Transmisi Digital
Transmisi Digital
2
Elemen Sistem Transmisi
3
Elemen Sistem Transmisi (2)
Transmitter
Transmitter mengolah sinyal masukan menjadi sinyal yang sesuai dengan
karakteristik kanal transmisi
Pengolhan sinyal meliputi encoding dan modulasi
Transmission Channel
Kanal transmisi adalah suatu media elektral yang menjembatani sumber dan tujuan
Bisa berupa pasangan kabel, coaxial, radio atau serat optik
Setiap kanal transmisi menyumbangkan sejumlah loss transmisi atau redaman
sehingga daya sinyal akan berkurang seiring bertambahnya jarak
Sinyal juga akan terdistorsi akibat perbedaan redaman yang dialami oleh
komponen-komponen frekuensi sinyal yang berbeda
Sinyal biasanya terdiri dari banyak komponen frekuensi yang mana beberapa diantaranya
teredam ada juga yang tidak teredam. Kondisi ini akan menyebabkan perubahan bentuk
sinyal (distorsi)
Receiver
Penerima mengolah sinyal yang masuk dari kanal transmisi
Proses pada penerima meliputi penapisan (filtering) untuk menghilangkan out-of-
band noise, penguatan (amplification) untuk mengkompensasi loss transmisi,
ekualisasi (equalizing) untuk mengkompensasi distorsi), serta demodulasi dan
decoding untuk membalikkan proses yang terjadi di transmiter
Noise, Distortion, and Interference
Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi sinyal yang ditransmisikan
4
Sinyal dan Spektrum
Sinyal komunikasi merupakan besaran yang selalu
berubah terhadap waktu
Setiap sinyal dapat dinyatakan di dalam domain
waktu (time domain) maupun didalam domain
frekuensi (frequency domain)
Ekspresi sinyal di dalam domain frekuensi disebut
spektrum
Sinyal di dalam domain waktu merupakan penjumlahan
dari komponen-komponen spektrum sinusoidal
Analisa Fourier digunakan untuk menghubungkan
sinyal dalam domain waktu dengan sinyal di dalam
domain frekuensi
5
Contoh #1
This is baseband transmission
(no modulation involved)
7
Esensi dari dua contoh tadi...
Bandwidth merupakan faktor pembatas utama untuk
transmisi
Dari dua contoh sebelumnya kita bisa menyimpulkan
adanya hubungan antara data rate dengan bandwidth
yang diperlukan
Dengan menurunkan data rate kita bisa menaikkan
kapasitas jaringan
Ingat pada waktu kita membahas speech coding: “riset di dalam
speech coding selalu mencari teknik coding yang mampu
memberikan data rate yang sekecil mungkin dengan kualitas yang
masih dapat diterima”
Tujuannya agar jumlah pembicaraan di dalam jaringan meningkat
walaupun kapasitas jaringan tetap
8
Symbol Rate (Baud Rate) dan Bandwidth
Komunikasi membutuhkan bandwidth transmisi
yang memadai untuk mengakomodasi adanya
spektrum sinyal; kalau tidak,
akan terjadi distorsi
10
Kenyataan:
Setiap kanal komunikasi memiliki bandwidth yang
terbatas
Semakin tinggi data rate, durasi pulsa digital yang
digunakan akan semakin pendek
Semakin pendek durasi pulsa, semakin lebar bandwidth
yang digunakan
Ketika sebuah sinyal berubah-rubah dengan cepat
(dari sisi waktu), spektrumnya akan melebar sehingga
kita katakan bahwa sinyal itu memiliki bandwidth
yang lebar
11
Ilustrasi
Misalnya kita masukan sebuah pulsa digital
berdurasi T (T = 1ms) ke dalam suatu kanal yang
memiliki sifat seperti lowpass filter ideal dengan
bandwidth B
Pulsa keluaran yang diharapkan
Pulsa keluaran Jika B=2*1/T
Pulsa keluaran Jika B=1*1/T
Kanal Transmisi
dengan Bandwidth B
12
Esensi dari ilustrasi
Pulsa keluaran akan semakin terdistorsi bila
bandwidth kanal transmisi semakin kecil
13
Ilustrasi lain
Andaikan kita kirim beberapa pulsa digital untuk kasus yang paling buruk
(bandwidth terkecil) dari yang sudah ditunjukkan pada ilustrasi sebelumnya
Kanal Transmisi
dengan Bandwidth
B = (1/4)*1/T
14
Esensi
ilustrasi
Pengiriman sinyal dengan data rate tinggi harus
menggunakan kanal transmisi yang bandwidthnya lebar
Supaya efek ISI tidak terasa
Bandingkan ilustrasi berikut dengan ilustrasi sebelumnya
Kanal Transmisi
dengan Bandwidth
B = 2*1/T
15
Pada transmisi baseband, suatu sinyal digital yang terdiri
dari r symbols per detik memerlukan bandwidth transmisi,
B (dalam satuan Hertz), sebesar :
B r/2
Istilah symbol mengacu pada satu sinyal pulsa yang digunakan
untuk mentransmisikan data digital
Satu symbol belum tentu merepresentasikan 1 bit data
Contoh: Pada modulasi QPSK, satu symbol merepresentasikan 2 bit
data digital
Oleh karena itu jumlah symbol yang dikirimkan per detik
dinyatakan di dalam baud (bukan bit rate)
Jadi transmisi data dengan kecepatan 1000 baud (symbol/detik) sama
dengan bit rate 2000 bit per detik bila menggunakan modulasi QPSK
Dengan demikian, bandwidth yang tersedia (dalam satuan
hertz) menentukan maximum symbol rate dalam satuan
bauds
Catatan: B merupakan bandwidth teoritis
16
Hubungan antara bandwidth dengan baud rate (yang sudah kita lihat sebelumnya) diturunkan
menggunakan sifat-sifat pulsa sinc
Pulsa sinc memiliki zero crossing pada interval 1/(2W)
Dengan analisa Fourier kita dapat menunjukkan bahwa pulsa sinc tidak memiliki komponen frekuensi
yang lebih tinggi daripada W
Zero crossings
18
Dengan skema pengiriman pulsa sinc seperti yang sudah
disampaikan sebelumnya, selang waktu antar pulsa adalah
T = 1/2W, dengan demikian data rate r = 1/T = 2W
Bila data rate kita naikkan sedemikian hingga W B,
maka selang waktu antar pulsa T 1/2B, sehingga r 1/T
= 2B
Nilai ini memberikan rate maximum teoritis untuk transmisi
symbol sehingga kita dapat katakan bahwa symbol rate dan
bandwidth memiliki hubungan r ≤ 2B atau B ≥ r/2
Dalam kenyataan, tidak ada yang namanya pulsa sinc
itu, sehingga analisa kita menghasilkan symbol rate
maksimum pada suatu kanal lowpass
Di dalam kenyataan digunakan pulsa yang mirip
dengan pulsa sinc
bandwidthnya biasanya 1,5 sampai 2 kali lebih lebar
daripada pulsa sinc
20
Symbol Rate dan Bit Rate
Dalam komunikasi digital, digunakan symbol-symbol
(berbentuk pulsa) sebagai representasi informasi
Bila kita dapat membuat beberapa symbol dengan
amplituda yang berbeda (masing-masing
merepresentasikan bit-bit yang dibawanya), maka
kita dapat menaikkan data rate dengan tetap
mempertahankan symbol rate
21
(a) (b)
Gambar (a) di atas memperlihatkan empat buah
simbol yang masing-masing digunakan untuk
merepresentasikan 2 bit informasi
Gambar (b) memperlihatkan penggunaan symbol di
dalam mengirimkan deretan bit 011011000110
22
Secara umum, jumlah simbol (M) ditentukan oleh jumlah
bit informasi (k) yang diwakilinya, yaitu:
M = 2k
Hubungan antara bit rate dengan jumlah simbol adalah
sbb:
Bit rate = rb = r log2 M [bps]
Pada contoh sebelumnya jumlah simbol ada sebanyak M =
2k = 22 = 4, maka bit rate = rb = r log2 M = r log2 4 = 2 bps.
Maka bila baud rate adalah 1 kbaud, maka bit rate sama
dengan 2 kbps.
Ingat log2 2n = n
Nilai baud rate bisa lebih kecil daripada bit rate
Jadi dengan baud rate tertentu kita bisa terus menaikkan
bit rate dengan cara menambah jumlah simbol (dengan
kata lain: memperbanyak jumlah bit yang dibawa oleh
satu simbol)
23
Kalau gitu....
Naikin aja terus jumlah bit per simbol
agar bit rate transmisi sebesar
mungkin....
24
Level sinyal maksimum
selalu terbatas
noise
25
Kapasitas Maksimum Kanal Transmisi
Noise menurunkan kualitas komunikasi analog
dan memunculkan error pada komunikasi digital
Ukuran noise relatif terhadap sinyal dinyatakan
oleh S/N
S/N biasanya dinyatakan dalam decibel:
26
Pada tahun 1948, Claude
Shannon
mempublikasikan suatu
kajian mengenai data rate
maksimum teoritis pada
kanal komunikasi yang
terganggu noise
Dengan mempertimbangkan sekaligus bandwidth dan
noise, Shannon menyatakan bahwa error-free bit rate (bit
rate yang tidak mengakibatkan error) pada suatu kanal
transmisi tidak dapat melebihi kapasitas maksimum C
Secara matematis, C dinyatakan oleh:
C = B log2(1+S/N)
Dimana:
C = Data rate informasi maksimum dalam satuan bit per detik
B = bandwidth dalam satuan Hertz
S = daya sinyal
N = daya noise
S/N = Signal-to-noise ratio, dinyatakan dalam perbandingan daya
(bukan dalam dB)
28
Contoh:
Misalkan suatu kanal transmisi yang bebas noise memiliki
bandwidth 4 kHz. Maka symbol rate maksimum pada kanal
tersebut adalah r ≤ 2B = 8 kbauds
Artinya, kita dapat mengirimkan sampai 8000 sinyal (simbol) per detik
Bila kanal di atas digunakan pada suatu lingkungan yang
mengandung noise dengan S/N sebesar 28 dB (bila dinyatakan
dalam bentuk perbandingan S/N = 102,8 ≈ 631
Maksimum bit rate menurut Shannon = C
C = B log2(1 + S/N) = 4.000 log2(632) = 37.2 Kbps
Agar batas kapasitas kanal tidak terlampaui, maka jumlah bit persimbol
yang diijinkan untuk ditransmisikan pada kanal di atas adalah 4
Ingat rumus ini:
Bit rate = r log2 M
Bila kita masukkan hasil perhitungan di atas:
37,2 kbps = 8 kbauds * log2 2k ; maka jumlah bit maksimum yang
diperbolehkan adalah sebanyak 4 bit per simbol
29
Line Coding
Line coding merupakan metoda untuk merubah simbol dari sumber
ke dalam bentuk lain untuk ditransmisikan
Line coding merubah pesan-pesan digital ke dalam deretan simbol
baru (ini merupakan proses encoding)
Decoding bekerja kebalikannya yaitu merubah kembali deretan yang
sudah dikodekan (encoded sequence) menjadi pesan aslinya
30
Tujuan Line Coding
Merekayasa spektrum sinyal digital agar sesuai dengan
medium transmisi yang akan digunakan
Dapat dimanfaatkan untuk proses sinkronisasi antara
pengirim dan penerima (sistem tidak memerlukan jalur
terpisah untuk clock)
Dapat digunakan untuk menghilangkan komponen DC
sinyal (sinyal dengan frekuensi 0)
Komponen DC tidak mengandung informasi apapun tetapi
menghamburkan daya pancar
Line coding dapat digunakan untuk menaikkan data rate
Beberapa teknik line coding dapat digunakan untuk
pendeteksian kesalahan
31
• Pada contoh di atas, setiap 2 bit data dikodekan ke dalam 4 level simbol
• Jadi bit rate akan menjadi dua kali dari bit baud rate
32
Berdasarkan level sinyal yang digunakan, line coding
dapat dikatagorikan sbb.:
Unipolar : menggunakan level +v, 0
Polar (antipodal) : menggunakan level +v, -v
Bipolar (pseudoternary): menggunakan level +v, 0, -v
33
Line coding yang akan kita bahas
NRZ
RZ
AMI
HDB3
CMI
Manchester
Differential Manchester
B8ZS
nBmB
34
Non Return to Zero (NRZ)
Bit “1” dinyatakan oleh “high signal” selama perioda bit
Bit "0" dinyatakan oleh “low signal” selama perioda bit
Kelemahan:
Tidak ada informasi timing di dalam bentuk sinyal sehingga sinkronisasi
bisa hilang bila muncul deretan 0 yang panjang
Spektrum NRZ mengandung komponen DC
Varian dari NRZ:
NRZ-L (Non-Return-to-Zero-Level) : Level konstan selama perioda bit
NRZ-I : (Non-Return-to-Zero-Invert on ones): bit “1” dikodekan dalam
bentuk transisi sinyal (dari high-ke-low atau low-ke-high), sedangkan “0”
dikodekan dengan tidak adanya transisi sinyal
NRZ-M (Non-Return-to-Zero-Mark): level berubah bila ada bit “1”
NRZ-S (Non-Return-to-Zero-Space): level berubah bila ada bit “0”
NRZ bisa unipolar maupun polar
35
Unipolar
NRZ-L
Polar
NRZ-L
Unipolar
NRZ-M
Unipolar
NRZ-S
36
power density
0
1
-0.2
0.2
0.4
0.6
0.8
1.2
0 NRZ
0.2
0.4
0.6
0.8
fT
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2
37
Return to Zero (RZ)
Bit "1" dinyatakan oleh “high signal” selama setengah
perioda bit dan dinyatakan oleh “low signal” pada seengah
perioda bit berikutnya
Memungkinkan pengambilan informasi clock bila ada deretan 1 yang
panjang
Kelemahan
Bandwidht yang diperlukan dua kali NRZ
Sulit mengambil informasi clock bila ada deretan nol yang panjang
Mengandung komponen DC
38
AMI (Alternate Mark Inversion)
• Pseudoternary code
– Bit "0" dinyatakan sebagai level nol
– Bit "1" dinyatakan oleh level positif dan negatif yang
bergantian
• Karakteristik sinyal hasil pengkodean AMI
– Tidak memiliki komponen DC (kelebihan)
– Tidak memecahkan masalah kehilangan sinkronisasi
bila terdapat deretan nol yang panjang
Polaritas level antara dua buah bit “1” yang berurutan berkebalikan39
HDB3
Berbasis kode AMI
Jumlah nol berurutan yang diperbolehkan maksimum 3
Ide dasar: mengganti empat nol berurutan menjadi "000V" atau
"B00V"
"V" adalah pulsa yang menyalahi aturan AMI mengenai perubahan
polaritas yang berurutan
Aturan penggunaan "000V" atau "B00V" adalah sbb:
"B00V" digunakan jika sampai pulsa sebelumnya, sinyal mengandung
komponen DC (yaitu jumlah pulsa negatif dan pulsa positif tidak sama)
"000V" digunakan jika sampai pulsa sebelumnya komponen DC adalah nol
(jumlah pulsa negatif sama dengan jumlah pulsa positif
Polaritas pulsa "B", yang patuh pada aturan AMI, bisa positif atau negatif
dengan tujuan menjamin dua pulsa V berlawanan polaritas
40
CMI (Coded Mark Inverted)
Berbasis AMI
Digunakan pada transmisis kecepatan tinggi
Bit “1” dikirimkan sesuai dengan aturan AMI yaitu bila ada dua “1”
berurutan maka pulsa yang menyatakan keduanya harus berbeda
polaritas
Bit “0” dinyatakan oleh pulsa dengan setengah perioda pulsa pertama
dinyatakan oleh tegangan negatif sedangkan setengah perioda pulsa
berikutnya dinyatakan oleh tegangan positif
Kode CMI memiliki karakteristik berikut:
Menghilangkan spektrum sinyal pada frekuensi yang sangat rendah
Clock dapat direcovery dengan mudah
Bandwidth lebih lebar daripada AMI
41
Manchester
Bit “1” dinyatakan oleh pulsa yang setengah prioda pertamanya
memiliki level high dan setengah perioda sisanya memiliki level
low
Bit “0” dinyatakan oleh pulsa yang setengah perioda
pertamanya memiliki level low dan setengah perioda sisanya
memiliki level high
Jadi setiap bit dinyatakan oleh pulsa-pulsa yang berganti level
pada pertengahan bit
Karakteristik Manchester coding:
Timing recovery mudah
Bandwidth lebar
1 0 1 0 1 1 1 0 0
42
Differential Manchester
Setiap bit dinyatakan oleh pulsa-pulsa yang
berubah level di pertengahan bit
Bit “1” dikodekan dengan tidak adanya transisi
level di awal bit
Bit “0” dikodekan dengan adanya transisi level di
awal perioda bit
43
B8ZS
Berbasis AMI
Jika ada 8 nol berurutan dan pulsa sebelumnya
merupakan pulsa positif maka semua nol itu
dikodekan menjadi 000+-0-+
Jika ada 8 nol berurutan dan pulsa sebelumnya
merupakan pulsa negatif maka semua nol itu
dikodekan menjadi 000-+0+-
Ada dua pulsa yang melanggar aturan AMI
Data
44
mBnB
Memetakan satu blok informasi yang terdiri dari
m bits ke dalam n bits
n > m ; biasanya n = m+1
Manchester code dapat dilihat sebagai kode 1B2B
4B5B digunakan pada FDDI
8B10b digunakan pada Gigabit Ethernet
64B66B digunakan pada 10G Ethernet
45
Untuk mengetahui
komponen DC pada sinyal
46
Pada transmisi jarak jauh, daya sinyal akan
teredam sehingga daya yang sampai di penerima
bisa jadi sudah sedemikian lemah sehingga tidak
dapat dideteksi lagi
Pada sistem transmisi analog, digunakan
amplifier/repeater untuk menguatkan sinyal yang
sudah lemah
Amplifier/repeater selain menguatkan input yang
berupa sinyal informasi juga akan menguatkan
sinyal noise
Pada penggunaan amplifier/repeater yang berulangkali,
efek noise akan terakumulasikan sehingga
perbandingan Sinyal dengan Noise (S/N) akan semakin
mengecil
48
Pada sistem transmisi digital, penguatan sinyal dilakukan
menggunakan perangkat yang disebut regenerator (digital
amplifier)
Suatu regenerator terdiri dari equalizing amplifier, yang
mengkompensasi distorsi dan menapis (mem-filter) out-
of-band noise, serta sebuah komparator
Keluaran komparator akan high jika sinyal input lebih besar
daripada Vref, dan akan low jika sinyal input lebih rendah daripada
Vref
Sebuah regenator juga mengandung rangkaian pewaktu
(timing) yang berfungsi untuk membangkitkan sinyal
clock berdasarkan sinyal input yang diterima
D-flip flop digunakan untuk menentukan apakah sinyal
keluaran regenerator high (1) atau low (0) pada saat sinyal
clock berada pada kondisi sisi naik (rising edge)
Nilai output akan tetap sampai rising edge berikutnya
Sinyal hasil regenerasi akan bebas dari noise dan siap
ditransmisikan lagi
49
50
Jika noise terlalu besar, input terhadap
komparator bisa jadi berada di atas Vref walaupun
sebenarnya sinyal nol yang sedang dikirimkan
Akibatnya akan terjadi kesalahan (error) regenerasi
karena yang akan dikeluarkan regenerator adalah sinyal
satu padahal seharusnya adalah sinyal nol
Sebaliknya, jika noise terlalu besar, input
terhadap komparator bisa jadi berada di bawah
Vref walaupun sebenarnya sinyal satu yang sedang
dikirimkan
Akibatnya akan terjadi kesalahan regenerasi karena
yang akan dikeluarkan regenerator adalah sinyal nol
padahal seharusnya adalah sinyal satu
51
Frekuensi error tergantung pada
level noise atau d.k.l tergantung
S/N
Jika diasumsikan bahwa noise
Pe memiliki distribusi amplituda
Gaussian, maka error rate (bit error
probability) mengikuti kurva error
rate vs S/N seperti yang terlihat
pada gambar
Nilai pasti hubungan antara S/N
dengan BER berbeda-beda untuk
setiap sistem, tetapi bentuk kurva-
nya serupa
Perhatikan bahwa BER akan turun
bila S/N semakin tinggi, sebaliknya
BER akan naik bila S/N semakin
rendah
Transmisi voice PCM memerlukan
syarat BER maksimum 10-3,
sedangkan transmisi data
memerlukan persyaratan BER yang
lebih ketat (maksimum 10-9)
Pe = Probability of bit error = bit error rate (BER)
SDH = Synchronous Digital Hierarchy
SONET = Synchronous Optical Network
Mari kita lihat kembali PDH
Perhatikan bahwa kecepatan keluaran setiap multiplexing tingkat tinggi adalah kira-kira lebih dari 4
kali kecepatan sinyal tributary (bukan tepat 4 kali kecepatan sinyal tributary)
Contoh: Kecepatan E-2 adalah 8,448 Mbps (ini tidak sama dengan 4x2,048 Mbps)
Pada keluaran masing-masing multiplexer juga ada informasi batas frame
Keluaran setiap level merupakan susunan bit interleaved dari setiap sinyal tributary
Artinya, keluaran setiap hirarki tersusun dari satu bit yang berasal dari tributary 1, satu bit dari tributary 2, 3 , 4,
lalu dari tributary 1 lagi dst.
Ingat: pada PDH, kecepatan masing-masing sinyal tributary boleh berbeda sedikit
Oleh karena itu, sebelum dimultiplex, kecepatan masing-masing sinyal tributary harus disesuaikan
agar ketika dimultiplex akan diperoleh kecepatan yang sesuai pada setiap tingkat
Penyesuaian kecepatan ini disebut justification atau stuffing
Justification/stuffing dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah bit justifikasi kepada setiap
tributary
Pada demultiplexer, bit-bit justifikasi ini dihilangkan sehingga rate tributary asli dapat kembali
diperoleh
Kondisi yang sama terjadi pada PDH versi Amerika Utara
Kelemahan PDH
• Penentuan tributary rate pada proses demultiplexing
harus dilakukan secara bertahap akibat adanya
justification/stuffing
• Akhir tahun 80-an telah banyak terpasang serat optik
yang interface optiknya belum distandardkan
– Para peneliti menyadari bahwa diperlukan adanya standard baru
yang dapat memenuhi kebutuhan masa depan
• Standard Eropa dan Amerika tidak kompatibel
• Interface tergantung pada vendor
• Data rate yang lebih tinggi (di atas 140 Mbps atau 274
Mbps) belum distandardkan
• Untuk memperoleh multiplex orde tinggi diperlukan
banyak perangkat multiplexer
55
Pada pertengahan tahun 70-an, ANSI mengawali study mengenai
metoda transmisi baru agar penggunaan jaringan optik dan teknologi
digital modern lebih efisien
Sistem ini disebut Synchronous Optical NETwork (SONET) dan untuk
digunakan di negara Amerika Serikat
Pada akhir tahun 80-1n, ITU-T membuat standard sendiri yang
berlaku di seluruh dunia yang disebut Synchronous Digital Hierarchy
(SDH)
SDH dikembangkan dengan cara mengadopsi SONET lalu disesuaikan
dengan jaringan Eropa
Beberapa subset dari rekomendasi SDH yang berasal dari ITU-T
dipilih oleh ETSI sebagai standard untuk Eropa
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada dua sistem synchronous
optical yang berlaku yaitu SONET di Amerika Serikat dan SDH di
Eropa
Prinsip kerja SONET dan SDH hampir serupa serta menggunakan
data rate yang sama
SDH dapat me-multiplex tributary PDH maupun tributary yang
synchronous
56
Synchronous tributaries
Plesiochronous tributaries
57
Skema multiplexing pada SDH
Aliran data (transmission data streams) pada SDH disebut
synchronous transport modules (STMs)
Data rate STM merupakan hasil perkalian dari data rate STM-1 (155.52-
Mbps)
Aliran data dari STM-1 di-byte interleaved dengan aliran data dari
STM-1 yang lain sehingga terbentuk aliran data yang memiliki data
rate lebih tinggi
Tidak ada penambahan informasi framing
Byte interleaving artinya, misalnya, sebuah sinyal STM-4 mengandung
satu byte (8 bits) yang berasal dari tributary STM-1 yang pertama,
kemudian dari yang kedua, ketiga, dan keempat lalu balik lagi dari
yang pertama dst.
Demultiplexer menerima seluruh frame STM-1 secara independent
58
Frame STM-1 diulangi 8000 kali per detik, suatu rate yang
sama dengan rate pencuplikan pada PCM
Hali ini membuat sampel 8-bit speech dapat disimpan di dalam
aliran data 155.52-Mbps
Bila PCM coding disinkronkan sebagai sumber untuk sistem SDH,
maka proses demultiplex satu kanal speech dilakukan dengan
hanya mengambil 1 byte dari setiap frame STM-1
Frame STM-1 mengandung informasi batas frame dan informasi lainnya
serta suatu pointer yang memberitahu lokasi tributary di dalam frame
Jika tributary tidak disinkronkan terhadap frame STM-1,
sebuah pointer (berbentuk binary number) yang
diletakkan pada lokasi tertentu di dalam frame STM-1
akan menunjukkan lokasi dari setiap tributary
Dengan melihat nilai pointer ini maka kita dapat menemukan
dengan mudah lokasi sinyal tributary yang diinginkan
Ini merupakan keunggulan utama SDH dari PDH yang memerlukan
step-by-step demultiplexing untuk memisahkan bit-bit informasi dan
stuffing di dalam rangka mendapatkan tributary
59
Data Rate SONET
Modul dasar SONET disebut synchronous transport signal
level 1 (STS-1)
STS-1 memiliki kecepatan 51,840 Mbps
STS-1 dimultiplex secara sinkron dengan STS-1 yang lain
untuk memperoleh sinyal dengan orde lebih tinggi (STS-
N)
Setiap sinyal STS-N memiliki hubungan dengan sinyal
optik yang disebut optical carrier (OC-N) untuk keperluan
transmisi optik
Sinyal STS-1 terdiri dari beberapa frame
Durasi frame adalah 125 μs (muncul sebanyak 8000 kali per detik
yang juga sama dengan rate pencuplikan pada PCM)
60
61
The Transmission Equipments
Modems
Terminal Multiplexers
Add/drop multiplexers
Digital cross-connect systems
Regenerators atau intermediate repeaters
Optical line system
WDM
Optical amplifiers
Microwave Relay System
63
Modems
Merubah sinyal digital menjadi analog dan sebaliknya
64
Terminal multiplexers
Terminal multiplexer (TM) atau multiplexer (saja)
berfungsi untuk menggabungkan sinyal digital
dengan tujuan memperoleh bit rate yang lebih tinggi
untuk transmisi berkapasitas tinggi
65
Add/drop multiplexers
Add/drop multiplexers digunakan untuk mengambil
(drop) beberapa kanal dari aliran data kecepatan
tinggi atau untuk menyisipkan (add) beberapa kanal
ke dalam aliran data berkecepatan tinggi
66
67
Digital
cross-connect
Digital cross-connect (DXC) merupakan
systems
node jaringan yang mampu menyusun
ulang kanal-kanal yang ada di dalam suatu
aliran
DXC memungkinkan konfigurasi terhadap
jaringan dilakukan secara flexible
Fungsi dasar DXC adalah sama dengan
sentral
DXC mampu men-switch pada orde tinggi
(tidak hanya orde 64 Kbps seperti pada
sentral biasa)
DXC bisa jadi mengandung fungsi
redundancy yang dapat secara otomatis
mem-bypass bagian link transmisi yang
rusak
SDH dan SONET sering menggunakan
topologi ring untuk mendapatkan keandalan
(reliability) yang lebih tinggi
Optical Line Systems
Optical line systems terdiri dari dua terminal
repeaters pada ujung-ujung serat optik
Fungsinya untuk merubah sinyal elektrik digital
menjadi sinyal optik dan sebaliknya
Terminal ini disebut OLT (Optical Line Terminal)
Sistem ini terintegrasi ke dalam sistem SONET
dan SDH
Pada PDH, optical line systems merupakan perangkat
yang terpisah dan harus dihubungkan dengan interface
yang sudah distandardkan
69
Sistem transmisi optik memancarkan pulsa-pulsa cahaya ke dalam
serat optik
Pada sistem komunikasi optik dua arah diperlukan dua buah serat
optik (masing-masing satu serat untuk setiap arah)
Gambar berikut memperlihatkan posisi OLT pada sistem komunikasi
optik dua arah
70
WDM
Perkembangan teknologi laser semikonduktor telah dapat
menghasilkan laser dengan bandwidth yang sempit
sehingga beberapa sinyal optik dengan panjang
gelombang yang berbeda dapat digabungkan ke dalam
satu serat optik yang sama
Proses multiplexing ini disebut wavelength-division
multiplexing (WDM)
WDM menggunakan optical coupler untuk
menggabungkan sinyal-sinyal optik (WDM multiplexer)
Sedangkan pada WDM demultiplexer digunakan filter
optik untuk memisahkan sinyal-sinyal optik di penerima
WDM dapat meningkatkan kapasitas serat mulai dari 10
sampai 100 kali lipat
71
72
Teknologi WDM yang mampu menggabungkan
lebih dari 16 panjang gelombang di dalam satu
serat disebut Dense WDM (DWDM)
73
Optical Amplifiers
Penguat sinyal optik
Penguatan di lakukan di dalam domain optik (tidak ada
konversi ke eletrik dulu)
74
Microwave Relay System
Berfungsi untuk merubah sinyal digital menjadi
gelombang radio dan sebaliknya
Biasanya bekerja pada rentang frekuensi 1 sampai
40 GHz
Memerlukan transmisi yang line-of-sight
Pada frekuensi tinggi, kondisi cuaca
mempengaruhi redaman dan kualitas transmisi
Mengakibatkan terbatasnya frekuensi yang dapat
digunakan serta membatasi jarak transmisi
75
76