Anda di halaman 1dari 70

KONSEP DASAR

NEONATUS, BAYI
DENGAN KELAINAN
BAWAAN

Oleh Kelas 2A
Contents of this template
 1. LABIOSCHISIS
 2. LABIOSPALATOSICHIS
 3. ATRESIA ESOFAGHUS
 4. ATRESIA DOUDENUM
 5. ATRESIA ANI
 6. HISPRUNG
1
LABIOSCHISIS
1. Pengertian
Labio = bibir, Schisis = celah / belahan
Labioschisis adalah celah congenital pada
lateral bibir atas. Teori sekarang: tidak
terbentuk ectoderm di tempat tersebut
sehingga ectoderm dan endoderm diserap. Jadi
sudah bersatu tapi tidak kuat sehingga pecah
lagi.
Adapun berapa pembagian labioschisis
adalah sebagai berikut: Labioschisis unilateral /
bilateral:
- Inkomplet (hanya kena bibir)
- Komplet (bibir, lantai hidung dan prosesus
alveolaris)
Gambar Bayi Labiosichis

Capitalization Comma

01 Rules
Here you could
describe the topic of
this section
02 Rules
Here you could
describe the topic of
this section

03 04
Spelling with Dialogue
Suffixes Rules
Here you could Reference
Here you could
describe the topic of describe the topic of
this section this section
2. Penyebab Labiochisis

Beberapa penyebab labioschisis adalah


herediter (mutasi gen, kelainan kromosom),
faktor lingkungan, faktor usia ibu, obat-
obatan, nutrisi, daya pembentukan embrio
yang menurun, penyakit
infeksi,radiasi,stres emosional,trauma,
terutama pada kehamilan trimester
pertama.
3. Tanda-tanda Labioschisis

1. Celah pada bibir

2. Gangguan gizi : susah menyusui

3. Gigi tumbuh tak normal : menonjol

4. Sering disertai infeksi mulut


4. Penatalaksanaan Labioschisis

1. 2.
Mempertahankan Pemberian nutrisi
jalan nafas agar yang cukup dan
tetap terbuka hati-hati dengan
pipet, pakai
pompa susu, 4.
3. sendok, dll Memberikan
Perawatan dukungan
dokter gigi emosional pada
orang tua
Lanjutan
5. Tindakan operasi :

a) Labioplasty untuk labio schisis unilateral b) Labioplasti untuk penanganan


labioschisis bilateral

c) Rhinoplasty supaya lubang hidung simetris d) Osteotomi


kiri kanan Maksila
2
LABIOPALATOSCHISIS
Palatoskizis (cleft lift and clift palate)
adalah kelainan kongenital sumbing
akibat kegagalan fusi palatum pada garis
tengah dan kegagalan fusi dengan
septum nasi.

B. Etiologi Semua janin punya celah di


bibir dan langit-langit selama awal
kehamilan. Dalam perkembangan janin
normal, lubang iniselama kehamilan dan
umumnya penyebab kelainan kongenital
tidak diketahui dengan jelas.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
bibir sumbing antara lain :

1. Faktor genetik atau keturunan : dimana materi genetik dalam


kromosom yang mempengaruhi. Dapat terjadi karena adanya mutasi
gen atau kelainan kromosom
2. Kurangnya nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C dan
asam folat.
3. Radiasi
4. Terjadinya trauma pada kehamilan trimester pertama
5. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti
infelsi rubella dan sifillis, toksoplasmosis dan klamidia
6. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi
hormonal, akibat toksisitas selama kehamilan, misalnya alkohol .
Tanda dan Gejala
1. Pemisahan bibir 2. Pemisahan langit-langit
3. Pemisahan langit-langit dan bibir
Masalah yang mungkin terjadi :

1. Sulit makan atau minum

2. Aspirasi
komplikasi
1. Masalah makan (kurang gizi); Dialami pada penderita bibir
sumbing dan jika diikuti dengan celah palatum memerlukan
penanganan khusus seperti titik khusus, posisi makan yang
benar dan juga kesabaran memberi makan pada bayi dengan
bibir sumbing.
2. telinga telinga; Dikarenakan tidak bekerja dengan bai saluran
yang menghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan
jika tidak segera diatasi maka akan kehilangan pendengaran
3. berbicara ; Otot – otot untuk berbicara mengalami penurunan
fungsi karena adanya celah.Hal ini dapat mengganggu pola
berbicara bahkan dapat menghambatnya.
4. Masalah gigi ; Pada celah bibir, gigi tidak tumbuh normal atau
bahkan tidak tumbuh sehingga perlu perawatan dan penanganan
khusus.
Klasifikasi
1. Berdasarkan organ yang terlibat :
a. Celah bibir (labioskizis)
b. Celah di gusi (gnatoskizis)
c. Celah dilangit (Palatoskizis)
d. Celah dapat terjadi lebih dari
satu organ misalnya terjadi di
bibir dan langit – langit
(labiopalatoskizis).
Berdasarkan/tidaknya celah terbentuk
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan
hingga yang berat, beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui
adalah :

A. Unilateral Iincomplete: Jika celah sumbing terjadi hanya di


salah satu bibir dan tidak memanjang ke hidung

B. Unilateral Complete: Jika celah sumbing yang terjadi hanya di


salah satu sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung

C. Bilateral Complete: Jika celah sumbing terjadi dikedua sisi


bibir dan memanjang hingga ke hidung.
3
ATRESIA ESOFAGUS
1. Defenisi menurut ahli,,,
● Atresia esofagus merupakan kelainan
kongenital yang mengakibatkan gangguan
kontinuitas esophagus dengan atau tanpa
hubungan persisten dengan trakea (Whaley
& Wong, 2010).

   Atresia Esophagus adalah kealinan


kontinuitas lumen esophagus dimana
bagian distal esophagus sampai kardia
tidak mau membuka sehingga mengganggu
aliran makanan (Sudaryat, 2005).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifisis baik bersifat total ataupun
parsial yang umumnya disebabkan oleh tekanan
yang berlebihan.Kekuatan dan sudut pandang dari
tenaga tersebut, keadaan tulang dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakah
fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap
2. Etiologi Faktor obat => obat yang dapat
menimbulkan kelainan kongenital yaitu thali
domine .
Faktor radiasi & Faktor
gizi 

 Deferensasiusus depan yang tidak sempurna


dan memisahkan dari masing –masing menjadi
esopagus dan trachea .    
 
Perkembangan sel endoteal yang lengkap
         
      sehingga menyebabkan terjadinya
          atresia.  
Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna
sehingga terjadi fistula trachea esophagus
Tumor esophagus.

Kehamilan dengan hidramnion


Dan Bayi lahir prematur,
3. Manifestasi Klinis
● Gambaran Atresia Di Tandai Dengan gangguan Proses
Menelan waktu lahir dan terjadi gangguan pernapasan bila
terjadi gangguan pernapasan bila bahan makanan teraspiasi
kesana.
● Bila dimasukkan kateter melalui mulut sepanjang 7.5 – 10
cm dari bibir, kateter akan terbentur pada ujung esophagus
yang buntu: dan jika kateter didorong terus akan melingkar
– lingkar di dalam esophagus yang buntu tersebut.
a.    Biasanya disertai dengan hidramnion (60%) dan hal ini
pula yang menyebabkan kenaikan frekuensi bayi lahir
premature, sebaiknya dari anamnesis didapatkan
keterangan bahwa kehamilan ibu disertai hidrmnion
hendaknya dilakukan kateterisasi esophagus . bila kateter
berhenti pada jarak < 10 cm, maka diduga artesia
esophagus.
b.     Bila pada BBL timbul sesak yang disertai dengan air liur
yang meleleh keluar, dicurigai terdapat atresia
esophagus.
c.      setelah diberi minum, bayi akan berbangkis, batuk dan
sianosis karena aspirasi cairan kedalam jalan napas.
d.      Pada fistula trakeaesofagus, cairan lambung juga dapat
masuk kedalam paru, oleh karena itu bayi sering sianosis.
Patofisiologi
● Trakea dan esofagus normalnya berkembang dan terpisah
akibat lipatan cranial, ventral, dan dorsal yang muncul di
dalam foregut. Atresia esofagus dengan fistula distal
akibat dari invaginasi ventral yang berlebihan pada lipatan
faringo-esofagus, yang menyebabkan kantung esofagus
bagian atas mencegah lipatan cranial dari menuju ke bawah
ke lipatan ventral
● Motilitas dari esophagus selalu dipengaruhi pada atresia
esophagus. Gangguan peristaltic esophagus biasanya paling
sering dialami pada bagian esophagus distal
Next

● Neonates tidak dapat menelan dan akan mengeluarkan banyak sekali  air liur
atau saliva. Aspirasi dari saliva atau air susu dapat menyebabkan aspirasi
pneumonia.
● Diketahui bahwa bagian esophagus distal tidak menghasilkan peristaltic dan
ini bisa menyebabkan disfagia setelah perbaikan esophagus dan dapat
menimbulkan reflux gastroesofageal.
● Trakea juga dipengaruhi akibat gangguan terbentuknya atresia esophagus.
Trakea abnormal, terdiri dari berkurangnya tulang rawan trakea dan
bertambahnya ukuran otot tranversal pada posterior trakea. Dinding trakea
lemah sehingga mengganggu kemampuan bayi untuk batuk yang akan
mengarah pada munculnya pneumonia yang bisa berulang-ulang.
● diberikan makanana atupun air susu dan ini akan menyebabkan pernapasan
yang tidak efektif, hipoksia atau bahkan bisa menjadi apneo.
6.      Klasifikasi

a. Kalasia
Chalasia ialah keadaan bagian bawah esophagus yang tidak
dapat menutup secara baik, sehingga menyebabkan
regurgitasi, terutama kalau bayi dibaringkan.
b. Akalasia
Ialah kebalikan chalasia yaitu bagian akhir esophagus tidak
membuka secara baik, sehingga  keadaan seperti stenosis
atau atresia
c. Classification System Gross
7.      Komplikasi

a.       Komplikasi dini, mencakup:


1)      Kebocoran anastomosis
2)      Striktur anastomisis
3)      Fistula rekuren

b.      Komplikasi lanjut, mencakup :


1)      Reflux gastroesofageal
2)      Trakeomalasia
3)      Dismotility Esofagus
4.       Disfagia atau kesulitan menelan.
5.       Kesulitan bernafas dan tersedak.
6.       Batuk kronis.
7.       Meningkatnya infeksi saluran pernafasan.
8. Diagnosis
● Anamnesis
● Pemeriksaan fisis
● Pemeriksaan penunjang
●  Gambaran Radiologik
● Diagnosis lainnya :

 Antenatal

 Diagnosis klnis

 Diagnosis Anatomis

 Pemeriksaan Laboratorium
9. Penatalaksanaan
a.      Tindakan Sebelum Operasi
1) Cairan intravena mengandung glukasa untuk kebutuhan
nutrisi bayi.
2)  Pemberian antibiotic broad-spectrum secara intra vena.
3)  Suhu bayi dijaga agar selalu hangat dengan menggunakan
incubator, spine dengan posisi fowler, kepala diangkat
sekitar 45o.
4)  NGT dimasukkan secara oral dann dilakukan suction
rutin.
5) Monitor vital signs.
Next

b,. Selama Operasi


● Operasi dilaksanakan dalam general endotracheal
anesthesia
● Bronkoskopi pra-operatif berguuna untuk
mengidentifikasi dan mengetahui lokasi fistula.
● Posisi bayi ditidurkan pada sisi kiri dengan tangan
kanan diangkat di depan dada
● Operasi dilaksanakan thoracotomy
●  Pada atresia esofagus dengan fistula
trakeoesofageal
c.       Tindakan Setelah Operasi
● Pasca Operasi pasien diventilasi selama
5 hari. Suction harus dilakukan secara
rutin. Selang kateter untuk suction
harus ditandai agar tidak masuk terlalu
dalam dan mengenai bekas operasi
tempat anastomisis agar tidak
menimbulkan kerusakan. Setelah hari
ke-3 bisa dimasukkan NGT untuk
pemberian makanan.
Pengobatan pada Atresia Esophagus

Pengobatan pada atresia etsophagus


setelah dirujuk, yaitu antara lain:
● Keperawatan => Sebelum dilakukan
operasi, bayi diletakkan setengah duduk
untuk mencegah terjadinya regurgitasi
cairan lambung ke dalam paru, cairan
lambung harus sering diisap untuk
mencegah aspirasi.
● Medik => Pengobatan dilakukan dengan
operasi
ASKEP TEORITIS
1.      Pengkajian
Tahap pengkajian merupakan tahap awal, disini perawat
mengumpulkan semua imformasi  baik dari klien dengan cara
observasi dan dari keluarganya
2.      Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang munkin timbul pada klien dengan
atersia esophagus

■ Bersihan jalan napas tidak epektif.

■ Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

■ kesulitan menelan.
3.      Intervensi Keperawatan
a.       Intervensi terapeutik
b.      Intervensi pembedahan
c.    Intervensi Nutrisi kurang dari kebutuhan
d.    Intervensi Bersihan jalan napas tidak efektif
e.       Kesulitan menelan
4.      Evaluasi Keperwatan
Pada tahap ini perawat menkaji kembali hal-hal
perhan  dilakukan, berdasarkan pada criteria hasil
yang telah ditetapkan.  Apabila masih terdapat
masalah – masalah klien yang belum teratasi,
perawat hendaknya menkaji kembali hal –hal yang
berkenaan dengan masalah tersebut dan kembali
melakukan intrvensi keperawatan.
4
Atresia Duodenum
Apa itu Atresia Duodenum?
Suatu kondisi dimana
duodenum ( bagian pertama
dari usus halus ) tidak
berkembang dengan baik,
sehingga tidak berupa
saluran terbuka dari
lambung yang tidak
memungkinkan perjalanan
makanan dari lambung ke
usus.
ETIOLOGI

01 02 03
Gangguan pada awal Gangguan Banyak terjadi
masa kehamilan pembuluh darah pada bayi
( minggu ke 4 dan ke 5 ) premature
PATOFISIOLOGI
 Gangguan perkembangan duodenum terjadi akibat proliferasi
endodermal yang tidak adekuat atau kegagalan rekanalisasi
pita padat ephitelial ( kegagalan proses vakuolisasi ).
 Banyak peneliti telah menunjukan bahwa epitel duodenum
berpoliferasi dalam usia kehamilan 30-60 hari lalu akan
terhubung ke lumen duodenal secara sempurna.

 Vakuolisasi dipercaya terjadi melalui proses apoptosis


atau kematian sel terpogram, yang timbul selama
perkembangan normal diantara lumen duodenum
Lanjutan..

 Kadang atresia duodenum berkaitan dengan pankreas anular


(jaringan pankreatik yang mengelilingi sekeliling duodenum)

 Pada tingkat seluler, traktus digestivus berkembang dari


embryonic gut yang tersusun atas epitel yang merupakan
perkambangan dari endoderm dikelilingi sel yang berasal dari
mesoderm

 Pensinyalan sel antara kedua lapisan embrionik ini tampaknya


memainkan pesanan sangat penting dalam mengoordinasikan
pembentukan pola dan organogenesis dari duodenum.co
MORTALITAS DAN MORBIDITAS

 Jika atresia  Sekitar setengah  Atresia atau


duodenum atau neonatus yang stenosis duodenum
stenosis duodenum menderita atresia sering dikaitkan
signifikan tidak duodenum atau dengan trisomi 21
ditangani, stenosis duodenum dan sekitar 22-
kondisinya akan lahir premature, 30% pasien
segera menjadi kemudian hidramnion obstruksi
fatal sebagai terjadi pada sekitar duodenum
akibat gangguan 40% kasus obstruksi menderita trisomi
cairan dan duodenum 21
elektrolit
GAMBARAN KLINIS

 Bayi yang mengalami  Pada foto otot polos dalam


atresia duodenim sering posisi tegak dan diperoleh
mengalami muntah hasil adanya gambaran
proyektil segera setelah pelebaran lambung dan
lahir, BB menurun dan bagian proksimal duodenum
perut kembung didaerah tanpa adanya udara
epigastrium pada 24 jam dibagian lain usus
atau sesudahnya.
TANDA & GEJALA

 Pembengkakan  Tidak
abdomen pada memproduksi
bagian atas urine setelah BAK

 Muntah terus  Muntah segera


menerus, setelah lahir dan
meskipun bayi berwarna hijau
dipuasakan karena empedu
PENATALAKSANAAN

Pemasangan tuba Memberikan cairan


orogastrik untuk elektrolit melalui intra
mendekompresi lambung vena

Mengatasi Memberikan informed consent dan


syndrome down informed choice sebelum dilakukaan
rujukan atau tindakan pembedahan
5
ATRESIA ANI
Pengertian Atresia Ani
• Atresia ani atau anus imperforata adalah kelainan kongenital
yang menyebabkan anus tidak terbentuk dengan sempurna.
Akibatnya, penderita tidak dapat mengeluarkan tinja secara
normal.
• Kondisi ini biasanya terjadi akibat gangguan perkembangan
saluran cerna janin saat usia kehamilan 5-7 minggu.
• Atresia ani merupakan kondisi yang cukup jarang sekali. Kondisi
ini hanya terjadi pada 1 dari 5000 kelahiran dan lebih sering
terjadi pada bayi laki-laki. Atresia ani perlu mendapatkan
penanganan segera untuk mencegah komplikasi.
Faktor Resiko Atresia Ani
• Belum diketahui ada tidaknya faktor yang
bisa meningkatkan resiko terjadinya atresia
ani. Namun, kondisi ini lebih sering terjadi
pada bayi laki-laki.
• Bayi yang mengalami atresia ani juga bisa
mengalami kelainan bawaan lain, termasuk
gangguan saluran pencernaan, gangguan
saluran kemih dan kelainan VACTREL.
TIPE TIPE ATRESIA ANI
 Tipe Rendah

Bila ujung usus mendekati kulit di tempat


anus seharusnya

 Tipe Tinggi

Kelainan ini lebih banyak ditemukan pada bayi


laki-laki, sebaliknya kelainan letak rendah sering
ditemukan pada bayi perempuan

 Membran Anus Menetap


Penyabab Atresia Ani
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur
sehingga bayi lahir tanpa dubur
2. Gangguan organogenesis dalam kandungan kegagalan
pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3
bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embrilogik di
daerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis,
yang terjadi antara minggu ke 4 sampai ke 6 usia kehamilan
4. Berkaitan dengan sindrom down
Gejala Atresia Ani
• Atresia ani ditandai dengan bentuk rektum (bagian akhir usus besar)
sampai lubang anus bayi tidak berkembang dengan sempurna.
• Atresia ani terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :
1. Lubang anus menyempit atau tertutup total
2. Rektum tidak terhubung dengan usus besar
3. Terbentuk fisula atau saluran yang menghubungkan rektum dengan
kandung kemih, uretra, pangkal penis atau vagina
• Pada kondisi normal, perkembangan lubang anus, saluran kemih, dan
kelamin pada janin terjadi pada trimester pertama kehamilan atau saat
usia kehamilan mencapai 7-8 minggu.
Lanjutan

• Bayi yang mengalami atresia ani umumnya memiliki gejala, sebagai


berikut :
1. Lubang anus tidak berada di tempat yang semestinya atau tidak
justru lahir tanpa lubang anus
2. Lubang anus sangat dekat dengan vagina pada bayi perempuan
3. Tinja pertama (mekonium) tidak keluar dalam jangka waktu 24-
48 jam setelah lahir
4. Perut tampak membesar
5. Tinja keluar dari vagina, pangkal penis, skrotum atau uretra.
Penatalaksanaan Atreksia Ani

 Penanganan secara preventif, antara lain :


Kepada ibu hamil hingga kandungan menginjak usia tiga
bulan untuk berhati-hati terhadap obat-obatan, makanan
awetan dan alkohol yang dapat menyebabkan atresia ani
 Pemeriksaan segera setelah lahir
- Memeriksa lubang dubur bayi saat baru lahir karena
jiwanya terancam jika sampai 3 hari tidak diketahui mengidap
atresia ani karena hal ini dapat berdampak feses atau tinja
akan tertimbun hingga mendesak paru-parunya
- Segera rujuk RS untuk penatalaksanaan medis
Penetalaksanaan Medis
 Letak Rendah
Fistelektomi di tempat yang lunak/anus
 Letak Tinggi
Colostomy, yaitu pembuatan lubang (stoma) di dinding perut yang
sebagai saluran pembuangan sementara. Kotoran yang keluar dari stoma
akan ditampung disebuah kantung (colostomy bag)
 Pull Through
Operasi untuk menyambungkan bagian rektum dan anus. Biasanya
operasi ini dilakukan beberapa bulan setelah operasi kolostomi pertama
 Anoplasti Perineum
Yaitu operasi untuk menutup fistula yang terhubung dengan saluran
kemih atau vagina. Prosedur ini bertujuan untuk membuat lubang anus
berada di posisi yang seharusnya.
Pencegahan Atresia Ani
• Atresia ani merupakan kelainan bawaan atau
kongenital, sehingga sulit dicegah. Namun, ibu hamil
dapat melakukan beberapa langkah untuk
menurunkan resiko terjadinya kelainan pada janin :
1. Melakukan pemeriksaan genetik ke dokter jika
memiliki riwayat atresia ani atau kelainan kongenita
lainnya sebelum merencanakan kehamilan
2. Mengkonsumsi makanan yang sehat, tidak merokok
serta tidak mengkonsumsi minuman berakohol dan
obat-obatab di luar anjuran dokter
3. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan
mengkonsumsi suplemen sesuai anjuran dokter
Komplikasi Atresia
Ani
Penyempitan anus (stenosis anus)
Konstipasi
Robekan (perforasi) usus
Infeksi saluran kemih
Inkontinensia tinja atau urine
Komplikasi Atresia Ani
Penyempitan anus
(stenosis anus)
Konstipasi Infeksi saluran kemih

Robekan (perforasi) Inkontinensia tinja


usus atau urine
6
Hirshprung
Hirschsprung (hisprung)
 Hirschsprung (hisprung) adalah kelainan bawaan pada bayi baru
lahir yang membuat usus besar bermasalah dalam mengeluarkan
feses.
 Kondisi ini juga disebut megakolon aganglionik kongenital.
 Kondisi ini muncul sejak lahir. Sebabnya, sel saraf di usus besar
bayi yang bernama sel ganglion tidak berkembang dengan baik saat
bayi masih berada di dalam kandungan.
 Kelainan pada bayi ini biasanya terlihat dalam kurun waktu dua
bulan pertama setelah kelahiran.
Tanda titleGejala Hirschsprung pada Bayi Baru Lahir
dan
Enter
 Bayi tidak bisa buang air besar dalam kurun waktu 48 jam
setelah dilahirkan.
 Perut bengkak dan kembung pada bayi,
 Anak muntah berwarna hijau atau cokelat,
 Sembelit atau susah buang air besar,
 Perut bergas yang dapat menyebabkan bayi rewel,
 Bayi dan anak demam,
 Kesulitan dalam buang air kecil,
 Gagal untuk mengeluarkan mekonium setelah kelahiran,
 Frekuensi buang air besar tidak sering,
 Penyakit kuning,
 Susah menyusui, serta
 Kenaikan berat badan yang buruk.
Gejala Hirschprung
Enter title ketika Anak sudah Bertambah Besar

 Perut membengkak dan kembung,


 Sembelit yang semakin memburuk,
 Perut penuh dengan gas,
 Pertumbuhan tertunda atau gagal tumbuh
pada anak,
 Kelelahan,
 Impaksi tinja,
 Malnutrisi, dan
 Berat badan susah naik.
Enter title Penyebab Hirschhprung

Pertumbuhan sel-sel saraf bayi dengan Hirschsprung


berhenti di bagian ujung usus besar atau tepat sebelum
rektum dan anus.
 Faktor genetik yang diturunkan dari orangtua ke anak atau
ada riwayat keluarga yang juga mengalaminya.
 Kelainan yang muncul sejak lahir, seperti down
syndrome atau penyakit jantung kongenital. Bisa
dikatakan bahwa bayi yang lahir cacat lebih rentan
mengalami hisprung.
Pengobatan untuk mengatasi bayi yang terkena hisprung
Enter title

1. Operasi memotong bagian usus


Operasi ini dilakukan dengan memotong
atau menghilangkan bagian usus besar yang
tidak memiliki sel saraf. Selanjutnya,
bagian usus besar yang normal atau
memiliki sel saraf ditarik dan dihubungkan
ke anus anak.
Enter title
Lanjutan…

2. Operasi ostomy (dilakukan dalam dua tahap)

Pertama, bagian usus besar yang abnormal diangkat


dan bagian usus besar atas yang sehat disambungkan
pada lubang yang dibuat oleh dokter pada perut anak.
Feses kemudian keluar dari tubuh melalui lubang ke
kantung di bagian ujung usus yang menjulur melalui
lubang pada perut (stoma). Hal ini akan memungkinkan
bagian bawah usus besar bisa pulih kembali.
Enter title
Lanjutan…

Pada tahap kedua untuk


menangani Hirschsprung atau
hisprung, bagian usus yang normal
kemudian dihubungkan dengan anus
guna menutup stoma.
Gambar bayi penderita hirschsprung
Enter title

Anda mungkin juga menyukai