Anda di halaman 1dari 47

REFLEKSI KASUS

TUBERKULOSIS PARU
DENGAN STATUS GIZI
BAIK
Pembimbing:
dr. Sri Priyantini M, Sp.A.
 
Disusun oleh:
Ayu Yuli Asih
30101206821
IDENTITAS PENDERITA

 Nama : An.M.H.A
 Umur : 11 Bulan 22 Hari
 Jenis Kelamin :Laki-laki
 Pendidikan :-
 Agama : Islam
 Suku : Jawa
 Alamat : Ngablak Indah 7/4
IDENTITAS ORANG TUA
 Nama Ayah : Tn.R
 Umur : 33 tahun
 Pekerjaan : Karyawan Pabrik
 Pendidikan : SMA

 Nama Ibu : Ny. T


 Umur : 30 tahun
 Pekerjaan :Karyawan Pabrik
 Pendidikan : SMA
ANAMNESIS
 Anamnesis
 Alloanamnesis dengan ibu penderita dilakukan pada tanggal
26 April 2018 pukul 16.00 WIB di Bangsal Anak (Atfal) RSI
Sultan Agung Semarang dan didukung dengan catatan medis.
 Keluhan Utama : Batuk
 Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien batuk sejak 6 minggu yang lalu dan tidak kunjung


sembuh. Batuk terdengar grok grok dan terkadang
menghilang, saat batuk terkadang memuntahkan dahak dan isi
lambung. Batuk dirasakan terus menerus dan tidak
dipengaruhi oleh debu dan cuaca. Baju sering basah karena
berkeringat di malam hari.
Semenjak sakit ini, nafsu makan menjadi kurang, ibu
pasien rutin memeriksakan berat badan pyuasien, dan
didapatkan berat badan pasien semakin berkurang
dibandingkan dengan sebelumnya.
 Buang air besar 2x sehari dengan konsistensi lunak. Sejak 4
minggu yang lalu timbul panas, namun tidak tinggi, hanya
semlenget dan tidak menggigil. Adanya ruam kemerahan
disangkal, muntah terkadang saat batuk, diare disangkal.
Riwayat sesak disangkal, riwayat pengobatan nebulisasi
disangkal, riwayat alergi disangkal. Pasien sudah berobat
namun keluhan tidak kunjung membaik.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat Penyakit Keluarga :
Di keluarga ada yang sakit seperti ini dan saat ini masih rutin
menjalani pengobatan TB Paru, yaitu nenek pasien yang
tinggal serumah.

 Riwayat Persalinan dan Kehamilan :


Anak laki-laki lahir dari ibu usia 30 tahun G2P1A0, hamil 39
minggu, lahir secara spontan. Persalinan ditolong oleh bidan,
anak lahir langsung menangis, berat badan lahir 3000 gram.
Panjang badan 47 cm, lingkar kepala saat lahir ibu lupa,
lingkar dada saat lahir ibu juga lupa.
Kesan : neonatus aterm, lahir secara spontan.
 Riwayat Pemeliharaan Prenatal :
Ibu biasa memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan
1x setiap bulan sampai usia kehamilan 8 bulan. Setelah > 8
bulan ibu memeriksakan kehamilan 1x dalam 2 minggu. Tidak
pernah menderita penyakit selama kehamilan. Riwayat
perdarahan saat hamil disangkal. Riwayat trauma saat hamil
disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep dokter ataupun
minum jamu disangkal. Obat–obat yang diminum selama
kehamilan adalah vitamin dan tablet penambah darah.
Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal baik.

 Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak


Pertumbuhan :
Berat badan lahir 3000 gram, berat badan sekarang 7,9 kg,
panjang badan sekarang 70 cm.
 
 Perkembangan :
Senyum : 2 bulan
Miring : 3 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Merangkak : 6 bulan
Berdiri : ± 10 bulan
Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan
umur. 
 Riwayat Makan dan Minum Anak :
Ibu mengaku anak diberi ASI dan susu formula sejak lahir. Setelah
usia 6 bulan ibu memberikan anak makanan tambahan yaitu bubur.
Sejak usia 10 bulan anak diberi nasi dan sayur sop serta lauk (ikan,
telur, tempe,tahu,dll).
Kesan : ASI tidak eksklusif.
 Riwayat Imunisasi

 Riwayat Sosial Ekonomi :


Ayah dan Ibu pasien bekerja sebagai karyawan pabrik. Menanggung 2
orang anak. Biaya pengobatan menggunakan BPJS NPBI.
Kesan : sosial ekonomi cukup.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik
Tanggal 26 April 2018 pukul 16.00 WIB.
Anak laki-laki, usia 11 bulan, berat badan 7,9 kg, panjang badan
70 cm.
 Keadaan umum: composmentis, tampak sakit sedang, kesan
gizi kurang,
 Tanda vital :
 Tekanan darah : tidak dilakukan
 HR (Nadi) : 148x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
 RR (Laju Nafas) : 55x/menit, reguler
 Suhu : 38,2 o C (axilla)
Status Internus
 Kepala : mesocephale, ubun-ubun besar cekung (-)
 Rambut : hitam, terdistribusi merata
 Mata : mata cowong -/-, pupil isokor +/+, konjungtiva
anemis -/-,
sklera ikterik -/-, edema palpebra -/-
 Hidung : sekret -/-, nafas cuping hidung -/-, Telinga discharge
-/-
 Mulut : bibir kering (-), bibir sianosis (-), trismus (-)
 Tenggorokan : tonsil T1/T1, mukosa faring hiperemis (-),
detritus (-),
granulasi (-)
 Leher : ada pembesaran KGB
THORAKS
Jantung
 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V 1 cm medial linea
midclavicula sinistra, tidak kuat angkat
 Perkusi : batas jantung sulit ditentukan
 Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler normal, murmur (-),
gallop (-)

Paru - paru
 Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris saat inspirasi
dan ekspirasi, retraksi (-)
 Palpasi : tidak dilakukan
 Perkusi : sonor di seluruh paru
 Auskultasi : suara napas vesikuler di seluruh lapang paru,
rhonki +/+, wheezing -/-
ABDOMEN
 Inspeksi : datar
 Auskultasi : bising usus (+) normal
 Perkusi : timpani di seluruh kuadran,
 Palpasi : supel, turgor kembali cepat, hepar dan lien tidak teraba,
nyeri tekan suprapubik (-) , nyeri tekan (-)

Alat kelamin : laki-laki, dalam batas normal


Anorektal : dalam batas normal, hiperemis (-)
 Ekstremitas

Superior Inferior

Akral dingin -/- -/-

Akral sianosis -/- -/-

Oedem -/- -/-

CRT <2’’ <2’’


PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Darah rutin tanggal 26 April 2018
Hb : 11,0g/dl
Ht : 33,9 % (L)
Leukosit : 10,59 ribu/uL
Trombosit : 284 ribu/uL
Foto Thorax tanggal 26 April 2018
 Cor : tidak membesar
 Pulmo :
Corakan bronkovaskular meningkat
Tampak bercak pada perihiler kanan
Hilus kanan tebal
Diafragma dan sinus kostofrenikus baik
 Kesan :
Cor : tidak membesar
Pulmo : TB Paru
PEMERIKSAAN KHUSUS
 Data Antropometri :
 Anak laki-laki, usia 11 bulan
 Berat badan : 7,9 kg
 Panjang badan : 70cm
 Pemeriksaan status gizi (Z score) :
 WAZ = BB – median =7,9 -9.9= -2, 0 (Gizi Normal)
 SD 1,0
 HAZ = TB – median = 70 – 74.9= -1,8 (Normal)
 SD 2,7
 WHZ = BB – median = 7,9 – 8,5 = -0.75 (Normal)
 SD 0.8
 Kesan :status gizi baik.
INITIAL PLANS
Assesment : Tuberkulosis Paru
DD : Asma Bronkhial
Pertusis
Pneumonia
SKORING TB
SKOR TB 0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas - Laporan keluarga, BTA Kontak pasien dengan
(-), tidak tahu/ tidak jelas BTA (+)

Uji tuberkulin Negative - - Positif (≥10 mm, atau ≥5


mm pada keadaan
imunosupresi)

Berat badan/keadaan gizi - BB/TB <90% atau Klinis gizi buruk BB/TB -
BB/U <80% <70% atau BB/U < 60%

Demam tanpa sebab yang jelas - ≥ 2 minggu - -


Batuk - ≥3 minggu - -
Pembesaran KGB - ≥ 1 cm, jumlah > - -
1, tidak nyeri

Pembengkakan tulang/sendi - Ada pembengkakan - -


panggul, lutut, falang

Foto rontgen thoraks Normal Kesan TB - -

TOTAL SKOR : 7
IP.Dx
S : -
O :
Foto thorax AP dan lateral
Pemeriksaan tes tuberkulin
Skor ≥ 6

Beri OAT, 2 bulan


terapi. Evaluasi

Respon (+) Respon (-)

Terapi diteruskan Rujuk untuk


evaluasi lanjut
IP. Tx
 OAT
 Fase awal / intensif untuk 2 bulan pertama 2RHZ
◦ Rifampisin 75 mg/hari
◦ Isoniazid 50 mg/hari
◦ Pirazinamid 150 mg/hari
 Fase Lanjutan untuk 4 bulan selanjutnya 4RH
◦ Rifampisin 75 mg/hari
◦ Isoniazid 50 mg/hari
 OAT fixed dose combination 1 box (1x1 tablet)
 Fase awal 2RHZ (75 mg/50 mg/150 mg)
 Fase lanjutan 4RH (75 mg/50 mg)
IPMx
 Keadaan umum, penambahan BB, vital sign, batuk

IP. Ex
 Menjelaskan kepada keluarga bahwa TB paru memerlukan
pengobatan yang lama ± 6 bulan
 Edukasi kepada keluarga mengenai pentingnya kepatuhan minum
 obat setiap hari
 Skrining terhadap saudara dan kedua orang tua pasien
 Pengobatan pada keluarga yang menderita TB paru
Assesment : Gizi Baik
DD :
 Gizi lebih 

IPDx
 S:-
 O:-

IP Tx
 Kebutuhan nutrisi menurut Schoffield :
 (60,9 x BB) – 54 = (60,9 x 7,9 ) – 54 = 427.11kkal/hari
 Karbohidarat : 60% x 427.11= 256.26kkal
 Lemak : 40% x427.11 = 1170.84kkal
 Protein : 10% x 427.11= 42.711kkal
IP. Mx
 Keadaan umum pasien, Penambahan BB & TB

IP. Ex
 Asupan makanan yang bergizi seimbang
 Jangan mengkonsumsi makanan di sembarang tempat
 Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
 Olah raga yang teratur
 Menimbang berat badan secara rutin
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.

Tuberkulosis pada anak didefinisikan sebagai


tuberkulosis yang diderita oleh anak <15 tahun
Etiologi
M. Tuberkulosis berbentuk batang, tidak membentuk spora,
tidak berkapsul, nonmotil, pleomorfik, dan termasuk bakteri
gram positif lemah, serta memiliki ukuran panjang 1-10
mikrometer dan lebarnya 0,2-0,6 mikrometer. M.
Tuberkulosis tumbuh optimal pada suhu 37-41 0C dan
merupakan bakteri aerob obligat yang berkembang biak
secara optimal pada jaringan yang mengandung banyak
udara seperti jaringan paru.
Patogenesis
Perjalanan alamiah
Manifestasi klinis TB di berbagai organ muncul dengan pola
yang konstan, sehingga dari studi Wallgren dan peneliti lain
dapat disusun suatu kalender terjadinya TB di berbagai organ.
Manifestasi sistemik
manifestasi sistemik yang dapat dialami anak yaitu:
 Demam lama (>2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas, yang
dapat disertai keringat malam. Demam pada umumnya tidak tinggi.
Temuan demam pada pasien TB berkisar antara 40-80% kasus.
 Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan
dengan penanganan gizi atau naik tetapi tidak sesuai dengan grafik
pertumbuhan.
 Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan
tidak naik dengan adekuat (failure to thrive).
 Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya
multipel.
 Batuk lama lebih dari 3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan, tetapi
pada anak bukan merupakan gejala utama.
 Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.
 Malaise (letih, lesu, lemah, lelah).
Pemeriksaan Penunjang
Test Tuberkulin
 Ada 2 macam tuberkulin yang dipakai yaitu Old tuberkulin dan
Purified protein derivate dengan cara Mantoux. Yaitu dengan
menyuntikkan 0,1 ml tuberkulin PPD intrakutan di volar lengan
bawah. Reaksi dilihat 48 – 72 jam setelah penyuntikan. Uji
Tuberkulin : positif menunjukkan adanya infeksi TB.

Keadaan umum anak


Curiga adanya TB anak bila :
◦ Sering panas
◦ Sering batuk pilek (batuk kronis berulang)
◦ Nafsu makan menurun
◦ Berat badan tidak naik
Laboratorium hematologi
Tidak banyak membantu. Laju endap darah meninggi pada keadaan aktif
dan kronik. Pada stadium akut bisa terjadi lekositosis dengan sel
polimorfonuklear yang meningkat selanjutnya limfositosis.

Foto Rontgen
Foto thoraks yang khas adalah :
◦ Fokus primer
◦ Limfadenitis pada trakhea
◦ Limfangitis
Foto thoraks yang jelas :
◦ TB milier
◦ Bronkhogenic Spread
Pemeriksaan bakteriologis
Merupakan diagnosis pasti bila ditemukan kuman basil tahan
asam, tetapi sulit pada bayi dan anak. Bahan pemeriksaan dapat
diambil dari sputum (pada anak besar), bilasan lambung pagi hari
atau dari cairan lain : LCS, Cairan pleura, cairan
pericard.Pemeriksaan dapat dilakukan cara langsung, biakan
dengan metode lama, radiometrik (Bactec), PCR.
Pemeriksaan histopatologi
Jarang dilakukan pada anak, dilakukan dengan biopsi misalnya
dari kelenjar limfe
Pemeriksaan fungsi paru
Pada umumnya fungsi paru tak terganggu kecuali pada
bronkhiektasis hebat.Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada TB
anak yang memerlukan tindakan operatif.
Pemeriksaan terhadap sumber penularan
Dicari sumber infeksi baik dari keluarga maupun
orang lain, dilakukan pemeriksaan sputum, foto paru,
pemeriksaan darah. Bila positif sebaiknya diisolasi
untuk mengurangi kontak dan dilakukan pengobatan.

Serologi : hasil kurang memuaskan & masih


kontroversi, hasil tergantung dari :
◦ Umur
◦ Status imunisasi
◦ Mycobacterium atypic
◦ Tidak dapat membedakan infeksi dan sakit
Skoring TB
 Diagnosis dengan sistem skor ditegakkan oleh dokter.
 Jika dijumpai skrofuloderma, langsung didiagnosis tuberkulosis.
 Berat badan dinilai saat datang.
 Demam dan batuk tidak ada respon terhadap terapi sesuai baku.
 Gambaran sugestif TB, berupa; pembesaran kelenjar hilus atau
paratrakeal dengan/tanpa infiltrat; konsolidasi segmental/lobar; kalsifikasi
dengan infiltrat; atelektasis; tuberkuloma. Gambaran milier tidak dihitung
dalam skor karena diperlakukan secara khusus.
 Mengingat pentingnya peran uji tuberkulin dalam mendiagnosis TB anak,
maka sebaiknya disediakan tuberkulin di tempat pelayanan  kesehatan.
 Pada anak yang diberi imunisasi BCG, bila terjadi reaksi cepat BCG (≤ 7
hari) harus dievaluasi dengan sistim skoring TB anak, BCG bukan
merupakan alat diagnostik.
 Didiagnosis TB Anak ditegakkan bila jumlah skor ≥ 6, (skor
maksimal 13).
 Jika ditemukan gambaran milier, kavitas atau efusi pleura pada foto
toraks, dan/atau terdapat tanda-tanda bahaya, seperti kejang, kaku kuduk
dan penurunan kesadaran serta tanda kegawatan lain seperti sesak napas,
pasien harus di rawat inap di RS.
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan TB anak adalah :
◦ Menurunkan / membunuh kuman dengan cepat
◦ Sterilisasi kuman untuk mencegah relaps
dengan jalan pengobatan
 Fase intensif (2 bulan) : mengeradikasi kuman
dengan 3 macam obat : INH, Rifampisim dan PZA
 Fase pemeliharaan (4 bulan) : akan memberikan efek
sterilisasi untuk mencegah terjadinya relap :
menggunakan 2 macam obat : INH & RIF
◦ Mencegah terjadinya resistensi kuman TB
Kortikosteroid :
◦ Sebagai anti inflamasi digunakan predison
oral dengan dosis 1 – 2 mg /kgBB/kari selama
4 minggu kemudian dilakukan tapering of
selama 2 minggu
◦ Indikasi pemberian :
 TBmilier
 Meningitis TB
 Pleuritis TB dg efusi
PENCEGAHAN TUBERKULOSIS
ANAK
Perlindungan terhadap sumber penularan. Prioritas
pengobatan sekarang ditujukan terhadap orang dewasa.
Akan tetapi seperti yang telah diterangkan sebelumnya
bahwa TB anak yang tidak mendapat pengobatan akhirnya
menjadi TB dewasa dan akan menjadi sumber penularan
Vaksinasi BCG
Khemoprofilaksis primer maupun sekunder
Pengobatan terhadap infeksi dan penemuan sumber
penularan
Pencegahan terhadap menghebatnya penyakit dengan
diagnosis dini
Penyuluhan dan pendidikan kesehatan
Komplikasi
Limfadenitis, meningitis, osteomielitis,
arthtritis, enteritis, peritonitis, penyebaran ke
ginjal, mata, telinga tengah dan kulit dapat
terjadi. Bayi yang dilahirkan dari orang tua
yang menderita tuberkulosis mempunyai risiko
yang besar untuk menderita tuberkulosis.
Kemungkinan terjadinya gangguan jalan nafas
yang mengancam jiwa harus dipikirkan pada
pasien dengan pelebaran mediastinum atau
adanya lesi pada daerah hilus.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai