Anda di halaman 1dari 69

PUSKESMAS B

KLB DIARE

DM 43 M dan DM 43 N

INSERT THE TITLE


OF YOUR PRESENTATION HERE

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Anamnesa
Biodata pasien
Nama : Tn Y
Usia : 23 thn
Pekerjaan : sibuk berkebun
Alamat : Pacet
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Agama : Islam
 
Keluhan utama : pasien datang dengan keluhan diare sering semenjak 3 hari terakhir. Pasien menghitung
sudah kurang lebih 7x bolak – balik kamar mandi setiap harinya .
Riwayat Penyakit Sekarang :
Onset : pertama kali merasakan mulas dan bab yang banyak adalah 3 hari yg lalu
Kronologi : pasien datang dengan keluhan mual dan muntah yang terjadi secara terus menerus selama 3
hari terakhir. Sebelumnya pasien
Kualitas/kuantitas : pasien mendeskripsikan bahwa tinja yang keluar sedikit, lembek berlendir serta
terdapat darah dengan bau busuk dan warna kehijauan. BAB sebanyak kurang lebih 7x setiap hari.
Anamnesa
Faktor memperberat memperingan
Keluhan tambahan : selain mengeluh diare, pasien juga mengeluh sering mual dan muntah
sampai badan terasa lemas dan ada nyeri perut serta nyeri kepala yang terjadi saat diare ini.
Muntah sebanyak 3 kali dengan konsistensi cair bercampur makanan, terasa asam,
berwarna keputiha, berbau asam tanpa adanya darah.
Riwayat Penyakit Dahulu : pasien beberapa kali mengalami penyakit ini, pernah saat masih
SD, SMP dan SMA Tidak ada penyakit diabetes, dan hipertensi
Riwayat keluarga : ibu pasien baru saja mengalami penyakit yang sama 1 bulan yang lalu.
Riwayat social ekonomi : pasien tinggal di wilayah berbukit, dimana masyarakat kesusahan
air bersih dan menggunakan air sumur sebagai satu – satunya sumber air bersih. Apabila
musim kemarau maka masyarakat menggunakan air sungai sebagai sumber air bersih.
Riwayat alergi : pasien tidak memiliki Riwayat alergi
Riwayat pengobatan : saat ini tidak mengonsumsi obat apapun.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
• Keadaan Umum : Bisa baik atau menurun
• GCS : 4 / 5 / 6
• Kesadaran : Composmentis, Delirium, atau Somnolen

Vital Signs
• TD : ↓ (< 120/80 mmHg) • RR : ↑ (> 20 x/min)
• HR : ↑ (> 100 x/min) • T : ↑ (> 37o C)
Status Lokalis
Kepala
• Kepala : dbn
• Rambut : dbn
• Wajah : dbn
• Mata : cowong
• Pupil : dbn
• Kelopak mata : dbn
• THT : dbn
• Mulut : mukosa bibir kering
Leher
• KGB : dbn

Thorax
Dinding Thorax Depan
• Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
• Palpasi : Vokal fremitus fremitus kanan = kiri
• Perkusi : Sonor kanan = kiri
• Auskultasi : Ronkhi -/- Wheezing -/-
Dinding Thorax Belakang
• Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
• Palpasi : Vokal fremitus kanan fremitus ka=ki
• Perkusi : Sonor kanan = kiri
• Auskultasi : Ronkhi -/- Wheezing -/-
Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis terlihat
• Palpasi : Ictus cordis teraba
• Perkusi : Batas jantung jantung dalam batas normal,
• Auskultasi : S1,S2 tunggal, suara jantung regular,
murmur(-),gallop(-)

Abdomen
• Inspeksi : flat
• Palpasi : nyeri tekan (-), Hepar : Tidak teraba, Lien : Tidak teraba
• Perkusi : Timpani
• Auskultasi : Bising usus meningkat
• Asites : Tidak ada
Ekstrimitas
• Atas dan bawah : Akral hangat
• Kulit : Kering
• Turgor kulit : Menurun
• Edema : Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
Lab Darah Lengkap
• Hb : Normal atau menurun (pada diare berdarah kronis)
• Hct : Normal
• Eritrosit : Normal atau menurun
• Trombosit : Normal
• Leukosit : Bisa normal atau meningkat (pada kasus diare akibat
infeksi bakteri)
• LED : Normal atau meningkat
Serum Elektrolit
• K+ : Normal atau hipokalemia (< 3,5 mmol/L)
• Na+ : Normal atau hiponatremia (< 135 mmol/L)

Faeces
Makroskopis
• Konsistensi : Lembek hingga cair
• Lendir : Bisa negatif atau positif (pada IBS, infeksi bakteri)
• Darah : Bisa negatif atau positif (ulcerative colitis, ca colon), bila
diare berdarah dan berlendir bisa akibat disentri
Mikroskopis
• Leukosit : Negatif atau positif (infeksi bakteri)
• Eritrosit : Negatif atau positif (IBS, ca colon, amoebiasis)
• Amoeba : Negatif atau positif (pada amoebiasis)
• Telur cacing : Negatif atau positif (pada infeksi parasit cacing)
• Yeast : Negatif atau positif (pada infeksi proliferatif c. albicans)
Tatalaksana Diare
Rehidrasi
• Bila KU baik tidak dehidrasi : asupan cairan adekuat dengan minuman ringan, sari
buah, sup dan keripik asin.
• Jika kehilangan cairan >> dan dehidrasi : cairan iv isotonik memgandung elektrolit, oral.
• Macam-macam pemberian cairan
1. BJ plasma [(Na x 2) + (BUN : 2.8) + (Glukosa : 18)]
Kebutuhan cairan : BJ Plasma – 1.025 / 0.001 x BB x 4 ml
2. Metode pierce berdasarkan klinis
Dehidrasi ringan : kebutuhan cairan = 5% x BB (kg)
Dehidrasi sedang : kebutuhan cairan = 8% x BB (kg)
Dehidrasi Berat : kebutuhan cairan = 10% x BB (kg)
3. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis
Kebutuhan cairan = skor/15 x 10% x kgBB × 1 liter
• Cara pemberian cairan
1. 2 jam pertama (tahap rehidrasi inisial) : jumlah total kebutuhan
cairan diberikan langsung dalam 2 jam agar rehidrasi optimal
2. Satu jam berikut/jam ke-3(tahap kedua) : pemberian berdasarkan
kehilangan cairan selama 2 jam pertama. Jika tidak syok atau skor
<3 dapat berikan peroral
3. Jam berikutnya: pemberian cairan berdasarkan kehilangan cairan
mll tinja dan Insensible water loss (IWL)
Terapi diet
• Pasien diare tidak dianjurkan puasa bila tidak muntah hebat
• Hindari minuman berkafein dan beralkohol
• Disarankan minum sari buah, teh, minuman tidak berkarbon,
makanan yang mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik, sup
Obat anti mikroba
• Kebanyakan pasien memiliki penyakit yang ringan, self limited disease karena
virus atau bakteri non invasif sehingga tidak dilakukan pengobatan empirik pada
semua pasien
• Diindikasikan apabila pasien mengalami infeksi bakteri invasif, traveler’s diarrhea,
atau imunosipresif
1. Curiga bakteri patogen invasif (Campylobacter, Shigella, Salmonella, Yersinia,
Aeromonas) : siprofloksasin 500mg 2x1 selama 5-7 hari
alternatif: TMP/Sulfametoksazol 160/800 mg 2x1, eritromisin 250-500mg 4x1,
metronidazole 250mg 3x1 jika curiga giardiasis
2. Untuk diare karena berpergian ke daerah resiko tinggi pada turis
Ciprofloksasin 2x500mg 5-10 hari
Obat simptomatis
• Antiemetik
-metoklopramid : dewasa iv : 10 mg/2.5 mL Oral 3x10mg
-Domperidone dewasa 3x10mg
Lintas Diare
1. Berikan oralit
2. Berikan tablet Zink selama 10 hari berturut-turut
3. Teruskan ASI-makan
4. Berikan antibiotik secara selektif
5. Berikan nasihat pada ibu/keluarga
Cara Pemberian Obat Zink
• Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat obat Zinc selama 10 hari berturut-turut.
• Dosis obat Zinc (1tablet = 20mg)
- umur <6 bulan = ½ tablet/hari
- umur >6 bulan – 1 tablet/hari
• Larutkan tablet dalam 1 sendok air matang atau ASI (tablet mudah larut kurang lebih 30 detik),
segera berikan kepada anak.
• Bila anak muntah sekitar ½ jam setelah pemberian obat Zinc, ulangi pemberian dengan cara
memberikan potongan lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga 1 dosis penuh.
• Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap berikan obat Zinc segera
setelah anak bisa minum atau makan.
Edukasi untuk pasien bayi
• Pemberian ASI
• Makanan pendamping ASI
• Menggunakan air bersih yang cukup
• Mencuci tangan
• Menggunakan jamban
• Membuang tinja bayi yang benar
• Pemberian imunisasi campak
Nasihat Untuk Ibu/Pengasuh

Berikan nasihat dan cek pemahamanibu/pengasuh tentang cara pemberian oralit,


Zinc, ASI/makajan, dan tanda-tanda untuk segera membawa anak ke petugas
kesehatan jika anak:
1. Buang air besar cair lebih sering
2. Muntah berulang-ulang
3. Mengalami rasa haus yang meningkat
4. Makan atau minum sedikit
5. Demam
6. Tinja berdarah
7. Tidak membaik dalam 3 hari
Edukasi pasien dewasa
• Hindari makan dan minum yang tidak bersih
• Cuci tangan pakai sabun dan air bersih sebelum makan dan sesudah
buang air besar
• Rebus air minum terlebih dahulu
• Gunakan air bersih untuk memasak
• Buang air besar di jamban
PENGELOLAAN SEDERHANA AIR SUNGAI
AIR SUMUR SEBAGAI SUMBER AIR
BERSIH:
• Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang Spesifikasi Sumur Gali
untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak horisontal sumur ke arah hulu dari aliran
air tanah atau sumber pengotoran (bidang resapan/septic tank) lebih dari 11
meter

• Permenkes RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang persyaratan kualitas


air bersih:
- Secara Fisika: Tidak berbau, tidak keruh, tidak berasa, tidak berwarna
- Secara Kimia: pH netral, kandungan bahan kimia organik dan anorganik
normal
-Secara mikrobiologis: total koliform 0/100ml
PENAMPUNGAN AIR HUJAN
Ketentuan komponen media penyaring menurut Pusat Penelitian dan
Pengembangan Permukiman BALITBANG Kementrian Pekerjaan Umum
adalah sebagai berikut:
• Pasir dengan ketebalan (300-400) mm, ukuran diameter efektif (0,30-
1,20) mm, koefisien
• keseragaman (1,2-1,4) mm, dan porositas 0,4.
• Kerikil dengan ketebalan 200-350 mm dan diameter (10-40) mm.
Apa itu PHBS??

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Artinya semua perilaku yang baik bagi kesehatan


PHBS di Rumah Tangga

1. Persalinan ditolong tenaga


kesehatan

2. Memberi bayi ASI Eksklusif

3. Menimbang balita setiap


bulan
4. Menggunakan Air Bersih

5. Mencuci tangan pakai sabun

6. Gunakan Jamban Sehat


7. Memberantas jentik

8. Makan buah dan sayur setiap hari

9. Melakukan aktifitas
fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
Kenapa harus melakukan PHBS?

Keluarga menjadi SEHAT, anak menjadi Cerdas

Kemampuan Kerja

Pengeluaran untuk berobat

Lingkungan menjadi sehat

Dapat Mencegah dan Menanggulangi Penyakit


KALAU TIDAK??
Mau seperti ini??
CUCI TANGAN DENGAN AIR DAN SABUN

Anggota rumah tangga selalu mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan
memakai sabun.Kapan dilakukan?sesudah BAB, sebelum makan, sebelum memberi
makan bayi, setelah bersihkan tinja bayi (Sumber : Strategi Nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat, Depkes RI, 2008)
Masalah : -Belum dibudayakan di keluarga/RT
MANFAAT : Menurunkan angka Kematian akibat Diare, Kholera, Disentry dan penyakit
Infeksi Pencernaan lainnya 43-45% (WHO).17

MENGUNAKAN AIR BERSIH


Rumah tangga yang memiliki atau mudah mendapatkan air bersih untuk kebutuhan
sehari hari meliputi air ledeng, pompa,sumur terlindung, serta mata air terlindung dan
penampungan air hujan.
Masalah : - Masih banyak masyarakat yang sulit mendapatkan Air bersih
MENGUNAKAN JAMBAN SEHAT

Jamban yang digunakan minimal jamban leher angsa, atau jamban duduk yang banyak
di jual di toko bangunan, tentunya dengan tangki septic atau lubang penampungan
kotoran sebagai pembuangan akhir dan terpelihara kebersihannya.
Untuk daerah yang sulit air (kalau ada) dapat menggunakan jamban cemplung atau
jemban plengsengan. Tujuannya dimaksudkan agar tidak mengundang datangnya lalat
atau serangga lain yang dapat menjadi penular penyakit.19

MAKAN SAYUR DAN BUAH SETIAP HARI

Anggota rumah tangga mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau
sebaliknya setiap hari
Masalah :- Pengetahuan masyarakat kurang ttg pentingnya konsumsi sayur & buah
(walaupun ketersediaan memadai)- Meningkatnya angka incidens Penyakit Kanker
termasuk Kanker Usus Besar
Kriteria jamban sehat
Menurut kriterian Depkes RI (1985), syarat sebuah jamban keluarga dikatagorikan jamban sehat, jika memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
• Tidak mencemari sumber air minum, untuk itu letak lubang penampungan kotoran paling sedikit berjarak 10 meter
dari sumur (SPT SGL maupun jenis sumur lainnya). Perkecualian jarak ini menjadi lebih jauh pada kondisi tanah
liat atau berkapur yang terkait dengan porositas tanah. Juga akan berbeda pada kondisi topografi yang
menjadikan posisi jamban diatas muka dan arah aliran  air tanah.  
• Tidak berbau serta tidak memungkinkan serangga dapat masuk ke penampungan tinja. Hal ini misalnya dapat
dilakukan dengan menutup lubang jamban atau dengan sistem leher angsa. 
• Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di sekitarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan
membuat lantai jamban dengan luas minimal 1x1 meter, dengan sudut kemiringan yang cukup kearah lubang
jamban. 
• Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk itu harus dibuat dari bahan-bahan yang kuat dan tahan lama dan agar
tidak mahal hendaknya dipergunakan bahan-bahan yang ada setempat;
• Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang;
• Cukup penerangan;
• Lantai kedap air;
• Luas ruangan cukup, atau tidak terlalu rendah;
• Ventilasi cukup baik, dan
• Tersedia air dan alat pembersih.
Kriteria Rumah Sehat
Standar rumah sehat Kemenkes diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
829/MENKES/SK/VII/1999. Peraturan ini mengatur bangunan rumah serta lingkungan tempat rumah
tersebut berada. Kriteria-kriteria ini dipenuhi oleh pengembang (yang membangun rumah) dan
penghuni (yang menempati rumah).
Berikut kriteria rumah sehat sesuai lingkungan dan bangunannya:
1. Standar Kesehatan Lingkungan
Ada 7 kriteria lingkungan bagi rumah sehat sesuai standar Kemenkes. Banyak dari kriteria ini harus
diukur secara profesional, artinya pengembang yang punya kewajiban agar rumah ini sehat sesuai
standar.7 kriteria tersebut yaitu:
• Lokasi. Rumah tidak terletak di daerah rawan bencana alam (misalnya di bantaran sungai, rawan
tsunami, longsor, aliran lahar), bekas pembuangan sampah, bekas tambang, rawan kecelakaan, dan
jalur pendaratan penerbangan.
• Kualitas udara, kebisingan, dan getaran. Lingkungan harus bebas dari gas beracun alam maupun
buatan. Selain itu, udara harus memenuhi parameter berikut:
 Tingkat kebisingan maksimal 45-55 dbA.
 Tidak mengandung gas H2S dan NH3.
 Kandungan partikel debu 10 μg tidak melebihi 150 μg/m3.
 Kandungan gas SO2 tidak melebihi 0.10 ppm.
 Debu terendap tidak melebihi 350 mm3/m2 per hari.
 Tingkat getaran maksimal 10 mm/detik.
• Kualitas tanah. Harus memenuhi syarat di peraturan yang berlaku. Peraturan air yang terbaru diatur
dalam Peraturan Menkes Nomor 492 Tahun 2010. Kriterianya berupa:
 Syarat fisik, yaitu air harus bening, jernih, tidak meninggalkan endapan, tidak berbau, tidak
berasa, dan bersuhu 10-20 derajat Celcius.
 Syarat kimiawi, yaitu mengandung mineral penting sesuai kadar (seng, besi, tembaga, mangan,
dan klorida), tidak mengandung bahan beracun (merkuri, timbal, arsen, kadmium, kromium), dan
keasamannya netral (pH 7).
 Syarat mikrobiologi, yaitu bebas dari kuman dan bakteri (umumnya Escherichia
coli dan Salmonella sp).
• Sarana & Prasarana Lingkungan. Di lingkungan rumah harus terdapat:
 Taman bermain anak & sarana rekreasi yang aman.
 Sarana drainase yang bersih dan tidak malah menjadi sarang penyakit.
 Sarana jalan yang aman, trotoar yang ramah pejalan kaki dan penyandang disabilitas, jembatan
penyeberangan berpagar, dan lampu penerangan yang pas.
 Sumber air bersih yang cukup sepanjang waktu.
 Fasilitas pengelolaan limbah rumah tangga dan pengelolaan pembuangan sampah.
 Akses terhadap sarana pelayanan umum dan sosial seperti tempat kerja, tempat hiburan, sarana
pendidikan, sarana kesenina, dan lain-lain.
 Instalasi listrik yang aman.
• Binatang Penular Penyakit. Lingkungan harus bebas dari jentik nyamuk dan lalat.
• Penghijauan. Di lingkungan harus terdapat penghijauan yang berfungsi sebagai pelindung, pemberi
kesejukan, keindahan, dan pelestarian alam.
2. Standar Bangunan Rumah
Selain lingkungan, Kemenkes juga mengatur kriteria bagaimana bangunan rumah yang sehat. Kriteria
ini selain dipenuhi oleh pengembang, dapat pula dipenuhi oleh Anda sebagai pemilik / penghuni rumah.
Kriterianya berupa:
• Bahan Bangunan. Tidak terbuat dari bahan yang dapat jadi tempat tumbuh mikro organisme patogen
& tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat dan debu dengan kriteria:
 Debu total tidak lebih dari 150 μg/m3.
 Asbes bebas tidak lebih dari 0.5 fiber/m3/4 jam.
 Timah hitam tidak lebih dari 300 mg/kg.
• Komponen & Penataan Ruang. Harus memenuhi kriteria fisik dan biologis, berupa:
 Lantai kedap air, mudah dibersihkan.
 Dinding ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi ventilasi untuk sirkulasi udara, sementara
dinding kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air & mudah dibersihkan.
 Langit-langit mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan (ambrol).
 Bumbungan rumah dengan tinggi di atas 10 metir harus dilengkapi penangkal petir.
 Komposisi ruangan harus terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang idur, ruang
dapur, ruang mandi, dan ruang bermain anak.
 Ruang dapur harus dilengkapi saranan pembuangan asap.
• Pencahayaan. Rumah harus dilengkapi pencahayaan alam atau buatan dengan intensitas minimal
60 lux dan tidak menyilaukan.
• Kualitas udara. Kualitas udara dalam rumah harus memenuhi ketentuan berikut:
 Suhu udara di kisaran 18-30 derajat Celcius.
 Kelembapan udara di kisaran 40-70%.
 Konsentrasi gas SO2 tidak lebih dari 0.10 ppm/24 jam.
 Konsentrasi gas CO (monoksida) tidak lebih dari 100 ppm/8 jam
• Ventilasi. Harus lega, terdapat ventilasi alami permanen minimal 10% dari luas lantai.
• Binatang Penular Penyakit. Tidak ada tikus yang bersarang di rumah.
• Air. Air bersih harus tersedia minimal 60 liter/hari/orang (untuk kebutuhan minum, makan, mandi,
bersih-bersih). Standar air harus sesuai dengan peraturan di atas.
• Penyimpanan Makanan. Rumah harus dilengkapi penyimpanan makanan yang aman, misalnya
lemari makanan atau lemari pendingin.
• Limbah. Limbah yang berasal dari rumah tidak boleh mencemari air, mencemari tanah, dan
menimbulkan bau.
• Kepadatan Penghuni Rumah. Ruang tidur di rumah minimal seluas 8 meter persegi, dan maksimal 2
orang tidur dalam satu ruang tidur (kecuali anak di bawah 5 tahun).
Water-borne disease
Bakteri
1. Campylobacter spp.
Campylobacteriosis merupakan infeksi pada GI trcat. Manifestasi klinis berupa diare yang sering disertai
lendir dan darah, nyeri perut, lemah, demam, mual dan muntah. disebabkan oleh campylobacter jejuni
atau campylobacter coli sering ditemukan pada hewan yang dikonsumsi manusia seperti unggas, babi,
domba, burung unta dan kerang serta hewan peliharaan seperti anjing dan kucing. orang sering terinfeksi
bakteri tersebut karena mengkonsumsi makanan yang belum matang dan air yang terkontaminasi.
2. Salmonella
Salmonellosis dapat disebabkan oleh Salmonella typhi, Salmonella paratyphi, dan Salmonella choleraseuis.
Reservoir salmonellosis antara lain unggas, binatang pengerat, ternak, binatang piaraan, seperti kura-
kura atau burung beo. Sedangkan mekanisme infeksi melalui makanan dan minuman seperti telur, daging,
susu, dan air yang terkontaminasi, serta sanitasi yang buruk.
3. Eschericia Coli
E. coli merupakan bakteri yang memiliki strain bervariasi. Beberapa ada yang menguntungkan bagi tubuh,
dan beberapa lainnya dapat menyebabkan penyakit. E. coli yang dapat menyebabkan penyakit, dapat
ditularkan melalui makanan yang tidak matang dan air yang terkontaminasi.
4. Shigella spp.
Shigellosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kelompok bakteri Shigella.
Beberapa spesies yang sering menimbulkan diare pada manusia, antara lain S.
dysenteriae, S. flexneri, S. sonnei, S. boidii. Penyakit tersebut lebih sering ditularkan
lewat “recretional water” dibandingkan air yang diminum.
5. Vibrio Cholera
Cholera disebabkan oleh Vibrio cholera. Infeksi dapat disebabkan oleh mengkonsumsi
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh feces orang yang terinfeksi. Makanan
yang mentah maupun belum matang serta sayuran dan buah yang dicuci oleh air yang
terkontaminasi dapat menjadi sumber infeksi, terutama pada beberapa area yang
sanitasinya masih buruk.
6. Leptospira spp.
Leptospirosis disebabkan oleh leptospira spp. Bakteri tersebut dapat menginfeksi
manusia. Infeksi dapat terjadi melalui makanan atau air yang terkontaminasi, melalui
membran mukosa, serta melalui kulit yang terluka. .
Parasit (Protozoa dan trematoda)
1. Giardia lambia
• Giardia lambia merupakan jenis protozoa yang ditemukan
di duodenum dan jejenum manusia, sehingga
menyebabkan giardiasis.
• Secara morfologi, terbagi menjadi fase tropozoit dan kista.
• Gejala giardiasis muncul 1-3 minggu setelah terinfeksi.
Gejala dapat berlangsung selama 2-6 minggu, atau bahkan
lebih lama. Gejala-gejala tersebut antara lain:
• Diare dengan tinja yang berminyak • Kram perut
• Sering buang gas atau kentut • Hilang nafsu makan
• Berat badan menurun
• Mual dan muntah • Lemas
• Perut Kembung • Sakit kepala
2. Entamoeba histolytica

• Entamoeba histolytica merupakan parasit


yang dapat berada pada usus manusia dan
usus hewan (dengan sebagian ada yang
asimptomatik).
• Patogenesis entamoeba histolytica dimulai
dengan tahap proses keberadaan    Kista
yang masuk per oral, kemudian masuk usus
duodenum sehingga terjadi amebulae.
Kemudian kista ini  masing-masing
menghasilkan 8 trophozoite. Trophozoite
dapat menginfeksi epitel usus
Berikut adalah cara penularan E. histolytica:
• Mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi histolytica
• Bersentuhan dengan tanah, air, pupuk, atau tinja yang terkontaminasi histolytica
• Bersentuhan dengan benda yang terkontaminasi histolytica, termasuk dudukan
toilet
• Melakukan seks anal dengan penderita amebiasis

Gejala yang muncul saat seseorang mengalami amebiasis akan muncul  dalam
7–28 hari setelah terinfeksi parasit. Kebanyakan penderita hanya akan mengalami
gejala di bawah ini:
• Diare
• Kram perut
• Buang angin berlebihan
• Sangat lelah
3. Schistosoma
• Schistosomiasis, atau bilharzia adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi cacing parasit yang hidup di air pada daerah subtropis dan tropis.
• Di Indonesia, schistosomiasis banyak ditemukan pada provinsi Sulawesi Tengah.
• Penyakit ini juga disebut dengan “demam keong” karena penularannya adalah
melalui larva infektif yang hidup di dalam tubuh seekor keong. 
• Schistosomiasis dapat bersifat akut maupun kronis, dan dapat menyerang berbagai
macam organ dalam tubuh.
• Faktor risiko utama  mereka yang tinggal atau bepergian ke daerah dimana
schistosomiasis kerap terjadi.
• Selain itu, kontak kulit dengan air yang terkontaminasi, dan juga sistem imun yang
kurang baik dapat menjadi pemicu lainnya.
• Penyakit ini umumnya tidak berakibat fatal secara seketika, namun secara kronis
mengakibatkan kerusakan organ yang serius dan mengancam nyawa.
4. Enterobius vermicularis

• Cacing Enterobius vermicularis menyebabkan infeksi cacing kremi


yang disebut juga enterobiasis atau oksiuriasis.
• Infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap.
• Pertama,telur cacing pindah dari daerah sekitar anus penderita ke
pakaian, seprei atau mainan. Kemudian melalui jari-jari tangan,  ptelur
cacing indah ke mulut anak yang lainnya dan akhirnya tertelan.
• Telur cacing juga dapat terhirup
dari udara kemudian tertelan.
Setelah  tertelan, lalu larvanya
menetas di dalam usus kecil dan
tumbuh menjadi cacing dewasa di
dalam usus besar (proses
pematangan ini memakan waktu 2-
6 minggu)
Virus
1. Hepatitis A
• Virus hepatitis A , ditularkan melalui jalur fekal-oral,
• paling sering melalui air yang terkontaminasi dan dari orang ke orang.
• Hepatitis A juga dapat ditularkan melalui makanan yang
terkontaminasi oleh penjamah makanan yang terinfeksi, makanan
mentah, atau makanan yang ditangani setelah dimasak.
• Hepatitis A juga menyebabkan wabah yang ditularkan melalui
penggunaan narkoba suntikan atau non-suntik.
2. Rotavirus

o Rotavirus merupakan penyebab diare pada manusia dan binatang.


o paling sering melalui air yang terkontaminasi
o Patogenesis rotavirus antara lain melalui beberapa tahapan berikut :
•    Infeksi terjadi di usus kecil
•    Multiplikasi dalam sitoplasma enterosit
•    Sel rusak yang menyebabkan terjadinya pelepasan partikel virus
•    Pemulihan kerusakan sel dalam 3-8 minggu
•    Terjadinya diare mungkin karena pengurangan absorbsi glukosa
dan natrium
Gejala Klinis Rotavirus, antara lain ditandai dengan
•    Masa inkubasi 1-4 hari
•    Gejala: diare, demam, sakit pada abdomen, muntah à dehidrasi
•    Kasus sedang: gejala 4-5 hari embuh total
•    Diare berlangsung lebuh lama pada imunitas/ nutrisi rendah
•    Infeksi asimptomatik dapat terjadi (pada dewasa)
3. Polio virus

Polio merupakan penyakit yang menyerang sel saraf pada otak (bulbar
poliomyelitis), dapat menyebabkan paralisis pada otot ekstremitas bawah,
otot untuk menelan, dan gangguan respirasi. Virus menular yang
penularannya melalui manusia ke manusia, biasanya virus masuk ke tubuh
manusia melalui fecal-oral makanan atau air yang terkontaminasi.
4. Enteric Adenovirus

Enteric adenovirus (tipe 40, 41, dan 52) merupakan agen penyebab
gastroenteritis. Adenovirus merupakan virus yang dapat dideteksi pada
permukaan air. Virus tersebut telah banyak ditemukan di beberapa tipe
air seperti pada limbah air, air sungai, air minum, air laut, dan kolam
berenang.
INVESTIGASI KLB
3. Menetapkan def
2. Menetapkan kasus dan 4. Identifikasi dan
1. Persiapan pengelolaan menghitung jmlh kasus 5. Analisis deskriptif
adanya KLB/wabah
spesimen

10. Membuat 9. Tindakan


8. Studi tambahan 7. Menguji 6. Merumuskan
laporan dan penanggulang
hipotesis hipotesis
diseminasi an
Kriteria KLB Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010
1.Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada
suatu daerah
2.Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari
atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya
3.Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya
dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya
4.Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau
lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun sebelumnya
5.Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan dua
kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun
sebelumnya
6.Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan angka
kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
7.Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
DIARE
Minor Mayor Pemeriksaan Lab :
1.Dorongan 1.Feses lunak, cair atau yaitu dengan
2.Kram atau nyeri abdomen 2.Peningkatan frekuensi pemeriksaan feses
3.Frekuensi bising usus defekasi Bisa ditemukan virus,
meningkat bakteri, parasite dll
4.Peningkatan dalam keenceran
atau volume feses.
TINDAKAN PENANGGULANGAN
 Tindakan penanggulangan tertentu dapat dimulai sedini tahap diagnosis kasus.
 Jika didapatkan (atau dicurigai) air sebagai sumber infeksi, penggunaan air dapat dihentikan
sampai sumber air dan sistem penyalurannya dibersihkan dari pencemaran atau air dapat
diteruskan dengan peringatan kepada masyarakat agar mendidihkan air sebelum diminum.
 Jika menyangkut kontak dengan sumber pencemaran, dapat diambil langkah-Iangkah untuk
mencegah
kontak dengan sumber sampai sumber itu dapat dihilangkan.
 Imunisasi, diagnosis dini, dan pengobatan merupakan cara-cara penanggulangan lainnya
yang dapat dipakai sesuai kebutuhan situasi.
 Penerapan tindakan penanggulangan yang dapat kita lakukan dalam mengatasi KLB diare
adalah melakukan tatalaksana pasien, menerapkan PHBS, pengelolaan air sederhana, rumah
sehat, serta mengenal water borne disease.

Anda mungkin juga menyukai