah bersatu tapi tidak kuat sehingga pecah
lagi.
Adapun berapa pembagian labioschisis
adalah sebagai berikut: Labioschisis unilateral /
bilateral:
- Inkomplet (hanya kena bibir)
- Komplet (bibir, lantai hidung dan prosesus
alveolaris)
Gambar Bayi Labiosichis
Capitalization Comma
01 Rules
Here you could
describe the topic of
this section
02 Rules
Here you could
describe the topic of
this section
03 04
Spelling with Dialogue
Suffixes Rules
Here you could Reference
Here you could
describe the topic of describe the topic of
this section this section
2. Penyebab Labiochisis
1. 2.
Mempertahankan Pemberian nutrisi
jalan nafas agar yang cukup dan
tetap terbuka hati-hati dengan
pipet, pakai
pompa susu, 4.
3. sendok, dll Memberikan
Perawatan dukungan
dokter gigi emosional pada
orang tua
Lanjutan
5. Tindakan operasi :
2. Aspirasi
komplikasi
1. Masalah makan (kurang gizi); Dialami pada penderita bibir
sumbing dan jika diikuti dengan celah palatum memerlukan
penanganan khusus seperti titik khusus, posisi makan yang
benar dan juga kesabaran memberi makan pada bayi dengan
bibir sumbing.
2. telinga telinga; Dikarenakan tidak bekerja dengan bai saluran
yang menghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan
jika tidak segera diatasi maka akan kehilangan pendengaran
3. berbicara ; Otot – otot untuk berbicara mengalami penurunan
fungsi karena adanya celah.Hal ini dapat mengganggu pola
berbicara bahkan dapat menghambatnya.
4. Masalah gigi ; Pada celah bibir, gigi tidak tumbuh normal atau
bahkan tidak tumbuh sehingga perlu perawatan dan penanganan
khusus.
Klasifikasi
1. Berdasarkan organ yang terlibat :
a. Celah bibir (labioskizis)
b. Celah di gusi (gnatoskizis)
c. Celah dilangit (Palatoskizis)
d. Celah dapat terjadi lebih dari
satu organ misalnya terjadi di
bibir dan langit – langit
(labiopalatoskizis).
Berdasarkan/tidaknya celah terbentuk
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan
hingga yang berat, beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui
adalah :
● Neonates tidak dapat menelan dan akan mengeluarkan banyak sekali air liur
atau saliva. Aspirasi dari saliva atau air susu dapat menyebabkan aspirasi
pneumonia.
● Diketahui bahwa bagian esophagus distal tidak menghasilkan peristaltic dan
ini bisa menyebabkan disfagia setelah perbaikan esophagus dan dapat
menimbulkan reflux gastroesofageal.
● Trakea juga dipengaruhi akibat gangguan terbentuknya atresia esophagus.
Trakea abnormal, terdiri dari berkurangnya tulang rawan trakea dan
bertambahnya ukuran otot tranversal pada posterior trakea. Dinding trakea
lemah sehingga mengganggu kemampuan bayi untuk batuk yang akan
mengarah pada munculnya pneumonia yang bisa berulang-ulang.
● diberikan makanana atupun air susu dan ini akan menyebabkan pernapasan
yang tidak efektif, hipoksia atau bahkan bisa menjadi apneo.
6. Klasifikasi
a. Kalasia
Chalasia ialah keadaan bagian bawah esophagus yang tidak
dapat menutup secara baik, sehingga menyebabkan
regurgitasi, terutama kalau bayi dibaringkan.
b. Akalasia
Ialah kebalikan chalasia yaitu bagian akhir esophagus tidak
membuka secara baik, sehingga keadaan seperti stenosis
atau atresia
c. Classification System Gross
7. Komplikasi
Antenatal
Diagnosis klnis
Diagnosis Anatomis
Pemeriksaan Laboratorium
9. Penatalaksanaan
a. Tindakan Sebelum Operasi
1) Cairan intravena mengandung glukasa untuk kebutuhan
nutrisi bayi.
2) Pemberian antibiotic broad-spectrum secara intra vena.
3) Suhu bayi dijaga agar selalu hangat dengan menggunakan
incubator, spine dengan posisi fowler, kepala diangkat
sekitar 45o.
4) NGT dimasukkan secara oral dann dilakukan suction
rutin.
5) Monitor vital signs.
Next
■ kesulitan menelan.
3. Intervensi Keperawatan
a. Intervensi terapeutik
b. Intervensi pembedahan
c. Intervensi Nutrisi kurang dari kebutuhan
d. Intervensi Bersihan jalan napas tidak efektif
e. Kesulitan menelan
4. Evaluasi Keperwatan
Pada tahap ini perawat menkaji kembali hal-hal
perhan dilakukan, berdasarkan pada criteria hasil
yang telah ditetapkan. Apabila masih terdapat
masalah – masalah klien yang belum teratasi,
perawat hendaknya menkaji kembali hal –hal yang
berkenaan dengan masalah tersebut dan kembali
melakukan intrvensi keperawatan.
4
Atresia Duodenum
Apa itu Atresia Duodenum?
Suatu kondisi dimana
duodenum ( bagian pertama
dari usus halus ) tidak
berkembang dengan baik,
sehingga tidak berupa
saluran terbuka dari
lambung yang tidak
memungkinkan perjalanan
makanan dari lambung ke
usus.
ETIOLOGI
01 02 03
Gangguan pada awal Gangguan Banyak terjadi
masa kehamilan pembuluh darah pada bayi
( minggu ke 4 dan ke 5 ) premature
PATOFISIOLOGI
Gangguan perkembangan duodenum terjadi akibat proliferasi
endodermal yang tidak adekuat atau kegagalan rekanalisasi
pita padat ephitelial ( kegagalan proses vakuolisasi ).
Banyak peneliti telah menunjukan bahwa epitel duodenum
berpoliferasi dalam usia kehamilan 30-60 hari lalu akan
terhubung ke lumen duodenal secara sempurna.
Pembengkakan Tidak
abdomen pada memproduksi
bagian atas urine setelah BAK
Tipe Tinggi