Anda di halaman 1dari 31

PENERAPAN PENGELOLAAN PENYAKIT

TERPADU PADA TANAMAN


HORTIKULTURA
PHT meliputi empat prinsip dasar:
1.Tanaman budidaya yang sehat
2.Melestarikan dan Mendayagunakan fungsi
musuh alami
3. Pemantauan Lahan Secara Berkala
4. Petani Menjadi Ahli PHT di Lahannya Sendiri
Komponen Pengelolaan Penyakit
Terpadu
• Pengendalian secara bercocok tanam
• Pengendalian dengan memanfaatkan tanaman tahan
• Pengendaian secara fisik
• Pengendalian secara mekanis
• Pengendalian secara hayati
• Pengendalian kimiawi
• Penerapan peraturan perundang-undangan
CABAI
Penyakit Virus Kuning

Gejala: daun menguning cerah/pucat, daun


keriting (curl), daun kecil-kecil, tanaman
kerdil, bunga rontok, tanaman tinggal ranting
dan batang saja, kemudian mati
Inang lain: Tomat
Penyebab: Geminivirus
Pengelolaan Terpadu Penyakit Virus
Kuning
• Pengelolaaan penyakit menerapkan
Manajemen Kesehatan Tanaman, artinya
tanaman harus dikelola agar selalu tetap sehat
• Pengelolaan penyakit meliputi:
(1) Pengolahan tanah dan pemupukan
berimbang,
(2) Penggunaan varietas tahan atau
toleran(virus, atau tahan vektor)
Vektor Penyakit Virus Kuning
(3) Penggunaan bibit sehat, yaitu:
–Perlakuan benih dg air hangat 50 C selama 1 jam,
–pengerudungan persemaian menggunakan kain
kasa/kelambu;
–tempat persemaian yang terisolasi jauh dari
lahan yang terserang penyakit;
–semai dilindungi dengan pestisida nabati seperti
nimba, ekstrak tembakau, dsb;
–perlindungan dengan pestisida kimiawi dapat
dilakukan secara bijaksana,
(4) Sanitasi lingkungan di sekitar pertanaman
cabai termasuk menghilangkan gulma dan
eradikasi tanaman sakit sejak awal
pertumbuhan,
(5) Mengatur waktu tanam agar tidak
bersamaan dengan tingginya populasi
serangga penular, jarak tanam yang tidak
terlalu rapat, dan pergiliran tanaman dengan
tanaman yang bukan inang dari virus
maupun serangga,
(6) Pengendalian vektor
– penggunaan mulsa plastik (jg utk menekan
pertumbuhan gulma yg jg dpt menjadi inang
virus).
– pemanfaatan musuh alami seperti Monochilus
sexmaculatus, dengan pathogen Beauveria
bassiana
– penggunaan insektisida nabati ( murah, mudah
dan residunya rendah)
– penanaman border (tanaman pembatas) seperti
penanaman tanaman jagung 5-6 baris,
– insektisida kimiawi secara bijaksana, misalnya
yang berbahan aktif imidacloprid, penyemprotan
sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara jam
06:00-10.00
TANAMAN KENTANG DAN TOMAT
1. Penyakit Hawar Daun
Gejala
– Daun sakit mempunyai bercak nekrotis mulai dr tepi
dan ujung daun
– Becak meluas dg cepat, bahkan mematikan sel tan, jk
suhu redah dan RH tinggi
– Pd cuaca lembab, pd sisi bawah daun tdp lapisan
kelabu tipis,
yg mrpk
konidiofor
dan konidium
jamur
Pengelolaan Terpadu Penyakit Hawar daun
1. Penggunaan varietas tahan
– Tahan: GM 05 (2009), GM 08 (2009), Ping 06
(2009), Merbabu-17 (2001)
– Agak tahan HD dan nematoda: Balsa (2005),
Erika (2005), Krespo (2005), Tenggo (2005)
– Agak tahan HD: Amudra (2002), Manohara
(2002
– Ketahanan varietas dapat mengalami
kemunduran
2. Menanam umbi sehat
Ciri-ciri bibit sehat adalah:
– Mata tunas berwarna kebiruan, tunas umbi segar,
kokoh, besar, dg ukuran pendek (± 1,5 cm), tidak
ada tanda kebusukan pada umbi, warna kulit
cerah, apabila umbi dibelah, daging umbi tampak
segar, tidak terdapat lingkaran berwarna coklat
dan tidak mengeluarkan lendir seperti susu, dan
diketahui dengan jelas asal-usulnya (generasinya)
Ciri-ciri bibit tidak sehat:
• Mata tunas membusuk, tunas kecil, tidak kokoh,
panjang lebih dari 2 cm, dan layu, umbi berlubang,
umbi busuk (busuk mengering atau busuk basah),
warna kulit kusam, lunak dan keriput, pada daging
umbi terdapat cincin berwarna coklat dan apabila
ditekan pada cincin tersebut mengeluarkan cairan
lendir seperti susu.
3. Pengaturan waktu tanam
– Pada saat curah hujan yg rendah
5. Rotasi tanaman
– Serangan ringan: 1 tahun (kentang, kubis, jagung)
– Serangan berat: 2 tahun (kentang, kubis, jagung,
kubis, caisin, jagung)
6. Sanitasi
– dilakukan sejak saat tanam, saat pemeliharaan
tanaman, sampai saat panen.
7. Pengelolaan perairan
– Penyakit hawar daun berkembang cepat pada
kelembaban yang tinggi (>90%)
6. Pemantauan dan peramalan
– Di AS, peramalan didasarkan pada pengamatan
cuaca. Jika suhu selama 7 hr berturut-turut 77 F
atau kurang, sedang jumlah hujan1,2 inci atau
lebih, dapat diprediksi akan terjadi epidemi.
Penyemprotan harus segera dilakukan
7. Aplikasi fungsida jika diperlukan
8. Pemanenan dan penyimpanan yang tepat
– sebelum panen, daun sakit dimusnahkan utk
mengurangi umbi terinfeksi melalui kontak daun
atau batang yang terserang,
– umbi dipanen ketika telah masak benar, shg kulit
tidak terkelupas dan terinfeksi saat dipanen atau
disimpan.
2. Penyakit Layu Bakteri
Gejala:
– daun layu dari daun muda, (+ umur 6 minggu)
– jika batang dipotong terlihat berkas pembuluh coklat
– jika batang atau pangkal batang dipotong dan ditekan, dari
lingkaran berkas pembuluh keluar masa lendir putih
keabuan. Jika potongan batang dimasukkan ke dalam
gelas berisi air jernih, nampak benang putih halus masa
bakteri.
Inang lain: tomat, cabai, pisang, jahe, terung
Pengendalian penyakit mempertimbangkan
siklus penyakit dan faktor lingkungan (suhu dan
RH tanah)
Pengelolaan Terpadu Penyakit Layu Bakteri
1. Penggunaan bibit yg sehat
2. Menanam di daerah yang tidak mengandung
patogen
– Setelah Rs menginfeksi tanaman, sebaiknya
tanah tidak ditanami tanaman yang dapat
menjadi inang setidaknya slm 2 th
3. Tanaman tahan
– Tomat: Mirah dan Opal (toleran thd layu bakteri)
– Kentang ??
4. Rotasi tanaman
– dengan serealia/gramineae dpt menurunkan
inokulum dalam tanah
– Dg jagung meningkatkan P. cepacia yg
bersifat antagonis thd patogen
– tan liliaceae, kubis-kubisan, legum dpt digunakan
utk rotasi
– Tan solanaceae, jahe, kacang tanah jgn utk rotasi
5. Sanitasi dan kultur teknis
– Untuk mengurangi/menghindari patogen untuk
bertahan dan menyebar
– Sanitasi: tanaman dan umbi sakit, gulma yg dpt
menjadi inang, alat pertanian,
6. Pengendalian hayati
– Bacillus sp., P. fluorescens
7. Pengendalian nematoda
– Dg fumigasi tanah, rotasi tanam dg serealia,
varietas tahan nematoda (balsa, erika, krespo)
8. Pengaturan drainase
9. Penggunaan bakterisida (agrimicyn, agrept)
secara bijaksana
TANAMAN JERUK
Penyakit CVPD/Huanglongbing/ Citrus
Greening
Gejala: Daun lebih kecil, klorotik dan dapat menjadi
menguning sebagian atau seluruh tanaman, buah
kecil, dan cenderung tetap hijau ketika masak dan
pahit
Penyebab: bakteri Liberobacter asiaticum
PENGENDALIAN (dilakukan scr terpadu)
1. Pengadaan bibit jeruk bebas penyakit
– teknik sambung tunas pucuk (shoot tip grafting,
STG) seperti di riau, jawa timur, sulawesi selatan,
jawa barat dan bali.
2. Serangga vector
– D. citri menularkan CVPD di pesemaian dan kebun
serta terutama ditemukan pada tunas. Pestisida
(dimethoate dan endosulfan) dapat
dipertimbangkan utk diaplikasikan pada daun atau
disuntikan pada batang. aplikasi dilakukan saat
tanaman menjelang dan ketika bertunas.
Diagram of an adult Asian citrus psyllid.
3. Sterilisasi alat pertanian, (dipanaskan 10-15
menit)
4. Penggunaan antibiotika
– oksitetrasiklin HCI 200 ppm. cara ini harus
diulangi.untuk memperoleh hasil optimim,
tanaman yang telah diinfus harus dipupuk dan
mendapat pengairan yang cukup (tjiptono, 1984
dalam hitagalung, 1989).
5. Eradikasi
– Tanaman sakit tersebut merupakan sumber
inokulum bagi tanaman disekitarnya.
6. Karantina
– Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
610/Kpts/Tp.630/6/97 tentang Peredaran Benih
Jeruk (pelabelan, sertifikasi,dan peredarannya
untuk mencegah CVPD)
– surat keputusan menteri pertanian nomor
129/kpts/um/3/1982 yang isinya melarang
pengangkutan tanaman / bibit jeruk dari daerah
endemic kedaerah bebas CVPD.
7. Pengairan dan pemupukan
– Gejala CVPD banyak terdapat di daerah
kekurangan air dan pupuk (makro, mikro).

Anda mungkin juga menyukai